BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bahasa pada
perinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat untuk menunjukan
identitas masyarakat pemakai bahasa. Salah satu ilmu yang mengkaji bahasa dalam
bentuk tuturan adalah ilmu pragmatik. Pragmatik merupakan cabang linguistik
dengan objeknya adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Dalam
penggunaan bahasa banyak digunakan berbagai jenis tuturan terutama dalam
penggunaan bahasa Indonesia. Salah satu yang termasuk dalam jenis tuturan
bahasa Indonesia adalah tuturan imperatif.
Istilah
imperatif lazim digunakan untuk menunjuk salah satu tipe kalimat bahasa
Indonesia, yakni kalimat imperatif atau perintah. Keraf dalam Rahardi (2005:2)
mendefinisikan bahwa kalimat perintah sebagai kalimat yang digunakan untuk
menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Kalimat imperatif secara fungsional
tidak hanya memiliki makna pragmatik memerintah saja, melainkan dapat memiliki
makna-makna pragmatik lainnya. Berdasarkan fenomena yang telah penulis
paparkan, penulis beranggapan bahwa penelitian mengenai wujud pragmatik
imperatif sangat menarik dan perlu untuk dipahami.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apakah
Definisi Imperatif
2.
Apasaja
Tuturan yang terdapat dalam Pragmatik Imperatif
1.3.Tujuan
Beradarkan
masalah yang telah penulis rumuskan, maka dapat ditentukan tujuan dari
penulisan makalah ini sebagai berikut :
1.
Untuk
menambah wawasan mengenai Wujud Formal Pragmatik Imperatif
2.
Untuk
mengetahui jenis tuturan yang terdapat dalam Wujud Formal Pragmatik Imperatif
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Wujud Formal dan Wujud Pragmatik Imperatif
Sebelum diuraian lebih
lanjut prihal kesantunan dan peringkat kesantunan pemakai tuturan imperatif,
terlebih dahulu dibicarakan tentang wujud tuturan imperatif di dalam bahasa
indonesia. Wujud imperatif tesebut mencangup dua macam hal, yakni (1) wujud
imperatif formal atau struktural dan (2) wujud imperatif pragmatik atau
nonstruktural. Wujud formal imperatif adalah realisasi maksud imperatif dalam
bahsa Indonesia menurut ciri struktural atau ciri formalnya. Sedangkan, wujud
pragmatik imperatif adalah realisasi maksud imperatif menurut makna
pragmatiknya.
1.1. Wujud formal imperatif
Di depan sudah
disampaikan bahwa yang dimaksud dengan wujud struktural imperatif adalah
realisasi maksud imperatif apabila dikaitkan dengan ciri formal atau ciri
strukturalnya. Secara formal, tuturan imperatif dalam bahsa Indonesia meliputi
dua macam perwujudan, yakni (1) imperatif aktif dan (2) imperatif pasif.
a). Imperatif Aktif
Secara singkat imperatif aktif dalam bahasa indonesia
dapat dibedakan berdasarkan penggolongan verbanya menjadi dua macam, yakni
imperatif atif yang berciri tidak transitif dan imperatif aktif yang berciri
transitif. Pada bagian berikut kedua macam tipe imperatif aktif tersebut
diuraian terperinci.
(1). Imperatif Aktif dan
Tidak Aktif
Imperatif dalam bahasa Indonesia dapat berinci tidak
transitif. Imperatif yang demikian dapat dengan mudah dibentuk dari tuturan
deklaratif, yakni dengan menerapkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: (1)
menghilangkan subjek yang lazimnya berupa pesona kedua seperti Anda, Saudara, kamu, kalian, Anda
sekalian,Saudara sekalian, kamu sekalian dan kalian-kalian; (2)
mempertahankan bentuk verba yang dipakai dalam kalimat deklaratif itu seperti
apa adanya, dan (3) menambahkan partikel –lah pada bagian tertentu untuk
memperluas maksud imperatif aktif tersebut.
(2). Imperatif Aktif
Transitif
Untuk membentuk tuturan imperatif aktif transitif,
ketentuan yang telah disampaikan terdahulu dalam membentuk tuturan imperatif
aktif tidak transitif tetapi berlaku. Perbedaannya adalah bahwa untuk membentuk
imperatif aktif transitif, verbanya harus dibuat tanpa berlawanan me-N.
Perlu dicatat bahwa apabila verba kalimat deklaratif yang
akan dibentuk menjadi imperaktif aktif transitif itu memiliki dua unsur awalan,
seperti misalnya memper- dan member-,hanya unsur me-N sajalah yang perlu ditinggalkan.
b). Imperatif Pasif
Di dalam komunikasi
keseharian, maksud tuturan imperatif lazim dinyatakan dalam tuturan yang
berdiatesis pasif. Digunakan bentuk tuturan yang demikian dalam menyatakan
maksud imperatif karena pada pemakaian imperatif pasif itu, kadar suruhan yang
dikandung di dalamnya cenderung menjadi rendah. Selain itu, bentuk imperatif
pasif juga dapat mengandung konotasi makna bahwa orang ketigalah yang diminta
melakukan sesuatu sesuatu, bukannya orang kedua. Kadar permintaan dan kadar
suruhan yang terdapat di dalam imperatif itu tidak terlalu tinggi karena maksud
tuturan itu tidak secara langsung tertuju pada orang yang bersangkutan. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa di dalam pemakaian tuturan imperatif pasif itu
terdapat maksud penyelamatan muka yang melibatkan muka si penutur maupun muka
diri si mitra tutur.
Dari
penelitian, didapatkan bahwa berdasarkan perannya, imperative pasif di dalam
bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi lima macam. Kelima macam wujud
imperative pasif itu berturut-turut dapat disebutkan sebagai berikut: (1)
imperative pasif objektif “penderita”, (2) imperative pasif benefaktif
“pengguna” atau “yang menggunakan”. (3) imperative pasif reseptif “penerima”,
(4) imperative pasif lokatif “tempat”, dan (5) imperative pasif instrumental
“alat”. Tuturan (162), (163), (164), (165), dan (166) berikut satu per stau
dapat digunakan untuk memperjelas hal ini.
(162) “kerjakanlah tugas itu
sebaik-baiknya! Dan, anu…. Ya, tugas itu harus diserahkan tepat pada waktunya.”
Tuturan
seorang dosen kepada seorang mahasiswa yang saat itu diberi tugas khusus karena
telah berkali-kali gagal dalam ujian akhir.
(163) “ratih… ambilkan saya surat
edaran tadi! Saya mau mencermati lagi isinya.”
Informasi
indeksal:
Tuturan
seorang direktur kepada sekretarisnya pada saat mereka bersama-sama bekerja di
ruang kerja direktur.
(164) “kunjungilah orang tuamu
setiap waktu! Harus diingat merekalah yang mengadakan kamu. Jangan pernah kamu
terlantarkan!”
Informasi
indeksal:
Tuturan
seseorang orang tua asuh kepada anak asuhannya pada saat ia diberi nasehat
acara makan mlam bersama.
(165) “hampirilah warung kopi di
pinggir jalan itu! Kalau saya tidur bangunkan saja pas sampai di warung itu.
Kopinya…wah…nikamat sekali!”
Informasi
indeksal:
Tuturan
seseorang sudah biasa bebergian kepada sopirnya di dalam mobil yang sedang dikendarai
bersama. Orang tersebut sudah berulang kali mampir minum di warung kopi itu
sementara sopirnya belum pernah sma sekali.
(166) “tukarkan dengan rokok sajalah
semua uangmu. Antaok! Tidak peril makan! Apalagi minum. Semua tidak perlu!”
Informasi
indeksal:
Tuturan
seorang ibu kepada anaknya yang sudah kecanduan rokok. Snag ibu agak bernada
marah karena sudah jengkel dengan kebiasaan jelek anaknya.
1.2.
wujud pragmatic imperative
Berbeda dengan wujud formal
imperative sebagaimana telah disampaikan di bagian terdahulu, wuwjud pragmatic
imperative dalam bahasa Indonesia tidak selalu berupa konstruksi imperative.
Dengan perkataan lain, wujud pragmatik imperative dalam bahsa Indonesia
tersebut dapat berupa tuturan yang bermacam-macam, dapat berupa konstruksi imperative
dan dapat pula berupa konstruksi nonimperatif.
Adapun yang dimaksud dengan wujud
pragmatic adalah realisasi maksud imperative dalam bahasa Indonesia apabila
dikaitkan dengan konteks situasi tutur yang melatrbelakanginya. Makna
pragmatikimperatif tuturan yang demikian itu sangat ditentukan oleh konteksnya.
Konteks yang dimaksud dapat bersifat ekstralingustik dan dapat pula bersifat
intralinguistik.
Dari penelitian yang dilakukan,
ditemukan sedikitnya tujuh belas macam makna pragmatic imperative di dalam
bahsa Indonesia. Ketujuh belas macam makna pragmatic imperative itu ditemukan
baik di dalam tuturan imperative langsung maupun di dalam tuturan imperative
tidak langsung. Pada bagian-bagian berikut ini, masing-masing wujud makna
pragmatic imperative tersebut diuraikan secara terperinci.
a.
Tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperative perintah
Imperative
langsung yang mengandung makna perintah dapat dilihat, misalnya pada contoh
tuturan (167) a,b, dan c pada bagian berikut. Perlu dicatat bahwa untuk
membuktikan apakah masing-masing tuturan menganmdung makna perintah, tuturan
itu dapat dikenakan teknik parafrasa atau teknik ubah ujud seperti yang lazim
digunakan dalam analisis lingusitik structural. Contoh tuturan (168) a,b1, b2,
dan c pada bagian berikut dapat dipertimbangkan untuk memperjelas hal ini.
(167) a. “diam! Hansip tahu apa. Orang mati kok
hidup lagi. Ini bukan lenong”
Informasi
indeksal:
Tuturan
seoarang polisi dengan seorang hansip dalam sebuah cerita yang pada saat itu
keduanya sedang terlibat dalam pertengkaran karena sesuatu hal.
b.bunuh saja. Ya, itu tentu . tapi,
bagaimana caranya? Tembak! Tembak! Tidak, itu terlalu lekas dan ringan.
Kitagantung. Kita gantung.”
Informasi
indeksal”
Tuturan
orang-orang yang terlibat dalam sebuah kerusuhan masa pada saat mereka
nberhasil menangkap seorang pemicu kerusuhan disuatu kota.
c.”monik, lihat!
informasi
indeksal:
tuturan
yang disampaikan oleh pacar monik ketika ia melihat ada sebuah mobil yang
menyelonong ke arahnnya pada saat mereka berdua berjalan di sebuah lorong kota.
(168) A.polisi memerintahkan kepada hansip supaya
dia diam
B1. Seorang pengawal stasiun
memerintahkan kepada pengawal yang lain untuh membunuh saja.
B2. Seorang pengawal stasiun
memerintahkan kepada pengawal yang lain untuk menembak saja
C.steve
memerintahkan monik dengan berteriak agar ia melihat sesuatu yang dituynjukkan
steve
Di dalam pemaiakaian bahsa Indonesia
keseharian, terdapat beberapa makna pragmatic imperative perintah yang tidak
saja diwujudkan dengan tuturan imperative esperti contoh di atas, melainkan
dapat diwujudkan dengan tuturan nonimperatif. Imperative yang demikian dapat
disebut dengan imperative tidak langsung yang hanya dapat diketahui makna
pragmatiknya melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan
mewadahinya. Contoh tuturan (169_ dan (170)berikut dapat dipertimbangkan untuk
memperjelas pernyataan ini.
(169)
“jika nawaksara akan diseminarkan,silakan”
Informasi
9indeksal:
Tuturan
seorang kepala negara kepada masyarakat umum di dalamacara telivisi pada saat
isu akan diseminarkannya pidato nawaksara semakin merebak.
(170)
“kerusuhan pekalingan itu ada yang menggerakkan:
Informasi
indeksal:
Tuturan
ini disampaikan oleh seorang panglima angkatan bersenjata kepada masyarakat
umum pada saat kerusuhan di berbagai kota mulai terjadi menjelang peristiwa
pemilihan umum.
Tuturan (169) “jika nawaksara akan
diseminarkan, silakan!” yang dituturkan seorang kepala negara bitu akan dapat
ditafsirkan menjadi bermacam-macam kemungkinan makna oleh warga masyarakat.
Secara lingusitik, karena di bagian akhir tuturan itu terdapat kata silakan
tuturan itu kemungkinan besar akan ditafsirkan sebagai sebuah imperative yang
bermakna persilaan. Oleh sementara orang yang lain, tuturan itu akan dapat
ditafsirkan sebagai sebuah perintah karena di dalamnya terkandung maksud agar
orang tidak perlu lagi mengadakan seminar mengenai pidato “Nawaksara” tersebut.
Oleh sekelompok orang yang lain lagi, tuturan itu barangkali akan diartikan
sebagai sebuah larangan sekalipun terdapat kata “silakan” di dalamnya. Demikian
pula, pada tuturan (170) yang dituturkan oleh seorang kepala staf angkatan
darat kepada wartawan itu, sekalipun secara lingustik tidak berwujud
imperative, namun di dalamnya terkandung maksud atau makna pragmatic imperatif.
Tuturan itu dapat ditafsirkan masyarakat umum bahwa mereka tidak boleh dengan
mudahy melakukan kasak-kususk dan berprasangka yang tidak semestinya tentang
penyebab kerusuhan pekalongan yang telah terjadi itu karena jelas kerusuhan
tersebut ada penggeraknya, di pihak yang lain, tuturan tersebut kemungkiann
akan dapat ditafsirkan oleh seorang prajurit angkatan bersenjata yang menjadi
bawahan sang kepala staf angkatan darat sebagai sebuah perintah atau bahkan
instruksi untuk segera menangkap penggerak kerusuhan itu.
Dengan demikian, jelas bahwa banyak
tuturan di sekitar kita yang sebenarnya mengandung makna pragmatic imperative
tertentu, namun wujud konstruksinyta bukan tuturan imperatif. Hanya konteks
situasi tuturlah yang dpat menentukan kapan sebuah tuturan akan ditafsirkan
sebagai imperatif perintah dan kapan pula sebuah tuturan akan dapat ditafsirkan
dengan makna imperatif yang lain.
b.
Tuturan
yang mengandung makna pragmatic imperative suruhan
Secara
structural, imperative yang bermakna suruhan dapat ditandai oleh pemakaian
penanda kesantunan coba seperti dapat dilihat pada contoh tuturan (171) dan
tuturan (172) berikut.
(171)
“coba hidupkan mesin mobil itu!’
(171a)
“saya menyuruhmu supaya menghidupkan mesin mobil itu.”
Informasi
indeksal:
Tuturan
171 dan 171a disampaikan oleh seorang montir kepada pemilik mobil yang
kebetulan sedang rusak di pinggir jalan.
(172)
“coba luruskan kakimu kemudian ditekuk lagi perlahan-lahan”
(172a)
“saya menyuruhmu supaya meluruskan kakimu kemudian ditekuk lagi perlahan-lahan.”
Imformasi
indeksal:
Tuturan
172dan 172a disampaikan oleh seorang ahli pijat urat kepala seorang pasien.
Pasien itu terkilir kakinya sehingga sangat sulit untuk diluruskan seperti
dalam keadaan normal.
Tuturan-tuturan di atas secara
berturut-turut dapat diparafrasa sehingga menjadi tuturan (171a) dan (172a)
untuk mengatahui secara pasti apakah benar tuturan tersebut merupakan
imperative dengan makna suruhan. Pada kegiatan bertutur yang sesungguhnya,
makna pragmatic imperative suruhan itu tidak selalu diungkapkan dengan
konstruksi imperative seperti yang disampaikan di atas,. Seperti yang terdapat
pada wujud-wujud imperatif lain, makna pragmatik imperatif suruhan dapat
diungkapkan dengan bentuk tuturan deklaratif dan tuturan interogatif, seperti
dapat dilihat pada contoh-contoh tuturan berikut.
(173)
direktur: “ah, panas betul ruang sekretaris direktur yang di atas itu.”
Pembantu
direktur: “baik pak, nanti saya sampaikan kepada petugas yang bisa memasang
kipas angin.
Informasi
indeksal:
Dituturkan
oleh seorang direktur kepada pembantu direktur pada saat keduanya meninjau
ruang-ruang kerja yang baru sja selesai dibangun.
(1740
dosen: “pagi ini saya akan banyak menyampaikan kuliah dengan banyak
menjelaskan. Mike dan wirelesnya sudah siap ataukah belum?”
Mahasiswa:
“sebentar pak, saya dating ke bagian perlengkapan dulu.”
Imformasi
indeksal:
Dituturkan
oleh seorang dosen kepada mahasiswa di dalam ruang kuliah kampus pada saat ia
akan mengawali perkuliahannya.
c.
Tutran
yang mengandung makna pragmatic imperative permintaan
Di
bagian depan sudah disampaikan bahwa pada tutran imperative yang mengandung
makna permintaan lazimnya terdapat ungkapan penanda kesantunan tolong atau
frasa lain yang bermakna minta. Makna imperative permintaan yang lebih halus
diwujudkan dengan penanda kesantunan mohon seperti dapat dilihat pada tuturan
(175) sampai dengan tuturan (177) berikut ini.
(175)
totok: “tolong pamitkan, mbak!”
Narsih:
“iya, tok. Selmaat jalan, ya!”
Imformasi
indeksal:
Tuturan
ini disampaikan oleh seseorang kepada sahabtnya pada saat iia akan
mmeninggalkan rumahnya pergi ke kota karena ada keperluan yang tidak dapat
ditinggalkan. Pada saat yang sama, sebenarnya, ia harus menghadiri sebuah acara
rapat kareang taruna di desanya.
(176)
ella: “sst. Ada orang, monik.”
Monik:
“ah, tolonhlah, engkau lebih dekat ke pintu!”
Informasi
indeksal:
Tutran
seseornag kepada teman dekatnya pada saat mereka berdua berada di dalam kamar.
Mereka sedang membicarakan sesuatu dengan asyiknya, namun seketika itu juga ada
orang mengetuk pintu.
(177)
totok: “pak saya minta diantar ke sekip dulu, pak!”
Tukang
becak: “wa, lha ongkosnya lain, mas.”
Imfor,masi
indeksal:
Tuturan
ini dismapaikan oleh seorang mahasiswa kepada seorang tukang becak pada saat ia
dalam perjalanan menuju ke sebuah kampus. Di tengah perjalanan, ia berbicara
kepada tukang becak itu agar diantar ke wilayah tertentu.
d.
Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik
Imperatif Permohonan
Secara
structural, imperaktif yang mengandung makna permohonan, biasanya, ditandai
dengan ungkapan penanda kesantunan mohon.
Selain ditandai dengan hadirnya penanda kesantunan itu, partikel –lah juga lazm digunakan untuk
memperhalus kadar tuntutan imperaktif permohonan.
Contoh
:
a) “Mohon
tanggapi secepatnya surat ini !”
Informasi indeksal :
Tuturan seorang
pimpinan kepada pimpinan lain dalam sebuah kampus pada saat mereka membicarakan
surat lamaran pekerjaan dari seorang calon pegawai.
b) “Mohon
kurangi kecepatan, jalan menikung tajam !”
Informasi indeksal :
Bunyi tuturan
peringatan pada sebuah jalan yang berkelok-kelok di daerah Priangan Jawa Barat.
Tuturan-tuturan (a) dan (b) di
atas, dapat diprafrasa menjadi tuturan deklaratif seperti dapat dilihat pada
tuturan (a) dan (b) berikut ini:
a) “Saya
memohon saudara menanggapi secepatnya surat ini.”
b) “Kami memohon supaya saudara mengurangi
kecepatan karena jalan menikung tajam.”
Informasi indeksal :
Tuturan-tuturan ini disampaikan dengan latar
belakang situasi seperti yang terdapat pada
tuturan (a) dan (b).
Sebagaimana didapatkan pada bentuk-bentuk
imperaktif lainya, dalam kegiatan
bertutur, sesungguhnya makna pragmatic
imperaktif permohonan tidak selalu dituangkan dalam konstruksi imperaktif.
e.
Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik
Imperaktif Desakan
Lazimnya, imperaktif dengan makna
desakan menggunakan kata ayo atau mari sebagai pemarkah makna. Selain itu,
kadang-kadang digunakan juga kata harap atau harus untuk memberi penekanan
maksud desakan tersebut. Intonasi yang digunakan untuk menuturkan imperaktif
jenis ini, lazimnya, cenderung lebih keras dibandingkan dengan intonasi pada
tuturan imperaktif yang lainya. Tipe imperative tersebut itu dapat dilihat pada
tuturan-tuturan berikut :
(a).
Bibi kepada Monik : “ Ayo, makanlah dulu. Nanti temanmu kemalaman pulangnya.
Ayo! Ayo, makan dulu!”
Informasi
indeksal:
Tuturan
ini disampaikan oleh Bibinya Monik pada saat Monik bersama temanya berada di
rumah sang Bibi.
Tuturan-tuturan
di atas dapat diparafrasa atau diubahujudkan, sehingga menjadi tuturan-tuturan
yang bukan berbentuk tuturan imperatif, seperti pada tuturan-tuturan berikut.
(a).
“Kami mendesamu supaya kamu makan dulu, Nanti temanmu pulangnya kemalaman, Ayo! Ayo, makan dulu.”
Maksud atau makna pragmatik imperative desakan
dalam kegiatan bertutur yang sebenarnya dapat juga ditunjukan dengan
tuturan-tuturan yang berkonstruksi nonimperatif seperti dapat dilihat pada
tuturan berikut :
(a). Panglima ABRI : “kerusuhan yan
terjadi di berbagai tempat menjelang
pemilu ini sudah di atas batas
kewajaran.”
Informasi Indeksal :
Tuturan
ini disampaikan oleh seorang panglima pada saat keadaan politik menghangat
menjelang pemilu. Pernyataan dimaksudkan untuk mendesak semua pihak agar
menjadi lebih waspada dalam menghadapi perkembangan politik.
(b).
Seorang suami kepada dokter: “Dokter, kapan istriku bisa segera keluar dari
ruang ICU dan pindah ke bangsal ?”
Informasi
Indeksal :
Tuturan
ini meru akan cuplikan percakapan yang terjadi di sebuah ruang di Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta antara seorang Bapak dengan dokter.
f.
Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik
Imperatif Bujukan
Imperatif yang bermakna bujukan di
dalam bahasa Indonesia, biasanya, diungkapkan dengan penanda kesantunan ayo
atau mari. Selain itu, dapat juga imperatif tersebut diungkapkan dengan penanda
kesantunan tolong, seperti dapat dilihat pada contoh berikut:
(a).
Ibu kepada anaknya yang masih kecil: “Habiskan susunya dulu, yo! Nanti terus
pergi ke Malioboro Mall.”
Informasi
Indeksal:
Tuturan
disampikan oleh seorang Ibu kepada anaknya yang masih kecil dan agak sulit
disuruh minum susu. Tuturan itu dimaksudkan untuk membujuk si anak agar ia mau
minum susu.
(b).
Tuan rumah kepada pembantu: “Nem, tolong kamu jangan jadi pulang minggu depan,
ya. Ibu dan Bapak akan ada acara ke Semarang.”
Informasi
Indeksal:
Tuturan disampikan oleh seorang majikan kepada
pembantunya yang pada saat itu telah merencanakan pulang kampong. Karena
sesuatu hal, maka sang majikan membujuk agar ia tidak jadi pulang kampong.
Seringkali didapatkan bahwa
imperatifyang mengandung makna pragmatik bujukan, tidak diwujudkan dalam bentuk
tuturan imperative seperti yang telah disebutkan di atas. Maksud atau makna
pragmatik imperative bujukan dapat diwujudkan dengan tuturan yang berbentuk
interogatif ataupun deklaratif, sepereti contoh berikut:
(a).
Bapak kepada anak: “kalau kamu mau masuk ASMI pasti nanti kamu cepat dapat
pekerjaan.”
Informasi
Indeksal:
Tuturan
ini disampaikan oleh seorang ayah kepada anaknya pada saat ia kebingungan
memilih dan menentukan perguruan tinggi setelah ia menyelesaikan SMU.
(b).
Direktur kepad dosen yang akan diminta melaksanakan tugas beajar ke luar
negeri: “ Luar negeri memang gudangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Besok
pulang dari sana pasti anda sudah menjadi orang.”
Informasi
Indeksal:
Tuturan
disampikan oleh seorang pimpinan perguruan tinggi pada saat member penjelasan
kepada para dosen yang akan mendapatkan tugas studi di luar negeri.
g.
Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik
Imperatif Imbauan
Imperatif yang
mengandung makna imbauan, lazimnya, digunakan bersama partikel –lah. Selain
itu, imperati jenis ini sering digunakan bersama dengan ungkapan penanda
kesantunan harap dan mohon seperti tampak pada contoh berikut:
(a). “Jagalah kebersihan
lingkungan!”
Informasi Indeksal:
Bunyi tuturan peringatan
di sebuah taman wisata.
(b). “Mohon, jangan
membuang sampah di sembarang tempat!”
Informasi Indeksal:
Bunyi
peringatan yang terdapat di salah satu sudut kampus STKIP PGRI Bandar Lampung.
h.
Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik
Imperaktif Persilaan
Imperaktif persilaan dalam bahasa
Indonesia ,lazimnya ,digunakan dengan penanda kesantunan silakan .Seringkali
digunakan pula bentuk pasif dipersilahkan untuk menyatakan maksud pragmatik
imperaktif persilaan itu.Bentuk yang kedua cenderung lebih sering digunakan
pada acara-acara formal yang sifatnya protokoler.Tuturan (203) sampai dengan
tuturan (205) berikut dapat dipertimbangkan untuk memperjelas hal ini.
(203)
Ketua senat mahasiswa :”Silakan Saudara Monik!”
Monik :”Terima kasih Saudara Ketua.”
Informasi
Indeksal:
Tuturan
ini merupakan cuplikan percakapan yang terjadi di sebuah kampus pada saat
berlangsung rapat senat mahasiswa.
(204)
Komandan kepada letnan Pongki:”Tenang ,tenang ,Pong!Sudah,silakan duduk saja,tidak
usah tegang berdiri begitu ,dan ini rokok biar agak tenang.”
Informasi
Indeksal:
Tuturan
ini disampaikan oleh seorang komandan angkatan bersenjata kepada bawahannya
,seorang letnan ,pada saat ia melaporkan suatu kejadian sangat yang penting dan
mendesak.
(205)
Antarpasien tua di rumah sakit :”Silakan ,silakan! Nah ,marilah kita sekarang
bersama-sama menengok tanaman apa saja yang ada di pekarangan di dekat kamar
mayat sana itu.”
Informasi
Indeksal:
Tuturan
ini terjadi di dalam rumah sakit ,antarpasien yang sudah berusia lanjut
,keduanya sudah berhubungan dengan sangat baik.
Makna
Pragmatik tuturan imperaktif persilaan pada komunikasi keseharian dapat
ditemukan juga di dalam bentuk tuturan nonimperaktif.Tuturan itu dapat dilihat
pada contoh tuturan (206),(207),dan (208) berikut.
(206)
Antar dosen di sebuah perguruan tinggi :”Buku yang saya beli kemarin sudah
selesai saya baca tadi malam.Sekarang masih di dalam tas ,kok!”
Informasi
Indeksal:
Tuturan
ini terjadi di ruang tertentu pada sebuah perguruan tinggi,seorang dosen
berbicara kepada dosen yang lain dalam suasana santai.
(207)
Dosen dengan mahasiswa yang akan bimbingan :Nanti sore saya sibuk mengajar dan
mengetik naskah.Sekarang ini saya kosong.”
Informasi
Indeksal:
Tuturan
seorang dosen kepada mahasiswa bimbingan yang terjadi pada sebuah ruang dosen
perguruan tinggi.
(208)
Direktur :”Sudah jam empat belas lebih
.Katanya mau pamit pulang awal?”
Sekretaris:”Ya ,bu.Terima kasih.Saya
permisi dulu,Bu.”
Informasi
Indeksal :
Tuturan
ini terjadi di dalam ruang kerja direktur sebuah perusahaan ,antara seorang
direktur dengan sekretarisnya.
i.
Tuturan
yan Mengandung Makna Pragmatik Imperaktif Ajakan
Imperaktif dengan makna ajakan,biasanya
,ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan mari dan ayo.Kedua macam penanda
kesantunan itu masing-masing memiliki makna ajakan.Pemakaian penanda kesantunan
itu di dalam tuturan dapat dilihat pada contoh tuturan (209) sampai dengan
tuturan (211) berikut.
(209)
Monik kepada tante:”Mari makan,Tante!”
Informasi
Indeksal:
Tuturan
ini terjadi di dalam ruang makan pada sebuah keluarga ,orang yang satu mengajak
orang yang lain untuk makan bersama.
(210)
Bibi kepada Monik dan rekan-rekannya:”Ayo,pada makan dulu,yo.Kebetulan saya
bikin sayur asem dan pepes ikan Peda.”
Informasi
Indeksal:
Tuturan
ini terjadi di ruang makan ,pada saat sang bibi mengajak para tamu yang sudah
sangat sering bertemu di rumah sang bibi.
(211)
Steve kepada teman-temannya:”Mari kita lihat!” Pokoknya ,percaya boleh.Tidak
,juga tidak apa-apa.”
Informasi
Indeksal:
Tuturan
ini disampaikan oleh seseorang yang sedang mengajak teman-temannya mengikuti
dia karena ada sesuatu yang sangat penting yang akan ditunjukkannya.
Secara
pragmatik ,maksud imperaktif ajakan ,ternyata,tidak selalu diwujudkan dengan tuturan
–tuturan yang berbentuk imperaktif.Berkenaan dengan makna pragmatik imperaktif
ajakan termaksud tuturan (212) dan (213) berikut dapat dipertimbangkan.
(212)
Suami kepada istri :”Bu. . .! Perutku ,nich.Sudah keroncongan dari tadi .”
Informasi
Indeksal:
Tuturan
yang disampaikan seorang suami kepada istrinya,sang suami mengajaknya untuk
membeli makan untuk makan malam.
(213)
Istri kepada suami :”Pak . . .! Si Iyan batuknya mengerikan sekali,lho.Sore ini
bisa, to?”
Informasi
Indeksal:
Tuturan
seorang istri kepada suaminya
,mengajaknya untuk berangkat ke rumah sakit memeriksakan anaknya yang
saat itu sakit batuk parah.
j.
Tuturan
yang Mengandung Makna Pragmatik Imperaktif Permintaan Izin
Imperaktif dengan makna permintaan izin
,biasanya,ditandai dengan penggunaan ungkapan penanda kesantunan mari dan
boleh.Tuturan (214) dan (215) berikut dapat dicermati untuk memperjelas hal
ini.
(214)
Adik kepada kakak perempuan:”Mbak,mari saya bawakan tasnya!”
Informasi
Indeksal:
Tuturan
ini disampaikan oleh seorang adik kepada kakak perempuannya yang bertemparamen
keras,segala sesuatunya selalu akan dilakukan sendiri tanpa campur tangan dan
keterlibatan orang lain.
(215)
Sekretaris kepada direktur:”Pak,boleh saya bersihkan dulu meja kerjanya?”
Informasi
Indeksal :
Tuturan
ini disampaikan oleh seorang sekretaris kepada direkturnya ,ia meminta izin
untuk membersihkan dulu meja kerja direktur yang saat itu penuh dengan kertas
dan berkas-berkas.
Secara
pragmatik ,imperaktif dengan maksud atau makna pragmatik permintaan izin dapat
diwujudkan dalam bentuk tuturan nonimperaktif.Berkaitan dengan hal ini contoh
tuturan (216) dan (217) berikut dapat dipertimbangkan.
(216)
Sekretaris kepada direktur :”Sebentar, Pak.Saya ambilkan dulu notulennya di
almari dekat meja Bapak.”
Informasi
Indeksal:
Tuturan
ini disampaikan oleh seorang sekretaris kepada direkturnya yang saat itu
menanyakan hal tertentu yang pernah diputuskan di dalam rapat sebelumnya.
(217)
Mahasiswa kepada dosen :”Maaf,Pak.Kalau boleh nanti sore saya akan sowan ke
tempat Bapak menyerahkan makalah yang seharusnya sudah diserahkan pagi tadi.”
Informasi
Indeksal:
Tuturan
ini disampaikan oleh seorang mahasiswa kepada dosennya ,bermaksud meminta izin
kepada dosen tersebut datang ke rumah menyerahkan tugas yang terlambat
diserahkan.
k.
Tuturan
yang Mengandung Makna Pragmatik Imperaktif Mengizinkan
Imperaktif yang bermakna
mengizinkan,lazimnya ,ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan
silakan.Tuturan (218) dan (219) berikut dapat digunakan sebagai ilustrasi.
(218)
“Silakan merokok di tempat ini !”
Informasi
Indeksal:
Tuturan
ini ditemukan di tempat tertentu yang khusus disediakan untuk para perokok.Di
lokasi itu orang tidak diperkenankan merokok selain di tempat itu.
(219)
“Silakan membuang sampah di lokasi ini!”
Informasi
Indeksal:
Tuturan
ini ditemukan di lokasi yang disediakan khusus untuk tempat pembuangan sampah.
Secara pragmatik ,imperaktif dengan maksud
atau makna pragmatik mengizinkan dapat ditemukan dalam komunikasi sehari-hari
dan lazimnya diwujudkan di dalam tuturan nonimperaktif.Tuturan (220) sampai
dengan (223) berikut semuanya mengandung makna pragmatik mengizinkan sekalipun
bukan berbentuk tuturan imperaktif.
(220)
“Jalan masuk khusus untuk para pelamar pekerjaan .”
Informasi
Indeksal:
Bunyi
sebuah tuturan pemberitahuan kepada para pencari kerja yang terdapat pada
sebuah perusahaan.
(211)
“Menerima buangan tanah bekas bangunan.”
Informasi
Indeksal:
Bunyi
sebuah tuturan pemberitahuan pada sebuah lokasi pembuangan tanah bekas
bangunan.
(222)
“Khusus parkir mobil dosen dan karyawan.”
Informasi
Indeksal:
Bunyi
sebuah tuturan pemberitahuan pada sebuah lokasi parkir perguruan tinggi.
(223)
“Potong rambut khusus wanita.”
Informasi
Indeksal:
Bunyi
sebuah tuturan pemberitahuan pada sebuah salon kecantikan khusus wanita.
l.
Tuturan
yang Mengandung Makna Pragmatik Imperaktif Larangan
Imperaktif dengan makna larangan dalam
bahasa Indonesia ,biasanya ,ditandai oleh pemakaian kata jangan ,seperti dapat
dilihat pada contoh tuturan berikut.
(224)
Ishak kepada Satilawati:”Jangan kau sangka aku akan bersedih oleh karena
ini!”(Satilawati bergerak seperti hendak pergi).
Informasi
Indeksal:
Tuturan
ini terjadi pada saat keduanya sedang bertengkar di tempat tertentu.Pria dan
wanita ini memiliki hubungan yang sangat dekat dan khusus.
(225)
Ishak kepada Satilawati :”Jangan berkata begitu Satilawati ,hatiku bertambah
rusak!”
Informasi
Indeksal:
Tuturan
ini terjadi dalam perbincangan yang bersifat pribadi antara seorang dengan
orang yang lainnya pada saat mereka bertemu di kantin perguruan tinggi.
(226)
Ibu kepada Neti :”Sudah ,jangan banyak bela diri,aku sudah kenal kamu,setiap
kata,satu saja dariku kau balas dengan kuliah seribu kalimat.Yang aku minta
sekarang hanya satu ,one thing only ,pakailah beha.Jangan seperti itu,pakai itu
kamu sudah kelihatan membusung,kok masih dtambah-tambah ,mengundang bahaya.”
Informasi
Indeksal:
Tuturan
ini disampaikan oleh seorang ibu kepada anaknya.Ia bermaksud memperingatkan sesuatu kepadanya dalam hal
berpakaian.
(227)
Neti kepada Ibunya:”Lho ,nanti dulu.Jangan dipotong,saya belum selesai
beragumentasi.”
Informasi Indeksal :
Tuturan ini terjadi pada saat Neti dengan Ibunya
bertengkar di dalam salah satu ruang keluarga mereka.
Imperatif yang bermakna larangan dapat diwujudkan secara
pragmatik dalam bahasa Indonesia keseharian. Wujud pragmatik itu, ternyata,
dapat berupa tuturan yang bermacam-macam dan tidak selalu berbentuk tuturan
imperatif. Berikut ini contoh –contoh tuturan yang menunjukkan maksud atau
makna pragmatik imperatif larangan itu satu demi satu.
(228) “Biarkan aku bebas dari sentuhan kakimu.”
Informasi
Indeksial :
Tulisan peringatan yang terdapat pada sebuah taman di
pinggir jalan protokol di Yogyakarta.
(229) “yang kencing anjing !”
Informasi
Indeksial :
Tulisan
peringatan di tembok- tembok bangunan pada lorong –lorong kota Yogyakarta.
(230) “ ngebut benjut!”
Informasi
Ideksial :
Tulisan
peringatan yang terdapat di jalan- jalan yang biasanya banyak terdapat anak
kecil bermain.
(231) “Masuk dianggap pencuri !”
Informasi
Indeksial
Tulisan
di taman/kebun sebuah rumah yang tidak boleh dimasuki oleh seorang pemulung.
(232) “Tegangan tinggi !”
Informasi
Indeksial
Tulisan
peringatan yang terdapat pada setiap instalasi listrik tegangan tinggi.
m. Tuturan yang Mendukung Makna Pragmatik
Imperatif Harapan
imperatif yang menyatakan harapan, biasanya, ditunjukkan
dengan penanda kesantunan harap dan semoga. Kedua macam penanda kesatuan itu di
dalamnya mengandung makna harapan. Berkenaan dengan makna pragmatik imperatif
harapan itu, tuturan (235) sampai (239) berikut berturut-turut dapat
dipertimbangkan.
(235) “
Harap tenang ada ujian negara !”
Informasi
Indeksial
Bunyi
tuturan peringatan pada salah satu tempat di dalam kampus perguruan tinggi.
(236) “ Semoga
cepat sembuh !”
Informasi
Indeks
Bunyi
tuturan pada kantong plastik obat dari suatu apotek
(237) “Harap kunjungi dokter jika sakit berlanju !”
Informasi
Indeks
Bunyi
tuturan peringatan pada sebuah kemasan obat yang biasa dipromosikan lewat
televisi.
(238) “ semoga dalam waktu yang tidak lama lagi. Lembaga
saudara akan mendapatkan status disamakan !”
Informasi Indeks
Tuturan
ini disampaikan oleh seorang pejabat pimpinan kopertis pada salah seorang
pimpinan perguruan tinggi yang saat itu
sedang bertamu kepadanya.
(239) Ayah kepada
Totok : “selamat jalan anakku ! semoga kamu sukses ! jangan bimbang,
berangkatlah!”.
Informasi
Informasi
Tuturan
ini disampaikan oleh seorang ayah kepada anakknya yang saat itu berpamitan akan
pergi merantau.
Secara pragmatik, imperatif yang mengandung maksud
harapan banyak ditemukan dalam komunikasi keseharian. Maksud harapan itu,
ternyata , banyak yang diwujudkan di dalam tuturan nonimperatif. Contoh-contoh
berikut dapat dipertimbangkan untuk memperjelas hal ini.
(240) “ dalam waktu dekat, Dewata Agung pasti akan datang
menghampiri dan menyelamatkan kita.”
Informasi
Indeks
Tuturan
ini dituturkan oleh seorang kepala keluarga di Bali kepada anggota keluarganya
yang sedang menderita kesulitan berat.
(241) istri kepada suami yang sedang menghadapi sekarat
maut. “ Massssssssssss ! Massssssssssss
!
Massssss!”
Informasi indeks
Tuturan ini diteriakkan oleh seoran istri yang sedang
menunggui suaminya ketika ia dalam sekarat maut di rumah sakit.
(242) Petani kepada petani yang lain : “kemarau, kok,
panjang sekali. Ehhh, mbok, ya, segera turun hujan biar sumur –sumur tidak
kering”.
Informasi indeksial
Tuturan ini disampaikan oleh seorang petani di sebuah
kampung kepada petani-petani lain yang sama-sama menderita dan kesulitan karena
kekeringan.
n. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik
Imperatif umpatan
Imperatif
jenis ini relatif banyak ditemukan dalam pemakaian bahasa Indonesia pada
komunikasi keseharian. Sebagai ilustrasi tentang makna pragmatik imperatif yang
demikian, perlu dicermati tuturan
(243) si Gendut kepada Sopir : “kurang ajar kau ! jangan
lancang, ya. Jangan bikin tuan besar menjadi marah. Ayo belok !”
Informasi indeksial :
Tuturan ini terjadi pada saat seorang sopir yang sedang
berusaha menipu penumpangnya bertengkar dengan si penumpang yang kebetulan
sangat pemberani dan tidak mau dikelabui.
(244) Antaranak muda, “ mampus kamu sekarang !”
Informasi indeksial
Tuturan ini disampaikan oleh seorang anak muda yang saat
itu mendengar kabar bahwa temannya dijemput polisi dan diangkut ke kantor
polisi.
(245 ) Myrna
kepada Rani : “ Awas, tunggu pembalasanku !”
Informasi indeks
Tuturan ini muncul pada saat keduanya bertengkar, yang
satu saling mencerca yang lainnya.
Secara
pragmatik, imperatif yang mengandung yang mengandung makna pragmatik umpatan
dapat juga ditemukan dalam komunikasi keseharian. Lazimnya, non-imperatif.
Tuturan yang dimaksud misalnya dalam dalam dilihat pada contoh tuturan (246)
dan (247) berikut.
(246) “ dasar ular, maunya pasti hanya enaknya saja !”
Informasi indeksial
Tuturan seorang pimpinan kepada bawahan yang berbuat kesalahan
besar dan membuat perusahaan itu hancur kerana kesalan tersebut.
o. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik
Imperatif pemberian ucapan selamat
imperatif
jenis ini cukup banyak ditemukan di dalam pemakaian bahasa Indonesia
sehari-hari. Telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia bahwa dalam
peristiwa-peristiwa tertent, biasanya, anggota masyarakat bahasa Indonesia
saling menyampaikan ucapan salam atau ucapan selamat kepada anggota masyarakat
lain. Salam itu dapat berupa ucapan selamat, seperti dapat dilihat pada
tuturan-tuturan berikut.
(248) Nati kepada Ibu : “ Mami !selamat jalan, dan
oleh-olehnya, ya, nanti.”
Informasi indeks
Tuturan ini disampaikan pada saat ibunya Neti berangkat
ke kota lain, sedangkan Neti harus tinggal di rumah.
(249) Ayah kepada Totok : “ selamat jalan anakku !semoga
sukses !jangan bimbang, berangkatlah!”
Informasi indeksial :
Tuturan disampaikamn oleh ayah Totok krtika Totok yang
kelihatan ragu-ragu meninggalkan ayahnya tinggal di rumahh sendirian.
(250) Teman kepada tewman lain yang sedang melaksanakan
pesta pernikahan :” selamat bahagia, selamat menempuh hidup baru ! Proficiat,
ya !
Informasi Indeks :
Tuturan ini disampaikan dalam acara penutupan acara
peserta pernikahan pada saat setiap tamu menyalami mempelai sebelum para tamu
pulang.
Di dalam komunikasi keseharian, imperatif yang bermakna
pragmatik pengucapan selamat itu banyak yang diungkapkan dalam tuturan
non-imperatif seperti dapat dilihat pada tuturan-tuturan berikut.
(251) Dosen A: “
Dik, aku sudah jadi lulus ujian komperehensif kemarin.”
Dosen B : “wah, hebat Mas. Hebat . . .!”
Informasi indeksial
Tuturan ini disampaikan oleh seorang dosen kepada teman
akrabnya, juga seorang dosen, yang baru saja lulus ujian komprehensif untuk
rencana disertasinya.
(252) Anak :
“Bu, aku Juara 1.”
Ibu : “wah . . .
. anakku pinter tena.”
Informasi Indeksial
Tuturan ini muncul pada saat sang anak pulang dari
sekolah yang baru saja menerima rapor dari gurunya.
(253) Suami : “
Bu . . . .tadi sukses.”
Istri : “ wo. . .”(saling memeluk dan mencium)
Informasi indeksial tuturan ini terjadi pada saat sang
suami kembali dari kampus, baru saja mengikuti ujian tertutup untuk penulisan
disertasinya.
p. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik
Impratif Anjuran
secara struktural, imperatif yang mengandung makna
anjuran, biasanya, ditandai dengan penggunaan kata hendaknya dan sebaiknya. Contoh-contoh
tuturan berikut dapat dipertimbangkan untuk memperjelas hal ini.
(254) orang tua kepada anaknya: “ sebaiknya uang ini kamu
simpan saja di alamari.”
Informasi indeksial
Tuturan ini disampaikan oleh ibu kepada anaknya yang
masih kecil. Ia baru saja mendapatkan uang saku dari saudaranya.
(255) Dosen kepada mahasiswa : “ Hendaknya saudara
mencari buku refrensi yang lain di toko buku.”
Informasi indeks
Tuturan ini disampaikan oleh seorang dosen kepada
mahasiswa bimbingan yang sedang menyusun karya tulis, namun kekurangan refrensi
yang memadai untuk penulisan karya tersebu.
(256) Dosen kepada mahasiswa bimbingannya: “, baik , jika
saudara mau bekerja sama dengan mereka.”
Informasi indeks:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang dosen kepada
mahasiswa bimbingannya yang mengatakan bahwa ia akan menjalin kerja sama dengan
kelompok mahasiswa tertentu agar lebih berhasil dalam studinya.
Imperatif yang bermakna pragmatik anjuran itu mudah
ditemukan di dalam komunikasi keseharian. Maksud atau makna pragmatik imperatif
itu dapat diwujudkan dengan tuturan-tuturan non imperatif seperti dapat dilihat
pada contoh tuturan berikut :
(257) Pimpinan kepada bawahan : “apakah saudara-saudara
semua sudah mengurus jabatan akademik saudara masing-masing ?”
Informasi indeks
Tuturan ini disampaikan oleh direktur sebuah akademi
kepada para dosen di dalam sebuah rapat dosen di kampus akademi tersebut.
(258) ketua RT kepada warganya : “Apakah masih ada warga sini yang belum mengurus
status kependudukannya ?”
Informasi Indeks :
Tuturan ini disampaikan oleh seorang ketua RT kepada para
warganya di dalam suatus rapat RT.
(259) seorang kepala dusun kepada salah seorang warga:
“kalau kuning yang dipilih, maka dusun ini besok akan menjadi dusun makmur.”
Informasi indeks
Tuturan ini disampaikan dalam situasi menjelang kampanye
pemilihan umum oleh seorang kepala dusun kepada para warganya di dalam sebuah
rapat dusun di Balai Desa.
(260) seorang dosen kepada para mahasiswa yang akan
melaksanakan KKN : “Daerah yang akan saudara datangi cukup dingin dan banyak
nyamuk. Jadi, perhatian bagi yang sering masuk angin dan tidak tahan dengan
gigitan nyamuk.”
Informasi Indeks
Tuturan ini disampaikan oleh seorang dosen pembimbing KKN
kepada para mahasiswa yang akan berangkat KKN pada saat dilakukan pembekalan
dan penjelasan KKN.
q. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik
Imperatif “Ngelulu”[79]
Di dalam bahasa Indonesia terdapat tuturan yang memiliki
makna pragmatik “ngelulu”. Kata “ngelulu” berasal dari bahasa Jawa, yang
bermakna seperti menyuruh mitra tutur melakukan sesuatu namun sebenarnya yang
dimaksud adalah melarang melakukan sesuatu. Makna imperatif melarang, lazimnya
dinugkapkan dengan penanda kesatuan jangan
seperti disampaikan pada bagian terdahulu . imperatif yang bermakna
“ngelulu” di dalam bahasa Indonesia lazimnya berbentuk tuturan imperatif biasa.
Contoh-contoh tuturan berikut dapat dipertimbangkan untuk memperjelas hal ini.
(261) Ibu :
“Makan saja semuanya biar ayahmu senang kalau nanti pulang kerja!”
Anak : “ Ah, . . . .ibu .Nanti benjut kepalaku !”
Informasi indeks :
Penuturan antara seorang ibu dengan anaknya yang senang makan
banyak. Kalau makan, ia sering lupa dengan anggota keluarga yang lain, demikian
pula dengan ayahnya yang biasanya pulang dari tempat kerja pada sore hari.
(262) Dosen kepada mahasiswa : “teruskan saja
menyonteknya biar nanti dapat nilai A !”
Informasi Indeksial :
Mahasiswa itu diam-diam sambil menyembunyikan buku
catatannya seolah- olah tidak mendengar suara sang dosen yang sebenarnya sudah
sejak lama memperhatikannya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Wujud imperatif mencakup dua macam hal yakni wujud formal
atau struktur, adalah realisasi maksud imperatif dalam bahasa Indonesia menurut
ciri struktur atau ciri formalnya. Sedangka, wujud pragmatik imperatif adalah
realisasi maksud imperatif menurut makna pragmatiknya. Dengan demikian wujud
pragmatik imperatif dalam bahasa Indonesia itu dapat berupa tuturan yang
bermacam-macam sejauh di dalamnya terkandung makna pragmatif imperatif
1.
Wujud
Formal Imperatif
Wujud
formal imperatif adalah realisasi maksud imperatif itu apabila dikaitkan dengan
ciri formal atau ciri strukturnya. Secara formal dapat dibagi menjadi dua macam
perwujudan yakni imperatif aktif dan imperatif pasif. Imperatif aktif dibedakan
menjadi dua yakni imperatif aktif tidak transitif dan imperaktif aktif
transitif.
2.
Wujud
Pragmatik Impratif
Realisasi
wujud imperatif dalam bahasa Indonesia apabila dikaitkan dengan konteks situasi
tutur yang melatarbelakanginya. Makna pragmatik imperatif tuturan yang demikian
itu sangat ditentukan oleh konteksnya. Konteks yang dimaksud dapat bersifat
ekstra linguistik.
DAFTAR PUSTAKA
Rahardi
Kunjana.2005. Pragmatik Kesatuan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta,Erlangga
No comments:
Post a Comment