Sunday, December 18, 2016

makalah tes minat

KATA PENGANTAR

Puji syukur, saya ucapkan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayahnya saya dapat menyusun makalah Tes Minat pada mata kuliah Bimbingan Konseling  ini dengan baik. Makalah ini saya susun berdasarkan beberapa sumber yang dikemas sedemikian rupa agar lebih mudah untuk dipelajari. Dengan ada nya makalah ini diharapkan dapat membantu dan mempermudah kita semua memahami serta mengaplikasikan pendidikan Bimbingan Konseling dalam kehidupan nyata.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini sangat saya harapkan. Besar harapan saya, semoga makalah ini bermanfaat dan dapat dipergunakan Sebaik-baiknya.

                                                                                                                                    Bandar Lampung,  Oktober 2016









DAFTAR ISI
Cover......................................................................................................        i
Kata Pengatar........................................................................................        ii
Daftar Isi................................................................................................       
BAB I Pendahuluan
1.1  Pendahuluan......................................................................................       
Bab II Tes Minat
1.1  Pengertian Tes Minat......................................................................       
1.2  Tujuan Tes Minat............................................................................       
1.3  Jenis- Jenis Tes Minat......................................................................       
1.4  Pentingnya Pengetesan Minat.........................................................       
1.5  Ruang Ligkup Tes Minat................................................................       
1.6  Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Tes.........................................       
Bab III Kesimpulan
3.1  Simpulan............................................................................................       
3.2  Saran..................................................................................................       
Daftar Pustaka



BAB I
Pendahuluan
1.1  Pendahuluan
Pengukuran psikologi menjadi salah satu kebutuhan dalam berbagi aspek kehidupan moderen saat ini. Tidak dapat dipungkiri, kemajuan teori dan penelitian telah melahirkan beragam metode dan alat ukur untuk mengukur berbagai aspek psikologis individu. Dimulai dengan kemajuan pengukuran inteligensi, kepribadian, hingga penggunaannya menjadi ide dasar untuk penerapan diberbagai aspek. Tes inteligensi yang menjadi pelopor tes moderen, ternyata tidak dapat menampung kebutuhan para pengguna. Trend inteligensi yang menjadi penentu masa depan individu, ternyata dibantahkan oleh Spencer (1978) yang mengenalkan konsep kompetensi dalam dunia kerja. Thurstone yang pada akhirnya mengembangkan Primary Mental Ability Test dengan tujuh dimensi berhasil memancing para peneliti lainnya untuk mengembangkan alat ukur lebih beragam lagi. 

Tes Bakat fokus pada mengukur kemampuan yang lebih spesifik namun juga memberikan informasi kemampuan lainnya yang bersifat beragam (multiple) kemampuan. Tes bakat mengukur suatu sampel tingkah laku yang secara diagnosis dapat memprediksi perilaku lainnyadimasa yang akan datang. Sehingga fungsi tes bakat dapat digunakan untuk meramalkan performance seseorang dikemudian hari. Hal ini didapatkan dari hasil pengalaman dan proses belajar individu yang diukur dalam tes.









BAB II
TES MINAT
2.1         Pengertian Tes Minat
Crow dan Crow (dalam Djaali, 2007) mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Jersild dan Tasch menekankan bahwa minat atauinterest menyangkut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu. Sedangkan menurut Doyles Fryer (dalam Nurkencana, 1993) minat atau interest adalah gejala psikis yang berkaitan dengan obyek atau aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada individu. Kalau kita perhatikan definisi-definisi tersebut, maka minat senantiasa erat hubungannya dengan perasaan individu, obyek, aktivitas atau situasi.

Minat sangat erat hubungannya dengan kebutuhan. Misalnya seorang anak laki-laki yang sedang berkembang, yang membutuhkan pertumbuhan fisik akan menaruh minat terhadap aktivitas-aktivitas fisik, seperti sepak bola, basket, dan aktivitas-aktivitas lainya yang dapat mempercepat pertumbuhan fisiknya. Begitu pula anak kecil yang sedang membutuhkan hubungan dengan orang lain akan sangat menaruh minat terhadap alat komunikasi yaitu bahasa.

Minat yang timbul dari kebutuhan anak-anak akan menjadi faktor pendorong bagi anak dalam melaksanakan usahanya. Jadi dapat dilihat bahwa minat adalah sangat penting dalam pendidikan, sebab merupakan sumber dari usaha. Anak-anak tidak perlu mendapat dorongan dari luar, apabila pekerjaan yang dilakukan cukup menarik minatnya. Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau seragkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku dan prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standart yang ditetapkan.

Minat merupakan faktor dari dalam individu yang menunjuk pada typical performance. Dalam konteks pekerjaan, tampilan ini mengacu pada senang atau tidak senangnya individu pada suatu bidang pekerjaan. Seseorang akan menjadi berhasil apabila dirinya memiliki kemampuan yang disertai dengan minat yang tinggi terhadap suatu pekerjaan yang diembannya. Tes minat merupakan suatu alat ukur yang dirancang untuk mangukur dan manganalisis minat seseorang.

2.2         Tujuan Tes Minat
Tujuan dari tes ini, adalah membantu menemukan minat dasar yang dimiliki seseorang, setelah diketahui minat dasar yang dimiliki seseorang (ada tidaknya minat terhadap sesuatu, arah minat individu, serta kuat lemahnya minat yang dimiliki), maka dapat digunakan untuk membantu individu yang bersangkutan menjadi pekerja keras atau orang yang berminat, memiliki penyesuaian diri yang baik dan efektif.
Tujuan dari tes minat, antara lain :
1.      Untuk menunjukkan jabatan-jabatan bagi studi lebih lanjut. Jabatan-jabatan ini meliputi tipe kerja yang disukai, tetapi disamping itu siswa harus memperhatikan tentang kemampuan yang dimilikinya.
2.      Untuk menguji seseorang yang telah memilih suatu jabatan tertentu.
3.      Untuk mengcek pilihan karier sebelum meningkat lebih lanjut.

2.3         Jenis- Jenis Tes Minat
Tes minat (interst test) merupakan jenis instrumen tes yang digunakan dalam melakukan penilaian terhadap minat individu dalam berbagai jenis kegiatan (Chaplin, 2000). Sebagian besar dari inventori minat dirancang untuk menaksir minat individu dalam berbagai bidang pekerjaan. Sejumlah inventori juga memberikan analisis minat dalam kurikulum pendidikan atau bidang studi, yang pada gilirannya terkait dengan keputusan karir. Adapun jenis-jenis tes minat ini adalah sebagai berikut: Strong Interest Inventory (SII), Self Directed Search (SDS), Jackson Vocational Interest Survei (JVIS), Career Assesment Inventory (CAI), Kuder, Rothwell Miller Interest Blank (RMIB). Penjelasannya sebagai berikut:
1.       SII (Strong Interest Inventory)
Pertama kali diterbitkan pada tahun 1927, dengan nama Strong Vocatinal Interest Blank (SVIB). SII pertama dirumuskan oleh E.K. Strong.Jr., ketika sementara menghadiri seminar pascasarjana pada tahun 1919-1920. SII dewasa ini terdiri dari 317 butir soal yang dikelompokkan dalam delapan bagian. Dalam kelima bagian pertama, responden mencatat preferensinya dengan membuat tanda S, TT, TS, untuk mengindikasikan ”Suka”, ”Tidak Tahu”, ”Tidak Suka”. Butir-butir soal dalam lima bagian ini masuk dalam kategori-kategori berikut; pekerjaan, mata pelajaran sekolah, aktivitas (Misalnya, membuat pidato, memperbaiki jam atau mencari dana untuk kegiatan amal), aktivitas waktu luang, dan kontak sehari-hari dengan berbagai jenis orang (misalnya, orang yang amat tua, perwira atau orang yang hidupnya dekat bahaya). Dua bagian tambahan meminta responden menyatakan pilihan diantara aktivitas-aktivitas pasangan, misalnya berurusan dengan barang versus berurusan dengan orang dan antara semua pasangan yang mungkin dari empat butir soal dari dunia kerja yaitu gagasan, data, barang dan orang. Pada akhirnya, satu bagian inventori meminta responden untuk memberi tanda pada satu rangkaian pernyataan yang menggambarkan diri sendiri ”Ya”, ”Tidak”, atau ”?”.

Strong bisa diskor oleh komputer, pada pusat-pusat skoring yang ditunjuk oleh penerbit atau dengan penggunaan perangkat lunak yang tersedia dari penerbit dalam berbagai pilihan. Ada tiga tingkat skor yang berbeda dalam keleluasaannya. Yang paling luas dan paling komprehensif adalah enam skor General Occupational Theme; subdivisi selanjutnya meliputi 25 Basic Interest Scales; dan tingkat yang paling spesifik menyediakan 211 Skala Pekerjaan yang tersedia. Disamping hal-hal ini, Form T317 dari Strong menghasilkan skor-skor pada empat Skala Gaya Pribadi yang menaksir dalam Gaya Pekerjaan, Lingkungan Belajar, Gaya Kepemimpinan, dan Pengambilan Resiko/Petualangan.

Klasifikasi SII atas minat pekerjaan diturunkan dari model teoretis yang dikembangakan oleh John Holland (1966,1985/1992) dan didukung oleh riset ekstensif, baik oleh Holland maupun peneliti-peneliti independen lainnya. General Occupational Themes yang diidentifikasi ooleh model Holland ditandai dengan (R) Realistis, (I) Investigatif, (A) Artistik, (S) Sosial, (E) Kewirausahaan (Enterprising), dan (C) Konvensional. Masing-masing tema mencirikan tidak hanya tipe orang, tetapi juga tipe lingkungan kerja yang oleh orang tersebut dirasakan paling menyenangkan. Menurut Holland, orang-orang tidak digolongkan secara ketat kedalam salah satu dari tipe-tipe utama, melainkan mereka dicirikan oleh kadar kemiripan satu tipe dengan tipe lainnya. Dengan demikian, kombinasi tipe semacam ini, yang ditata oleh kadar kemiripan, menyediakan banyak pola atau ”kode” untuk mendeskripsikan berbagai perbedaan individu yang luas.

2.       Self Directed Search (SDS)
Instrumen ini dikembangkan oleh J.L Holland, sebagai instrumen konseling pekerjaan yang bisa dilaksanakan sendiri, diskor sendiri, dan diinterpretasikan sendiri. Individu mengisi Booklet Penaksiran-Diri, menskor respon, dan menghitung enam skor rangkuman yang berhubungan dengan tema model Holland (Realistis, Investigatif, Artistik, Sosial, Bersifat Wirausaha, dan Konvensional). Ketiga skor rangkuman tertinggi rangkuman tertinggi digunakan untuk menemukan kode berhuruf tiga. Sebuah skor pendamping, Penemu Pekerjaan, digunakan unutk menemukan pekerjaan diantara 1355 pekerjaan yang kodenya cocok dengan kode rangkuman responden.

Meskipun SDS dirancang untuk bersifat bisa menemukan skor sendiri, buku panduannya merekomendasikan pengawasan tertentu dan pemeriksaan skor. Sebuah studi atas 107 individu yang diseleksi secara acak dari berbagai usia yang mengikuti edisi SDS yang sekarang ada menunjukkan bahwa 7,5% lebih, telah menarik kode yang memuat atau transposisi yang tidak tepat (Holland, Powell & Frizche, 1994). Validitas konkuren dan efisiensi prediktif SDS naik-turun tergantung pada susunan sampel-sampel dalam kaitan dengan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tipe-tipe distribusi.

3.       Jackson Vocational Interest Survei (JVIS)
JVIS diseleksi untuk mendapat perhatian khusus — pertama, karena JVIS merupakan contoh dari prosedur penyusunan tes canggih dan kedua, karena dalam berbagai aspek ,pendekatannya berlawanan secara tajam dengan diikuti dalam SII. Inventori ini menggunakan area minat yang luas dalam pengembangan butir soal dan sistem penentuan skor. Dalam inventori Strong, sebagian butir soal adalah butir soal Suka, Acuh Tak Acuh, atau Tidak Suka yang ditandai secara terpisah oleh responden. Selain itu, butir soal Inventori Strong meruapakan butir soal bertipe pilihan-terbatas.

Sebagaimana dalam pengembangan Personality Research Form dan Jackson Personality Inventory, langkah pertama dalam pengembangan JVIS adalah merumuskan konstruk-konstruk atau dimensi-dimensi yang harus diukur. Ada dua jenis dimensi, yaitu dipilih berdasarkan penelitian yang dipublikasikan tentang psikologi kerja, dan analisis faktor serta klasifikasi rasional atas butir soal minat pekerjaan. Salah satunya dirumuskan yang berkaitan dengan peran kerja (berhubungan dengan pekerjaan atau yang dilakukan seseorang pada pekerjaan) dan dengan gaya kerja (merujuk pada preferensi-preferensi untuk lingkungan kerja atau situasi dimana perilaku tertentu diharapkan).

4.       Career Assesment Inventory (CAI)
Sekarang tersedia dua versi CAI, yaitu The Vocational Version (VV) dan The Enhanced Version (EV). Deskripsi dalam bagian ini adalah VV. Meskipun EV sangat serupa dalam struktur, adalah instrument yang sama sekali terpisah (Johannson,1986) yang dapat diterapkam pada banyak dan rentang pekerjaan yang len\bih luas, mencakup banyak yang memerlukan pendidikan lewat sekolah menengah. CAI pertama kali dikeluarkan pada tahun 1975, CAI (Johannson,1984) secara dekat mengikuti pola inventori Strong. Akan tetapi, berbeda dari kebanyakan unventori minat, CAI dirancang secara khusus untuk para pencari karir yang tidak memerlukan pendidikan universitas selama empat tahun atau pelatihan profesional lebih jauh. CAI berfokus pada pekerjaan yang melibatkan keterampilan, pekerjaan teknis, dan pekerjaan jasa.

Contoh dari skala-skala pekerjaan yang sekarang tersedia antara lain montir pesawat, petugas kesehatan gigi, petugas kafetaria, programer komputer, dan perawat terdaftar. Ke-305 butir soal inventori dikelompokkan dibawah tiga kategori isi yaitu aktivitas, mata pelajaran dan pekerjaan. Masing-masing butir menyediakan lima pilihan respons, dari ”sangat suka” sampai ”sangat tak suka”. Ditulis untuk tingkat membaca kelas 6, CAI juga bisa digunakan pada orang-orang dewasa yang memiliki keterampilan membaca yang buruk. Seperti inventori Strong, CAI menyediakan skor pada tiga tipe skala utama, termasuk 6 skala Tema Umum Holland, 22 skala Bidang Minat Dasar homogen, dan 91 skala pekerjaan. Indeks administratif dan empat akala non-pekerjaan juga termasuk didalamnya. Semua pengumpulan data dan analisis statistik dijalankan secara terpisah dari inventori ini. Kecuali skala Tema Umum, skala-skala tertentu yang dikembangkan dalam masing-masing kategori ini adalah khusus untuk CAI.



5.       Kuder
Inventori ini dikembangkan oleh George Frederick Kuder. Tes ini terdiri dari sebuah buku yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan sebuah lembar jawaban. Bentuk pertanyaannya adalah Forced –Choice responding dan Homogeneous Vocational Preference Scales, dimana setiap pertanyaan terdiri dari tiga pilihan jawaban. Jumlah total pertanyaan adalah 168 pertanyaan. Tes ini dapat disajikan baik secara individual maupun klasikal dan waktu penyajiannya tidak dibatasi, tetapi biasanya dapat diselesaikan selama 40-60 menit. Tes ini tersedia dalam 3 format, yaitu:
a)    Versi Pencil and Paper yang dinilai dan diprofil oleh testee sendiri.
Versi penilaian sendiri menggunakan Step-down page dengan alas jawaban Multipart carbon dan mencakup profil untuk catatan hasil, dengan beberapa halaman dari interpretasi kata-kata. Tes ini ditempatkan pada Kuder Form C.
b)      Versi Pencil and Paper yang dikembalikan kepada penerbit untuk dinilai.
Format ini dinilai dan dilaporkan oleh NCASI dalam 24 jam setelah menerima survey dengan lengkap. Lembar jawaban dengan lima jawaban yang salah menerima catatan pada lembar laporan, tetapi lembar jawaban dengan lebih dai lima jawaban akan dikembalikan untuk perbaikan.
c)      Internet-Based Inventory, yang merupakan komponen dari Kuder Career Planning System.
Administrasi melalui internet-based tersedia dalam bahasa Inggris atau Spanyol melalui website www.kuder.com.format ini memberikan administrasi error-free (program jawaban tidak akan menerima jawaban yang salah), dan tersedia 24 jam sehari, yang dinilai seketika itu juga dari beberapa lokasi: rumah, sekolah atau kantor.
Tes Kuder bertujuan agar dapat digunakan sebagai bahan interpretasi diri terhadap minat-minat yang ada dalam diri individu, sebagai penentu minat yang akan dikembangkan dimasa datang, sebagai tolak ukur untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki, dan dapat mengetahui kesamaan pilihan dengan individu lainnya yang mempunyai aspek yang berbeda.

6.       Rothwell Miller Interest Blank (RMIB)
Menurut sejarahnya tes ni disusun pertama kali oleh Rothwell pada tahun 1947. saat itu tes tersebut hanya memiliki 9 jenis kategori dari jenis-jenis pekerjaan yang ada. Kemudian pada tahun 1958 tes diperluas menjadi 12 kategori oleh Kenneth Miller.sejak saat itu tes minat ini dinamakan tes minat Rothwell Miller.
Tes ini berbentuk blanko/formulir yang berisikan daftar pekerjaan yang disusun dalam 9 kelompok, dengan kode huruf A sampai I, serta dibedakan untuk kelompok pekerjaan pria dan wanitanya.masing-masing kelompok pekerjaan tersebut terdiri atas 12 jenis pekerjaan, yang mewakili 9 kategori pekerjaan yang akan diukur dalam tes ini. Tes ini disusun dengan tujuan untuk mengukur minat seseorang berdasarkan sikap seseorang terhadap suatu pekerjaan dan ide-ide stereotipe terhadap pekerjaan yang bersangkutan. Tes Rothwell Miller dapat diberikan kepada testee secara perorangan maupun klasikal. Instruksi biasanya sudah terdapat dalam balangko sehingga bagi testee yang sudah dewasa dapat diinstruksikan untuk membaca sendiri, kecuali untuk orang dewasa dengan intelegensi rendah (Dull-normal). Bagi testee dull-normal, dianggap kemampuannya untuk memahami, indtruksi tes yang tertulis sehingga perlu diberikan beberapa contoh untuk dapat mengerjakannya dengan tepat. Bahkan kadang masih harus dilengkapi dengan memeriksa pekerjaannya setiap saat untuk mencegah kemungkinan berbuat kesalahan.
Tes ini mengukur beberapa bentuk kemampuan dalam kategori pekerjaan, yakni:
a)         Outdoor
Pekerjaan yang dilakukan diluar, diudara terbuka, tidak berhubungan dengan hal-hal yang sifatnya rutin.
b)        Mechanical
Pekerjaan yang berhubungan dengan mesin/alat mekanik.
c)         Compulational
Pekerjaan yang berhubungan dengan angka-angka.
d)        Scientific
Pekerjaan yang menyangkut aktifitas analisis, penyelidikan, penelitian, aksperimen kimia dan ilmu pengetahuan lainnya.

e)         Personal Contact
Pekerjaan yang berhubungan dengan manusia, diskusi, membujuk, bergaul dengan orang lain, pada dasarnya adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan kontak dengan orang lain.
f)         Aesthetic
Pekerjaan yang berhubungan dengan hal seni dan menciptakan sesuatu.
g)        Literary
Pekerjaan yang berhubungan dengan buku, membaca dan mengarang.
h)        Musical
Memainkan musik, apresiasi, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan musik.
i)          Social Service
Pekerjaan yang berhubungan dengan pelayanan terhadap kepentingan masyarakat, kesejahteraan umum, membimbing, menasehati dan memahami.
j)          Clerical
Pekerjaan yang menuntut ketelitian dan kerapian
k)        Practical
Pekejaan yang memerlukan keterampilan, praktek, karya pertukangan.
l)          Medical
Pekerjaan yang berhubungan dengan pengobatan, perawatan penyakit, penyembuhan dan hal yang dengan medis dan biologis.

2.4         Pentingnya Pengetesan Minat
Ada beberapa alasan mengapa seorang guru perlu mengadakan pengukuran terhadap minat anak-anak, antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Untuk meningkatkan minat anak-anak.
Setiap guru mempunyai kewajiban untuk meningkatkan minat anak-anak. Minat merupakan komponen yang penting dalam kehidupan pada umumnya dan dalam pendidikan dan pengajaran pada khususnya. Guru yang mengabaikan hal ini akan berhasil di dalam pekerjaanya mengajar
2.      Memelihara minat yang baru mencul.
Apabila anak-anak menunjukkan minat yang kecil, maka merupakan tugas bagi guru untuk memelihara minat tersebut. Anak yang baru masuk ke suatu sekolah mungkin belum begitu banyak menaruh minat terhadap aktivitas-altiitas tertentu. Dalam hal ini guru wajib memperkenalkan kepada anak aktivitas-aktivita tersebut. Apabila anak telah menunjukkanminatnya, maka guru wajib memelihara minat anak yang baru tumbuh tersebut.
3.      Mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik.
Oleh karena sekolah adalah suatu lembaga yang menyiapkan anak-anak untuk hidup di dalam masyarakat, maka sekolah harus mengembangkan aspek-aspek adeal agar anak-anak menjadi anggota masyarakat yang baik. Dalam keadaan tertentu anak-anak sering menaruh minat terhadap hal-hal yang baik yang terdapat diluar sekolah di dalam masyarakat yang jauh dari ideal. Dalam keadaan yang demikian sekolah melalui guru-guru hendaknya memberantas minat anak-anak yang tertuju pada hal-hal yang tidak baik, dan dengan metode yang positif mengalihkan minat anak-anak tersebut kepada hal-hal yang baik.
4.      Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anak tentang lanjutan study atau pekerjaan yang cocok baginya.
Walaupun minat bukan merupakan indikasi yang pasti, tentang sukses tidaknya anak dalam pendidikan yang akan datang atau dalam jabatan, namun minat merupakan pertimbangan yang cukup berarti kalau dihubungkan dengan data-data yang lain.

2.5         Ruang Ligkup Tes Minat
Pada umunya hasil tes minat digunakan dalam 4 bidang terapan, yaitu konseling karier bagi siswa sekolah lanjutan, konseling pekerjaan, bagi karyawan, penjurusan siswa sekolah lanjutan atau mahasiswa, dan perencanaan bacaan dalam pendidikan dan latihan.Perlu dicatat bahwa berdasarkan pengamatan, jarang ditemui suatu hasil tes minat  digunakan secara ekslusif dengan mengabaikan hasil pengukuran terhadap aspek kognitif dan aspek non-kognitif yang lain, yakni tes intelegensi, tes bakat ataupun tes kepribadian.
Berturut-turut ke-4 bidang penerapan itu dibahas secara ringkas, yaitu:
1.            Konseling Pekerjaan
Hasil tes minat digunakan dalam konseling pekerjaan untuk karyawan-karyawan yang telah bekerja dalam perusahaan atau bidang pekerjaan yang lain. Dalam hal ini fungsi tes minat adalah untuk mencek konsistensi antara tugas pekerjaan yang telah terlanjur dijalani dengan pilihan pekerjaan yang disukai. Persoalan yang kerapkali muncul adalah ketidakcocokan antara keduanya. Seorang karyawan yang telah bekerja merasa tidak menyukai pekerjaan yang diberikan padanya. Tentu saja hal ini akan berakibat buruk pada karier pekerjaan selanjutnya. Tes minat dapat segera dikenakan kepada karyawan yang mulai menunjukkan perasaan bosan dengan pekerjaannya agar dia dapat dipindahkan ke bidang pekerjaan yang lebih cocok baginya. Selain itu, tes minat dapat digunakan dalam rangka peningkatan efisiensi perusahaan dan kepuasan kerja karyawan
2.            Konseling Karier
Hasil tes minat digunakan dalam konseling karir untuk siswa sekolah, khususnya sekolah umum (SMU) pada tahun-tahun pertama mereka menginjakkan kaki di bangku sekolah. Walaupun demikian, hasil tes minat dapat digunakan untuk siswa sekolah kejuruan yang merencanakan untuk segera bekerja setelah lulus. Selain itu, konseling karir dapat digunakan bagi orang-orang putus sekolah lanjutan yang sedang mencari pekerjaan yang cocok bagi mereka dalam waktu yang dekat. Kegunaan hasil tes minat bagi siswa SMU adalah untuk menunjukkan bidang-bidang pekerjaan secara umum dan luas agar mereka segera mempersempit berbagai alternatif bidang pekerjaan dan memfokuskan diri pada beberapa bidang yang jelas.
3.            Perencanaan Bacaan Pendidikan
Buku-buku bacaan di sekolah (SD,SMP,SMU) dan Perguruan Tinggi kadang-kadang tidak disukai oleh para siswa dan mahasiswa karena dipandang tidak relevan atau tidak sesuai dengan bidang minatnya. Dalam sistem pendidikan klasikal, tes minat dapat dimanfaatkan untuk mengetahui materi bacaan yang tepat bagi siswa agar prestasi mereka juga meningkat. Dengan kata lain, tes minat berfungsi untuk memilih jenis-jenis bacaan yang disukai oleh mayoritas siswa. Dalam skala yang lebih besar, hasil tes minat dapat diterapkan untuk perencanaan pemilihan dan penerbitan buku-buku bacaan yang lebih disukai oleh siswa pada suatu daerah atau propinsi tertentu. Tentu saja jika hal ini dilakukan dengan cara pemilihan sampel yang tepat dan representatif.Perencanaan buku-buku bacaan yang tepat diharapkan mampu mengenalkan bidang-bidang pekerjaan yang tersedia di suatu daerah secara dini terhadap siswa-siswa sekolah khususnya siswa sekolah dasar dan siswa lanjutan.
4.            Penjurusan Siswa
Pada prinsipnya penjurusan siswa di sekolah lanjutan merupakan penempatan siswa pada jurusan-jurusan atau program-program studi yang tersedia. Dengan demikian pertama-tama siswa sudah diterima pada suatu jenjang sekolah tertentu misalnya melalui sistem seleksi dengan menggunakan tes intelegnsi dan tes bakat. Barulah kemudian dilakukan pengukuran terhadap minatnya untuk menempatkan setiap siswa pada suatu jurusan atau program studi yang tepat berdasarkan hasil pengukuran tadi.
Macam tes minat yang digunakan tergantung dari keluasan jurusan atau program studi yang tersedia. Jika jurusan atau program studi terbatas misalnya 2-3 saja, maka sebaiknya kita tidak menggunakan tes minat yang mengukur minat seseorang secara luas. Lebih tepat jika kita hanya menggunakan tes minat yang sesuai dengan jurusan atau program studi yang benar-benar ada. Hal ini dipandang efisien karena siswa tidak perlu mengerjakan semua item pada semua bagian tes, tetapi cukup mengerjakan item dan bagian tes yang relevan. Contoh strategi seperti ini adalah pada penempatan siswa-siswa STM yang memiliki 3 jurusan, yaitu mesin, elektro dan bangunan.

2.6         Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Tes
Minat yang muncul dalam psikologis siswa merupakan sebuah gejala, sehingga munculnya minat dalam psikolog sehinga munculnya minat tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menjadi penyebabnya. Faktor tersebut diantaraya:
2.         Faktor Individu.
Meruakan pengaruh yang muncul dalam diri siswa secara alami, misalnya diakibatkan karena ; kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi dan dan sifat pribadi. Setiap individu mempunyai tingkat kematangan serta kecerdasan yang berbeda sehingga minat yang muncul juga tidak sama antara individu satu dengan yang lain. Misalnya, seseorang yang mempunyai kecerdasan dibidang mata pelajaran ekonomi maka akan cenderung melakukan aktifitas dibidang kerja atau koperasi. Sebaliknya sesorang yang mempunyai kecerdasan dibidang perikanan maka akan cenderung melakukan aktivitas di sawah/ tambak. Perbedaan kecerdasan tersebut terjadi karena setiap individu satu dengan yang lain mempunyai tingkat motivasi diri yang berbeda, sedangkan motivasi tersebut diperoleh melalui pengetahuan, pengalaman, atau pelatihan yang diikuti. Jadi apabila siswa dilatih dan dibiasakan untuk mengenal perikanan melalui pengajaran muatan lokal budidaya perikanan di sekolah, maka secara otomatis minat belajar tersebut akan muncul dalam diri siswa, tergantung individu itu sendiri.
3.         Faktor Sosial.
Merupakan pengaruh yang muncul diluar individu, misalnya diakibatkan karena; kondisi keluarga, lingkungan, pendidikan dan motivasi sosial. Minat yang dipengaruhi oleh faktor sosial misalnya; ketika siswa hidup dalam masyarakat yang kesehariannya bersentuhan dengan padi (mayoritas petani padi), maka siswa cenderung ingin tahu dan mengenal kegiatan tersebut karena merasa menjadi bagian darinya, sebaliknya jika kesehariannya bersentuhan dengan ikan (mayoritas pekerja tambak), maka siswa cenderung ingin tahu dan mengenal lebih dalam mengenai perikanan. Jadi apabila siswa mempunyai latar belakang keluarga atau masyarakat yang beroperasi dibanding perikanan, maka minat belajar muatan lokal budidaya perikanan tersebut juga akan muncul dengan sendirinya.














BAB III
KESIMPULAN
3.1    Simpulan
Berbagai macam tes minat yang ada, terdapat dua tes minat yang paling banyak yang digunakan sampai saat ini, yaitu:
1.                  Strong Vocational Interest Blank
2.                  Kuder Prefence Survey
Pada umumnya hasil tes minat digunakan dalam 4 bidang terapan, namun jarang hasil tes minat itu digunakan secara ekslusif dengan mengabaikan hasil pengukuran terhadap aspek kognitif dan aspek kognitif.

3.2    Saran
Tes Minat sebagai alat pengukur minat yang berguna dalam konseling pekerjaan, konseling karir, perencanaan bacaan anak dan penjurusan siswa, perlu dipahami lebih dalam konsep-konsepnya untuk memperoleh hasil yang memang sesuai dengan individu tersebut











DAFTAR PUSTAKA


1 comment:

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD

    PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD      BAB I PENDAHULUAN   A.  ...