Tuesday, November 29, 2016

SKRIPSI KUANTITATIF HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANJIT WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan, manusia mendapatkan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap sehingga dapat berfikir lebih sistematis, rasional, dan kritis terhadap permasalahan yang dihadapi. Tinggi rendahnya kualitas pendidikan dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa. Pendidikan dikatakan berhasil apabila proses belajar mengajar dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga hasil belajar dapat dicapai dengan lebih optimal.

Menurut Ahmadi (2008: 130) pada hakekatnya belajar mengajar di sekolah adalah interaksi aktif antar komponen-komponen yang ada didalamnya. Adapun interaksi yang terjadi adalah antara guru dan siswa, siswa dan siswa, siswa dengan lingkungan tempat belajar yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.  Siswa SMP berada pada masa remaja, pada masa ini mereka akan lebih dekat dengan teman sebaya daripada orang tua mereka sendiri.

Desmita (2009: 219) mengungkapkan bahwa pada masa remaja, seseorang menghabiskan lebih dari 40% waktunya bersama teman sebaya. Banyaknya waktu yang dihabiskan siswa bersama temannya akan berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai.

Kaitannya dengan belajar, motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan aktualisasi diri sehingga motivasi paling besar pengaruhnya pada kegiatan belajar siswa yang bertujuan untuk mencapai prestasi tinggi. Apabila tidak ada motivasi belajar dalam diri siswa, maka akan menimbulkan rasa malas untuk belajar baik dalam mengikuti proses belajar mengajar maupun mengerjakan tugas-tugas individu dari guru.
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan peneliti di kelas VIII SMPN 1 Banjit Way Kanan, terdapat beberapa masalah yang dialami siswa kelas VIII, antara lain : terdapat siswa yang nilainya rendah, ada siswa yang mencontek saat ulangan, beberapa siswa mengantuk saat jam pelajaran berlangsung, ada siswa yang mengobrol saat guru sedang menjelaskan materi, beberapa siswa sering keluar masuk saat jam pelajaran berlangsung, terdapat siswa yang menyendiri dan enggan bergabung dengan teman-temannya.

Berdasarkan pemikiran yang diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII Smp Negeri 1 Banjit Way Kanan ”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:
1.     Terdapat siswa yang nilainya rendah.
2.     Beberapa siswa mengantuk saat jam pelajaran berlangsung.
3.     Ada siswa yang mengobrol saat guru sedang menjelaskan materi.
4.     Beberapa siswa sering keluar masuk saat jam pelajaran berlangsung.
5.     Ada siswa yang menyendiri dan enggan bergabung dengan temannya.
6.     Adanya siswa yang kurang bersemangat dan tidak aktif dalam belajar.

1.3.      Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan peneliti, maka permasalahan pada penelitian ini dibatasi pada “Hubungan antara Interaksi Teman Sebaya (X) dengan Motivasi Belajar siswa kelas VIII (Y) SMP Negeri 1 Banjit Way Kanan Tahun Pelajaran 2016/2017”.

1.4.      Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah prestasi belajar rendah. Adapun permasalahannya adalah: Apakah ada hubungan antara interaksi teman sebaya dengan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Banjit Way Kanan tahun pelajaran 2016/2017?

1.5       Tujuan dan kegunaan Penelitian

1.5.1     Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: Mengetahui hubungan antara interaksi teman sebaya dengan motivasi belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Banjit Way Kanan tahun pelajaran 2016/2017.

1.5.2 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini sebagai berikut :
a.    Kegunaan teoritis
Penelitian tentang interaksi teman sebaya dengan motivasi belajar siswa ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan ilmu pengetahuan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling.
b.    Kegunaan praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi dunia pendidikan tentang adanya hubungan antara interaksi teman sebaya dengan motivasi belajar siswa.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian
1.6.1     Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah hubungan interaksi teman sebaya dengan motivasi siswa



1.6.2     Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Banjit Way Kanan

1.6.3     Tempat Penelitian
Penelitian ini di lakukan di SMP Negeri 1 Banjit Way Kanan.

1.6.4     Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan 2016/2017



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Motivasi Belajar

2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Winkel (2003: 24) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa untuk menumbuhkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu, agar tujuan yang dikehendaki siswa dapat tercapai. Sementara Jahja (2011: 356) motivasi adalah suatu dorongan yang diberikan oleh oranglain untuk mencapai tujuannya. Suatu kemampun atau faktor yang ada dalam diri manusia untuk menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Menurut Hamalik (2004: 158) motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektif dan rekasi untuk mencapai tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi dalam belajarnya akan memacu dirinya untuk meraih dan mewujudkan apa yang diinginkanya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya pengerak di dalam diri siswa pada kegiatan belajar yang mendorong kelangsungan kegiatan belajar dan mengarahkannya untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, serta keterampilan yang dimiliki.

2.1.2 Fungsi Motivasi Belajar
Guru dan orang tua merupakan motivator bagi murid dan anaknya. Oleh karena itu, guru harus memikirkan bagaimana cara mendorong siswanya agar terus melakukan usaha yang efektif untuk mencapai tujuan belajar.
Menurut Jahja (2011: 358)  fungsi motivasi belajar ada tiga, yaitu :
a.    Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan.
Motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. Tanpa adanya motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan.
b.    Mengarahkan perbuatan pada pencapaian tujuan yang diharapkan. Motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c.    Menggerakan cepat atau lambatnya pekerjaan seseorang.
Fungsi motivasi secara umum adalah sebagai daya penggerak yang mendorong siswa melakukan suatu perbuatan tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan, seperti prestasi belajar. Aspek motivasi dalam keseluruhan proses belajar sangatlah penting, karena motivasi mendorong siswa melakukan aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan belajarnya.

2.1.3. Macam-Macam Motivasi

Motivasi adalah tindakan atau kondisi yang timbul dari dalam diri seseorang yang dapat memberikan inspirasi agar seseorang mau melakukan kegiatan.
Menurut Jahja (2011: 357)  motivasi digolongkan menjadi dua jenis yaitu instrinsik dan ekstrinsik.
a.    Motivasi instrinsik, yaitu motivasi yang lahir dari dalam diri manusia yang berupa dorongan yang kuat yang keluar dari dalam dirinya dan memberikan suatu kemampuan untuk melakukan pekerjaan tanpa adanya suatu keterpaksaan.
b.    Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang tumbuh karena adanya dorongan dari luar yang diberikan oleh orangtua, guru, dan juga teman. Motivasi ini cenderung dialami oleh siswa karena mereka sangat membutuhkan bimbingan dari luar, sehingga peranan orang tua, guru dan teman sebaya disekolah sangat penting demi kemajuan siswa.

Jadi, motivasi instrinsik dan ektrinsik sangat menunjang kegiatan belajar siswa. Motivasi instrinsik akan menjadi kuat jika diiringi dengan motivasi ekstrinsik yang baik dari orang tua, guru dan lingkungan.

2.1.4    Ciri-Ciri Motivasi Belajar

Menurut Sadirman (2014: 83) ciri-ciri motivasi terutama dalam motivasi belajar yang ada pada individu yaitu antara lain:
a.    Tekun menghadapi tugas (belajar terus-menerus dalam waktu lama, tidak akan berhenti sebelum selesai).
b.    Ulet menghadapi kesulitan (tidak putus asa).
c.    Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa (masalah agama, politik, kriminal, amoral, dan keadilan).
d.    Cepat bosan terhadap tugas-tugas rutin.
e.    Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
f.     Tidak mudah melepaskan hal-hal yang diyakininya itu.
g.    Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

2.1.5. Peranan Motivasi Dalam Belajar

Pada hakekatnya orang yang ingin mencapai tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam belajar, motivasi muncul karena adanya dorongan untuk memenuhi kebutuhan yaitu mencapai hasil belajar yang diinginkan. Menurut Uno (2008: 27)  ada beberapa peranan penting dalam motivasi belajar yaitu:
a.    Peranan motivasi dalam menentukan penguatan belajar
b.    Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai
c.    Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar
d.    Menentukan ketekunan belajar

Motivasi dapat menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan belajar siswa. Motivasi berperan dalam menentukan penguatan belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, dan menentukan ketekunan belajar siswa agar terarah dan tercapai cita-cita yang diinginkannya.

2.2 Teman Sebaya

2.2.1 Pengertian Teman Sebaya

Haditomo (2004: 260) mengartikan teman sebaya adalah teman setingkat dalam perkembangan, tetapi tidak perlu sama usianya, yaitu sekumpulan orang yang memiliki keadaan atau tingkat perkembangan yang setingkat, dengan usia tidak harus sama.

Berbeda pendapat dari Haditomo, Santrock (2007: 55)  mengatakan bahwa teman sebaya adalah  individu-individu yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama. Teman sebaya memberikan sarana untuk melakukan perbandingan sosial dan dapat menjadi sumber informasi diluar keluarga. Relasi dengan teman sebaya dapat bersifat positif maupun negatif.

Santrock (Zubaida, 2011: 18) mengatakan teman sebaya yaitu:
“hubungan teman sebaya adalah sekumpulan remaja yang mempunyai hubungan erat dan saling menguntungkan, kesamaan ini tidak hanya dapat dilihat dari usia dan kedewasaan saja tetapi dapat juga dilihat dari latar belakang sosial, ekonomi dan lainnya”.

2.2.2 Jenis-jenis Teman Sebaya

Para ahli perkembangan membedakan lima jenis teman sebaya ( Wentzel & Asher, 1995) dalam Santrock, sebagai berikut:
a.  Anak-anak populer (popular children), sering kali dipilih sebagai teman terbaik dan jarang tidak disukai oleh kawan-kawannya.
b.  Anak rata-rata (average children), memperoleh angka rata-rata untuk dipilih secara positif maupun negatif oleh teman-temannya.
c.   Anak-anak yang diabaikan (neglected children), jarang dipilih sebagai teman terbaik namun tidak ditolak oleh teman-temannya.
d.  Anak-anak yang ditolak (rejected children), jarang dipilih sebagai teman terbaik seseorang dan secara aktif tidak disukai oleh temantemannya.
2.2.3 Kodisi-Kondisi yang Menyebabkan Remaja Diterima atau Ditolak oleh Teman Sebaya
Santrock (2007)        mengemukakan       kondisi-kondisi yang menyebabkan  remaja diterima dan ditolak oleh teman sebayanya yaitu sebagai berikut.
a.      Sindrom penerimaan
1)    Kesan pertama yang menyenangkan sebagai akibat dari penampilan yang menarik perhatian, sikap yang tenang dan gembira.
2)    Penampilan diri yang sesuai dengan penampilan teman sebaya.
3)    Penampilan sosial yang ditandai oleh kerja sama, tanggungjawab, panjang akal, kesenangan bersama orang lain, bijaksana dan sopan.
4)    Matang, terutama dalam hal pengendalian serta kemauan untuk mengikuti peraturan-peraturan.
5)    Suatu kepribadian yang menimbulkan penyesuaian yang baik seperti jujur, setia, tidak mementingkan diri sendiri dan ekstraversi.
b.      Penyebab remaja ditolak (sistem alienasi)
1)    Kesan pertama yang kurang baik karena penampilan diri yang kurang menarik atau sikap menjauhkan diri, yang mementingkan diri sendiri.
2)    Terkenal sebagai seorang yang tidak sportif.
3)    Perilaku sosial yang ditandai oleh perilaku menonjolkan diri, mengganggu dan menggertak orang lain, senang memerintah, tidak dapat bekerja sama, dan kurang bijaksana.
4)    Kurangnya kematangan, terutama kelihatan dalam hal pengendalian emosi, ketenangan, kepercayaan diri, dan kebijaksanaan.
5)    Sifat-sifat kepribadian yang mengganggu orang lain seperti mementingkan diri sendiri, keras kepala, gelisah dan mudah marah.

2.2.4 Fungsi Teman Sebaya

Menurut Santrock (2005: 55), salah satu fungsi utama dari kelompok teman sebaya adalah untuk menyediakan berbagai informasi mengenai dunia di luar keluarga. Dari kelompok teman sebaya, remaja menerima umpan balik mengenai kemampuan mereka.

Fungsi interaksi teman sebaya bagi remaja dapat dikategorikan ke dalam enam golongan sebagai berikut.
1.  Kebersamaan (companionship)
Persahabatan memberikan para remaja teman akrab, seseorang yang bersedia menghabiskan waktu bersama-sama dalam aktivitas.
2.  Stimulasi (stimulation)
Memberikan remaja informasi yang menarik, kegembiraan dan hiburan.
3.  Dukungan fisik (physical support)
Teman sebaya memberikan waktu, kemampuan dan pertolongan.
4.  Dukungan ego (ego support)
Teman sebaya memberikan dukungan, dorongan dan umpan balik yang dapat membantu remaja untuk membina kesan atas dirinya sebagai individu yang mampu, menarik dan berharga.
5.  Perbadingan sosial (social comparison)
Menyediakan informasi tentang bagaimana cara berhubungan dengan orang lain dan apakah para remaja baik-baik saja.

 

2.2.5 Pengaruh Perkembangan Teman Sebaya

Menurut Havinghurst (Santrock, 2003) pengaruh perkembangan teman sebaya ini dapat mengakibatkan pengaruh negatif dan positif, sebagai berikut.
a.  Pengaruh positif kelompok teman sebaya
1)  Individu yang memiliki kelompok teman sebaya dikehidupannya akan lebih siap menghadapi kehidupan yang akan datang.
2)  Individu dapat mengembangkan solidaritas antar teman.
3)  Mendorong idividu untuk bersifat mandiri.
4)  Menyalurkan perasaan dan pendapat demi kemajuan kelompok.
b.  Pengaruh negatif kelompok teman sebaya
1)  Sulit menerima seseorang yang tidak mempunyai kesamaan.
2)  Tertutup bagi individu lain yang tidak termasuk anggotanya.
3)  Menimbulkan rasa iri pada anggota satu dengan anggota yang lain yang tidak memiliki kesamaan dengan dirinya.
4)  Timbulnya persaingan antar anggota kelompok.

2.2.6 Keterkaitan Antara Interaksi Teman Sebaya Dengan Motivasi Belajar Siswa
Roff, Sells, & Golden (Santrock, 2007: 57) menyebutkan bahwa relasi diantara teman-teman sebaya dimasa remaja juga berdampak dimasa selanjutnya. Relasi diantara teman sebaya yang buruk dimasa kanak-kanak berkaitan dengan putus sekolah dan kenakalan dimasa remaja.
Hubungan teman sebaya tidak hanya sebatas di lingkungan tempat siswa belajar melainkan juga di lingkungan tempat dimana siswa tinggal. Teman sebaya sebagai tempat untuk saling mengadakan interaksi, sehingga terjadi keterlibatan individu didalamnya yang akhirnya akan terjadi dorongan dan dukungan yang dapat mempengaruhi dan memotivasi seseorang untuk berminat terhadap sesuatu termasuk termotivasi untuk belajar.
Teman sebaya yang ada di lingkungan sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal dapat mempengaruhi perilaku siswa, persepsi siswa terhadap belajar dan sekolah. Pengaruh positif tentang belajar akan membuat prestasi belajar siswa meningkat. Sebaliknya persepsi yang salah mengenai sekolah dan belajar dapat berdampak buruk pada prestasi yang akan diperoleh.

 

2.3 Kajian Penelitian Yang Relevan

Peranan teman sebaya ini merupakan faktor yang tidak kalah penting namun sering luput dari perhatian orang tua dan guru. Teman sebaya yang ada di lingkungan sekolah maupun lingkungan tempat tinggal dapat mempengaruhi perilaku dan persepsi siswa terhadap belajar dan sekolah, dan yang terpenting adalah dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Selain interaksi teman sebaya, faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah motivasi. Winkel (2003: 24) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa untuk menumbuhkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar agar tujuan yang dikehendaki tercapai. Oleh karena itu, minat merupakan alat motivasi yang utama dalam perolehan prestasi belajar siswa.

Motivasi belajar dikatakan penting karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan belajar dengan sungguh-sungguh seperti rajin belajar, merasa senang mengikuti pelajaran tersebut, bahkan dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan dalam belajar. Namun sebaliknya, jika siswa tidak memiliki motivasi belajar maka sulit bagi siswa untuk dapat belajar dengan baik.

Hubungan teman sebaya yang baik mungkin perlu bagi perkembangan sosial yang normal pada masa remaja. Karena hubungan teman sebaya yang harmonis pada masa remaja berhubungan dengan kesehatan mental yang positif pada usia pertengahan. Piaget&Sullivan (Santrock, 2007: 57) menekankan bahwa melalui interaksi teman sebayalah anak-anak dan remaja belajar mengenai pola hubungan yang timbal balik dan setara.

2.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap penelitian yang harus diuji. Menurut Sugiyono (2014: 96) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”.
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ha:        Ada hubungan yang signifikan antara interaksi teman sebaya dengan motivasi belajar pada siswa SMP Negeri 1 banjit way kanan tahun pelajaran 2016/2017.

Ho:        Tidak ada hubungan yang signifikan antara interaksi teman sebaya dengan motivasi belajar pada siswa SMP Negeri 1 banjit way kanan tahun pelajaran 2016/2017.


BAB III

METODE PENELITIAN

 

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Menurut Arikunto (2006: 12) penelitian kuantitatif yaitu penelitian ilmiah yang analisisnya dengan menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran data, dan hasilnya. Data penelitian berupa skor dan di proses melalui pengolahan statistik, selanjutnya dideskripsikan untuk mendapatkan gambaran mengenai variabel bebas (interaksi teman sebaya) dan variabel terikat (motivasi belajar).

3.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Menurut Arikunto (2006: 118) variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu dua variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen). Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a.     Variabel bebas
Sugiyono (2014: 61) mengemukakan bahwa variabel bebas (independen) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat.
Terdapat dua variabel bebas dalam penelitian ini yaitu variabel interaksi teman sebaya (X)

b.    Variabel terikat
Sugiyono (2014: 61) mengemukakan bahwa variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah variabel motivasi belajar (Y).

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Sugiyono (2014: 117) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 banjit, way kanan tahun pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari 5 kelas yang berjumlah 160 orang siswa.

3.3.2. Sampel

Sugiyono (2014: 118) mengemukakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang di pandang mewakili populasi target. Jadi, sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili populasi untuk dijadikan subjek dalam penelitian.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling dengan menggunakan cluster sampling. Jumlah siswa yang dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 90 orang siswa.

3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data yang digunakan oleh penulis, yaitu:

3.4.1 Teknik Pokok
Untuk memperoleh data sesuai dengan masalah yang dikaji dalam penelitian ini. Maka penulis melakukan pengumpulan data melalui agket. Angket ini akan digunakan untuk mengetahui Hubungan interaksi teman sebaya dengan motivasi belajar. Menurut Sugiono (2010:199) Angket ialah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.


3.4.2 Teknik Pelengkap
Teknik pelengkap ini berfungsi untuk melengkapi data yang mendukung dalam teknik pokok, teknik pelengkap yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi.

1. Obsevasi (pengamatan)
Observasi merupakan cara terbaik untuk meneliti tingkah laku manusia. Dalam mengumpulkan data, penulis melakukan observasi dalam beberapa kegiatan seperti melakukan pengamatan mengenai tingkah laku dan kegiatan siswa.

2. Dokumentasi
Cara untuk memperoleh data penelitian berupa data sekunder dari dokumen sekolah.

3.5 Instrumen Penelitian
3.5.1 Validitas Alat Ukur
Menurut Arikunto (2000;136)  pengertian validitas adalah “Ukuran sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan secara mantap”.

Dari pendapat di atas, penulis simpulkan bahwa validitas adalah instrumen ini tidak melakukan uji coba alat ukur untuk menguji validitas alat ukur tersebut dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya peneliti yang tidak memungkinkan sehingga kevalidan alat ukur dapat dilakukan dengan Concurrent validity dengan validiy yang ada sekarang dengan cara itu penulis bermaksud mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing lalu mengadakan revisi.




3.5.2 Reliabilitas Alat Ukur
Dalam penelitian ini untuk menguji realibilitas alat ukur menggunakan rumus korelasi product moment. Adapun langkah-langkah menentukan realibilitas tes menurut arikunto (2002:150) adalah sebagai berikut:
1)    Menyebarkan item tes pada siswa diluar responden
2)    Mengelompokkan item tes
3)    Menganalisis item tes ganjil genap dengan menggunakan rumus Product Moment
Keterangan             
rxy  : Koefisien korelasi antara variabel x dan y
x    : skor ganjil
y    : skor genap
x2   : kuadrat dari skor ganjil
y2   : kuadrat dari skor genap
xy  : perkalian x dan y
n    : jumlah sampel
4).  Selanjutnya  menentukan koefisien korelasi dengan menggunakan rumus rumus Sperman Brown  menurut Sutrisno Hadi (2000:51) sebagai berikut :
Keterangan
rgg  : Nilai hitung item ganjil dan item genap
rxx  : Nilai hitung keseluruhan
5). Mengkonsultasikan dengan kriteria keeratan menurut Suharsimi Arikunto (2000:139) sebagai berikut:
a.    Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : Sangat tinggi
b.    Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : Tinggi
c.    Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : Sedang
d.    Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : Rendah
e.    Antara 0,000 sampai dengan 0,200 : Sangat rendah

3.5.3 Teknik Analisis Data
a.    Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Menurut Sutrisno Hadi (2000: 317) uji normalitas menggunakan rumus chi-kuadrat adalah sebagai berikut:
         X2 = Chi-kuadrat
         fo  = Frekuensi yang diperoleh dari (diobservasi dalam) sampel
   fh  = Frekuensi yang diharapkan dalam sampel sebagai 
   pencerminan dari frekuensi yang diharapkan dalam populasi.
Kriteria :
Jika X2hitung < X2tabel maka dikatakan berdistribusi normal.
b.    Uji Independensi Variabel
Uji independensi variabel digunakan untuk mengetahui ada tidaknya keterkaitan atau pengaruh antara variabel bebas yang satu dengan yang lainnya. Untuk uji independensi variabel ini, digunakan rumus korelasi product memen dari Suharsimi Arikunto (1994: 138) yaitu :
rx1x2              = koefisien korelasi antara X1 dan X2
ΣX1              = jumlah X1
ΣX2              = jumlah X2
N  = jumlah responden penelitian
Kemudian harga r hitungan dikonsultasikan dengan r total sehingga :
rhit > rtab    = Variabel X1 dan X2 dependen (terkait)
rhit < rtab     = variabel X1 dan X2 independen (tidak terkait)

No comments:

Post a Comment

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD

    PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD      BAB I PENDAHULUAN   A.  ...