Saturday, October 1, 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SISTEM PEMBELAJARAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SISTEM PEMBELAJARAN

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran, diantaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersesia, serta faktor lingkungan.

1. Faktor Guru
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Guru yang menganggap mengajar hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran akan berbeda dengan guru yang menganggap mengajar adalah suatu proses pemberian bantuan kepada peserta didik. Masing-masing perbedaan tersebut dapat mempengaruhi baik dalam penyusunan strategi atau implementasi pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola pempebelajaran. Dengan demikian, efektifitas proses pembelajaran terletak pada guru. Menurut Dunkin (dalam Sanjaya, 2008), ada sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru, yaitu teacher formative experience, teacher traing experience, dan teacher properties.

Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka. Yang termasuk ke dalam aspek ini di antaranya meliputi tempat asal kelahiran guru termasuk suku, latar belakang budaya, dan adat istiadat, keadaan keluarga dari mana guru itu berasal, misalkan apakah guru itu berasal dari keluarga yang tergolong mampu atau tidak, apakah mereka berasal dari keluarga harmonis atau bukan.

Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru, misalnya pengalaman latihan profesional, tingkatan pendidikan, pengalaman jabatan, dan lain sebagainya.
Teacher properties adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru, misalnya sikap guru terhadap profesinya, sikap guru terhadap siswa, kemampuan atau inteligensi guru, motivasi dan kemampuan mereka baik kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran termasuk di dalamnya kemampuan dalam merencanakan dan evaluasi pembelajaran maupun kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran.

2. Faktor Siswa
Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat da[at dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu, di samping karakteristik lain yang melekat pada diri anak.
Seperti halnya guru, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar belakang siswa yang menurut Dunkin disebut pupilformative experienceserta faktor sifat yang dimiliki siswa (pupil properties).
Aspek latar belakang meliputi jenis kelamin siswa, tempat kelahiran, tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa, dari keluarga mana siswa berasal, dan lain-lain. Sedangkan dilihat dari faktor sifat yang dimilik siswa meliputi kemampuan dasar pengetahuna, dan sikap. Tidak dapat disangkal bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda yang dapat dikelompokan pada siswa kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Sikap dan penampilan siswa di dalam kelas juga merupakan aspek lain yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran. Ada kalanya ditemukan siswa yang sangat aktif dan ada juga siswa yang pendiam, tidak sedikit juga ditemukan siswa yang memilikin motivasi yang rendah dalam belajar. Semua itu akan mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas. Sebab, bagaimanapun faktor siswa dan guru merupakan faktor yang sangat menentukan dalam interaksi pembelajaran.

3. Faktor Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat palajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan lain sebagainya. Kelengakapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran.

4. Faktor Lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor oraganisasi kelas dan faktor iklim sosial psikologis.
Faktor organisasi kelas yang didalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran, kelompok belajar yang besar dalam satu kelas berkecenderungan:
Sumber daya kelompok akan bertambah luas sesuai dengan jumlah siswa, sehingga waktu yang tersedia akan semakin sempit.
Kelompok belajar akan kurang mampu memanfaatkan dan menggunakan semua sumber daya yang ada. Misalnya, dalam penggunaan waktu diskusi. Jumlah siswa yang terlalu banyak akan memakan waktu yang banyak pula, sehingga sumbangan pikiran akan sulit didapatkan dari setiap siswa.
Kepuasan belajar setiap siswa akan cenderung menurun, hal ini disebabkan kelompok belajar yang terlalu banyak akan mendapatkan pelayanan yang terbatas dari setiap guru, dengan kata lain perhatian guru akan semakin terpecah.
Perbedaan indivitu antara anggota akan semakin tampak, sehingga akan semakin sukar mencapai kesepakatan. Kelompok yang terlalu besar cenderung akan terpecah ke dalam sub-sub kelompok yang saling bertentangan
Anggota kelompok yang terlalu banyak berkecenderungan akan semakin banyak siswa yang terpaksa menunggu untuk sama-sama maju mempelajari mata pelajaran baru.
Anggota kelompok yang terlalu banyak akan cenderung semakin banyaknya siswa enggan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan kelompok.
Faktor lain dari dimensi lingkungan yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran adalah faktor iklim sosial-psikologi. Maksudnya, keharmonisan hubungan orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini secara internal atau eksternal.
Iklim sosial-psikologi secara internal adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah, misalnya iklim sosial antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara guru dengan guru, bahakan anatar guru dengan pimpinan sekolah. Iklim sosial-psikologi eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar, misalnya hubungan sekolah dengan orang tua siswa, hubungan dengan lembaga-lembaga masyarakat, dan lain sebagainya.

Komponen-komponen Sistem Pembelajaran
Pengertian belajar jika diperhatikan dari pendapat seseorang dengan orang lain akan berlainan jawabannya. Hal tersebut hanya semata-mata disebabkan dari sudut pandang aspek-aspek belajar yang mereka kemukakan berbeda antara yang satu dengan yang lain. Banyak pendapat tentang pengertian  belajar, menurut Dimyati dan Mujiono (1999) mengutip beberapa pendapat para ahli tentang belajar:
Skinner berpendapat bahwa belajar adalah suatu perilaku pada saat  orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila orang tidak belajar maka responnya menurun.
Gagne berpendapat bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks.
Piaget berpendapat bahwa belajar sebagai perilaku berinteraksi antara  individu dengan lingkungan sehingga terjadi perkembangan intelek individu.
Walaupun terdapat perbedaan pendapat antara beberapa ahli tetapi secara prinsip bahwa belajar adalah suatu bentuk perubahan atau pertumbuhan dalam diri individu yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku karena pengalaman dan latihan, atau dengan kata lain belajar adalah proses perubahan yang terjadi pada seseorang setelah menjalani suatu pengalaman. Oleh karena itu, kita tidak dapat melihat proses terjadinya perubahan tingkah laku pada diri setiap orang, tetapi sebenarnya kita bisa menantukan apakah seseorang telah belajar atau belum, yaitu dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
Tujuan merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pembelajaran. Sesuai dengan standar isi, kurikulum yang berlaku untuk setiap satuan pendidikan adalah kurikulum berbasis kompetensi. Dalam kurikulum yang demikian, tujuan yang diharapkan dapat dicapai adalah sejumlah kompetensi yang tergambar baik dalam kompetensi dasar maupun dalam standar kompetensi.
Menurut W. Gulo (dalam Wina, 2008), istilah kompetensi dipahami sebagai kemampuan. Kemampuan itu menurutnya bisa kemampuan yang tampak dan kemampuan yang tidak tampak. Kemampuan yang tampak itu disebut penampilan. Penampilan itu tampak dalam bentuk tingkah laku yang dapat didemontrasikan, sehingga dapat diamati, dapat dilihat, dan dapat dirasakan. Kemampuan yang tidak tampak disebut juga kompetensi rasional, yang dikenal dalam taksonomi Bloom sebagai kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kedua kompetensi itu saling terkait. Kemampuan penampilan akan berkembang manakala kemampuan rasional meningkat. Seseorang memiliki ilmu pengetahuan luas akan menampilkan penampilan yang lebih baik diabndingkan dengan orang yang memiliki sedikit ilmu pengetahuan.
Isi atau materi pelajaran merupakan komponen kedua dalam sistem pembelajaran. Dalam konteks tertentu, materi pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran. Artinya, sering terjadi proses pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian materi. Hal ini bisa dibenarkan manakala tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi materi pelajaran (subject centered teaching). Dalam kondisi semacam ini, maka penguasaan materi pelajaran oleh guru mutlak diperlukan. Guru perlu memahami secara detail isi materi pelajaran yang hars dikuasai siswa, sebab peran dan tugsa guru adalah sebagai sumber belajar. Materi pelajaran tersebut biasanya tergambarkan dalam buku teks, sehingga sering terjadi proses pembelajaran adalah enyampaikan materi yang ada dalam buku. Namun demikian dalam setting pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan atau kompetensi, tugad, dan tanggung jawab guru bukanlah sebagai sumber belajar. Dengan demikian, materi pelajaran sebenarnya bisa diambil dari berbagai sumber.
Strategi atau metode adalah komponen yang juga mempunyai fungsi sangat menentukan. Keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh komponen ini. Bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa dapat diimplimentasikan melalui strategi yang tepat, maka komponen-komponen tersebut tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian tujuan. Oleh karena itu, setiap guru perlu memahami secara baik peran dan fungsi metode dan strategi dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

1. Strategi Pembelajaran
T Raka Joni (1983) berpendapat bahwa yang dimaksud strategi pembelajaran adalah suatu prosedur yang digunakan untuk memberikan suasana yang konduktif kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan Gerlach dan Elly (1989) menyatakan bahwa strategi adalah suatu cara yang terpilih untuk menyampaikan tujuan pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Definisi yang lain menyebutkan bahwa strategi adalah suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan (Djamarah dan Zain, 2002). Dengan demikian, pengertian strategi dalam pembelajaran adalah suatu prosedur yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Strategi pembelajaran sebagai pola kegiatan pembelajaran yang dipilih dan digunakan guru secara kontekstual, sesuai dengan karakteristik siswa, kondisi sekolah, lingkungan sera tujuan khusus pembelajaran yang diinginkan.

2. Strategi, Model Dan Metode Pembelajaran
Konsep strategi pembelajaran lebih luas daripada metode atau teknik pembelajaran. Strategi pembelajaran terdiri atas metode dan teknik (prosedur) yang akan menjamin bahwa siswa akan benar-banar mencapai tujuan. Teknik dapat disamakan dengan metode adalah jalan atau alat yang digunakan guru untuk mengarahkan kegiatan siswa kearah tujuan. Ada pula yang berpendapat metode berbeda dengan teknik. Metode bersifat prosedural sedang teknik lebuih bersifat implementatif. Misal dua orang guru sama-sama menggunakan metode ceramah. Namun bisa jadi hasilnya berbeda sebab mempunyai teknik yang berbda dalam penggunaan metode ceramah tersebut.

3. Macam-macam strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran pada dasarnya bertolak dari keaktifan guru atau siswa. Di satu sisi ada strategi yang menekankan keaktifan guru (guru aktif) dan disisi lain sisi ada strategi yang menekankan keaktifan  siswa (siswa aktif) Jadi ada dua kutub yang berlawanan yaitu strategi guru aktif (pembelajaran ekspositori) dan strategi siswa aktif (pembelajaran discovery).
Pembelajaran dengan pendekatan ekspositori merupakan suatu pembelajaran yang menekankan pada interaksi guru dengan siswa. Dalam pendekatan ini terjadi komunikasi satu arah, yaitu dari guru ke siswa sehingga guru jauh lebih aktif dari pada siswa. Guru banyak berbicara untuk menginformasikan bahan ajar kepada siswa, sementara siswa sebagai objek. Pembelajaran discovery menunjukkan pembelajaran siswa aktif. Pembelajaran ini ditandai dengan komunikasi multi arah. Siswa adalah subyek belajar.
Hubungan antara strategi ekspository dan strategi discovery pada dasarnya terletak pada garis kontinum. Pada garis kedua strategi pembelajaran tersebut terdapat beragam metode.
Dalam strategi pembelajaran siswa aktif dikemukakan banyak sekali strategi atau model yang bisa diterapkan. Dalam model pembelajaran yang berbasis pada kompetensi siswa antara lain; diketengahkan
Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Model Pembelajarn Tuntas (Mastery Learning)
Model Pembelajaran Berdasarkan  Masalah (Problem Based Learning) dan Pembelajaran Berdasarkan Proyek (Project based learning)
4. Model Pembelajaran Berbasis Komputer (CBI/CAI)
Model Pembelajaran Tematik (Thematic Learning)
Pendapat lain E. Mulyasa (2003) mengetengahkan lima model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan tuntutan Kurikukum Berbasis Kompetensi; yaitu : (1) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning); (2) Bermain Peran (Role Playing); (3) Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning); (4) Belajar Tuntas (Mastery Learning); dan (5) Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction). Sementara itu, Gulo (2005) memandang pentingnya strategi pembelajaran inkuiri (inquiry).
Ragam lain tentang strategi pembelajaran di contohkan oleh Wina Sanjaya (2008). Ragam tersebut meliputi Strategi pembelajaran berbasis masalah; Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir; Strategi pembelajaran kooperatif; Strategi pembelajaran kontekstual; dan Strategi pembelajaran afektif
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) atau biasa disingkat CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual merupakan konsepsi yang membantu guru/dosen mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan.

Secara garis besar, langkah pembelajaran kontekstual sebagai berikut.
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya (KONSTRUKTIVISME) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik (INQUIRY) kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya (BERTANYA)
Ciptakan masyarakat belajar (MASYARAKAT BELAJAR)
Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran (PEMODELAN)
Lakukan refleksi di akhir pertemuan ( REFLEKSI)
Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara (PENILAIAN AUTENTIK)
Pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran. Siswa lebih banyak belajar melalui proses pembentukan(constructing) dan penciptaan, kerja dengan tim, dan berbagi pengetahuan sesama siswa. Walaupun begitu, tanggung jawab individual tetap merupakan kunci keberhasilan pembelajaran.
Pembelajaran tuntas merupakan sistem pembelajaran yang mengharapkan setiap siswa  mampu menguasai kompetensi-kompetensi dasar (basic learning objectives) secara tuntas. Berpegang pada prinsip: jika setiap siswa diberikan waktu cukup sesuai dengan kecepatan belajarnya, dan ybs. menggunakan waktu dengan baik, maka besar kemungkinan siswa akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi yang ditentukan. Sebaliknya, jika siswa tidak diberi cukup waktu atau ybs tidak menggunakan waktu yang disediakan, maka tingkat penguasaan kompetensi juga tidak akan optimal.
Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), adalah  pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai  materi pembelajaran bagi siswa, sehingga siswa dapat belajar  berfikir kritis dan terampil memecahkan berbagai  masalah untuk memperoleh konsep atau pengetahuan yang esensial. Pembelajaran berbasis masalah disepadankan dengan pembelajaran berbasis proyek (project based learning). Pembelajaran berbasis masalah menekankan pada kegiatan yang memerlukan perumusan masalah, pengumpulan data, dan analisis data, sedangkan pada pembelajaran berbasis proyek menekankan pada kegiatan  perumusan pekerjaan (job), merancang, melaksanakan pekerjaan, dan mengevaluasi hasil kerja. Kedua model pembelajaran tersebut menekankan pada lingkungan siswa aktif, kerja tim, dan teknik evaluasi otentik/bermakna
Bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal relationship), terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik. Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadian Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antarmanusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi parasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah.
Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning) merupakan model pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. E.Mulyasa (2003) menyebutkan indikator pembelajaran partisipatif, yaitu : (1) adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik; (2) adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan; (3) dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta didik.
Pembelajaran Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Pada umumnya pembelajaran dengan sistem modul akan melibatkan beberapa komponen, diantaranya : (1) lembar kegiatan peserta didik; (2) lembar kerja; (3) kunci lembar kerja; (4) lembar soal; (5) lembar jawaban dan (6) kunci jawaban.
Pembelajaran Inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri
Pembelajaran Tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan . Dengan demikian pembelajaran tematik dapat dikatakan sebagai pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu adalah, suatu pembelajaran yang mengkaitkan tema-tema yang senada/over laping, kemudian dikemas menjadi tema yang akan dibahas dalam suatu pembelajaran. Ada banyak macam pembelajaran terpadu, namun ada tiga yang dominan yaitu terpadu model keterhubungan (connected), terpada model jaring laba- laba (webbed) dan terpadu model terintegrasi (intergratedi).
Dalam pembelajaran tema atau terpadu, siswa diajak membahas satu tema yang  dikembangkan dari/ ke berbagai macam bidang studi. Siswa lebih sering diajak turun langsung ke lapangan. Tidak dituntut memiliki referensi khusus tetapi bebas memilih referensi yang  cocok untuk tema yang bersangkutan .
Selain  ragam dan macam strategi pembelajaran di atas terdapat lagi pembedaan strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Pendekatan deduktif dikembangkan oleh filosof Perancis Bacon yang menghendaki penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin. Semakin banyak fakta semakin mendukung hasil simpulan. Pada abad pertengahan, sistem induktif ini disebut juga sebagai dogmatif, artinya langsung mempercayai begitu saja tanpa berpikir rasional.
Pendekatan deduktif dapat disederhanakan pembelajaran dari hal-hal umum menuju hal hal khusus. Langkah-langkah dalam model pembelajaran dengan pendekatan induktif dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan induktif.
Kedua, guru menyajikan contoh-contoh khusus, prinsip, atau aturan yang memungkinkan siswa memperkirakan sifat umum yang terkandung dalam contoh.
Ketiga, guru menyajikan bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau mengangkat perkiraan.
Keempat, guru menyusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-langkah terdahulu.
Kelima, menyimpulkan, memberi penegasan dari beberapa contoh kemudian disimpulkan dari contoh tersebut serta tindak lanjut.
Pendekatan deduktif merupakan pendekatan yang mengutamakan penalaran dari umum ke khusus. Hal ini berbeda dengan pendekatan induktif yang dari khusus ke umum.  Langkah-langkah dalam model pembelajaran dengan pendekatan deduktif dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan.
Kedua, guru menyajikan aturan, prinsip yang berifat umum, lengkap dengan definisi dan contoh-contohnya.
Ketiga, guru menyajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan antara keadaan khusus dengan aturan prinsip umum yang didukung oleh media yang cocok
Keempat, guru menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan umum itu merupakan gambaran dari keadaan khusus.
GLOSARIUM
Sistem adalah salah satu kesatuan yang satu sama lain saling terkait dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah diterapkan.
Belajar adalah proses perubahan yang terjadi pada seseorang setelah menjalani suatu pengalaman.
Mengajar adalah upaya untuk menyediakan atau menciptakan suatu situasi yang memungkinkan orang belajar
Pembelajaran adalah  suatu perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan oleh pengalamaman
Strategi pembelajaran adalah suatu prosedur yang digunakan untuk memberikan suasana yang konduktif kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran

REFERENSI

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kemcama.
Santrock W.J. 2008. Educational Psyhology. USA: McGraw-Hill.
Slavin, R.E. 2008. Educational Psychology. Jakarta: PT. Indeks.
Woolfolk, A. 2004.Educational Psychology (ninth edition, International Edition). Boston: Pearson Eduction, Inc.


No comments:

Post a Comment

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD

    PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD      BAB I PENDAHULUAN   A.  ...