KEHIDUPAN
POLITIK KERAJAAN KEDIRI
Keadaan politik pemerintahan dan keadaan masyarakat di Kediri ini dicatat dalam berita dari Cina, yaitu dalam kitab Ling-Wai-tai-ta yang ditulis oleh Chou K’u-fei pada tahun 1178 dan pada kitab Chu-fan-chi yang disusun oleh Chaujukua pada tahun 1225. Kitab itu melukiskan keadaan pemerintahan dan masyarakat zaman Kediri. Kitab itu menggambarkan masa pemerintahan Kediri termasuk stabil dan pergantian takhta berjalan lancar tanpa menimbulkan perang saudara. Di dalam menjalankan pemerintahannya, raja dibantu oleh tiga orang putranya dan empat pejabat kerajaan (rakryan), ditambah 300 pejabat sipil (administrasi) dan 1.000 pegawai rendahan. Prajuritnya berjumlah 30.000 orang dengan mendapat gaji dari kerajaan. Raja berpakaian sutra, memakai sepatu kulit, perhiasan emas, dan rambutnya disanggul ke atas. Jika bepergian, raja naik gajah atau kereta dengan dikawal oleh 500–700 prajurit. Pemerintah sangat memperhatikan keadaan pertanian, peternakan, dan perdagangan. Pencuri dan perampok jika tertangkap dihukum mati.
Setelah 58 tahun mengalami masa suram,
Kerajaan Panjalu (Kediri) bangkit lagi sekitar tahun 1116. Raja yang
memerintah, antara lain sebagai berikut.
1. Rakai Sirikan Sri Bameswara
Raja Bameswara pertama adalah Sri Maharaja
Rakai Sirikan Sri Bameswara Sakalabhuwana Sarwwaniwaryya Wiryya Parakrama
Digjayattunggadewa. Hal itu disebutkan pada Prasasti Pandlegan I yang berangka
tahun 1038 Saka (1116 Masehi).
Raja Sirikan masih mengeluarkan prasasti lain, yaitu
·
Prasasti Panumbangan berangka tahun 1042 Saka
(1120 M)
·
Prasasti Geneng berangka tahun 1050 Saka (1128
M)
·
Prasasti Candi Tuban berangka tahun 1052 Saka
(1130 M)
·
Prasasti Tangkilan berangka tahun 1052 Saka
(1130 M).
Prasasti lainnya adalah Prasasti Karang Reja
berangka tahun 1056 Saka (1136 Masehi), tetapi tidak jelas siapa yang
mengeluarkannya. Apakah dikeluarkan oleh Bameswara atau Jayabaya? Lencana
kerajaan yang digunakan adalah tengkorak bertaring di atas bulan sabit yang
disebut Candrakapala. Bameswara diperkirakan memerintah hingga tahun 1134 M.
2. Raja Jayabaya
Pengganti Raja Bameswara adalah Jayabaya yang
bergelar Sri Maharaja Sri Warmmeswara Madhusudana Wataranindita Parakrama
Digjayottunggadewanama Jayabhayalancana. Ia memerintah pada tahun 1057 Saka
(1135 M).
Salah satu prasastinya yang menarik adalah Prasasti Talan berangka tahun 1508 Saka (1136 M) yang berisi pemindahan Prasasti Ripta (tahun 961 Saka) menjadi Prasasti Dinggopala oleh Raja Jayabaya. Dalam prasasti itu, ia disebutkan sebagai penjelmaan Dewa Wisnu.
Lencana kerajaan yang dipakai adalah
Narasingha, tetapi pada Prasasti Talan disebutkan pemakaian lencana Garuda
Mukha. Pada Prasasti Hantang (1057 Saka) atau 1135 M dituliskan kata pangjalu
jayati, artinya panjalu menang berperang atas Jenggala dan sekaligus untuk
menunjukkan bahwa Jayabaya adalah pewaris takhta kerajaan yang sah dari
Airlangga.
3. Raja Sarweswara
Pengganti Raja Jayabaya ialah Sri Maharaja
Rakai Sirikan Sri Sarweswara Janardhanawatara Wijayagrajasama
Singhanadaniwaryyawiryya Parakrama Digjayattunggadewanama. Sarweswara
memerintah tahun 1159 hingga 1169. Lencana kerajaan yang digunakan adalah Ganesha.
4. Sri Aryyeswara
Raja Sarweswara kemudian digantikan oleh Sri
Maharaja Rakai Hino Sri Aryyeswara Madhusudanawatararijamukha. Masa
pemerintahan Raja Sri Aryyeswara hanya sampai tahun 1181 dan digantikan oleh
Sri Maharaja Sri Kroncarryadipa Handabhuwanapalaka Parakramanindita
Digjayattunggaduwanama Sri Gandra.
5. Sri Gandra
Pada masa pemerintahan Sri Gandra dikenal
jabatan senapati sarwajala (laksamana laut). Dengan jabatan itu, diduga Kediri
mempunyai armada laut yang kuat. Di samping itu, juga dikenal pejabat yang
menggunakan nama-nama binatang, misalnya Kebo Salawah, Lembu Agra, Gajah
Kuning, dan Macan Putih.
6. Kameswara
Kameswara memerintah Kerajaan Kediri tahun
1182–1185. Kameswara bergelar Sri Maharaja Sri Kameswara Tri Wikramawatara
Aniwaryyawiryya Parakrama Digjayattunggadewanama. Pada masa pemerintahan
Kameswara, seni sastra berkembang pesat.
7. Kertajaya
Setelah Kameswara mangkat, raja yang
memerintah Kediri adalah Kertajaya atau Srengga. Gelar Kertajaya ialah Sri
Maharaja Sarweswara Triwikramataranindita Srenggalancana
Digjayattunggadewanama. Kertajaya adalah raja terakhir yang memerintah Kediri.
Kertajaya memerintah Kediri tahun 1185–1222.
Pada masa pemerintahannya, Kertajaya sering
berselisih pendapat dengan para brahmana. Para brahmana kemudian minta perlindungan
kepada Ken Arok. Kesempatan emas itu digunakan Ken Arok untuk memberontak raja.
Oleh karena itu, terjadilah pertempuran hebat di Ganter. Dalam pertempuran itu,
Ken Arok berhasil mengalahkan Raja Kertajaya. Dengan berakhirnya masa
pemerintahan Kertajaya, berakhir pula masa pemerintahan Kerajaan Kediri sebagai
kelanjutan Dinasti Isana yang didirikan oleh Empu Sindok.
No comments:
Post a Comment