MORFOLOGI BAHASA INDONESIA (REDUPLIKASI)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Dalam bahasa Indonesia, reduplikasi merupakan mekanisme yang penting
dalam pembentukkan kata, disamping afiksasi, komposisi, dan akronimisasi.
Selain itu, pengertian dari reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik,
baik seluruhnya maupun sebagian baik dengan variasi fonem atau tidak. Hasil
pengulangan itu disebut dengan kata ulang, sedangkan satuan yang diulang
merupakan bentuk dasar.
Proses
pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatikal,baik
seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil
pengulangan disini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan
bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumahan dari bentuk dasar rumah.
Kata ulang perumahan-perumahan dari bentuk dasar perumahan, kata
ulang jalan–jalan dibentuk dasar berjalan, kata ulang bolak-balik
dari bentuk dasar balik.
Setiap
kata ulang sudah tentu memiliki bentuk dasar. Kata-kata seperti sia-sia,
alun-alun, mondar-mandir, compang-camping, huru-hara, dalam tinjauan
deskriptif tidak dapat digolongkan kata ulang karena sebenarnya tidak ada
satuan yang diulang. Dari deretan morfologik dapat ditentukan bahwa
sesungguhnya tidak ada satuan yang lebih kecil dari kata-kata tersebut. Deretan
morfologik antara lain: pertemuan, penemuan, bertemu, ketemu, ditemukan,
menemukan, mempertemukan dan sebagainya. Tidak semua kata ulang dapat dengan
mudah ditentukan bentuk dasarnya. Dari pengamatan, dapatlah dikemukakan dua
petunjuk dalam menentukan bentuk dasar bagi kata ulang yaitu pertama pengulangan
pada umumnya tidak mengubah golongan kata,maksudnya bahwa bentuk dasar bagi
kata ulang itu harus sesuai dengan golongan kata tersebut. Kedua bentuk
dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa.
Dengan
ringkas dapatlah dikatakan bahwa proses pengulangan atau reduplikasi ialah
pengulangan satuan gramatikal,baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan
variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disini disebut kata ulang,
sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan
reduplikasi atau proses pengulangan ?
2. Bagaimana ciri-ciri dari reduplikasi
atau proses pengulangan ?
3. Bagaimana menentukan bentuk dasar
kata ulang ?
4. Bagaimana macam-macam reduplikasi
atau proses pengulangan ?
5. Bagaimana pembagian reduplikasi atau
proses pengulangan ?
1.3
Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari
reduplikasi atau proses pengulangan
2. Untuk mengetahui bagaimana ciri-ciri
reduplikasi atau proses pengulangan
3. Untuk mengetahui bagaimana
menentukan bentuk dasar kata ulang
4. Untuk mengetahui bagaimana
macam-macam proses pengulangan
5. Untuk mengetahui bagaimana pembagian
reduplikasi atau proses pengulangan
1.4
Manfaat
Makalah
ini penulis buat agar bermanfaat bagi diri penulis sendiri maupun bagi pembaca.
Semoga dengan membaca makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan pembaca
tentang pengertian proses pengulangan, ciri-ciri, pembagian dan macam-macam
proses pengulangan. Dan bagi penulis semoga dengan adanya makalah yang
penulis tulis, maka makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis untuk
mengetahui berbagai macam proses pengulangan serta cara menentukan bentuk dasar
kata ulang, ciri-ciri proses pengulangan dan pembagian proses pengulangan.
Serta makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Reduplikasi
Menurut Abdul Chaer, Reduplikasi adalah proses morfemis yang
mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial),
maupun dengan perubahan bunyi.
Menurut soedjito, 1959:109 reduplikasi adalah proses
pembentukan kata dengan mengulang bentuk dasar, baik secara utuh, maupun
sebagian, baik dengan variasi fnem maupun tidak.
Menurut muslich, 1996:48 reduplikasi merupakan pristiwa
pembentukan kata dengan jalan megulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun
sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkominasi denga afiks
maupun tidak.
Menurut solichi, 1996:9 proses reduplikasi yaitu pengulangan
satuan gramatikal, baik seluruh maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem
maupun tidak. Hasil penglangan disebut kata ulang, satuan yang diulang
merupakan bentuk dasar
Dalam bahasa Indonesia, reduplikasi merupakan mekanisme yang penting
dalam pembentukkan kata, disamping afiksasi, komposisi, dan akronimisasi.
Reduplikasi juga merupakan kata yang mengalami pengulangan baik pada
kata maupun unsur kata. Dengan kata lain reduplikasi adalah kata yang mengalami
proses morfemis dengan mengulangi bentuk dasar atau sebagian dari bentuk satu
kata dasar.
2.2
Ciri-Ciri Proses Pengulangan atau Reduplikasi
Ciri-ciri
proses pengulangan atau reduplikasi antara lain adalah sebagai berikut:
1. Menimbulkan makna gramatis,
2. Terdiri lebih dari satu morfem,
3. Selalu memiliki bentuk dasar,
4. Pengulangan pada umumnya tidak
mengubah golongan kata atau kelas kata. Apabila suatu kata ulang berkelas kata
benda, bentuk dasarnyapun berkelas kata benda. Begitu juga apabila kata ulang
itu berkelas kata kerja, bentuk dasarnya juga berkelas kata kerja.
5. Bentuk dasar kata ulang selalu ada
dalam pemakaian bahasa. Maksud dalam pemakaian bahasa adalah dapat dipakai
dalam konteks kalimat.
2.3
Menentukan Bentuk Dasar Kata Ulang
Setiap
kata ulang memiliki satuan yang diulang. Satuan yang diulang itu disebut
dasar. Sebagian kata ulng dengan mudah dapat ditentukan bentukk dasarnya.
Misalnya:
Rumah- rumah :
bentuk dasarnya rumah
Perumahan-perumahan :
bentuk dasarnyaa perumahan
Sakit-skit : bentuk dasarnya sakt
Pemikiran-pemikirn :
bentuk dasarnya pemikiran
Kebaikan-kebaikan :
bentuk dasarnya kebaikan
Tetapi
tidak semua kata ulang bisa di tentukan bentuk dasar nya. Dari pengamatan,
dapatlah dikemukakan dua petunjuk dalam menentukan bentuk dasar bagi kata
ulang:
a. Penggulangan pada umum nya tidak
menggubah golongan kata
Misalnya:
Berkata-kata
(kata kerja) : bentuk dasarnya berkata (kata kerja)
Menari-nari
(kata kerja) : bentuk dasarnya menari (kata kerj)
Tersenyum-senyum
(kata kerja) : bentuk dasarnya tersenyum (kata kerja)
Minum-minuman
(kata nominal) :
bentuk dasarnya minuman (ktaa nominal)
Cepat-cepat
(kata sifat) : bentuk dasarnya cepat (kata sifat)
Sepuluh-sepuluh
(kata bilangan) :
bentuk dasarnya sepuluh (kata
bilangaan)
Pukul-memukul
(kata kerja) : bentuk dasarnya memukul (kata kerja)
Kemerah-merahan
(kata nominal) : bentuk dasarnya merah (kata sifat)
b. Bentuk dasar selalu berupa satuan
yang terdapat dalam penggunaan bahasa
Misalnya:
Memperkata-katakan : bentuk dasarnya memperkatakan bukan ”memperkata”
Mengata-ngatakan
: bentuk dasarnya mengatakan bukan”mengata”
Berdesak-desakan
: bentuk dasarnya berdsakan bukan”berdesak”
2.4
Macam-Macam Pengulangan
Berdasarkan
cara mengulang bentuk dasarnya,pengulangan dapat di golongkn menjadi empat
golongan :
1. Penggulangan seluruh
Yaitu
penggulangan seluruh bentuk dasar,tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinsi
dengan proses pembubuhan afiks
Misalnya:
Sepeda
: bersepeda
Buku
: buku-buku
Kebaikan
: kebaikan-kebaikan
2.
Pengulangan sebagian
Yaitu
pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Disini bentuk dasarnya tidak diulang
seluruhnya. Hamper semua bentuk dasar pengulangan golongan ini berupa entuk
kompleks.
Misalnya:
a. Bentuk meN-
Mengambil : mengambil-ambil
Membaca : membaca-baca
Menjalankan : menjalan-jalankan
b. Bentuk di-
Diusai :
diusai-usai
Ditarik :
ditarik-tarik
Dikemasi : dikemas-kemasi
c. Bentuk ber-
Berjalan : berjalan-jalan
Bertemu : bertemu-temu
Bermain : bermin-main
d. Bentuk ter-
Terbatuk :
terbatuk-batuk
Terbentur : terbentur-bentur
Terjatuh :
terjatuh-jatuh
e. Bentuk ber-an
Berlarian : berlari-larian
Berjauhan
: berjauh-jauhan
Berdekatan
: berdekat-dekata
f. Bentuk –an
Minuman : minum-minuman
Makanan : makan-makanan
Sayuran
: sayur-sayuran
g. Bentuk ke-
Kedua
: kedua-dua
Ketiga :
ketiga-tiga
3. Pengulangan yang berkombinasi
dengan proses pembubuhan afiks
Dalam
golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dann berkombinasi dengan proses
pembubuhan afiks maksudnya pengulangan itu terjadi bersama- sama dengan proses
pembubuhan afiks dan bersama sama pula mendukung satu fungsi
Misalnya
:
Lauk : lauk-pauk
Ramah
: ramah-tamah
Sayur
:
sayur-mayur
4.
Dwilingga salin suara
Kata
ulang dwilingga salin suara adalah kata yang dibentuk dari pengulangan bentuk
dasar yang disertai perubahan salah satu fonemnya (bisa berupa fonem vokal
maupun fonem konsonan).
Contoh:
1. Perubahan vokal
Gerak = gerak-gerik
Balik =
bolak-balik
2. Perubahan konsonan
Sayur = sayur-mayur
Cerai =
cerai-berai
5.
Dwipurwa
Kata ulang dwipurwa yaitu kata yang dibentuk
dari pengulangan suku pertama dari bentuk dasar.
Contoh:
Tamu-tetamu
Tangga-tetangga
Luhur-leluhur
Jaka-jejaka
6. Kata ulang
berimbuhan
Yaitu
kata ulang yang dibentuk dari pengulangan kata yang disertai penambahan
inbuhan(afiks).
Contoh:
Daun
= daun-dedaunan
Ganti
= ganti-bergantian
Merah
= kemerah-merahan
7.
Kata ulang semu
Kata
ulang semu yaitu kata yang menurut bentuknya tergolong kata ulang, tetapi
sebenarnya bukan kata ulang sebab tidak ada dasar yang diulang.
Contoh:
Kupu-kupu
Kura-kura
Anai-anai
Rawa-rawa
Alun-alun
2.5
Pembagian Proses Pengulangan atau Reduplikasi
Proses
pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatikal,baik
seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil
pengulangan disini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan
bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumahan dari bentuk dasar rumah. Kata
ulang perumahan-perumahan dari bentuk dasar perumahan, kata ulang jalan–jalan
dibentuk dasar berjalan, kata ulang bolak-balik dari bentuk dasar balik.
Menurut Abdul Chaer (2008:179) pembagian proses pengulangan atau reduplikasi
adalah sebagai berikut:
2.5.1 Reduplikasi Fonologis
Reduplikasi
fonologis berlangsung terhadap dasar yang bukan akar atauterhadap bentuk yang
statusnya lebih dari akar. Status bentuk yang diulang tidak jelas dan
reduplikasi fonogis ini tidak menghasilkan makna gramatikal, melainkan makna
leksikal. Yang termasuk reduplikasi fonologis adalah bentuk-bentuk seperti:
1. Kuku, dada, pipi, cincin, dan sisi.
Bentuk-bentuk tersebut bukan berasal dari ku, da, pi, cin dan si. Jadi, bentuk
bentuk tersebut adalah sebuah kata yang bunyi kedua suku katanya sama.
2. Foya-foya, tubi-tubi, sema-sema,
anai-anai dan ani-ani. Bentuk-bentuk memang jelas sebagai bentuk ulang, yang
diulang secara utuh. Namun, bentuk dasarnya tidak berstatus sebagai akar yang
mandiri.
3. Laba-laba, kupu-kupu, paru-paru,
onde-onde dan rama-rama. Bentuk-bentuk ini juga jelas sebagai bentuk ulang dan
dasar yang diulang pun jelas ada, tetapi hasil reduplikasinya tidak melahirkan
makna gramatikal. Hasil reduplikasinya hanya menghasilkan makna leksikal.
4. Mondar-mandir, luntang lantung,
lunggang-langgang, kocar-kacir dan teka-teki. Bentuk-bentuk ini tidak diketahui
mana yang menjadi bentuk dasar pengulangannya. Sedangkan maknanya pun hanyalah
makna leksikal, bukan makna gramatikal. Dalam berbagai buku tata bahasa
tradisional, bentuk-bentuk ini disebut kata ulang semu.
2.5.2 Reduplikasi
Sintaksis
Reduplikasi
sintaksis adalah proses pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa
akar, tetapi menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada
sebuah kata. Kridalaksana (1989) menyebutnya menghasilkan sebuah ‘ulangan
kata’, bukan ‘kata ulang’.
Contoh:
- Jauh-jauh sekali negeri yang akan
kita datangi
- Panas-panas memang rasanya hatiku.
Bentuk-bentuk
reduplikasi sintaksis memiliki ikatan yang cukup longgar sehingga kedua
unsurnya memiliki potensi untuk dipisahkan. Perhatikan contoh berikut:
- jangan kau dekati pemuda itu, jangan.
- panas memang panas rasa hatiku.
- benar suaminya benar jantan.
Reduplikasi
sintaksis ini memiliki makna ‘menegaskan’ atau ‘menguatkan’. Dalam hal ini
termasuk juga reduplikasi yang dilakukan terhadap sejumlah kata ganti orang
(pronomina persona) seperti:
- yang tidak datang ternyata dia
dia juga.
- mereka mereka memang sengaja tidak diundang.
- kita kita ini memang termasuk orang yang tidak
setuju dengan beliau.
Reduplikasi
sintaksis termasuk juga yang dilakukan terhadap akar yang menyatakan waktu.
Contoh:
- besok-besok kamu boleh datang kesini.
- dalam minggu-minggu ini
kabarnya beliau akan datang.
- hari-hari menjelang pilkada beliau tampak
sibuk.
2.5.3 Reduplikasi
Semantis
Reduplikasi
semantis adalah pengulangan “makna” yang sama dari dua buah kata yang
bersinonim. Misalnya ilmu pengetahuan, alim ulama dan cerdik cendakia. Kita
lihat kata ilmu dan kata pengetahuan memiliki makna yang sama; kata alim dan
ulama juga memiliki makna yang sama. Demikian juga kata cerdik dan juga kata
cendekia
Termasuk ke dalam bentuk ini
adalah bentuk-bentuk seperti segar bugar, muda belia, tua renta, gelap
gulita, dan kering mersik. Namun, bentuk-bentuk seperti ini dalam
berbagai buku tata bahasa dimasukkan ke dalam kelompok reduplikasi berubah
bunyi (dwilingga salin suara). Memang bentuk segar bugar perubahan
bunyinya masih bisa dikenali, tetapi bentuk muda belia dan kering
mersik tidak tampak sekali bahwa unsur pertama berasal dari unsur kedua
atau sebaliknya.
2.5.4 Reduplikasi
Morfologis
Reduplikasi
morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar yang berupa akar, berupa bentuk
berafiks dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh,
pengulangan berubah bunyi, dan pengulangan sebagian. contoh mama papa.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pembagian
Proses Pengulangan atau Reduplikasi, Menurut Abdul Chaer (2008:179) pembagian
proses pengulangan atau reduplikasi antara lain adalah: reduplikasi Fonologis
adalah reduplikasi fonologis berlangsung terhadap dasar yang bukan akar atau
terhadap bentuk yang statusnya lebih dari akar. Status bentuk yang diulang
tidak jelas dan reduplikasi fonogis ini tidak menghasilkan makna gramatikal,
melainkan makna leksikal, reduplikasi Sintaksis adalah proses pengulangan
terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa akar, tetapi menghasilkan satuan
bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada sebuah kata, reduplikasi Semantis
adalah pengulangan “makna” yang sama dari dua buah kata yang bersinonim.
Misalnya ilmu pengetahuan, alim ulama dan cerdik cendakia. Kita lihat kata ilmu
dan kata pengetahuan memiliki makna yang sama; kata alim dan ulama juga
memiliki makna yang sama. Demikian juga kata cerdik dan juga kata cendekia,
reduplikasi Morfologis yaitu reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk
dasar yang berupa akar, berupa bentuk berafiks dan berupa bentuk komposisi.
Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan berubah bunyi, dan
pengulangan sebagian.
Ciri-ciri kata ualng antara lain adalah: menimbulkan makna gramatis,
terdiri lebih dari satu morfem, selalu memiliki bentuk dasar, pengulangan pada
umumnya tidak mengubah golongan kata atau kelas kata, apabila suatu kata ulang
berkelas kata benda, bentuk dasarnyapun berkelas kata benda. begitu juga
apabila kata ulang itu berkelas kata kerja, bentuk dasarnya juga berkelas kata
kerja. bentuk dasar kata ulang selalu ada dalam pemakaian bahasa. Maksud dalam
pemakaian bahasa adalah dapat dipakai dalam konteks kalimat. Adapun jenis kata
ulang antara lain: Dwilingga/sempurna/murni/utuh, dwilingga salin suara, dwipurwa,
kata ulang berimbuhan, kata ulang sebagian, kata ulang semu.
3.2
Saran
Adapun
saran yang diberikan pada akhir makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa
Dengan mengetahui pengertian proses
pengulangan, pembagian proses pengulangan atau reduplikasi, menentukan bentuk
dasar kata ulang, dan macam-macam pengulangan. Penulis harapkan kepada
mahasiswa hendaknya agar dapat menggunakan ilmu yang di dapat dari makalah ini
dengan sebaik-baiknya terutama dalam mengajarkan serta mengaplikasikan
pada siswa-siswinya nanti pada saat menjadi seorang guru.
2. Penulis
Dengan makalah ini penulis hendaknya
dapat mengaplikasikan pembahasan makalah ini dengan sebaik-baikya agar
ilmu-ilmu yang didapat dalam penulisan makalah ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi dirinya maupun orang lain, amiin.
DAFTAR
PUSTAKA
Ramlan, M. 2009. Morfologi. Yogyakarta : CV Karyono
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Edisi ke III. Jakarta : Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta
: Rineka Cipta.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Kelas Kata Dalam Bahasa
Indonesia. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Muslich, Masnur. 1990. Tata Bentuk Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT Bumi
Aksara
Soedjito. 1995. Kosa Kata Bahasa Indonesia. Jakatra:
PT Gramedia Pustaka Utama
Bahasa Pusat. DEPDIKNAS. 2008. KBBI. Jakarta: PT
Gramedia
No comments:
Post a Comment