Friday, December 9, 2016

Makalah Pragmatik Imperatif

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bahasa pada perinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat untuk menunjukan identitas masyarakat pemakai bahasa. Salah satu ilmu yang mengkaji bahasa dalam bentuk tuturan adalah ilmu pragmatik. Pragmatik merupakan cabang linguistik dengan objeknya adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Dalam penggunaan bahasa banyak digunakan berbagai jenis tuturan terutama dalam penggunaan bahasa Indonesia. Salah satu yang termasuk dalam jenis tuturan bahasa Indonesia adalah tuturan imperatif.
            Istilah imperatif lazim digunakan untuk menunjuk salah satu tipe kalimat bahasa Indonesia, yakni kalimat imperatif atau perintah. Keraf dalam Rahardi (2005:2) mendefinisikan bahwa kalimat perintah sebagai kalimat yang digunakan untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Kalimat imperatif secara fungsional tidak hanya memiliki makna pragmatik memerintah saja, melainkan dapat memiliki makna-makna pragmatik lainnya. Berdasarkan fenomena yang telah penulis paparkan, penulis beranggapan bahwa penelitian mengenai wujud pragmatik imperatif sangat menarik dan perlu untuk dipahami.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apakah Definisi Imperatif
2.      Apasaja Tuturan yang terdapat dalam Pragmatik Imperatif

1.3.Tujuan
Beradarkan masalah yang telah penulis rumuskan, maka dapat ditentukan tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut :
1.      Untuk menambah wawasan mengenai Wujud Formal Pragmatik Imperatif
2.      Untuk mengetahui jenis tuturan yang terdapat dalam Wujud Formal Pragmatik Imperatif

BAB II
PEMBAHASAN
1.      Wujud Formal dan Wujud Pragmatik Imperatif
Sebelum diuraian lebih lanjut prihal kesantunan dan peringkat kesantunan pemakai tuturan imperatif, terlebih dahulu dibicarakan tentang wujud tuturan imperatif di dalam bahasa indonesia. Wujud imperatif tesebut mencangup dua macam hal, yakni (1) wujud imperatif formal atau struktural dan (2) wujud imperatif pragmatik atau nonstruktural. Wujud formal imperatif adalah realisasi maksud imperatif dalam bahsa Indonesia menurut ciri struktural atau ciri formalnya. Sedangkan, wujud pragmatik imperatif adalah realisasi maksud imperatif menurut makna pragmatiknya.
1.1. Wujud formal imperatif
Di depan sudah disampaikan bahwa yang dimaksud dengan wujud struktural imperatif adalah realisasi maksud imperatif apabila dikaitkan dengan ciri formal atau ciri strukturalnya. Secara formal, tuturan imperatif dalam bahsa Indonesia meliputi dua macam perwujudan, yakni (1) imperatif aktif dan (2) imperatif pasif.
a). Imperatif Aktif
            Secara singkat imperatif aktif dalam bahasa indonesia dapat dibedakan berdasarkan penggolongan verbanya menjadi dua macam, yakni imperatif atif yang berciri tidak transitif dan imperatif aktif yang berciri transitif. Pada bagian berikut kedua macam tipe imperatif aktif tersebut diuraian terperinci.
(1). Imperatif Aktif dan Tidak Aktif
            Imperatif dalam bahasa Indonesia dapat berinci tidak transitif. Imperatif yang demikian dapat dengan mudah dibentuk dari tuturan deklaratif, yakni dengan menerapkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: (1) menghilangkan subjek yang lazimnya berupa pesona kedua seperti Anda, Saudara, kamu, kalian, Anda sekalian,Saudara sekalian, kamu sekalian dan kalian-kalian; (2) mempertahankan bentuk verba yang dipakai dalam kalimat deklaratif itu seperti apa adanya, dan (3) menambahkan partikel –lah pada bagian tertentu untuk memperluas maksud imperatif aktif tersebut.

(2). Imperatif Aktif Transitif
            Untuk membentuk tuturan imperatif aktif transitif, ketentuan yang telah disampaikan terdahulu dalam membentuk tuturan imperatif aktif tidak transitif tetapi berlaku. Perbedaannya adalah bahwa untuk membentuk imperatif aktif transitif, verbanya harus dibuat tanpa berlawanan me-N.
            Perlu dicatat bahwa apabila verba kalimat deklaratif yang akan dibentuk menjadi imperaktif aktif transitif itu memiliki dua unsur awalan, seperti misalnya memper- dan member-,hanya unsur me-N sajalah yang perlu ditinggalkan.
b). Imperatif Pasif
            Di dalam komunikasi keseharian, maksud tuturan imperatif lazim dinyatakan dalam tuturan yang berdiatesis pasif. Digunakan bentuk tuturan yang demikian dalam menyatakan maksud imperatif karena pada pemakaian imperatif pasif itu, kadar suruhan yang dikandung di dalamnya cenderung menjadi rendah. Selain itu, bentuk imperatif pasif juga dapat mengandung konotasi makna bahwa orang ketigalah yang diminta melakukan sesuatu sesuatu, bukannya orang kedua. Kadar permintaan dan kadar suruhan yang terdapat di dalam imperatif itu tidak terlalu tinggi karena maksud tuturan itu tidak secara langsung tertuju pada orang yang bersangkutan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa di dalam pemakaian tuturan imperatif pasif itu terdapat maksud penyelamatan muka yang melibatkan muka si penutur maupun muka diri si mitra tutur.
Dari penelitian, didapatkan bahwa berdasarkan perannya, imperative pasif di dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi lima macam. Kelima macam wujud imperative pasif itu berturut-turut dapat disebutkan sebagai berikut: (1) imperative pasif objektif “penderita”, (2) imperative pasif benefaktif “pengguna” atau “yang menggunakan”. (3) imperative pasif reseptif “penerima”, (4) imperative pasif lokatif “tempat”, dan (5) imperative pasif instrumental “alat”. Tuturan (162), (163), (164), (165), dan (166) berikut satu per stau dapat digunakan untuk memperjelas hal ini.
            (162) “kerjakanlah tugas itu sebaik-baiknya! Dan, anu…. Ya, tugas itu harus diserahkan tepat pada waktunya.”
Tuturan seorang dosen kepada seorang mahasiswa yang saat itu diberi tugas khusus karena telah berkali-kali gagal dalam ujian akhir.
            (163) “ratih… ambilkan saya surat edaran tadi! Saya mau mencermati lagi isinya.”
Informasi indeksal:
Tuturan seorang direktur kepada sekretarisnya pada saat mereka bersama-sama bekerja di ruang kerja direktur.
            (164) “kunjungilah orang tuamu setiap waktu! Harus diingat merekalah yang mengadakan kamu. Jangan pernah kamu terlantarkan!”
Informasi indeksal:
Tuturan seseorang orang tua asuh kepada anak asuhannya pada saat ia diberi nasehat acara makan mlam bersama.
            (165) “hampirilah warung kopi di pinggir jalan itu! Kalau saya tidur bangunkan saja pas sampai di warung itu. Kopinya…wah…nikamat sekali!”
Informasi indeksal:
Tuturan seseorang sudah biasa bebergian kepada sopirnya di dalam mobil yang sedang dikendarai bersama. Orang tersebut sudah berulang kali mampir minum di warung kopi itu sementara sopirnya belum pernah sma sekali.
            (166) “tukarkan dengan rokok sajalah semua uangmu. Antaok! Tidak peril makan! Apalagi minum. Semua tidak perlu!”
Informasi indeksal:
Tuturan seorang ibu kepada anaknya yang sudah kecanduan rokok. Snag ibu agak bernada marah karena sudah jengkel dengan kebiasaan jelek anaknya.

1.2. wujud pragmatic imperative
            Berbeda dengan wujud formal imperative sebagaimana telah disampaikan di bagian terdahulu, wuwjud pragmatic imperative dalam bahasa Indonesia tidak selalu berupa konstruksi imperative. Dengan perkataan lain, wujud pragmatik imperative dalam bahsa Indonesia tersebut dapat berupa tuturan yang bermacam-macam, dapat berupa konstruksi imperative dan dapat pula berupa konstruksi nonimperatif.
            Adapun yang dimaksud dengan wujud pragmatic adalah realisasi maksud imperative dalam bahasa Indonesia apabila dikaitkan dengan konteks situasi tutur yang melatrbelakanginya. Makna pragmatikimperatif tuturan yang demikian itu sangat ditentukan oleh konteksnya. Konteks yang dimaksud dapat bersifat ekstralingustik dan dapat pula bersifat intralinguistik.
            Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan sedikitnya tujuh belas macam makna pragmatic imperative di dalam bahsa Indonesia. Ketujuh belas macam makna pragmatic imperative itu ditemukan baik di dalam tuturan imperative langsung maupun di dalam tuturan imperative tidak langsung. Pada bagian-bagian berikut ini, masing-masing wujud makna pragmatic imperative tersebut diuraikan secara terperinci.
a.      Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperative perintah
Imperative langsung yang mengandung makna perintah dapat dilihat, misalnya pada contoh tuturan (167) a,b, dan c pada bagian berikut. Perlu dicatat bahwa untuk membuktikan apakah masing-masing tuturan menganmdung makna perintah, tuturan itu dapat dikenakan teknik parafrasa atau teknik ubah ujud seperti yang lazim digunakan dalam analisis lingusitik structural. Contoh tuturan (168) a,b1, b2, dan c pada bagian berikut dapat dipertimbangkan untuk memperjelas hal ini.
(167)    a. “diam! Hansip tahu apa. Orang mati kok hidup lagi. Ini bukan lenong”
Informasi indeksal:
Tuturan seoarang polisi dengan seorang hansip dalam sebuah cerita yang pada saat itu keduanya sedang terlibat dalam pertengkaran karena sesuatu hal.
b.bunuh saja. Ya, itu tentu . tapi, bagaimana caranya? Tembak! Tembak! Tidak, itu terlalu lekas dan ringan. Kitagantung. Kita gantung.”
Informasi indeksal”
Tuturan orang-orang yang terlibat dalam sebuah kerusuhan masa pada saat mereka nberhasil menangkap seorang pemicu kerusuhan disuatu kota.
c.”monik, lihat!
informasi indeksal:
tuturan yang disampaikan oleh pacar monik ketika ia melihat ada sebuah mobil yang menyelonong ke arahnnya pada saat mereka berdua berjalan di sebuah lorong kota.
(168)    A.polisi memerintahkan kepada hansip supaya dia diam
            B1. Seorang pengawal stasiun memerintahkan kepada pengawal yang lain untuh membunuh saja.
            B2. Seorang pengawal stasiun memerintahkan kepada pengawal yang lain untuk menembak saja
C.steve memerintahkan monik dengan berteriak agar ia melihat sesuatu yang dituynjukkan steve
            Di dalam pemaiakaian bahsa Indonesia keseharian, terdapat beberapa makna pragmatic imperative perintah yang tidak saja diwujudkan dengan tuturan imperative esperti contoh di atas, melainkan dapat diwujudkan dengan tuturan nonimperatif. Imperative yang demikian dapat disebut dengan imperative tidak langsung yang hanya dapat diketahui makna pragmatiknya melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya. Contoh tuturan (169_ dan (170)berikut dapat dipertimbangkan untuk memperjelas pernyataan ini.
(169) “jika nawaksara akan diseminarkan,silakan”
Informasi 9indeksal:
Tuturan seorang kepala negara kepada masyarakat umum di dalamacara telivisi pada saat isu akan diseminarkannya pidato nawaksara semakin merebak.
(170) “kerusuhan pekalingan itu ada yang menggerakkan:
Informasi indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang panglima angkatan bersenjata kepada masyarakat umum pada saat kerusuhan di berbagai kota mulai terjadi menjelang peristiwa pemilihan umum.
            Tuturan (169) “jika nawaksara akan diseminarkan, silakan!” yang dituturkan seorang kepala negara bitu akan dapat ditafsirkan menjadi bermacam-macam kemungkinan makna oleh warga masyarakat. Secara lingusitik, karena di bagian akhir tuturan itu terdapat kata silakan tuturan itu kemungkinan besar akan ditafsirkan sebagai sebuah imperative yang bermakna persilaan. Oleh sementara orang yang lain, tuturan itu akan dapat ditafsirkan sebagai sebuah perintah karena di dalamnya terkandung maksud agar orang tidak perlu lagi mengadakan seminar mengenai pidato “Nawaksara” tersebut. Oleh sekelompok orang yang lain lagi, tuturan itu barangkali akan diartikan sebagai sebuah larangan sekalipun terdapat kata “silakan” di dalamnya. Demikian pula, pada tuturan (170) yang dituturkan oleh seorang kepala staf angkatan darat kepada wartawan itu, sekalipun secara lingustik tidak berwujud imperative, namun di dalamnya terkandung maksud atau makna pragmatic imperatif. Tuturan itu dapat ditafsirkan masyarakat umum bahwa mereka tidak boleh dengan mudahy melakukan kasak-kususk dan berprasangka yang tidak semestinya tentang penyebab kerusuhan pekalongan yang telah terjadi itu karena jelas kerusuhan tersebut ada penggeraknya, di pihak yang lain, tuturan tersebut kemungkiann akan dapat ditafsirkan oleh seorang prajurit angkatan bersenjata yang menjadi bawahan sang kepala staf angkatan darat sebagai sebuah perintah atau bahkan instruksi untuk segera menangkap penggerak kerusuhan itu.
            Dengan demikian, jelas bahwa banyak tuturan di sekitar kita yang sebenarnya mengandung makna pragmatic imperative tertentu, namun wujud konstruksinyta bukan tuturan imperatif. Hanya konteks situasi tuturlah yang dpat menentukan kapan sebuah tuturan akan ditafsirkan sebagai imperatif perintah dan kapan pula sebuah tuturan akan dapat ditafsirkan dengan makna imperatif yang lain.
b.      Tuturan yang mengandung makna pragmatic imperative suruhan
Secara structural, imperative yang bermakna suruhan dapat ditandai oleh pemakaian penanda kesantunan coba seperti dapat dilihat pada contoh tuturan (171) dan tuturan (172) berikut.
(171) “coba hidupkan mesin mobil itu!’
(171a) “saya menyuruhmu supaya menghidupkan mesin mobil itu.”
Informasi indeksal:
Tuturan 171 dan 171a disampaikan oleh seorang montir kepada pemilik mobil yang kebetulan sedang rusak di pinggir jalan.
(172) “coba luruskan kakimu kemudian ditekuk lagi perlahan-lahan”
(172a) “saya menyuruhmu supaya meluruskan kakimu kemudian ditekuk lagi perlahan-lahan.”
Imformasi indeksal:
Tuturan 172dan 172a disampaikan oleh seorang ahli pijat urat kepala seorang pasien. Pasien itu terkilir kakinya sehingga sangat sulit untuk diluruskan seperti dalam keadaan normal.
            Tuturan-tuturan di atas secara berturut-turut dapat diparafrasa sehingga menjadi tuturan (171a) dan (172a) untuk mengatahui secara pasti apakah benar tuturan tersebut merupakan imperative dengan makna suruhan. Pada kegiatan bertutur yang sesungguhnya, makna pragmatic imperative suruhan itu tidak selalu diungkapkan dengan konstruksi imperative seperti yang disampaikan di atas,. Seperti yang terdapat pada wujud-wujud imperatif lain, makna pragmatik imperatif suruhan dapat diungkapkan dengan bentuk tuturan deklaratif dan tuturan interogatif, seperti dapat dilihat pada contoh-contoh tuturan berikut.
(173) direktur: “ah, panas betul ruang sekretaris direktur yang di atas itu.”
Pembantu direktur: “baik pak, nanti saya sampaikan kepada petugas yang bisa memasang kipas angin.
Informasi indeksal:
Dituturkan oleh seorang direktur kepada pembantu direktur pada saat keduanya meninjau ruang-ruang kerja yang baru sja selesai dibangun.
(1740 dosen: “pagi ini saya akan banyak menyampaikan kuliah dengan banyak menjelaskan. Mike dan wirelesnya sudah siap ataukah belum?”
Mahasiswa: “sebentar pak, saya dating ke bagian perlengkapan dulu.”
Imformasi indeksal:
Dituturkan oleh seorang dosen kepada mahasiswa di dalam ruang kuliah kampus pada saat ia akan mengawali perkuliahannya.
c.       Tutran yang mengandung makna pragmatic imperative permintaan
Di bagian depan sudah disampaikan bahwa pada tutran imperative yang mengandung makna permintaan lazimnya terdapat ungkapan penanda kesantunan tolong atau frasa lain yang bermakna minta. Makna imperative permintaan yang lebih halus diwujudkan dengan penanda kesantunan mohon seperti dapat dilihat pada tuturan (175) sampai dengan tuturan (177) berikut ini.
(175) totok: “tolong pamitkan, mbak!”
Narsih: “iya, tok. Selmaat jalan, ya!”
Imformasi indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh seseorang kepada sahabtnya pada saat iia akan mmeninggalkan rumahnya pergi ke kota karena ada keperluan yang tidak dapat ditinggalkan. Pada saat yang sama, sebenarnya, ia harus menghadiri sebuah acara rapat kareang taruna di desanya.
(176) ella: “sst. Ada orang, monik.”
Monik: “ah, tolonhlah, engkau lebih dekat ke pintu!”
Informasi indeksal:
Tutran seseornag kepada teman dekatnya pada saat mereka berdua berada di dalam kamar. Mereka sedang membicarakan sesuatu dengan asyiknya, namun seketika itu juga ada orang mengetuk pintu.
(177) totok: “pak saya minta diantar ke sekip dulu, pak!”
Tukang becak: “wa, lha ongkosnya lain, mas.”
Imfor,masi indeksal:
Tuturan ini dismapaikan oleh seorang mahasiswa kepada seorang tukang becak pada saat ia dalam perjalanan menuju ke sebuah kampus. Di tengah perjalanan, ia berbicara kepada tukang becak itu agar diantar ke wilayah tertentu.
d.       Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Permohonan
            Secara structural, imperaktif yang mengandung makna permohonan, biasanya, ditandai dengan ungkapan penanda kesantunan mohon. Selain ditandai dengan hadirnya penanda kesantunan itu, partikel –lah juga lazm digunakan untuk memperhalus kadar tuntutan imperaktif permohonan.
Contoh :
a)      “Mohon tanggapi secepatnya surat ini !”
Informasi indeksal :
Tuturan seorang pimpinan kepada pimpinan lain dalam sebuah kampus pada saat mereka membicarakan surat lamaran pekerjaan dari seorang calon pegawai.

b)      “Mohon kurangi kecepatan, jalan menikung tajam !”
Informasi indeksal :
Bunyi tuturan peringatan pada sebuah jalan yang berkelok-kelok di daerah Priangan Jawa Barat.

Tuturan-tuturan (a) dan (b) di atas, dapat diprafrasa menjadi tuturan deklaratif seperti dapat dilihat pada tuturan (a) dan (b)  berikut ini:
                   a)  “Saya memohon saudara menanggapi secepatnya surat ini.”
                   b)  “Kami memohon supaya saudara mengurangi kecepatan karena jalan menikung tajam.”
                        Informasi indeksal :
  Tuturan-tuturan ini disampaikan dengan latar belakang situasi seperti yang terdapat pada   tuturan (a) dan (b).
Sebagaimana didapatkan pada bentuk-bentuk imperaktif  lainya, dalam kegiatan bertutur,  sesungguhnya makna pragmatic imperaktif permohonan tidak selalu dituangkan dalam konstruksi imperaktif.

e.        Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperaktif Desakan
                        Lazimnya, imperaktif dengan makna desakan menggunakan kata ayo atau mari sebagai pemarkah makna. Selain itu, kadang-kadang digunakan juga kata harap atau harus untuk memberi penekanan maksud desakan tersebut. Intonasi yang digunakan untuk menuturkan imperaktif jenis ini, lazimnya, cenderung lebih keras dibandingkan dengan intonasi pada tuturan imperaktif yang lainya. Tipe imperative tersebut itu dapat dilihat pada tuturan-tuturan berikut :
            (a). Bibi kepada Monik : “ Ayo, makanlah dulu. Nanti temanmu kemalaman pulangnya. Ayo! Ayo, makan dulu!”
            Informasi indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh Bibinya Monik pada saat Monik bersama temanya berada di rumah sang Bibi.

                        Tuturan-tuturan di atas dapat diparafrasa atau diubahujudkan, sehingga menjadi tuturan-tuturan yang bukan berbentuk tuturan imperatif, seperti pada tuturan-tuturan berikut.
(a). “Kami mendesamu supaya kamu makan dulu, Nanti temanmu pulangnya kemalaman,  Ayo! Ayo, makan dulu.”
                         Maksud atau makna pragmatik imperative desakan dalam kegiatan bertutur yang sebenarnya dapat juga ditunjukan dengan tuturan-tuturan yang berkonstruksi nonimperatif seperti dapat dilihat pada tuturan berikut :
            (a). Panglima ABRI : “kerusuhan yan terjadi di berbagai tempat  menjelang pemilu ini   sudah di atas batas kewajaran.”
                        Informasi Indeksal :
Tuturan ini disampaikan oleh seorang panglima pada saat keadaan politik menghangat menjelang pemilu. Pernyataan dimaksudkan untuk mendesak semua pihak agar menjadi lebih waspada dalam menghadapi perkembangan politik.

(b). Seorang suami kepada dokter: “Dokter, kapan istriku bisa segera keluar dari ruang ICU dan pindah ke bangsal ?”

Informasi Indeksal :
Tuturan ini meru akan cuplikan percakapan yang terjadi di sebuah ruang di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta antara seorang Bapak dengan dokter.



f.        Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Bujukan

            Imperatif yang bermakna bujukan di dalam bahasa Indonesia, biasanya, diungkapkan dengan penanda kesantunan ayo atau mari. Selain itu, dapat juga imperatif tersebut diungkapkan dengan penanda kesantunan tolong, seperti dapat dilihat pada contoh berikut:
(a). Ibu kepada anaknya yang masih kecil: “Habiskan susunya dulu, yo! Nanti terus pergi ke Malioboro Mall.”

Informasi Indeksal:
Tuturan disampikan oleh seorang Ibu kepada anaknya yang masih kecil dan agak sulit disuruh minum susu. Tuturan itu dimaksudkan untuk membujuk si anak agar ia mau minum susu.
(b). Tuan rumah kepada pembantu: “Nem, tolong kamu jangan jadi pulang minggu depan, ya. Ibu dan Bapak akan ada acara ke Semarang.”

Informasi Indeksal:
 Tuturan disampikan oleh seorang majikan kepada pembantunya yang pada saat itu telah merencanakan pulang kampong. Karena sesuatu hal, maka sang majikan membujuk agar ia tidak jadi pulang kampong.

            Seringkali didapatkan bahwa imperatifyang mengandung makna pragmatik bujukan, tidak diwujudkan dalam bentuk tuturan imperative seperti yang telah disebutkan di atas. Maksud atau makna pragmatik imperative bujukan dapat diwujudkan dengan tuturan yang berbentuk interogatif ataupun deklaratif, sepereti contoh berikut:

(a). Bapak kepada anak: “kalau kamu mau masuk ASMI pasti nanti kamu cepat dapat pekerjaan.”

Informasi Indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang ayah kepada anaknya pada saat ia kebingungan memilih dan menentukan perguruan tinggi setelah ia menyelesaikan SMU.

(b). Direktur kepad dosen yang akan diminta melaksanakan tugas beajar ke luar negeri: “ Luar negeri memang gudangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Besok pulang dari sana pasti anda sudah menjadi orang.”

Informasi Indeksal:
Tuturan disampikan oleh seorang pimpinan perguruan tinggi pada saat member penjelasan kepada para dosen yang akan mendapatkan tugas studi di luar negeri.

g.       Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Imbauan

                        Imperatif yang mengandung makna imbauan, lazimnya, digunakan bersama partikel –lah. Selain itu, imperati jenis ini sering digunakan bersama dengan ungkapan penanda kesantunan harap dan mohon seperti tampak pada contoh berikut:
           
                        (a). “Jagalah kebersihan lingkungan!”
                                   
                        Informasi Indeksal:
                        Bunyi tuturan peringatan di sebuah taman wisata.

                        (b). “Mohon, jangan membuang sampah di sembarang tempat!”

                        Informasi Indeksal:
Bunyi peringatan yang terdapat di salah satu sudut kampus STKIP PGRI Bandar Lampung.                               

           


             
h.       Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperaktif Persilaan
            Imperaktif persilaan dalam bahasa Indonesia ,lazimnya ,digunakan dengan penanda kesantunan silakan .Seringkali digunakan pula bentuk pasif dipersilahkan untuk menyatakan maksud pragmatik imperaktif persilaan itu.Bentuk yang kedua cenderung lebih sering digunakan pada acara-acara formal yang sifatnya protokoler.Tuturan (203) sampai dengan tuturan (205) berikut dapat dipertimbangkan untuk memperjelas hal ini.
(203) Ketua senat mahasiswa :”Silakan Saudara Monik!”
            Monik                         :”Terima kasih Saudara Ketua.”
Informasi Indeksal:
Tuturan ini merupakan cuplikan percakapan yang terjadi di sebuah kampus pada saat berlangsung rapat senat mahasiswa.
(204) Komandan kepada letnan Pongki:”Tenang ,tenang ,Pong!Sudah,silakan duduk saja,tidak usah tegang berdiri begitu ,dan ini rokok biar agak tenang.”
Informasi Indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang komandan angkatan bersenjata kepada bawahannya ,seorang letnan ,pada saat ia melaporkan suatu kejadian sangat yang penting dan mendesak.
(205) Antarpasien tua di rumah sakit :”Silakan ,silakan! Nah ,marilah kita sekarang bersama-sama menengok tanaman apa saja yang ada di pekarangan di dekat kamar mayat sana itu.”
Informasi Indeksal:
Tuturan ini terjadi di dalam rumah sakit ,antarpasien yang sudah berusia lanjut ,keduanya sudah berhubungan dengan sangat baik.

Makna Pragmatik tuturan imperaktif persilaan pada komunikasi keseharian dapat ditemukan juga di dalam bentuk tuturan nonimperaktif.Tuturan itu dapat dilihat pada contoh tuturan (206),(207),dan (208) berikut.
(206) Antar dosen di sebuah perguruan tinggi :”Buku yang saya beli kemarin sudah selesai saya baca tadi malam.Sekarang masih di dalam tas ,kok!”
Informasi Indeksal:
Tuturan ini terjadi di ruang tertentu pada sebuah perguruan tinggi,seorang dosen berbicara kepada dosen yang lain dalam suasana santai.
(207) Dosen dengan mahasiswa yang akan bimbingan :Nanti sore saya sibuk mengajar dan mengetik naskah.Sekarang ini saya kosong.”
Informasi Indeksal:
Tuturan seorang dosen kepada mahasiswa bimbingan yang terjadi pada sebuah ruang dosen perguruan tinggi.
(208) Direktur  :”Sudah jam empat belas lebih .Katanya mau pamit pulang awal?”
          Sekretaris:”Ya ,bu.Terima kasih.Saya permisi dulu,Bu.”
Informasi Indeksal :
Tuturan ini terjadi di dalam ruang kerja direktur sebuah perusahaan ,antara seorang direktur dengan sekretarisnya.

i.        Tuturan yan Mengandung Makna Pragmatik Imperaktif Ajakan
   Imperaktif dengan makna ajakan,biasanya ,ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan mari dan ayo.Kedua macam penanda kesantunan itu masing-masing memiliki makna ajakan.Pemakaian penanda kesantunan itu di dalam tuturan dapat dilihat pada contoh tuturan (209) sampai dengan tuturan (211) berikut.
(209) Monik kepada tante:”Mari makan,Tante!”
Informasi Indeksal:
Tuturan ini terjadi di dalam ruang makan pada sebuah keluarga ,orang yang satu mengajak orang yang lain  untuk makan bersama.
(210) Bibi kepada Monik dan rekan-rekannya:”Ayo,pada makan dulu,yo.Kebetulan saya bikin sayur asem dan pepes ikan Peda.”
Informasi Indeksal:
Tuturan ini terjadi di ruang makan ,pada saat sang bibi mengajak para tamu yang sudah sangat sering bertemu di rumah sang bibi.
(211) Steve kepada teman-temannya:”Mari kita lihat!” Pokoknya ,percaya boleh.Tidak ,juga tidak apa-apa.”
Informasi Indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh seseorang yang sedang mengajak teman-temannya mengikuti dia karena ada sesuatu yang sangat penting yang akan ditunjukkannya.
Secara pragmatik ,maksud imperaktif ajakan ,ternyata,tidak selalu diwujudkan dengan tuturan –tuturan yang berbentuk imperaktif.Berkenaan dengan makna pragmatik imperaktif ajakan termaksud tuturan (212) dan (213) berikut dapat dipertimbangkan.
(212) Suami kepada istri :”Bu. . .! Perutku ,nich.Sudah keroncongan dari tadi .”
Informasi Indeksal:
Tuturan yang disampaikan seorang suami kepada istrinya,sang suami mengajaknya untuk membeli makan untuk makan malam.
(213) Istri kepada suami :”Pak . . .! Si Iyan batuknya mengerikan sekali,lho.Sore ini bisa, to?”
Informasi Indeksal:
Tuturan seorang istri kepada suaminya  ,mengajaknya untuk berangkat ke rumah sakit memeriksakan anaknya yang saat itu sakit batuk parah.

j.        Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperaktif Permintaan Izin
    Imperaktif dengan makna permintaan izin ,biasanya,ditandai dengan penggunaan ungkapan penanda kesantunan mari dan boleh.Tuturan (214) dan (215) berikut dapat dicermati untuk memperjelas hal ini.
(214) Adik kepada kakak perempuan:”Mbak,mari saya bawakan tasnya!”
Informasi Indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang adik kepada kakak perempuannya yang bertemparamen keras,segala sesuatunya selalu akan dilakukan sendiri tanpa campur tangan dan keterlibatan orang lain.
(215) Sekretaris kepada direktur:”Pak,boleh saya bersihkan dulu meja kerjanya?”
Informasi Indeksal :
Tuturan ini disampaikan oleh seorang sekretaris kepada direkturnya ,ia meminta izin untuk membersihkan dulu meja kerja direktur yang saat itu penuh dengan kertas dan berkas-berkas.

Secara pragmatik ,imperaktif dengan maksud atau makna pragmatik permintaan izin dapat diwujudkan dalam bentuk tuturan nonimperaktif.Berkaitan dengan hal ini contoh tuturan (216) dan (217) berikut dapat dipertimbangkan.
(216) Sekretaris kepada direktur :”Sebentar, Pak.Saya ambilkan dulu notulennya di almari dekat meja Bapak.”
Informasi Indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang sekretaris kepada direkturnya yang saat itu menanyakan hal tertentu yang pernah diputuskan di dalam rapat sebelumnya.
(217) Mahasiswa kepada dosen :”Maaf,Pak.Kalau boleh nanti sore saya akan sowan ke tempat Bapak menyerahkan makalah yang seharusnya sudah diserahkan pagi tadi.”
Informasi Indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang mahasiswa kepada dosennya ,bermaksud meminta izin kepada dosen tersebut datang ke rumah menyerahkan tugas yang terlambat diserahkan.
k.      Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperaktif Mengizinkan
       Imperaktif yang bermakna mengizinkan,lazimnya ,ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan silakan.Tuturan (218) dan (219) berikut dapat digunakan sebagai ilustrasi.
(218) “Silakan merokok di tempat ini !”
Informasi Indeksal:
Tuturan ini ditemukan di tempat tertentu yang khusus disediakan untuk para perokok.Di lokasi itu orang tidak diperkenankan merokok selain di tempat itu.
(219) “Silakan membuang sampah di lokasi ini!”
Informasi Indeksal:
Tuturan ini ditemukan di lokasi yang disediakan khusus untuk tempat pembuangan sampah.

  Secara pragmatik ,imperaktif dengan maksud atau makna pragmatik mengizinkan dapat ditemukan dalam komunikasi sehari-hari dan lazimnya diwujudkan di dalam tuturan nonimperaktif.Tuturan (220) sampai dengan (223) berikut semuanya mengandung makna pragmatik mengizinkan sekalipun bukan berbentuk tuturan imperaktif.
(220) “Jalan masuk khusus untuk para pelamar pekerjaan .”
Informasi Indeksal:
Bunyi sebuah tuturan pemberitahuan kepada para pencari kerja yang terdapat pada sebuah perusahaan.
(211) “Menerima buangan tanah bekas bangunan.”
Informasi Indeksal:
Bunyi sebuah tuturan pemberitahuan pada sebuah lokasi pembuangan tanah bekas bangunan.
(222) “Khusus parkir mobil dosen dan karyawan.”
Informasi Indeksal:
Bunyi sebuah tuturan pemberitahuan pada sebuah lokasi parkir perguruan tinggi.
(223) “Potong rambut khusus wanita.”
Informasi Indeksal:
Bunyi sebuah tuturan pemberitahuan pada sebuah salon kecantikan khusus wanita.

l.        Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperaktif Larangan
   Imperaktif dengan makna larangan dalam bahasa Indonesia ,biasanya ,ditandai oleh pemakaian kata jangan ,seperti dapat dilihat pada contoh tuturan berikut.
(224) Ishak kepada Satilawati:”Jangan kau sangka aku akan bersedih oleh karena ini!”(Satilawati bergerak seperti hendak pergi).
Informasi Indeksal:
Tuturan ini terjadi pada saat keduanya sedang bertengkar di tempat tertentu.Pria dan wanita ini memiliki hubungan yang sangat dekat dan khusus.
(225) Ishak kepada Satilawati :”Jangan berkata begitu Satilawati ,hatiku bertambah rusak!”
Informasi Indeksal:
Tuturan ini terjadi dalam perbincangan yang bersifat pribadi antara seorang dengan orang yang lainnya pada saat mereka bertemu di kantin perguruan tinggi.
(226) Ibu kepada Neti :”Sudah ,jangan banyak bela diri,aku sudah kenal kamu,setiap kata,satu saja dariku kau balas dengan kuliah seribu kalimat.Yang aku minta sekarang hanya satu ,one thing only ,pakailah beha.Jangan seperti itu,pakai itu kamu sudah kelihatan membusung,kok masih dtambah-tambah ,mengundang bahaya.”
Informasi Indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang ibu kepada anaknya.Ia bermaksud  memperingatkan sesuatu kepadanya dalam hal berpakaian.
(227) Neti kepada Ibunya:”Lho ,nanti dulu.Jangan dipotong,saya belum selesai beragumentasi.”   
           
Informasi Indeksal :
Tuturan ini terjadi pada saat Neti dengan Ibunya bertengkar di dalam salah satu ruang keluarga mereka.
Imperatif yang bermakna larangan dapat diwujudkan secara pragmatik dalam bahasa Indonesia keseharian. Wujud pragmatik itu, ternyata, dapat berupa tuturan yang bermacam-macam dan tidak selalu berbentuk tuturan imperatif. Berikut ini contoh –contoh tuturan yang menunjukkan maksud atau makna pragmatik imperatif larangan itu satu demi satu.
(228) “Biarkan aku bebas dari sentuhan kakimu.”
            Informasi Indeksial :
            Tulisan peringatan yang terdapat pada sebuah taman di pinggir jalan protokol di Yogyakarta.
(229) “yang kencing anjing !”
            Informasi Indeksial  :
            Tulisan peringatan di tembok- tembok bangunan pada lorong –lorong kota Yogyakarta.
(230) “ ngebut benjut!”
            Informasi Ideksial  :
            Tulisan peringatan yang terdapat di jalan- jalan yang biasanya banyak terdapat anak kecil bermain.
(231) “Masuk dianggap pencuri !”
            Informasi Indeksial
            Tulisan di taman/kebun sebuah rumah yang tidak boleh dimasuki oleh seorang pemulung.
(232) “Tegangan tinggi !”
            Informasi Indeksial
            Tulisan peringatan yang terdapat pada setiap instalasi listrik tegangan tinggi.


m.      Tuturan yang Mendukung Makna Pragmatik Imperatif Harapan
imperatif yang menyatakan harapan, biasanya, ditunjukkan dengan penanda kesantunan harap dan  semoga. Kedua macam penanda kesatuan itu di dalamnya mengandung makna harapan. Berkenaan dengan makna pragmatik imperatif harapan itu, tuturan (235) sampai (239) berikut berturut-turut dapat dipertimbangkan.
            (235) “ Harap tenang ada ujian negara !”
            Informasi Indeksial
            Bunyi tuturan peringatan pada salah satu tempat di dalam kampus perguruan tinggi.
(236) “ Semoga  cepat sembuh !”
            Informasi Indeks
            Bunyi tuturan pada kantong plastik obat dari suatu apotek
(237) “Harap kunjungi dokter jika sakit berlanju !”
            Informasi Indeks
            Bunyi tuturan peringatan pada sebuah kemasan obat yang biasa dipromosikan lewat televisi.
(238) “ semoga dalam waktu yang tidak lama lagi. Lembaga saudara akan mendapatkan status disamakan !”
             Informasi Indeks
            Tuturan ini disampaikan oleh seorang pejabat pimpinan kopertis pada salah seorang pimpinan perguruan tinggi yang saat  itu sedang  bertamu kepadanya.
(239)  Ayah kepada Totok : “selamat jalan anakku ! semoga kamu sukses ! jangan bimbang, berangkatlah!”.
            Informasi Informasi
            Tuturan ini disampaikan oleh seorang ayah kepada anakknya yang saat itu berpamitan akan pergi merantau.
Secara pragmatik, imperatif yang mengandung maksud harapan banyak ditemukan dalam komunikasi keseharian. Maksud harapan itu, ternyata , banyak yang diwujudkan di dalam tuturan nonimperatif. Contoh-contoh berikut dapat dipertimbangkan untuk memperjelas hal ini.
(240) “ dalam waktu dekat, Dewata Agung pasti akan datang menghampiri dan menyelamatkan kita.”
            Informasi Indeks
            Tuturan ini dituturkan oleh seorang kepala keluarga di Bali kepada anggota keluarganya yang sedang menderita kesulitan berat.
(241) istri kepada suami yang sedang menghadapi sekarat maut. “  Massssssssssss ! Massssssssssss !
Massssss!”
Informasi indeks
Tuturan ini diteriakkan oleh seoran istri yang sedang menunggui suaminya ketika ia dalam sekarat maut di rumah sakit.
(242) Petani kepada petani yang lain : “kemarau, kok, panjang sekali. Ehhh, mbok, ya, segera turun hujan biar sumur –sumur tidak kering”.
Informasi indeksial
Tuturan ini disampaikan oleh seorang petani di sebuah kampung kepada petani-petani lain yang sama-sama menderita dan kesulitan karena kekeringan.  
n.       Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif umpatan
            Imperatif jenis ini relatif banyak ditemukan dalam pemakaian bahasa Indonesia pada komunikasi keseharian. Sebagai ilustrasi tentang makna pragmatik imperatif yang demikian, perlu dicermati tuturan
(243) si Gendut kepada Sopir : “kurang ajar kau ! jangan lancang, ya. Jangan bikin tuan besar menjadi marah. Ayo belok !”
Informasi indeksial :
Tuturan ini terjadi pada saat seorang sopir yang sedang berusaha menipu penumpangnya bertengkar dengan si penumpang yang kebetulan sangat pemberani dan tidak mau dikelabui.
(244) Antaranak muda, “ mampus kamu sekarang !”
Informasi indeksial
Tuturan ini disampaikan oleh seorang anak muda yang saat itu mendengar kabar bahwa temannya dijemput polisi dan diangkut ke kantor polisi.
(245 ) Myrna  kepada Rani : “ Awas, tunggu pembalasanku !”
Informasi indeks
Tuturan ini muncul pada saat keduanya bertengkar, yang satu saling mencerca yang lainnya.
            Secara pragmatik, imperatif yang mengandung yang mengandung makna pragmatik umpatan dapat juga ditemukan dalam komunikasi keseharian. Lazimnya, non-imperatif. Tuturan yang dimaksud misalnya dalam dalam dilihat pada contoh tuturan (246) dan (247) berikut.
(246) “ dasar ular, maunya pasti hanya enaknya saja !”
Informasi indeksial
Tuturan seorang pimpinan kepada bawahan yang berbuat kesalahan besar dan membuat perusahaan itu hancur kerana kesalan tersebut.
o.       Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif pemberian ucapan selamat
            imperatif jenis ini cukup banyak ditemukan di dalam pemakaian bahasa Indonesia sehari-hari. Telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia bahwa dalam peristiwa-peristiwa tertent, biasanya, anggota masyarakat bahasa Indonesia saling menyampaikan ucapan salam atau ucapan selamat kepada anggota masyarakat lain. Salam itu dapat berupa ucapan selamat, seperti dapat dilihat pada tuturan-tuturan berikut.
(248) Nati kepada Ibu : “ Mami !selamat jalan, dan oleh-olehnya, ya, nanti.”
Informasi indeks
Tuturan ini disampaikan pada saat ibunya Neti berangkat ke kota lain, sedangkan Neti harus tinggal di rumah.
(249) Ayah kepada Totok : “ selamat jalan anakku !semoga sukses !jangan bimbang, berangkatlah!”
Informasi indeksial :
Tuturan disampaikamn oleh ayah Totok krtika Totok yang kelihatan ragu-ragu meninggalkan ayahnya tinggal di rumahh sendirian.
(250) Teman kepada tewman lain yang sedang melaksanakan pesta pernikahan :” selamat bahagia, selamat menempuh hidup baru ! Proficiat, ya !
Informasi Indeks :
Tuturan ini disampaikan dalam acara penutupan acara peserta pernikahan pada saat setiap tamu menyalami mempelai sebelum para tamu pulang.
Di dalam komunikasi keseharian, imperatif yang bermakna pragmatik pengucapan selamat itu banyak yang diungkapkan dalam tuturan non-imperatif seperti dapat dilihat pada tuturan-tuturan berikut.
(251)    Dosen A: “ Dik, aku sudah jadi lulus ujian komperehensif kemarin.”
Dosen B : “wah, hebat Mas. Hebat . . .!”
Informasi indeksial
Tuturan ini disampaikan oleh seorang dosen kepada teman akrabnya, juga seorang dosen, yang baru saja lulus ujian komprehensif untuk rencana disertasinya.
(252)    Anak : “Bu, aku Juara 1.”
Ibu    : “wah . . . . anakku pinter tena.”
Informasi Indeksial
Tuturan ini muncul pada saat sang anak pulang dari sekolah yang baru saja menerima rapor dari gurunya.
(253)    Suami : “ Bu . . . .tadi sukses.”
Istri : “ wo. . .”(saling memeluk dan mencium)
Informasi indeksial tuturan ini terjadi pada saat sang suami kembali dari kampus, baru saja mengikuti ujian tertutup untuk penulisan disertasinya.
p.       Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Impratif Anjuran
secara struktural, imperatif yang mengandung makna anjuran, biasanya, ditandai dengan penggunaan kata hendaknya dan sebaiknya. Contoh-contoh tuturan berikut dapat dipertimbangkan untuk memperjelas hal ini.
(254) orang tua kepada anaknya: “ sebaiknya uang ini kamu simpan saja di alamari.”
Informasi indeksial
Tuturan ini disampaikan oleh ibu kepada anaknya yang masih kecil. Ia baru saja mendapatkan uang saku dari saudaranya.
(255) Dosen kepada mahasiswa : “ Hendaknya saudara mencari buku refrensi yang lain di toko buku.”
Informasi indeks
Tuturan ini disampaikan oleh seorang dosen kepada mahasiswa bimbingan yang sedang menyusun karya tulis, namun kekurangan refrensi yang memadai untuk penulisan karya tersebu.
(256) Dosen kepada mahasiswa bimbingannya: “, baik , jika saudara mau bekerja sama dengan mereka.”
Informasi indeks:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang dosen kepada mahasiswa bimbingannya yang mengatakan bahwa ia akan menjalin kerja sama dengan kelompok mahasiswa tertentu agar lebih berhasil dalam studinya.

Imperatif yang bermakna pragmatik anjuran itu mudah ditemukan di dalam komunikasi keseharian. Maksud atau makna pragmatik imperatif itu dapat diwujudkan dengan tuturan-tuturan non imperatif seperti dapat dilihat pada contoh tuturan berikut :
(257) Pimpinan kepada bawahan : “apakah saudara-saudara semua sudah mengurus jabatan akademik saudara masing-masing ?”

Informasi indeks
Tuturan ini disampaikan oleh direktur sebuah akademi kepada para dosen di dalam sebuah rapat dosen di kampus akademi tersebut.
(258) ketua RT kepada warganya : “Apakah  masih ada warga sini yang belum mengurus status kependudukannya ?”
 Informasi Indeks :
Tuturan ini disampaikan oleh seorang ketua RT kepada para warganya di dalam suatus rapat RT.
(259) seorang kepala dusun kepada salah seorang warga: “kalau kuning yang dipilih, maka dusun ini besok akan menjadi dusun makmur.”
Informasi indeks
Tuturan ini disampaikan dalam situasi menjelang kampanye pemilihan umum oleh seorang kepala dusun kepada para warganya di dalam sebuah rapat dusun di Balai Desa.
(260) seorang dosen kepada para mahasiswa yang akan melaksanakan KKN : “Daerah yang akan saudara datangi cukup dingin dan banyak nyamuk. Jadi, perhatian bagi yang sering masuk angin dan tidak tahan dengan gigitan nyamuk.”
Informasi Indeks
Tuturan ini disampaikan oleh seorang dosen pembimbing KKN kepada para mahasiswa yang akan berangkat KKN pada saat dilakukan pembekalan dan penjelasan KKN.
q.       Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif “Ngelulu”[79]
Di dalam bahasa Indonesia terdapat tuturan yang memiliki makna pragmatik “ngelulu”. Kata “ngelulu” berasal dari bahasa Jawa, yang bermakna seperti menyuruh mitra tutur melakukan sesuatu namun sebenarnya yang dimaksud adalah melarang melakukan sesuatu. Makna imperatif melarang, lazimnya dinugkapkan dengan penanda kesatuan jangan seperti disampaikan pada bagian terdahulu . imperatif yang bermakna “ngelulu” di dalam bahasa Indonesia lazimnya berbentuk tuturan imperatif biasa. Contoh-contoh tuturan berikut dapat dipertimbangkan untuk memperjelas hal ini.
(261)    Ibu       : “Makan saja semuanya biar ayahmu senang kalau nanti pulang kerja!”
            Anak   : “ Ah, . . . .ibu .Nanti  benjut kepalaku !”
Informasi indeks :
Penuturan antara seorang ibu dengan anaknya yang senang makan banyak. Kalau makan, ia sering lupa dengan anggota keluarga yang lain, demikian pula dengan ayahnya yang biasanya pulang dari tempat kerja pada sore hari.
(262) Dosen kepada mahasiswa : “teruskan saja menyonteknya biar nanti dapat nilai A !”
Informasi Indeksial :
Mahasiswa itu diam-diam sambil menyembunyikan buku catatannya seolah- olah tidak mendengar suara sang dosen yang sebenarnya sudah sejak lama memperhatikannya.











BAB III
PENUTUP
3.1.  Simpulan
Wujud imperatif mencakup dua macam hal yakni wujud formal atau struktur, adalah realisasi maksud imperatif dalam bahasa Indonesia menurut ciri struktur atau ciri formalnya. Sedangka, wujud pragmatik imperatif adalah realisasi maksud imperatif menurut makna pragmatiknya. Dengan demikian wujud pragmatik imperatif dalam bahasa Indonesia itu dapat berupa tuturan yang bermacam-macam sejauh di dalamnya terkandung makna pragmatif imperatif
1.      Wujud Formal Imperatif
Wujud formal imperatif adalah realisasi maksud imperatif itu apabila dikaitkan dengan ciri formal atau ciri strukturnya. Secara formal dapat dibagi menjadi dua macam perwujudan yakni imperatif aktif dan imperatif pasif. Imperatif aktif dibedakan menjadi dua yakni imperatif aktif tidak transitif dan imperaktif aktif transitif.
2.      Wujud Pragmatik Impratif
Realisasi wujud imperatif dalam bahasa Indonesia apabila dikaitkan dengan konteks situasi tutur yang melatarbelakanginya. Makna pragmatik imperatif tuturan yang demikian itu sangat ditentukan oleh konteksnya. Konteks yang dimaksud dapat bersifat ekstra linguistik.













DAFTAR PUSTAKA

Rahardi Kunjana.2005. Pragmatik Kesatuan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta,Erlangga





No comments:

Post a Comment

TINDAK TUTUR LOKUSI DALAM FILM 'TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK' DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA

  TINDAK TUTUR LOKUSI DALAM FILM 'TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK' DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA   BAB I PEND...