Tuesday, November 29, 2016

MORFOLOGI BAHASA INDONESIA (REDUPLIKASI)

MORFOLOGI BAHASA INDONESIA (REDUPLIKASI)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Dalam bahasa Indonesia, reduplikasi merupakan mekanisme yang penting dalam pembentukkan kata, disamping afiksasi, komposisi, dan akronimisasi. Selain itu, pengertian dari reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagian baik dengan variasi fonem atau tidak. Hasil pengulangan itu disebut dengan kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.
Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatikal,baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumahan dari bentuk dasar rumah. Kata ulang perumahan-perumahan dari bentuk dasar perumahan, kata ulang jalan–jalan dibentuk dasar berjalan, kata ulang bolak-balik dari bentuk dasar balik.
Setiap kata ulang sudah tentu memiliki bentuk dasar. Kata-kata seperti sia-sia, alun-alun, mondar-mandir, compang-camping, huru-hara, dalam tinjauan deskriptif tidak dapat digolongkan kata ulang karena sebenarnya tidak ada satuan yang diulang. Dari deretan  morfologik dapat ditentukan bahwa sesungguhnya tidak ada satuan yang lebih kecil dari kata-kata tersebut. Deretan morfologik antara lain: pertemuan, penemuan, bertemu, ketemu, ditemukan, menemukan, mempertemukan dan sebagainya. Tidak semua kata ulang dapat dengan mudah ditentukan bentuk dasarnya. Dari pengamatan, dapatlah dikemukakan dua petunjuk dalam menentukan bentuk dasar bagi kata ulang yaitu pertama pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata,maksudnya bahwa bentuk dasar bagi kata ulang itu harus sesuai dengan golongan kata tersebut. Kedua bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa.    
Dengan ringkas dapatlah dikatakan bahwa proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatikal,baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.

1.2  Rumusan Masalah
1.    Apakah yang dimaksud dengan reduplikasi atau proses pengulangan ?
2.    Bagaimana ciri-ciri dari reduplikasi atau proses pengulangan ?
3.    Bagaimana menentukan bentuk dasar kata ulang ?
4.    Bagaimana macam-macam reduplikasi atau proses pengulangan ?
5.    Bagaimana pembagian reduplikasi atau proses pengulangan ?

1.3  Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Untuk mengetahui pengertian dari reduplikasi atau proses pengulangan
2.    Untuk mengetahui bagaimana ciri-ciri reduplikasi atau proses pengulangan
3.    Untuk mengetahui bagaimana menentukan bentuk dasar kata ulang
4.    Untuk mengetahui bagaimana macam-macam proses pengulangan
5.    Untuk mengetahui bagaimana pembagian reduplikasi atau proses pengulangan
 
1.4  Manfaat
Makalah ini penulis buat agar bermanfaat bagi diri penulis sendiri maupun bagi pembaca. Semoga dengan membaca makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan pembaca tentang pengertian proses pengulangan, ciri-ciri, pembagian dan macam-macam proses pengulangan. Dan bagi penulis semoga dengan adanya  makalah yang penulis tulis, maka  makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis untuk mengetahui berbagai macam proses pengulangan serta cara menentukan bentuk dasar kata ulang, ciri-ciri proses pengulangan dan pembagian proses pengulangan. Serta makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis.













BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Reduplikasi
Menurut Abdul Chaer, Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi.

Menurut soedjito, 1959:109 reduplikasi adalah proses pembentukan kata dengan mengulang bentuk dasar, baik secara utuh, maupun sebagian, baik dengan variasi fnem maupun tidak.

Menurut muslich, 1996:48 reduplikasi merupakan pristiwa pembentukan kata dengan jalan megulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkominasi denga afiks maupun tidak.

Menurut solichi, 1996:9 proses reduplikasi yaitu pengulangan satuan gramatikal, baik seluruh maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil penglangan disebut kata ulang, satuan yang diulang merupakan bentuk dasar
Dalam bahasa Indonesia, reduplikasi merupakan mekanisme yang penting dalam pembentukkan kata, disamping afiksasi, komposisi, dan akronimisasi.
Reduplikasi juga merupakan  kata yang mengalami pengulangan baik pada kata maupun unsur kata. Dengan kata lain reduplikasi adalah kata yang mengalami proses morfemis dengan mengulangi bentuk dasar atau sebagian dari bentuk satu kata dasar.

 

2.2 Ciri-Ciri Proses Pengulangan atau Reduplikasi
 Ciri-ciri proses pengulangan atau reduplikasi antara lain adalah sebagai berikut:
1.    Menimbulkan makna gramatis,
2.    Terdiri lebih dari satu morfem,
3.    Selalu memiliki bentuk dasar,
4.    Pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata atau kelas kata. Apabila suatu kata ulang berkelas kata benda, bentuk dasarnyapun berkelas kata benda. Begitu juga apabila kata ulang itu berkelas kata kerja, bentuk dasarnya juga berkelas kata kerja.
5.    Bentuk dasar kata ulang selalu ada dalam pemakaian bahasa. Maksud dalam pemakaian bahasa adalah dapat dipakai dalam konteks kalimat.

2.3  Menentukan Bentuk Dasar Kata Ulang
Setiap kata ulang memiliki satuan yang diulang. Satuan yang diulang itu  disebut dasar. Sebagian kata ulng dengan mudah dapat ditentukan bentukk dasarnya.
Misalnya:
  Rumah- rumah                   : bentuk dasarnya rumah
  Perumahan-perumahan              : bentuk dasarnyaa perumahan
  Sakit-skit                              : bentuk dasarnya sakt
  Pemikiran-pemikirn           : bentuk dasarnya pemikiran
  Kebaikan-kebaikan           : bentuk dasarnya kebaikan
Tetapi tidak semua kata ulang bisa di tentukan bentuk dasar nya. Dari pengamatan, dapatlah dikemukakan dua petunjuk dalam menentukan bentuk dasar bagi kata ulang:

a.    Penggulangan pada umum nya tidak menggubah golongan kata
Misalnya:
Berkata-kata (kata kerja)                          :    bentuk dasarnya berkata (kata kerja)
Menari-nari (kata kerja)                           :    bentuk dasarnya menari (kata kerj)
Tersenyum-senyum (kata kerja)            :    bentuk dasarnya tersenyum (kata kerja)
Minum-minuman (kata nominal)           :    bentuk dasarnya minuman (ktaa nominal)
Cepat-cepat (kata sifat)                           :    bentuk dasarnya cepat (kata sifat)
Sepuluh-sepuluh (kata bilangan)         :    bentuk dasarnya sepuluh (kata bilangaan)
Pukul-memukul (kata kerja)                   :    bentuk dasarnya memukul (kata kerja)
Kemerah-merahan (kata nominal)        :    bentuk dasarnya merah (kata sifat)

b.    Bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa
Misalnya:
Memperkata-katakan                               :    bentuk dasarnya memperkatakan bukan ”memperkata”
Mengata-ngatakan                                   :    bentuk dasarnya mengatakan bukan”mengata”
Berdesak-desakan                                   :    bentuk dasarnya berdsakan bukan”berdesak”

2.4     Macam-Macam Pengulangan
Berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya,pengulangan dapat di golongkn menjadi empat golongan :

 
1. Penggulangan seluruh
Yaitu penggulangan seluruh bentuk dasar,tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinsi dengan proses pembubuhan afiks
Misalnya:
Sepeda          : bersepeda
Buku              : buku-buku
Kebaikan       : kebaikan-kebaikan

2.      Pengulangan sebagian
Yaitu pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Disini bentuk dasarnya tidak diulang seluruhnya. Hamper semua bentuk dasar pengulangan golongan ini berupa entuk kompleks.
Misalnya:
a.    Bentuk meN-
Mengambil          : mengambil-ambil
Membaca             : membaca-baca
Menjalankan       : menjalan-jalankan
b.    Bentuk di-
Diusai                  : diusai-usai
Ditarik                   : ditarik-tarik
Dikemasi            : dikemas-kemasi
c.    Bentuk ber-
Berjalan               : berjalan-jalan
Bertemu               : bertemu-temu
Bermain               : bermin-main
d.    Bentuk ter-
Terbatuk              : terbatuk-batuk
Terbentur             : terbentur-bentur
Terjatuh               : terjatuh-jatuh


e.    Bentuk ber-an
Berlarian              : berlari-larian
Berjauhan           : berjauh-jauhan
Berdekatan         : berdekat-dekata

f.     Bentuk –an
Minuman             : minum-minuman
Makanan                         : makan-makanan
Sayuran               : sayur-sayuran

g.    Bentuk ke-
Kedua                  : kedua-dua
Ketiga                  : ketiga-tiga

3. Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks
Dalam golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dann berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks maksudnya pengulangan itu terjadi bersama- sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama sama pula mendukung satu fungsi
Misalnya :
Lauk               : lauk-pauk
Ramah           : ramah-tamah
Sayur             : sayur-mayur

4.      Dwilingga salin suara
Kata ulang dwilingga salin suara adalah kata yang dibentuk dari pengulangan bentuk dasar yang disertai perubahan salah satu fonemnya (bisa berupa fonem vokal maupun fonem konsonan).


Contoh:
1.    Perubahan vokal
Gerak  = gerak-gerik
Balik    = bolak-balik
2.    Perubahan konsonan
Sayur   = sayur-mayur
Cerai    = cerai-berai

5.      Dwipurwa
 Kata ulang dwipurwa yaitu kata yang dibentuk dari pengulangan suku pertama dari bentuk dasar.
Contoh:
    Tamu-tetamu
    Tangga-tetangga
    Luhur-leluhur
    Jaka-jejaka

6.    Kata ulang berimbuhan
Yaitu kata ulang yang dibentuk dari pengulangan kata yang disertai penambahan inbuhan(afiks).
Contoh:
Daun  = daun-dedaunan
Ganti  = ganti-bergantian
Merah = kemerah-merahan

7.      Kata ulang semu
Kata ulang semu yaitu kata yang menurut bentuknya tergolong kata ulang, tetapi sebenarnya bukan kata ulang sebab tidak ada dasar yang diulang.
Contoh:
Kupu-kupu
Kura-kura
Anai-anai
Rawa-rawa
Alun-alun

2.5  Pembagian Proses Pengulangan atau Reduplikasi
Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatikal,baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumahan dari bentuk dasar rumah. Kata ulang perumahan-perumahan dari bentuk dasar perumahan, kata ulang jalan–jalan dibentuk dasar berjalan, kata ulang bolak-balik dari bentuk dasar balik. Menurut Abdul Chaer (2008:179) pembagian proses pengulangan atau reduplikasi adalah sebagai berikut:

2.5.1  Reduplikasi Fonologis
Reduplikasi fonologis berlangsung terhadap dasar yang bukan akar atauterhadap bentuk yang statusnya lebih dari akar. Status bentuk yang diulang tidak jelas dan reduplikasi fonogis ini tidak menghasilkan makna gramatikal, melainkan makna leksikal. Yang termasuk reduplikasi fonologis adalah bentuk-bentuk seperti:
1.    Kuku, dada, pipi, cincin, dan sisi. Bentuk-bentuk tersebut bukan berasal dari ku, da, pi, cin dan si. Jadi, bentuk bentuk tersebut adalah sebuah kata yang bunyi kedua suku katanya sama.
2.    Foya-foya, tubi-tubi, sema-sema, anai-anai dan ani-ani. Bentuk-bentuk memang jelas sebagai bentuk ulang, yang diulang secara utuh. Namun, bentuk dasarnya tidak berstatus sebagai akar yang mandiri.
3.    Laba-laba, kupu-kupu, paru-paru, onde-onde dan rama-rama. Bentuk-bentuk ini juga jelas sebagai bentuk ulang dan dasar yang diulang pun jelas ada, tetapi hasil reduplikasinya tidak melahirkan makna gramatikal. Hasil reduplikasinya hanya menghasilkan makna leksikal.
4.    Mondar-mandir, luntang lantung, lunggang-langgang, kocar-kacir dan teka-teki. Bentuk-bentuk ini tidak diketahui mana yang menjadi bentuk dasar pengulangannya. Sedangkan maknanya pun hanyalah makna leksikal, bukan makna gramatikal. Dalam berbagai buku tata bahasa tradisional, bentuk-bentuk ini disebut kata ulang semu.

2.5.2   Reduplikasi Sintaksis
Reduplikasi sintaksis adalah proses pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa akar, tetapi menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada sebuah kata. Kridalaksana (1989) menyebutnya menghasilkan sebuah ‘ulangan kata’, bukan ‘kata ulang’.
Contoh:
-       Jauh-jauh sekali negeri yang akan kita datangi
-       Panas-panas memang rasanya hatiku.
 
Bentuk-bentuk reduplikasi sintaksis memiliki ikatan yang cukup longgar sehingga kedua unsurnya memiliki potensi untuk dipisahkan. Perhatikan contoh berikut:
-       jangan kau dekati pemuda itu, jangan.
-       panas memang panas rasa hatiku.
-       benar suaminya benar jantan.

Reduplikasi sintaksis ini memiliki makna ‘menegaskan’ atau ‘menguatkan’. Dalam hal ini termasuk juga reduplikasi yang dilakukan terhadap sejumlah kata ganti orang (pronomina  persona) seperti:
-       yang tidak datang ternyata dia dia juga.
-       mereka mereka memang sengaja tidak diundang.
-       kita kita ini memang termasuk orang yang tidak setuju dengan beliau.
Reduplikasi sintaksis termasuk juga yang dilakukan terhadap akar yang menyatakan waktu. Contoh:
-       besok-besok kamu boleh datang kesini.
-       dalam minggu-minggu ini kabarnya beliau akan datang.
-       hari-hari menjelang pilkada beliau tampak sibuk.

2.5.3   Reduplikasi Semantis
Reduplikasi semantis adalah pengulangan “makna” yang sama dari dua buah kata yang bersinonim. Misalnya ilmu pengetahuan, alim ulama dan cerdik cendakia. Kita lihat kata ilmu dan kata pengetahuan memiliki makna yang sama; kata alim dan ulama juga memiliki makna yang sama. Demikian juga kata cerdik dan juga kata cendekia
Termasuk ke dalam bentuk ini adalah bentuk-bentuk seperti segar bugar, muda belia, tua renta, gelap gulita, dan kering mersik. Namun, bentuk-bentuk seperti ini dalam berbagai buku tata bahasa dimasukkan ke dalam kelompok reduplikasi berubah bunyi (dwilingga salin suara). Memang bentuk segar bugar perubahan bunyinya masih bisa dikenali, tetapi bentuk muda belia dan kering mersik tidak tampak sekali bahwa unsur pertama berasal dari unsur kedua atau sebaliknya.

2.5.4   Reduplikasi Morfologis
Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar yang berupa akar, berupa bentuk berafiks dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan berubah bunyi, dan pengulangan sebagian. contoh mama papa.









BAB III
PENUTUP

3.1   Kesimpulan
 Pembagian Proses Pengulangan atau Reduplikasi, Menurut Abdul Chaer (2008:179) pembagian proses pengulangan atau reduplikasi antara lain adalah: reduplikasi Fonologis adalah reduplikasi fonologis berlangsung terhadap dasar yang bukan akar atau terhadap bentuk yang statusnya lebih dari akar. Status bentuk yang diulang tidak jelas dan reduplikasi fonogis ini tidak menghasilkan makna gramatikal, melainkan makna leksikal, reduplikasi Sintaksis adalah proses pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa akar, tetapi menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada sebuah kata, reduplikasi Semantis adalah pengulangan “makna” yang sama dari dua buah kata yang bersinonim. Misalnya ilmu pengetahuan, alim ulama dan cerdik cendakia. Kita lihat kata ilmu dan kata pengetahuan memiliki makna yang sama; kata alim dan ulama juga memiliki makna yang sama. Demikian juga kata cerdik dan juga kata cendekia, reduplikasi Morfologis yaitu reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar yang berupa akar, berupa bentuk berafiks dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan berubah bunyi, dan pengulangan sebagian. 
   Ciri-ciri kata ualng antara lain adalah: menimbulkan makna gramatis, terdiri lebih dari satu morfem, selalu memiliki bentuk dasar, pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata atau kelas kata, apabila suatu kata ulang berkelas kata benda, bentuk dasarnyapun berkelas kata benda. begitu juga apabila kata ulang itu berkelas kata kerja, bentuk dasarnya juga berkelas kata kerja. bentuk dasar kata ulang selalu ada dalam pemakaian bahasa. Maksud dalam pemakaian bahasa adalah dapat dipakai dalam konteks kalimat. Adapun jenis kata ulang antara lain: Dwilingga/sempurna/murni/utuh, dwilingga salin suara, dwipurwa, kata ulang berimbuhan, kata ulang sebagian, kata ulang semu.

3.2  Saran
Adapun saran yang diberikan pada akhir makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Mahasiswa
Dengan mengetahui pengertian proses pengulangan, pembagian proses pengulangan atau reduplikasi, menentukan bentuk dasar kata ulang, dan macam-macam pengulangan. Penulis harapkan kepada mahasiswa hendaknya agar dapat menggunakan ilmu yang di dapat dari makalah ini dengan sebaik-baiknya terutama dalam mengajarkan  serta mengaplikasikan pada siswa-siswinya nanti pada saat menjadi seorang guru.
2.    Penulis
Dengan makalah ini penulis hendaknya dapat mengaplikasikan pembahasan makalah ini dengan sebaik-baikya agar ilmu-ilmu yang didapat dalam penulisan makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi dirinya maupun orang lain, amiin.


    


      
 





DAFTAR PUSTAKA


Ramlan, M. 2009. Morfologi. Yogyakarta : CV Karyono
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ke III. Jakarta : Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Muslich, Masnur. 1990. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Bumi
     Aksara
Soedjito. 1995. Kosa Kata Bahasa Indonesia. Jakatra: PT Gramedia Pustaka Utama

Bahasa Pusat. DEPDIKNAS. 2008. KBBI. Jakarta: PT Gramedia

No comments:

Post a Comment

TINDAK TUTUR LOKUSI DALAM FILM 'TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK' DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA

  TINDAK TUTUR LOKUSI DALAM FILM 'TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK' DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA   BAB I PEND...