BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagai data dasar, dalam kondisi perubahan harga
akuntansi kos historis menghadapi tiga masalah fundamental yang berkaitan
dengan penilaian (valuation), unit pengukur (measurement unit)
dan pemertahanan kapital (capital maintenance). Rerangka akuntansi pokok
akan menghasilkan statemen keuangan dasar.
Paton dan Littleton menegaskan bahwa data dasar
hendaknya merupakan angka yang terandalkan yaitu obyektif dan dapat
diverifikasi. Tujuan pelaporan keuangan tidak terbatas pada masalah
pertanggungjelasan tetapi juga pada pemenuhan kebutuhan pengambilan keputusan
ekonomi yang lebih luas. Tujuan penyajian informasi untuk pertanggung jawaban
menjadi tidak berarti atau bahkan dapat diganti sama sekali. Kos merupakan
jumlah rupiah kesepakatan dalam rangka memperoleh barang dan jasa dan merupakan
jumlah rupiah kesepakatan dalam rangka penyerahan produk atau jasa yang
dihasilkan perusahaan.
Dalam akuntansi kos historis, perubahan harga spesifik
ini tidak diperhatikan dan dengan sendirinya perubahan ini akan tersembunyi
dalam perhitungan laba. Seandainya pengaruh perubahan harga spesifik tersebut
dikeluarkan dari perhitungan laba, pengaruh ini akan menjadi untung atau rugi
penahanan. Sedangkan Tujuan akuntansi kos sekarang adalah mengukur laba suatu
perioda dengan mempertahankan kapital semula. Kapital diukur atas dasar
kapasitas operasi atau kemampuan untuk menyediakan barang dan jasa dengan
kuantitas yang sama dengan kapasitas atau kemampuan kapital sebelumnya.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka diuraikan
rumjsan masalah sebagai berikut :
1.
Apakah Akuntansi untuk Perubahan Harga ?
2.
Bagaimana
Akuntansi Hibrida ?
3.
Bagaimana
Perubahan Harga Spesifik ?
4.
Apakah Masalah
Pemertahanan Kapital ?
1.3 Tujuan
Pada tugas makalah ini
bertujuan sebagai bahan bacaan untuk memperluas ilmu pengetahuan sekaligus
untuk memenuhi tugas sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Akuntansi untuk Perubahan Harga
Akuntansi perubahan harga (accounting for price
changes) mengacu pada perlakuan akuntansi terhadap perubahan atau selisih
harga dan masalah akuntansi dalam kondisi yang didalamnya harga-harga berubah.
2.1.1 Rerangka Akuntansi Pokok
Rerangka akuntansi pokok akan menghasilkan statemen
keuangan dasar. Paton dan Littleton menegaskan bahwa data dasar hendaknya
merupakan angka yang terandalkan yaitu obyektif dan dapat diverifikasi. Tujuan
pelaporan keuangan tidak terbatas pada masalah pertanggungjelasan tetapi juga
pada pemenuhan kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi yang lebih luas. Tujuan
penyajian informasi untuk pertanggung jawaban menjadi tidak berarti atau bahkan
dapat diganti sama sekali. Kos merupakan jumlah rupiah kesepakatan dalam rangka
memperoleh barang dan jasa dan merupakan jumlah rupiah kesepakatan dalam rangka
penyerahan produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan.
2.1.2 Masalah
akuntansi
Sebagai data dasar, dalam kondisi perubahan harga
akuntansi kos historis menghadapi tiga masalah fundamental yang berkaitan
dengan penilaian (valuation), unit pengukur (measurement unit)
dan pemertahanan kapital (capital maintenance).
·
2.1.3 Masalah Penilaian
Nilai aset individual atau spesifik akan berubah kalau
dibandingkan dengan aset tertentu yang lain meskipun daya beli uang tidak
berubah. Perubahan ini disebabkan oleh penggunaan teknologi yang berbeda atau kemampuan
produk baru yang lebih tinggi.
Persepsi atau selera orang terhadap manfaat atau nilai
barang tertentu dapat pula menyebabkan perubahan nilai yang akhirnya
mempengaruhi harga barang tersebut. Perubahan harga semacam ini disebut
dengan perubahan harga spesifik.
Model akuntansi untuk menghadapi masalah ini adalah
akuntansi nilai sekarang yang pengukuran nilainya bergantung pada
dasar penilaian yang dianut yaitu kos sekarang atau nilai keluaran sekarang.
2.1.4 Masalah Unit Pengukur
Daya beli uang dapat berubah sehingga unit moneter
sebagai pengukur nilai tidak bersifat homogenus lagi kalau dikaitkan dengan
waktu. Perubahan nilai unit pengukur ini terjadi karena perubahan tingkat
harga secara umum dalam ekonomi suatu negara. Artinya, kalau nilai atau manfaat
suatu barang tidak berubah, jumlah unit moneter yang dapat digunakan untuk
memperoleh barang yang sama akan berbeda dari waktu ke waktu karena daya beli
uang berubah. Secara umum, daya beli uang semakin menurun karena
adanya inflasi. Akuntansi menghadapi masalah ini karena kos yang diukur satuan
rupiah nominal tidak lagi homogenus untuk beberapa pos sehingga penjumlahan kos
vertikal atau horisontal sebenarnya tidak bermakna lagi.
2.2 Masalah Pemertahanan Kapital
Laba adalah kenaikan kapital dalam suatu periode yang
dapat didistribusi atau dinikmati setelah kapital awal dipertahankan. Untuk
menentukan laba dengan mempertahankan kapital, tiga hal penting dalam mengukur
kapital harus dipertimbangkan yaitu dasar penilaian, skala pengukuran, dan jenis
kapital terutama dalam hal terjadi perubahan harga atau nilai. Masalah unit pengukur dalam perubahan harga berkaitan dengan skala
pengukuran. Masalah pemertahanan kapital dalam perubahan harga berkaitan dengan
jenis kapital yang harus dipertahankan yaitu finansial atau fisis. Bila
pengaruh perubahan harga seperti di atas tidak diperhatikan, dalam keadaan
perubahan harga menarik, perhitungan laba atas dasar kos historis cenderung
tersaji lebih. Hal ini disebabkan perubahan akibat kenaikan harga atau untuk penahanan
melekat pada angka laba. Angka laba yang tersaji lebih dapat mengakibatkan
distribusi laba yang melebihi jumlah yang dapat menyisakan laba untuk
mempertahankan kapital.
2.2.1 Pos-Pos Moneter dan Nonmoneter
·
Pos Moneter
Pos-pos moneter terdiri atas aset
moneter dan kewajiban moneter. Aset moneter adalah klaim untuk menerima kas di
masa mendatang dengan jumlah dan saat yang pasti tanpa mengaitkan dengan harga
masa datang barang dan jasa tertentu. Kewajiban moneter adalah keharusan untuk
membayar uang di masa mendatang dengan jumlah dan saat pembayaran yang sudah
pasti. Implikasi perubahan harga terhadap pos-pos moneter lebih berkaitan
dengan perubahan daya beli yang menimbulkan untung atau rugi daya beli. Untung
atau rugi daya beli timbul kalau perusahaan menahan pos-pos moneter dalam
keadaan daya beli berubah.
·
Pos-Pos Nonmoneter
Pos-pos nonmoneter adalah pos-pos
selain yang bersifat moneter yang juga terdiri atas aset nonmoneter dan
kewajiban nonmoneter. Aset nonmoneter adalah aset yang mengandung jumlah rupiah
yang menunjukkan nilai dan nilai tersebut berubah-ubah dengan berjalannya waktu
atau aset yang merupakan klaim untuk menerima potensi jasa atau manfaat fisis
tanpa memperhatikan perubahan daya beli.
Kewajiban nonmoneter adalah keharusan
untuk menyerahkan barang dan jasa atau potensi jasa lainnya dengan kuantitas
tertentu tanpa memperhatikan daya beli atau perubahan nilai barang atau potensi
jasa tersebut pada saat diserahkan. Implikasi perubahan harga terhadap pos
nonmoneter adalah terjadinya perbedaan nilai tukar antara saat pos-pos tersebut
diperoleh atau terjadi dan nilai tukar saat meretia diserahkan atau dilaporkan
pada akhir perioda.
Pos-pos moneter berkaitan dengan
untung atau rugi daya beli sedangkan pos-pos nonmoneter dengan untung atau rugi
penahanan.
2.2.2 Perubahan Harga
Harga merepresentasi nilai tukar
barang dan jasa pada suatu saat dalam suatu lingkungan ekonomik. Barang dan
jasa dapat berupa barang dan jasa antara yaitu berupa faktor produksi atau
produk akhir (barang dan jasa untuk konsumsi). Harga masukan adalah harga faktor produksi dan
harga barang atau jasa antara yang diperoleh untuk tujuan diolah lebih lanjut.
Harga keluaran adalah harga barang dan jasa yang dijual sebagai produk
perusahaan. Pasar faktor produksi disebut pasar masukan dan pasar produk akhir
disebut pasar keluaran.
Secara umum, perubahan harga
adalah perbedaan jumlah rupiah untuk memperoleh barang atau jasa yang sama pada
waktu yang berbeda dalam pasar yang sama (masukan atau keluaran). Dari segi akuntansi,
perubahan harga adalah perbedaan antara kos tercatat suatu objek (pos) dan
jumlah rupiah yang menggambarkan nilai objek (pos) pada saat tertentu. Dari
sudut perusahaan, perbedaan harga masukan dan keluaran bukan merupakan
perubahan harga tetapi lebih merupakan laba yaitu kenaikan nilai ekonomik yang
diharapkan karena proses produksi.
Karakteristik perubahan harga
barang dan jasa, ada tiga jenis perubahan harga yaitu : (1) perubahan harga
umum, (2) perubahan harga spesifik, dan (3) perubahan harga relatif.
1. Perubahan Harga
Umum
Perubahan harga umum mencerminkan kenaikan atau
penurunan nilai tukar satuan uang atau dikenal dengan perubahan daya beli.
Perubahan tersebut dapat disebabkan pada umumnya oleh kekuatan-kekuatan faktor
ekonomik seperti tersedianya uang atau kecepatan beredarnya uang dibandingkan
dengan tersedianya barang atau jasa dalam perekonomian suatu negara.
Penyebab lain adalah ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran
barang dan jasa secara umum atau perubahan harga pasar dunia untuk komoditas
dasar tertentu. Perubahan harga umum ditandai oleh perubahan seluruh harga
barang dan jasa dengan tingkat dan arah yang sama.
2. Inflasi dan Daya
Beli Uang
Indeks harga dapat memberi gambaran perubahan tingkat
harga dari waktu ke waktu. Perubahan indeks harga merefleksi pula perubahan
daya beli atau nilai tukar uang. Kenaikan
indeks harga berarti penurunan daya beli demikian pula sebaliknya. Daya beli
uang adalah kemampuan satuan uang pada saat tertentu untuk ditukarkan dengan
barang. Gejala kenaikan tingkat harga umum dari waktu ke waktu disebut inflasi.
Inflasi ditunjukkan oleh indeks harga umum yang cenderung menaik dari waktu ke
waktu. Perubahan relatif indeks harga dari perioda satu ke perioda berikutnya
disebut dengan laju inflasi.
3. Implikasi
Akuntansi
Kos berbagai objek yang diukur dengan satuan
uang pada waktu yang berbeda-beda sebenarnya merupakan jumlah rupiah yang tidak
homogenus sehingga tidak dapat dijumlahkan. Karena bersifat moneter, meretia
sudah merefleksi kos atau harga sekarang setiap saat atau pada tanggal
pelaporan. Dengan adanya perubahan daya beli, perusahaan kemungkinan akan
mendapat untung atau menderita rugi karena perusahaan menahan pos-pos moneter.
Untung atau rugi daya beli pos moneter terjadi apabila
perusahaan menahan aset moneter atau mempunyai utang moneter dalam jangka waktu
tertentu. Dalam kondisi inflasi, menahan aset moneter akan menimbulkan rugi
daya beli. Dalam kndisi deflasi menahan aset moneter akan memberikan
untung daya beli dan menahan utang moneter akan mengakibatkan rugi daya
beli.
4. Interpretasi
Untung / Rugi Daya Beli
Jumlah rupiah untung atau rugi daya beli merupakan
informasi untuk membantu pemakai dalam menentukan laba ekonomik perusahaan
karena informasi tersebut berkaitan dengan seberapa jauh kapital secara
ekonomik harus dipertahankan. Untung daya
beli penahanan utang dapat diperlakukan sebagai pengurangan aset yang diperoleh
dengan utang tersebut. Untung atau rugi daya beli pos moneter lancar
dapat dianggap terrealisasi pada saat pos aset moneter lancar diterima uangnya
atau pada saat utang moneter lancar dilunasi. Dari sudut pandang perusahaan
sebagai kesatuan usaha, untung atau rugi daya beli utang jangka panjang dalam
suatu perioda tidak mempengaruhi besarnya laba.
Dari sudut likuiditas, untung atau rugi daya beli akan
memberi informasi apakah perusahaan dapat menjaga likuiditas operasinya. Dalam
kondisi inflasi, tentu saja modal kerja moneter akan cenderung menurun daya
belinya.
2.3 Perubahan
Harga Spesifik
Perubahan harga spesifik adalah perubahan harga barang
tertentu karena nilai instrinsik barang tersebut berubah sehingga nilai
tukarnya juga berubah baik di pasar masukan maupun pasar keluaran. Perubahan
harga spesifik terjadi karena berbagai faktor antara lain perubahan selera konsumer,
perubahan teknologi di bidang teknik industri dan spekulasi atau perubahan
harapan masyarakat terhadap kuantitas barang dan jasa tertentu yang tersedia
dalam masyarakat. Perubahan harga spesifik dalam pasar masukan akan
mengakibatkan kenaikan atau penurunan kos aset yang yang akhirnya
mempengaruhi biaya bagi perusahan. Perubahan harga spesifik dalam pasar
keluaran akan mengakibatkan kenaikan atau penurunan pendapatan perusahaan.
2.3.1Implikasi Akuntansi
Dalam akuntansi kos historis, perubahan harga spesifik
ini tidak diperhatikan dan dengan sendirinya perubahan ini akan tersembunyi
dalam perhitungan laba. Seandainya pengaruh perubahan harga spesifik tersebut
dikeluarkan dari perhitungan laba, pengaruh ini akan menjadi untung atau rugi
penahanan.
2.3.2 Interpretasi Untung/Rugi Penahanan
Untung penahanan merupakan informasi tentang jumlah
rupiah untuk mempertahankan kapital.Dari segi evaluasi kinerja manajemen,
akuntansi kos sekarang sebenarnya memberi informasi tentang kegiatan yang
benar-benar merupakan upaya manajemen dan kegiatan yang semata-mata hanya
menahan aset dalam kaitannya dengan pengelolaan kapital fisis. Laba
operasi merupakan hasil kegiatan produktif, sendangkan untung penahanan
merupakan hasil kegiatan penahanan aset semata. Laba operasi atas dasar kos
sekarang merupakan pengukur efisiensi pengelolaan dana atau kapital fisis
perusahaan yang sebenarnya.
Dalam kondisi harga yang menarik, biaya atas dasar kos
sekarang yang dibebankan ke pendapatan akan cenderung lebih tinggi daripada
biaya historis karena itu laba akan cenderung lebih kecil.
2.3.3 Perubahan Harga Relatif
Perubahan harga relatif mengukur tingkat penyimpanan
perubahan harga barang atau jasa tertentu terhadap perubahan akibat perubahan
tingkat harga umum seluruh barang dan jasa. Perubahan harga relatif adalah
perubahan harga setelah pengaruh perubahan daya beli dikeluarkan atau
diperhitungkan.
Kalau unit moneter dihomogenuskan dengan indeks harga
umum, statemen laba-rugi akan menggambarkan laba real secara ekonomik. Pengaruh
perubahan harga relatif tidak dapat terungkapkan secara penuh kalau penyesuaian
tidak dilakukan baik untuk perubahan harga spesifik maupun untuk perubahan
harga umum. Model akuntansi yang memperhitungkan pengaurh perubahan harga
relatif sebenarnya merupakan bastar atau hibrida antara model akuntansi daya
beli konstan dan akuntansi kos sekarang. Model hibrida tersebut disebut akuntansi kos sekarang daya beli konstan.
2.3.4 Akuntansi Daya Beli Konstan
Tujuan akuntansi daya beli konstan adalah mempertahankan kapital atas dasar
daya beli. Pemilihan Indeks Harga untuk Konversi
Untuk dapat menyajikan statemen
keuangan berbasis daya beli, data kos historis harus dikonversi menjadi kos
daya beli pada saat pelaporan. Untuk menyusun statemen keuangan lengkap dalam
daya beli, semua pos baik neraca atau laba-rugi harus dikonversi. Bila indeks
rata-rata digunakan dan pos-pos laba rugi terjadi secara merata selama perioda,
rupiah daya beli yang didapat untuk suatu pos biasanya hampir sama dengan
jumlah rupiah nominalnya.
Keunggulan
dan Kelemahan
Argumen yang biasanya diajukan
untuk mendukung penyajian informasi daya beli konstan adalah
1. Akuntansi daya beli konstan menjadi angka akuntansi
lebih bermakna
2. Dengan akuntansi daya beli konstan, pembandingan
antarperioda akan memberikan informasi yang lebih bermakna daripada
pembandingan atas dasar rupiah nominal
3. Pembandingan data antarperusahaan juga akan menjadi lebih berarti dan
informatif
4. Akuntansi daya beli konstan akan menghasilkan informasi laba atas dasar
konsep mempertahankan kapital
5. Pejabat pemerintah sudah terbiasa menganalisis data keuangan atas dasar
nilai real, sehingga pelaporan keuangan perusahaan dengan menggunakan rupiah
nominal kemungkinan dapat menyebabkan kebijakan pemerintah yang merugikan
perusahaan
6. Akuntansi daya beli konstan merupakan sarana mengeluarkan pengaruh
perubahan harga umum tanpa harus mengubah atau mengganti struktur akuntansi
yang sudah berjalan.
7. kuntansi daya beli konstan dapat mengatasi atau meniadakan sama sekali
metoda akuntansi yang dimaksudkan untuk menanggulangi perubahan harga secara
parsial atau secara pos per pos
Beberapa keberatan dan kelemahan
terhadap akuntansi daya beli konstan adalah :
1. Akuntansi daya beli konstan mendasarkan diri pada data kos historis
sehingga kelemahan-kelemahan yang melekat pada kos historis tidak seluruhnya
dapat dihilangkan atau diatasi. Jadi, akuntansi daya beli konstan belum
memperhitungkan pengaruh perubahan harga spesifik
2. Manfaat informasi tambahan kemungkinan besar tidak sepadan dengan kos untuk
menyusun statemen keuangan daya beli konstan
3. Acapkali stateman keuangan daya beli konstan diinterpretasi secara keliru
sebagai informasi tentang nilai sekarang padahal informasi yang disajikan oleh
akuntansi daya beli konstan bukan merupakan nilai sekarang, nilai yang dapat
direalisasi, atau bahkan nilai diskonan
4. Untung rugi daya beli tidak mempunyai makna atau interpretasi yang jelas
atau intuitif.
5. Acapkali indeks yang digunakan untung menghomogenuskan unit pengukur tidak
mewakili perubahan daya beli yang terkandung dalam aset perusahaan sehingga
hasil perhitungan akuntansi daya beli konstan diragukan keterandalannya.
Kapital Daya
Beli
Kapital daya beli sebenarnya
merupakan kapital finansial. Kapital finansial, laba terjadi dari kenaikan
jumlah rupiah kapital tanpa memperhatikan wujud kapital tersebut. Kapital daya
beli adalah jumah rupiah kapital finansial yang telah dikonversi menjadi daya
beli.
Akuntansi Kos
Sekarang
Tujuan akuntansi kos sekarang adalah mengukur laba
suatu perioda dengan mempertahankan kapital semula. Kapital diukur atas dasar
kapasitas operasi atau kemampuan untuk menyediakan barang dan jasa dengan
kuantitas yang sama dengan kapasitas atau kemampuan kapital sebelumnya.
Dasar Pengukuran
Kos Sekarang
1. Kos
Pengganti
Penekanan
diletakkan pada kos pengganti aset yang dikuasai perusahaan dengan aset yang
sejenis atau sama fungsinya. Kos pengganti ini, secara konseptual laba perioda akan
terjadi atas dua unsur yaitu : (1) laba operasi dan (2) untung atau rugi
penahanan akibat perubahan harga relatif.
FASB memberi
pedoman pengukuran fasilitas fisis yang sudah terpakai dengan cara berikut :
a. Mengukur kos sekarang suatu fasilitas fisis baru
yang mempunyai potensi jasa yang sama dengan potensi jasa fasilitas pada waktu
dibeli perusahaan dan menguranginya dengan depresiasi yang diperhitungkan atas
dasar kos baru sesuai metoda yang sama
b. Mengukur kos sekarang suatu fasilitas fisis beka
yang sama umum dan kondisinya dengan aset yang sekarang dikuasai/dimiliki
perusahaan
c. Mengukur kos sekarang suatu fasilitas fisis baru
yang mempunyai potensi jasa yang berbeda dengan yang sekarang dikuasai/dimiliki
perusahaan dan menyesuaikan kos baru tersebut terhadap perbedaan-perbedaan
nilai potensi jasa akibat perbedaan umur, kapasitas, kualitas jasa dan kos
pemeliharaan/pengoperasian.
2. Nilai
Jual Sekarang
Kos sekarang aset diukur atas dasar harga aset
senandainya pada saat sekarang perusahaan memilih untuk menjual aset tersebut
alih-alih memakainya untuk operasi. Nilai jual sekarang berarti jumlah rupiah
pendapatan yang dapat direalisasi seandainya aset dijual sekarang.
3. Nilai
Terrealisasi Harapan
Pendekatan ini sama dengan nilai jual sekarang hanya
pengukuran dilakukan atas dasar nilai sekarang aliran kas masa datang yang
diterima dari aset atau dibayar untuk aset atau utang bersangkutan. Nilai
penggunaan adalah nilai sekarang aliran kas di masa mendatang yang diharapkan
akan diterima dari penggunaan aset oleh perusahaan. Nilai pasar sekarang adalah
jumlah rupiah kas, atau setara kas yang diharapkan akan dapat diperoleh dari
penjualan suatu aset dikurangi dengan biaya penjualan yang terlibat dalam
proses penjualan aset tersebut.
Kos sekarang dan
Pemertahanan Kapital
Akuntansi kos sekarang dilandasi konsep mempertahankan
kapital. Perubahan harga aset yang ditahan selama suatu perioda menimbulkan
untung atau rugi penahanan. Untuk kapital finansial untung atau rugi ini akan diperhitungkan
dalam penentuan laba perioda sebagai untung terrealisasi. Perbedaan utama
antara konsep mempertahankan kapital fisis dan kapital finansial adalah bahwa
dalam mempertahankan kapital fisis, untung atau rugi penahanan tidak dimasukkan
sebagai komponen laba perioda tetapi diperlakukan sebagai penyesuai ekuitas
pemegang saham.
2.4 Akuntansi Hibrida
Akuntansi daya beli konstan berusaha untuk mengatasi
masalah unit pengukur tidak stabil sedangkan akuntansi kos sekarang berusaha
untuk mengatasi masalah panilaian.
Perbedaan Akuntansi Daya Beli Konstan dan Kos Sekarang.
Akuntansi Daya Beli Konstan
1. Mengatasi masalah unit pengukur.
2. Merevisi atau merevaluasi aset moneter pada akhir
perioda.
3. Menggunakan indeks harga umum karena sasaeannya
perubahan umum.
4. Mengabaikan untung atau rugi penahanan pada saat revaluasi.
5. Mengungkapkan untung atau rugi daya beli atas aset monoter reto.
6. Untung atau rugi sebagai selisih lebih bermakna sebagai penyesuai kapital daripada komponen laba dalam rangka pemertahanan kapital.
Akuntansi Kos Sekarang
1.
Mengatasi masalah penilaian.
2.
Merevisi atau merevaluasi aset nonmoneter
secara terus menerus.
3.
Menggunakan indeks harga spesifik karena
sasarannya perubahan harga spesifik.
4.
Mengabaikan untung atau rugi daya beli.
5.
Mengungkapkan untung atau rugi penahanan atas
aset nonmoneter neto.
6.
Untung atau rugi sebagai selisih lebih
bermakna sebagai komponen laba daripada penyesuai kapital dalam rangka
pemertahanan kapital.
Standar Akuntansi
Perubahan Harga
Dengan
dikeluarkannya SFAS No. 89, FASB telah mengubah status pelaporan informasi
perubahan harga dari wajib menjadi anjuran. Secara autoritatif pengungkapan
informasi perubahan harga setelah SFAS No. 89 sebenarnya bersifat
sukarela. Standar akuntansi perubahan harga dalam profesi akuntansi di Amerika
memang mempunyai riwayat yang agak unik. Standar yang cukup penting yang
berpautan dengan pembahasan dalam bab ini adalah SFAS No. 33, No. 82 (1984),
dan terakhir No. 89 (1986).27
SFAS No. 33
Semula melalui SFAS No. 3, FASB mewajibkan informasi pelengkap atas
pengaruh inflasi dan perubahan harga spesifik dalam laporan tahunan. SFAS No.
33 tidak menuntut penyajian komprehensif statemen keuangan atas dasar kos sekarang
atau daya beli kostan tetapi hanya mewajibkan pengungkapan sebagian informasi
yang membantu pemakai untuk mengevaluasi pengaruh perubahan harga.
Untuk akuntansi
daya beli konstan, butir-butir minimum yang harus diungkapkan adalah :
1.Informasi tentang laba dari operasi berlanjut untuk
tahun berjalan atas dasar daya beli konstan.
2.Untung atu rugi daya beli atas pos-pos moneter neto
untuk tahun berjalan.
3.Dalam SFAS No. 33, FASB menetapkan informasi
minimal yang harus diungkapkan atas dasar kos sekarang sebagai berikut :
4.Informasi tentang laba dari operasi berlanjut untuk tahun berjalan atas
dasar kos sekarang.
5.Jumlah rupiah kos sekarang sediaan dan fasilitas
fisis pada akhir tahun.
6.Untung dan rugi perusahaan selama tahun berjalan
untuk sediaan dan fasilitas fasis.
SFAS No. 82
FASB menerbitkan SFAS No. 82 yang isinya meniadakan
beberapa pengungkapan yang sebelumnya diatur dalam SFAS No. 33. Standar baru
ini meniadakan atau membatalkan ketentuan untuk mengungkapkan informasi daya
beli konstan.
SFAS No. 89
SFAS No. 89 tidak lagi mewajibkan (to require)
pengungkapan pengaruh perubahan harga sebagai informasi pelengkap tetapi sangat
menganjurkan (to encourage) pengungkapan tersebut.
Model Akuntansi dan
Implementasinya
Standar
pelaporan perubahan harga menyangkut empat model yaitu:
1. akuntansi kos historis
2. akuntansi daya beli konstan
3. akuntansi kos sekarang
4. akuntansi
kos sekarang/daya beli konstan.
Suatu model akuntansi perubahan
harga ditentukan oleh kombinasi tiga faktor:
1. Dasar
penilaian
2. Skala
pengukuran
3. Jenis
Kapital
Model 1. Berbasis kos historis dengan
skala pengukuran nomimal untuk capital bersifat financial.
Model 2. Besarnya untung atau rugi
daya beli suatu periode ditentukan oleh indeks harga yang dipilih sebagai basis
Model 3. Kos sekarang sebenarnya adalah
kos sekarang pada saat penjualan.
Model 4. Model ini merupakan model
hibrida yaitu penggabungan akuntansi daya beli konstan dan
akuntansi kos sekarang yang semula berdiri sendiri.
Model 5. Model ini sama dengan model
3 tetapi jenis capital yang diukur adalah fisis
Model 6. Laba yang didistribusi sama
dengan model 5. Perbedaannya terletak pada unit pengukur yang berubah dan
diperhitungkannya rugi daya beli dan besarnya jumlah penyesuaian capital fisis
untuk mempertahankan kapital
Model 7. Model ini tidak berbeda
dengan kos sekarang hanya kos sekarang didefinisi sebagai harga jual sehingga
laba dimaknai sebagai aliran kas bersih masa datang baik yang telah terealisasi
maupun belum.
Model 8. Model ini merupakan
pengembangan model 7 dengan memasukkan unsur perubahan daya beli dalam hitungan
laba sehingga semua angka rupiah dikalikan dengan indeks yang sesuai
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akuntansi perubahan harga
(accounting for price changes) mengacu pada perlakuan akuntansi terhadap
perubahan atau selisih harga dan masalah akuntansi dalam kondisi yang
didalamnya harga-harga berubah. Rerangka akuntansi pokok akan menghasilkan
statemen keuangan dasar. Paton dan Littleton menegaskan bahwa data dasar
hendaknya merupakan angka yang terandalkan yaitu obyektif dan dapat
diverifikasi.
Tujuan pelaporan keuangan tidak terbatas pada masalah
pertanggungjelasan tetapi juga pada pemenuhan kebutuhan pengambilan keputusan
ekonomi yang lebih luas. Tujuan penyajian informasi untuk pertanggung jawaban
menjadi tidak berarti atau bahkan dapat diganti sama sekali.
DAFTAR PUSTAKA
Suwardjono, 2014. Teori Akuntansi:
Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi Ketiga, BPFE, Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment