BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan
merupakan suatu upaya untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Melalui pendidikan, manusia mendapatkan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan
sikap sehingga dapat berfikir lebih sistematis, rasional, dan kritis terhadap
permasalahan yang dihadapi. Tinggi rendahnya kualitas pendidikan dapat dilihat
dari prestasi belajar yang dicapai siswa. Pendidikan dikatakan berhasil apabila
proses belajar mengajar dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga hasil
belajar dapat dicapai dengan lebih optimal.
Menurut
Ahmadi (2008: 130) pada hakekatnya belajar mengajar di sekolah adalah interaksi
aktif antar komponen-komponen yang ada didalamnya. Adapun interaksi yang
terjadi adalah antara guru dan siswa, siswa dan siswa, siswa dengan lingkungan
tempat belajar yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Siswa
SMP berada pada masa remaja, pada masa ini mereka akan lebih dekat dengan teman
sebaya daripada orang tua mereka sendiri.
Desmita
(2009: 219) mengungkapkan bahwa pada masa remaja, seseorang menghabiskan lebih
dari 40% waktunya bersama teman sebaya. Banyaknya waktu yang dihabiskan siswa
bersama temannya akan berpengaruh
terhadap prestasi belajar yang dicapai.
Kaitannya
dengan belajar, motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan aktualisasi
diri sehingga motivasi paling besar pengaruhnya pada kegiatan belajar siswa
yang bertujuan untuk mencapai prestasi tinggi. Apabila tidak ada motivasi
belajar dalam diri siswa, maka akan menimbulkan rasa malas untuk belajar baik
dalam mengikuti proses belajar mengajar maupun mengerjakan tugas-tugas individu
dari guru.
Berdasarkan
penelitian pendahuluan yang dilakukan peneliti di kelas VIII SMPN 1 Banjit Way Kanan,
terdapat beberapa masalah yang dialami siswa kelas VIII, antara lain : terdapat
siswa yang nilainya rendah, ada siswa yang mencontek saat ulangan, beberapa
siswa mengantuk saat jam pelajaran berlangsung, ada siswa yang mengobrol saat
guru sedang menjelaskan materi, beberapa siswa sering keluar masuk saat jam
pelajaran berlangsung, terdapat siswa yang menyendiri dan enggan bergabung
dengan teman-temannya.
Berdasarkan
pemikiran yang diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Hubungan
Antara Interaksi Teman Sebaya Dengan
Motivasi Belajar
Siswa Kelas VIII Smp Negeri 1 Banjit Way Kanan ”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:
1. Terdapat
siswa yang nilainya rendah.
2. Beberapa
siswa mengantuk saat jam pelajaran berlangsung.
3. Ada
siswa yang mengobrol saat guru sedang menjelaskan materi.
4. Beberapa
siswa sering keluar masuk saat jam pelajaran berlangsung.
5. Ada
siswa yang menyendiri dan enggan bergabung dengan temannya.
6. Adanya
siswa yang kurang bersemangat dan tidak aktif dalam belajar.
1.3. Pembatasan Masalah
Mengingat
keterbatasan peneliti, maka permasalahan pada penelitian ini dibatasi pada
“Hubungan antara Interaksi Teman Sebaya (X) dengan Motivasi Belajar siswa kelas VIII (Y)
SMP Negeri 1 Banjit Way Kanan
Tahun Pelajaran 2016/2017”.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah prestasi belajar rendah. Adapun permasalahannya adalah: Apakah ada hubungan antara
interaksi teman sebaya dengan motivasi
belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Banjit Way Kanan
tahun pelajaran 2016/2017?
1.5 Tujuan dan kegunaan Penelitian
1.5.1
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: Mengetahui hubungan antara
interaksi teman sebaya dengan motivasi
belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Banjit Way Kanan
tahun pelajaran 2016/2017.
1.5.2 Kegunaan
Penelitian
Kegunaan
dari penelitian ini sebagai berikut :
a. Kegunaan
teoritis
Penelitian
tentang interaksi teman sebaya dengan
motivasi belajar siswa ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
ilmu pengetahuan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling.
b. Kegunaan
praktis
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi dunia pendidikan tentang
adanya hubungan antara interaksi teman sebaya dengan motivasi belajar siswa.
1.6 Ruang
Lingkup Penelitian
1.6.1
Objek
Penelitian
Objek
dalam penelitian ini adalah hubungan interaksi teman sebaya dengan motivasi siswa
1.6.2
Subjek
Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Siswa kelas
VIII SMP Negeri 1 Banjit Way Kanan
1.6.3
Tempat
Penelitian
Penelitian
ini di lakukan di SMP Negeri 1 Banjit
Way Kanan.
1.6.4
Waktu
Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan 2016/2017
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Motivasi Belajar
2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar
Menurut
Winkel (2003: 24) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam
diri siswa untuk menumbuhkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan
belajar itu, agar tujuan yang dikehendaki siswa dapat tercapai. Sementara Jahja
(2011: 356) motivasi adalah suatu dorongan yang diberikan oleh oranglain untuk
mencapai tujuannya. Suatu kemampun atau faktor yang ada dalam diri manusia
untuk menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Menurut
Hamalik (2004: 158) motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi
seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektif dan rekasi untuk mencapai
tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi dalam belajarnya akan memacu dirinya
untuk meraih dan mewujudkan apa yang diinginkanya.
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya pengerak di
dalam diri siswa pada kegiatan belajar yang mendorong kelangsungan kegiatan
belajar dan mengarahkannya untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, serta
keterampilan yang dimiliki.
2.1.2 Fungsi Motivasi Belajar
Guru
dan orang tua merupakan motivator bagi murid dan anaknya. Oleh karena itu, guru
harus memikirkan bagaimana cara mendorong siswanya agar terus melakukan usaha
yang efektif untuk mencapai tujuan belajar.
Menurut
Jahja (2011: 358) fungsi motivasi
belajar ada tiga, yaitu :
a. Mendorong
timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan.
Motivasi
merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. Tanpa
adanya motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan.
b. Mengarahkan
perbuatan pada pencapaian tujuan yang diharapkan. Motivasi dapat memberikan
arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menggerakan
cepat atau lambatnya pekerjaan seseorang.
Fungsi
motivasi secara umum adalah sebagai daya penggerak yang mendorong siswa
melakukan suatu perbuatan tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan,
seperti prestasi belajar. Aspek motivasi dalam keseluruhan proses belajar
sangatlah penting, karena motivasi mendorong siswa melakukan aktivitas yang
berhubungan dengan kegiatan belajarnya.
2.1.3. Macam-Macam
Motivasi
Motivasi
adalah tindakan atau kondisi yang timbul dari dalam diri seseorang yang dapat
memberikan inspirasi agar seseorang mau melakukan kegiatan.
Menurut
Jahja (2011: 357) motivasi digolongkan
menjadi dua jenis yaitu instrinsik dan ekstrinsik.
a. Motivasi
instrinsik, yaitu motivasi yang lahir dari dalam diri manusia yang berupa
dorongan yang kuat yang keluar dari dalam dirinya dan memberikan suatu
kemampuan untuk melakukan pekerjaan tanpa adanya suatu keterpaksaan.
b. Motivasi
ekstrinsik, yaitu motivasi yang tumbuh karena adanya dorongan dari luar yang
diberikan oleh orangtua, guru, dan juga teman. Motivasi ini cenderung dialami
oleh siswa karena mereka sangat membutuhkan bimbingan dari luar, sehingga
peranan orang tua, guru dan teman sebaya disekolah sangat penting demi kemajuan
siswa.
Jadi,
motivasi instrinsik dan ektrinsik sangat menunjang kegiatan belajar siswa.
Motivasi instrinsik akan menjadi kuat jika diiringi dengan motivasi ekstrinsik
yang baik dari orang tua, guru dan lingkungan.
2.1.4 Ciri-Ciri Motivasi Belajar
Menurut
Sadirman (2014: 83) ciri-ciri motivasi terutama dalam motivasi belajar yang ada
pada individu yaitu antara lain:
a. Tekun
menghadapi tugas (belajar terus-menerus dalam waktu lama, tidak akan berhenti
sebelum selesai).
b. Ulet
menghadapi kesulitan (tidak putus asa).
c. Menunjukan
minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa (masalah agama,
politik, kriminal, amoral, dan keadilan).
d. Cepat
bosan terhadap tugas-tugas rutin.
e. Dapat
mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
f. Tidak
mudah melepaskan hal-hal yang diyakininya itu.
g. Senang
mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
2.1.5. Peranan
Motivasi Dalam Belajar
Pada
hakekatnya orang yang ingin mencapai tujuannya adalah untuk memenuhi
kebutuhannya. Dalam belajar, motivasi muncul karena adanya dorongan untuk
memenuhi kebutuhan yaitu mencapai hasil belajar yang diinginkan. Menurut Uno
(2008: 27) ada beberapa peranan penting
dalam motivasi belajar yaitu:
a. Peranan
motivasi dalam menentukan penguatan belajar
b. Memperjelas
tujuan belajar yang hendak dicapai
c. Menentukan
ragam kendali terhadap rangsangan belajar
d. Menentukan
ketekunan belajar
Motivasi
dapat menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan belajar siswa. Motivasi
berperan dalam menentukan penguatan belajar, memperjelas tujuan belajar yang
hendak dicapai, menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, dan
menentukan ketekunan belajar siswa agar terarah dan tercapai cita-cita yang
diinginkannya.
2.2 Teman Sebaya
2.2.1 Pengertian Teman Sebaya
Haditomo
(2004: 260) mengartikan teman sebaya adalah teman setingkat dalam perkembangan,
tetapi tidak perlu sama usianya, yaitu sekumpulan orang yang memiliki keadaan
atau tingkat perkembangan yang setingkat, dengan usia tidak harus sama.
Berbeda
pendapat dari Haditomo, Santrock (2007: 55)
mengatakan bahwa teman sebaya adalah
individu-individu yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang
lebih sama. Teman sebaya memberikan sarana untuk melakukan perbandingan sosial
dan dapat menjadi sumber informasi diluar keluarga. Relasi dengan teman sebaya
dapat bersifat positif maupun negatif.
Santrock
(Zubaida, 2011: 18) mengatakan teman sebaya yaitu:
“hubungan
teman sebaya adalah sekumpulan remaja yang mempunyai hubungan erat dan saling
menguntungkan, kesamaan ini tidak hanya dapat dilihat dari usia dan kedewasaan
saja tetapi dapat juga dilihat dari latar belakang sosial, ekonomi dan
lainnya”.
2.2.2 Jenis-jenis Teman Sebaya
Para
ahli perkembangan membedakan lima jenis teman sebaya ( Wentzel & Asher,
1995) dalam Santrock, sebagai berikut:
a. Anak-anak
populer (popular children), sering
kali dipilih sebagai teman terbaik dan jarang tidak disukai oleh
kawan-kawannya.
b. Anak
rata-rata (average children),
memperoleh angka rata-rata untuk dipilih secara positif maupun negatif oleh
teman-temannya.
c. Anak-anak
yang diabaikan (neglected children),
jarang dipilih sebagai teman terbaik namun tidak ditolak oleh teman-temannya.
d. Anak-anak
yang ditolak (rejected children),
jarang dipilih sebagai teman terbaik seseorang dan secara aktif tidak disukai
oleh temantemannya.
2.2.3 Kodisi-Kondisi yang Menyebabkan
Remaja Diterima atau Ditolak oleh Teman Sebaya
Santrock
(2007) mengemukakan kondisi-kondisi yang menyebabkan remaja
diterima dan ditolak oleh teman sebayanya yaitu sebagai berikut.
a. Sindrom
penerimaan
1) Kesan
pertama yang menyenangkan sebagai akibat dari penampilan yang menarik
perhatian, sikap yang tenang dan gembira.
2) Penampilan
diri yang sesuai dengan penampilan teman sebaya.
3) Penampilan
sosial yang ditandai oleh kerja sama, tanggungjawab, panjang akal, kesenangan
bersama orang lain, bijaksana dan sopan.
4) Matang,
terutama dalam hal pengendalian serta kemauan untuk mengikuti
peraturan-peraturan.
5) Suatu
kepribadian yang menimbulkan penyesuaian yang baik seperti jujur, setia, tidak
mementingkan diri sendiri dan ekstraversi.
b. Penyebab
remaja ditolak (sistem alienasi)
1) Kesan
pertama yang kurang baik karena penampilan diri yang kurang menarik atau sikap
menjauhkan diri, yang mementingkan diri sendiri.
2) Terkenal
sebagai seorang yang tidak sportif.
3) Perilaku
sosial yang ditandai oleh perilaku menonjolkan diri, mengganggu dan menggertak
orang lain, senang memerintah, tidak dapat bekerja sama, dan kurang bijaksana.
4) Kurangnya
kematangan, terutama kelihatan dalam hal pengendalian emosi, ketenangan,
kepercayaan diri, dan kebijaksanaan.
5) Sifat-sifat
kepribadian yang mengganggu orang lain seperti mementingkan diri sendiri, keras
kepala, gelisah dan mudah marah.
2.2.4 Fungsi Teman Sebaya
Menurut
Santrock (2005: 55), salah satu fungsi utama dari kelompok teman sebaya adalah
untuk menyediakan berbagai informasi mengenai dunia di luar keluarga. Dari
kelompok teman sebaya, remaja menerima umpan balik mengenai kemampuan mereka.
Fungsi
interaksi teman sebaya bagi remaja dapat dikategorikan ke dalam enam golongan
sebagai berikut.
1. Kebersamaan
(companionship)
Persahabatan
memberikan para remaja teman akrab, seseorang yang bersedia menghabiskan waktu
bersama-sama dalam aktivitas.
2. Stimulasi
(stimulation)
Memberikan
remaja informasi yang menarik, kegembiraan dan hiburan.
3. Dukungan
fisik (physical support)
Teman
sebaya memberikan waktu, kemampuan dan pertolongan.
4. Dukungan
ego (ego support)
Teman
sebaya memberikan dukungan, dorongan dan umpan balik yang dapat membantu remaja
untuk membina kesan atas dirinya sebagai individu yang mampu, menarik dan
berharga.
5. Perbadingan
sosial (social comparison)
Menyediakan
informasi tentang bagaimana cara berhubungan dengan orang lain dan apakah para
remaja baik-baik saja.
2.2.5 Pengaruh
Perkembangan Teman Sebaya
Menurut
Havinghurst (Santrock, 2003) pengaruh perkembangan teman sebaya ini dapat
mengakibatkan pengaruh negatif dan positif, sebagai berikut.
a. Pengaruh
positif kelompok teman sebaya
1) Individu
yang memiliki kelompok teman sebaya dikehidupannya akan lebih siap menghadapi
kehidupan yang akan datang.
2) Individu
dapat mengembangkan solidaritas antar teman.
3) Mendorong
idividu untuk bersifat mandiri.
4) Menyalurkan
perasaan dan pendapat demi kemajuan kelompok.
b. Pengaruh
negatif kelompok teman sebaya
1) Sulit
menerima seseorang yang tidak mempunyai kesamaan.
2) Tertutup
bagi individu lain yang tidak termasuk anggotanya.
3) Menimbulkan
rasa iri pada anggota satu dengan anggota yang lain yang tidak memiliki
kesamaan dengan dirinya.
4) Timbulnya
persaingan antar anggota kelompok.
2.2.6 Keterkaitan Antara Interaksi
Teman Sebaya Dengan Motivasi
Belajar Siswa
Roff,
Sells, & Golden (Santrock, 2007: 57) menyebutkan bahwa relasi diantara
teman-teman sebaya dimasa remaja juga berdampak dimasa selanjutnya. Relasi
diantara teman sebaya yang buruk dimasa kanak-kanak berkaitan dengan putus
sekolah dan kenakalan dimasa remaja.
Hubungan
teman sebaya tidak hanya sebatas di lingkungan tempat siswa belajar melainkan
juga di lingkungan tempat dimana siswa tinggal. Teman sebaya sebagai tempat
untuk saling mengadakan interaksi, sehingga terjadi keterlibatan individu
didalamnya yang akhirnya akan terjadi dorongan dan dukungan yang dapat
mempengaruhi dan memotivasi seseorang untuk berminat terhadap sesuatu termasuk
termotivasi untuk belajar.
Teman
sebaya yang ada di lingkungan sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal dapat
mempengaruhi perilaku siswa, persepsi siswa terhadap belajar dan sekolah.
Pengaruh positif tentang belajar akan membuat prestasi belajar siswa meningkat.
Sebaliknya persepsi yang salah mengenai sekolah dan belajar dapat berdampak
buruk pada prestasi yang akan diperoleh.
2.3
Kajian Penelitian Yang Relevan
Peranan
teman sebaya ini merupakan faktor yang tidak kalah penting namun sering luput
dari perhatian orang tua dan guru. Teman sebaya yang ada di lingkungan sekolah
maupun lingkungan tempat tinggal dapat mempengaruhi perilaku dan persepsi siswa
terhadap belajar dan sekolah, dan yang terpenting adalah dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa.
Selain
interaksi teman sebaya, faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
adalah motivasi. Winkel (2003: 24) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan
daya penggerak di dalam diri siswa untuk menumbuhkan kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegiatan belajar agar tujuan yang dikehendaki tercapai.
Oleh karena itu, minat merupakan alat motivasi yang utama dalam perolehan
prestasi belajar siswa.
Motivasi
belajar dikatakan penting karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil
belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan belajar dengan
sungguh-sungguh seperti rajin belajar, merasa senang mengikuti pelajaran
tersebut, bahkan dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan dalam belajar. Namun
sebaliknya, jika siswa tidak memiliki motivasi belajar maka sulit bagi siswa
untuk dapat belajar dengan baik.
Hubungan
teman sebaya yang baik mungkin perlu bagi perkembangan sosial yang normal pada
masa remaja. Karena hubungan teman sebaya yang harmonis pada masa remaja
berhubungan dengan kesehatan mental yang positif pada usia pertengahan.
Piaget&Sullivan (Santrock, 2007: 57) menekankan bahwa melalui interaksi
teman sebayalah anak-anak dan remaja belajar
mengenai pola hubungan yang timbal balik dan setara.
2.2
Hipotesis
Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap penelitian yang harus diuji. Menurut
Sugiyono (2014: 96) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan”.
hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ha: Ada hubungan yang
signifikan antara interaksi teman sebaya dengan motivasi belajar pada siswa SMP Negeri 1 banjit way kanan
tahun pelajaran 2016/2017.
Ho: Tidak ada hubungan
yang signifikan antara interaksi teman sebaya dengan motivasi belajar pada siswa SMP Negeri 1 banjit way kanan
tahun pelajaran 2016/2017.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Metode
Penelitian
Penelitian
ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Menurut Arikunto (2006: 12)
penelitian kuantitatif yaitu penelitian ilmiah yang analisisnya dengan
menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran data, dan hasilnya.
Data penelitian berupa skor dan di proses melalui pengolahan statistik,
selanjutnya dideskripsikan untuk mendapatkan gambaran mengenai variabel bebas
(interaksi teman sebaya) dan variabel terikat (motivasi belajar).
3.2 Variabel Penelitian
Variabel
adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Menurut
Arikunto (2006: 118) variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi
titik perhatian suatu penelitian. Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu dua
variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen). Adapun variabel-variabel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Variabel
bebas
Sugiyono
(2014: 61) mengemukakan bahwa variabel bebas (independen) merupakan variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
terikat.
Terdapat
dua variabel bebas dalam penelitian ini yaitu variabel interaksi teman sebaya
(X)
b. Variabel
terikat
Sugiyono
(2014: 61) mengemukakan bahwa variabel terikat (dependen) merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah variabel motivasi belajar (Y).
3.3 Populasi
dan Sampel
3.3.1 Populasi
Sugiyono
(2014: 117) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 banjit, way kanan tahun pelajaran
2016/2017 yang terdiri dari 5 kelas yang berjumlah 160 orang siswa.
3.3.2. Sampel
Sugiyono
(2014: 118) mengemukakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi yang di pandang mewakili populasi target. Jadi,
sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili populasi
untuk dijadikan subjek dalam penelitian.
Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling dengan menggunakan cluster sampling. Jumlah siswa yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini sebanyak 90 orang siswa.
3.4 Teknik
Pengumpulan Data
Dalam
penelitian ini pengumpulan data yang digunakan oleh penulis, yaitu:
3.4.1 Teknik
Pokok
Untuk
memperoleh data sesuai dengan masalah yang dikaji dalam penelitian ini. Maka
penulis melakukan pengumpulan data melalui agket. Angket ini akan digunakan
untuk mengetahui Hubungan interaksi teman sebaya dengan motivasi belajar. Menurut Sugiono
(2010:199) Angket ialah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya.
3.4.2 Teknik
Pelengkap
Teknik
pelengkap ini berfungsi untuk melengkapi data yang mendukung dalam teknik
pokok, teknik pelengkap yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi.
1. Obsevasi (pengamatan)
Observasi merupakan cara terbaik untuk
meneliti tingkah laku
manusia. Dalam mengumpulkan data, penulis melakukan observasi dalam beberapa
kegiatan seperti melakukan pengamatan mengenai tingkah laku dan kegiatan siswa.
2. Dokumentasi
Cara untuk memperoleh data penelitian berupa data
sekunder dari dokumen sekolah.
3.5 Instrumen
Penelitian
3.5.1 Validitas Alat Ukur
Menurut
Arikunto (2000;136) pengertian validitas
adalah “Ukuran sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan secara mantap”.
Dari pendapat di
atas, penulis simpulkan bahwa validitas adalah instrumen ini tidak melakukan
uji coba alat ukur untuk menguji validitas alat ukur tersebut dikarenakan
keterbatasan waktu dan biaya peneliti yang tidak memungkinkan sehingga
kevalidan alat ukur dapat dilakukan dengan Concurrent
validity dengan validiy yang ada sekarang dengan cara itu penulis bermaksud
mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing lalu mengadakan
revisi.
3.5.2 Reliabilitas Alat Ukur
Dalam
penelitian ini untuk menguji realibilitas alat ukur menggunakan rumus korelasi
product moment. Adapun langkah-langkah menentukan realibilitas tes menurut
arikunto (2002:150) adalah sebagai berikut:
1)
Menyebarkan item tes pada siswa diluar
responden
2)
Mengelompokkan item tes
3)
Menganalisis item tes ganjil genap dengan menggunakan rumus
Product Moment
Keterangan
rxy : Koefisien korelasi antara variabel x dan y
x :
skor ganjil
y :
skor genap
x2 : kuadrat dari skor ganjil
y2 : kuadrat dari skor genap
xy :
perkalian x dan y
n :
jumlah sampel
4).
Selanjutnya menentukan koefisien
korelasi dengan menggunakan rumus rumus Sperman
Brown menurut Sutrisno Hadi
(2000:51) sebagai berikut :
Keterangan
rgg :
Nilai hitung item ganjil dan item genap
rxx :
Nilai hitung keseluruhan
5). Mengkonsultasikan dengan kriteria
keeratan menurut Suharsimi Arikunto (2000:139) sebagai berikut:
a. Antara
0,800 sampai dengan 1,00 : Sangat tinggi
b. Antara
0,600 sampai dengan 0,800 : Tinggi
c. Antara
0,400 sampai dengan 0,600 : Sedang
d. Antara
0,200 sampai dengan 0,400 : Rendah
e. Antara
0,000 sampai dengan 0,200 : Sangat rendah
3.5.3 Teknik Analisis Data
a. Uji
Normalitas
Uji
normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari
populasi yang berdistribusi
normal atau tidak. Menurut Sutrisno Hadi (2000: 317) uji normalitas menggunakan
rumus chi-kuadrat adalah sebagai berikut:
X2 = Chi-kuadrat
fo
= Frekuensi yang diperoleh dari (diobservasi dalam) sampel
fh = Frekuensi
yang diharapkan dalam sampel sebagai
pencerminan dari frekuensi yang diharapkan dalam populasi.
Kriteria :
Jika X2hitung < X2tabel
maka dikatakan berdistribusi normal.
b. Uji
Independensi Variabel
Uji independensi variabel digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya keterkaitan atau pengaruh antara variabel bebas yang
satu dengan yang lainnya. Untuk uji independensi variabel ini, digunakan rumus
korelasi product memen dari Suharsimi Arikunto (1994: 138) yaitu :
rx1x2 =
koefisien korelasi antara X1 dan X2
ΣX1 =
jumlah X1
ΣX2 =
jumlah X2
N = jumlah
responden penelitian
Kemudian harga r
hitungan dikonsultasikan dengan r total sehingga :
rhit
> rtab = Variabel X1
dan X2 dependen (terkait)
rhit < rtab = variabel X1 dan X2 independen
(tidak terkait)
No comments:
Post a Comment