Friday, November 4, 2016

EJAAN, KALIMAT EFEKTIF, PEMILIHAN KATA (DIKSI)

BAB I
PENDAHULUAN



1.1.       Latar Belakang
Saat ini banyak orang yang belum mengetahui tentang ejaan, kalimat efektif, dan pemilihan kata. Pengunaannya pun juga belum tentu mereka tahu. Ejaan, kalimat efektif, dan pemilihan kata (diksi) bermanfaat bagi penulis apapun, dari mulai penulis cerita, cerpen, puisi, drama, hingga pemuat berita di koran - koran. Ejaan yang tepat dan benar harus mengacu pada buku EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Kalimat yang efektif akan mudah dicerna oleh pendengar dan pembaca wacana. Pemilihan kata yang tepat dapat juga berpengaruh pada keindahan tulisan itu.

1.2.       Rumusan Masalah
1.2.1.           Apa yang dimaksud dengan ejaan?
1.2.2.           Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
1.2.3.           Apa yang dimaksud dengan pemilihan kata?

1.3.       Tujuan Masalah
1.3.1.           Mengetahui apa itu ejaan.
1.3.2.           Mengetahui apa itu kalimat efektif.
1.3.3.           Mengetahui apa itu  pemilihan kata.
1.3.4.           Mengetahui bagaimana memilih kata yang bena.















BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Ejaan
Ejaan adalah seperangkat kaidah, aturan, atau ketentuan yang mengatur pelambangan bunyi bahasa, termasuk bagaimana menggunakan tanda baca. Fungsi ejaan sangatlah penting yakni a) sebagai landasan pembakuan tata bahasa. b) sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, dan e) sebagai penyaring penetrasi unsur bahasa asing. Buku yang membahas lebih dalam tentang ejaan adalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD). Dengan pedoman tersebut kita sendiri bisa di kategorikan penulis yang santun, mau tak mau, kita mesti tunduk pada kaidah EYD. Contoh, bagaimana penulisan baku “strategic planning” atau strategic planning (berhuruf miring atau tidak).
Berikut ini kekacauan ejaan yang masih saja dilakukan orang sehingga detik ini.
1.                  Masalah penulisan kata depan “di”, “ke” dan “dari”. Fungsi kata depan ini menyatakan arah atau menunjukkan tempat. Khusus kata depan “di” dan “ke” cara penulisannya pun harus dipisah dari kata yang mengikutinya.
2.                  Masalah penulisan gabungan kata. Masih banyak di antara kita yang belum mengetahui dan memahami bahwa gabungan kata alias kata majemuk harus ditulis terpisah. Contoh kerja sama; kambing hitam; ibu kota; lipat ganda; atau bulu tangkis. Namun jika gabungan kata ini kebetulan mendapat awalan dan akhiran sekaligus penulisannya harus dirangkaikan. Contoh pak wali kota mengambinghitamkan aparatnya dalam soal pengamanan banjir.
3.                  Masalah penulisan singkatan dan akronim. Singkatan adalah kependekan huruf atau gabungan huruf. Wujudnya berupa gabungan huruf awal suatu kata. Cara penulisanya dengan menggunakan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik. Contoh DPR, MPR, KTP. Sedangkan akronim adalah kependekan yang berwujud gabungan huruf awal atau gabungan suku kata ataupu gabungan keduanya. Contoh pemda, polri, posyandu. Syarat – syarat pembentukan akronim yakni, a) jumlah suku katanya hendaknya tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim dalam bahasa indonesia, dan b) akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata yang lazim dalam bahasa indonesia.
4.                  Masalah penulisan unsur serapan dan penggunaan kata asing. Unsur serapan adalah unsur asing  yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah, yang di pungut dan diserap ke dalam bahasa indonesia. Wujud unsur ini berupa imbuhan, kosakata, atau perselisihan.

2.2. Kalimat Efektif
Dalam penyusunan tulisan ilmiah, penulisan  kalimat efektif penting untuk dikuasai. Dalam bahasa tuli, yang dimaksudkan dengan kalimat efektif adalah kaliamat yang memperlihatakan proses penyampaian oleh penulis dan proses penerimaan oleh pembaca berlangsung dengan baik. Pesan yang disampaikan oleh pembaca sama dengan pesan yang dikehendaki oleh penulis (Alwi dalam Rohadi, 2011 : 92). Dalam proses komunikasi, ini yang disebut sebagai berbagai makna.
Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pembaca. Hal ini berarti juga bahwa kalimat yang efektif adalah kalimat yang mewakili pikiran penulis secarat tepat sehingga pembaca dapat memahami apa yang dimaksudkan oleh penulis dengan jelas, mudah dan lengkap sebagaimana yang dimaksudkan oleh penulis. Lebih jauh lagi, kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menimbulkan gagasan-gagasan pada pikiran pembaca, seperti pikiran yang ada di benak penulis (Rohmadi, 2011 : 92)
Efektivitas berkomunikasi dalam bahasa tulis ilmiah sangat ditentukan oleh penggunaan kalimat efektif. Penyusuna kata-kata dalam kalimat yang dilakukan secara sadar menentukan kalimat bisa disebut efektif atau tidak. Selain komposisi kata dalam kalimat efektif juga harus memperhatikan gramatika kalimatnya. Tanpa ada penyusunan komposisi kata dan gramatika yang baku dan sesuai dengan kaidah kebahasaan, suatu kalimat tidak bisa disebut sebagai kalimat efektif.
Kalimat efektf disusun sebagai upaya untuk menghindarkan kesalahanpahaman antar pihak yang terlibat dalam proses komunikasi. Dalam hal ini adalah penulis dan pembaca. Jika apa yang ditulis oleh penulis dimaknai secara berbeda oleh pembaca ketika membacanya, maka pesan dalam bentuk kalimat tulis bisa dipastikan tidak disusn dalam kalimat efektif. Untuk menghindari kesalahpahaman antara penulis dan pembaca penting juga untuk memperhatikan kalimat yang disusun dengan logis.
Kalimat efektif mepunyai beerapa karakteristik,  yaitu keutuhan/kesatuan, kesejajaran, pemfokusan, dan penghematan (Finoca dalam Rohmadi, 2011 : 93). Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut dari masing-masing karakter kalimat efektis tersebut.
2.2.1.      Keutuhan/Kesatuan
Keutuhan/kesatuan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat. Dengan satu ide pokok boleh panjang atau pendek, menggabungkan lebih dari satu kesatuan, bahkan dapat mempertentangkan satu dengan lainnya, asalkan idea tau gagasan kalimatnya tunggal. Penulis tidak boleh menggabungkan dua kesatuan gagasan yang tidak memiliki relasi sama sekali ke dalam sebuah kalimat. Perhatikan contoh di bawah ini:
Prasyarat demokarasi adalah terselenggaranya pemilihan umum yang jujur dan adil.
2.2.2.      Kepaduan
Kepaduan adalah relasi yang padu antara unsure-unsur pembentuk kalimat, yaitu frasa, klausa serta tanda baca yang membentuk subjek, predikat, objek, pelengkap serta keterangan dalam kalimat.
2.2.3.      Kesejajaran
Kesejajaran adalah terdapatnya unsure-unsur yang sama derajatnya, sam pola dan susunan kata dan frasa yang dipakai dalam kalimat. Perhatikan contoh kesejajaran di bawah ini:
Internet telah melahirkan media baru generasi 2.0 yang interaktif, seperti facebook, instagram, twitter, dan path.
2.2.4.      Pemfokusan
Pemfokusan adalah suatu perlakuan khusus pada bagian kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan. Cara yang dipakai untuk member perlakuan khusus pada kata-kata tertentu bisa dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
a.       Dengan meletakkan kata yang ditonjolkan di awal kalimat.
b.      Dengan melakukan pengulangan kata atau repetisi.
c.       Dengan melakukan pengontrasan kata kunci.
d.      Dengan menggunakan partikel atau penegas.
Perhatikan contoh kalimat berikut ini:
Pers harus dijamin kemerdekaannya, karena pers adalah pilar keempat demokrasi di samping eksekutif, legislative, dan yudikatif.
2.2.5.      Penghematan
Penghematan adalah menghindari penekanan kata yang tidak perlu. Hemat dalam hal ini tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat memperjelas arti kalimat. Hemat yang dimaksudkan di sini adalah “ekonomis”, tidak memakai kata yang mubazir, tidak mengulang-ulang subjek, tidak menjamakkan kata-kata yang memang sudah berbentuk jamak.
Dengan demikian, penghematan ini berarti kata-kata yang menyusun kalimat menjadi padat berisi. Perhatikan contoh kalimat yang tidak hemat berikut ini:
Para anak-anak murid-murid sekolah mengikuti upacara Hari Kemerdekaan.
Kalimat tersebut bisa ditulis dengan prinsip penghematan sebagai berikut:
Anak-anak murid sekolah mengikuti upacara Hari Kemerdekaan.

2.3. Diksi atau Pemilihan Kata

Diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi yang bertalian dengan ungkapan-unkapan individu atau karakteristik, atau memiliki nilai artistik yang tinggi.



2.3.1. Kesesuaian diksi
Perbedaan ketepatan dan kecocokan pertama-tama mencakup soal kata mana yang akan digunakan dalam kesempatan tertentu, walaupun kadang-kadang masih ada perbedaan tambahan berupa perbedaan tata bahasa,pola kalimat, panjang atau kompleknya suatu alinea, dari beberapa segi lain. Perbedaan antara ketepatan dan kesesuaian dipersoalkan adalah apakah kita dapat mengungkapkan pikiran kita dengan cara yang sama dalam sebuah kesempatan dan lingkungan yang kita masuki.
2.3.2. Syarat-Syarat Kesesuaian Diksi
Syarat-syarat kesesuaian diksi adalah sebagai berikut:
1.        Hindarilah sejauh mungkin bahasa aatau unsur substandard dalam situasi yang formal.
2.        Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata popular.
3.        Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
4.        Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata slang
5.        Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.
6.        Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati).
7.        Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artfisial.

Hal-hal tersebut akan diuraikan lebih lanjut dalam bagian-bagian di bawah ini :
1.      Bahasa Standar dan Sub Standar
Bahasa standar adalah semacam bahasa yang dapat dibatasi sebagai tutur dari mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki status sosial yang cukup dalam suatu masyarakat. Kelas ini meliputi pejabat-pejabat pemerintah, ahli bahasa, ahli hukum, dokter, pedagang, guru, penulis, penerbit, seniman, insinyur, dan lain sebagainya.
Bahasa non stsndar adalah bahasa dari mereka yang tidak memperoleh pendidikan yang tinggi. Pada dasarnya, bahasa ini dipakai untuk pergaulan biasa, tidak di pakai dalam tulisan. Kadang unsur ini digunakan juga oleh para kaum pelajar dalam bersenda gurau, dan berhumor. Bahasa non stadar juga berlaku untuk suatu wilayah yang luas dalam wilayah bahasa standar. Bahasa standar lebih efektif dari pada bahasa non standar. Bahasa non standar biasanya cukup untuk digunakan dalam kebutuhan-kebutuhan umum.
2.      Kata Ilmiah dan Kata Populer
Pilihan kata dalam hubungan dengan kesempatan yang dihadapi seseorang dapat dibagi atas beberapa macam kategori salah satunya adalah kata-kata ilmiah melawan kata-kata populer. Bagian terbesar dari kosa kata sebuah bahasa terdiri dari kata-kata yang umum yang dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik yang terpelajar maupun orang atau rakyat jelata. Maka kata ini dinamakan kata-kata populer. Kata-kata ini juga dipakai dalam pertemuan-pertemuan resmi, dalam diskusi-diskusi yang khusus, dan dalam diskusi-diskusi ilmiah.
Contoh:                                                          
Kata populer
kata ilmiah
Sesuai
Harmonis
Pecahan
Fraksi
Aneh  
Eksentrik
Bukti
Argumen                    
Kesimpulan
konklusi

3.      Jargon
Kata jargon mengandung beberapa pengertian. Jargon adalah suatu bahasa,dialek, atau struktur yang dianggap kurang sopan atau aneh tetapi istilah itu dipakai juga untuk mengacu semacam bahasa atau dialek hybrid yang timbul dari percampuran bahasa-bahasa, dan sekaligus dianggap sebagai bahasa perhubungan atau lingua franca. Jargon diartikan sebagai kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-kelompok khusus lainnya. Oleh karena jargon merupakan bahasa yang khusus sekali, maka tidak akan banyak artinya bila dipakai untuk suatu sasaran yang umum. Sebab itu, hendaknya dihindari sejauh mungkin unsur jargon dalam sebuah tulisan umum.
4.      Kata Percakapan
kata percakapan adalah kata-kata yang biasa dipakai dalam percakapan atau pergaulan orang-orang yang terdidik. Pengertian percakapan ini disini sama sekali tidak boleh disejajarkan dengan bahasa yang tidak benar, tidak terpelehara atau tidak disenangi.
Bahasa percakapan yang dimaksud disini lebih luas dari pengertian kat-kat populer, kata-kata percakapan mencakup pula sebagian kata-kata ilmiah yang biasa dipakai oleh golongan terpelajar.
5.      Kata Slang
Kata slang adalah kata-kata non standar yang disusun secara khas; bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan. Kadang kala kata slang yang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja. Kata-kata slang sebenarnya bukan hanya terdapat pada golongan terpelajar, tetapi juga pada semua lapisan masyarakat.
6.      Idiom
Idiom adalah pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya, misalnya: seorang asing yang sudah mengetahui makna kata makan dan tangan, tidak akan memahami makna perasa makan tangan. Siapa yang berfikir bahwa makan tangan sama artinya dengan kena tinju atau beruntung besar ? dan selanjutnya idiom-idiom yang menggunakan kata makan seperti: makan garam, makan hati, dan senagainya.
7.      Bahasa Artifisial
Yang dimaksud dengan artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni.
Fakta dan pernyataan-pernyataan yang sederhana dapat diungkapkan dengan sederhana dan langsung tak perlu disembunyikan.
Artifisial : Ia mendengar kepak sayap kalelawar dan guyuran sisa hujan dari dedaunan, karena angin kepada kemuning.
Biasa :Ia mendengar bunyi sayap kelelawar dan sisa hujan yang ditiup angin di daun.

2.3.3. Fungsi dari diksi antara lain :
  • Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
  • Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
  • Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
  • Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata maka diksi yang baik harus memenuhi syarat, seperti :
  • Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.
  • Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.
  • Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.

Contoh Paragraf :
1). Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan kawanku. Udara disana sangat sejuk. Kami bermain bola air sampai tak terasa hari sudah sore. Kamipun pulang tak lama kemudian.



























BAB III
PENUTUP

3.1. kesimpulan

Ejaan adalah seperangkat kaidah, aturan, atau ketentuan yang mengatur pelambangan bunyi bahasa, termasuk bagaimana menggunakan tanda baca. kalimat efektif adalah kaliamat yang memperlihatakan proses penyampaian oleh penulis dan proses penerimaan oleh pembaca berlangsung dengan baik. Diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya.

No comments:

Post a Comment

TINDAK TUTUR LOKUSI DALAM FILM 'TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK' DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA

  TINDAK TUTUR LOKUSI DALAM FILM 'TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK' DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA   BAB I PEND...