Thursday, December 14, 2023

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS MELALUI METODE QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD (PROPOSAL SKRIPSI PTK)

 

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS MELALUI

METODE QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD

 

BAB II

LANDASAN PUSTAKA

 

A.     Kajian Pustaka

1.      Pengertian Menulis

Menulis adalah sebuah proses menciptakan suatu catatan, informasi atau cerita menggunakan aksara. Menulis bisa dilakukan pada media kerja dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil. Menulis juga proses menuangkan kreativitas atau gagasan ke dalam bentuk bahasa tulisan, yang biasanya disebut dengan karangan. Karena, penulis mengungkapkan isi pikiran, ide, pendapat atau keinginannya melalui tulisan tersebut.

Berdasarkan KBBI, menulis adalah mengungkap gagasan, opini dan ide dalam rangkaian kalimat. Selain itu, menulis juga membuat huruf dengan pena atau pensil, menyampaikan pikiran atau pandangan, mengarang cerita dan menggambarkannya. Karena itu, penulis juga akan dipengaruhi oleh isi hai, suasana hati dan latar belakangnya ketika menulis. Sehingga, penting untuk menentukan genre, gaya bahasa hingga perspektif yang akan disampaikan melalui tulisan.

Menurut Wicaksono dan Akhyar (2020: 175) menulis merupakan kegiatan yang berangkai dalam mengungkapkan hasil pikir dengan wahana bahasa tulis di sajikan kepada orang lain agar dia mengerti makna nya definisi menulis yang lain ialah suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.

Menurut (Abidin, 2016 : 3) menulis merupakan kegiatan untuk menyatakan perasaan dan pikiran dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dan berfungsi sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menulis merupakan kegiatan seseorang untuk menyampaikan gagasan kepada pembaca dalam bahasa tulis agar bisa dipahami oleh pembaca. Seorang penulis harus memperhatikan kemampuan dan kebutuhan pembacanya. Menulis dapat didefinisikan melalui berbagai sudut pandang yang paling sederhana, menulis dapat diartikan sebagai proses menghasilkan lambang bunyi. Pengertian semacam menulis ini dikenal sebagai menulis permulaan. Pada tahap selanjutnya menulis dapat bersifat lebih kompleks karena pada dasarnya menulis adalah proses untuk mengemukakan ide dan gagasan dalam bahasa tulis.

Menurut Widyaastuti,(2017 : 91) Menulis mempunyai arti kegiatan mengungkapkan gagasan secara tertulis. Orang yang melakukan kegaiatan ini dinamakan penulis dan hasil kegaiatannya berupa tulisan. Selain kata menulis masyarakat juga dikenal dengan kata mengarang. Banyak orang menggunakan kata menulis dengan arti mengarang. Kedua kata itu sering dipertukarkan dalam penggunaannya. Kedua kata itu memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya kegiatan menulis dan mengarang adalah kegiatan yang sama-sama mengungkapkan gagasan. Kemudian perbedaannya jika menulis akan menghasilkan sebuah tulisan jika mengarang akan menghasilkan sebuah karangan.

 

2.      Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.

Hanafiah & Suhana (2010: 41) menegaskan bahwa model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka menyiasati perubahan perilaku siswa secara adaptif maupun generatif. Sejalan dengan hal itu,

Trianto (2010:52) mengemukakan bahwa model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman  bagai para perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Model pembelajaran juga dapat dimaknai sebagai perangkat rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran dikelas atau di tempat-tempat lain yang melaksanakan aktivitas-aktivitas pembelajaran.

Isjoni (2011: 5) mengemukakan perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan.

Menurut Arends (Trianto, 2010: 53) terdapat enam macam model pengajaran yang sering dan praktis digunakan dalam mengajar, antara lain presentasi, pengajaran langsung (direct instruction), pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk merubah/menyiasati kebiasaan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, yang di dalamnya adalah tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

Model pembelajaran quantum learning adalah suatu strategi dan kiat belajar yang memadukan unsur seni, faktor potensi diri dan lingkungan belajar sehingga proses belajar siswa menjadi lebih meriah, menyenangkan dan bermanfaat. Quantum learning merupakan metode yang mengedepankan suasana yang nyaman, menyenangkan selama proses pembelajaran. Model pembelajaran quantum learning pertama kali dikenalkan oleh Georgi Lozanov, yaitu seorang ahli saraf, psikiater, psikolog dan pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen mengenai suggestology atau suggesto-pedia. Menurut Lozanov, sugesti dapat mempengaruhi hasil situasi belajar. Beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti positif antara lain yaitu mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, dan menggunakan media pembelajaran untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi.

Model pembelajaran quantum learning merupakan pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya yang menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar serta berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas interaksi yang mendirikan landasan dalam rangka untuk belajar. Quantum learning adalah suatu proses pembelajaran yang menyenangkan, menciptakan interaksi yang edukatif antara guru dengan siswa serta mengoptimalkan lingkungan belajar yang efektif (fisik dan mental) dalam pembelajaran.

Berikut definisi dan pengertian model pembelajaran quantum learning dari beberapa sumber buku:

1)      Menurut DePorter dan Hernacki (2011), quantum learning adalah kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat.

2)      Menurut Kosasih dan Sumarna (2013), quantum learning adalah model pembelajaran yang menyenangkan serta menyertakan segala dinamika yang menunjang keberhasilan pembelajaran itu sendiri dan segala keterkaitan, perbedaan, interaksi, serta aspek-aspek yang dapat memaksimalkan momentum untuk belajar.

3)      Menurut Hamdayana (2014), quantum learning adalah model pembelajaran yang berupaya memadukan (mengintegrasikan, menyinergikan, mengelaborasikan) faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.

4)      Menurut Wena (2013), quantum learning adalah cara baru yang memudahkan proses belajar, yang memadukan unsur seni dan pencapaian terarah untuk segala mata pelajaran dengan menggabungkan keistimewaan-keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang akan melejitkan prestasi siswa.

5)      Menurut Leasa dan Ernawati (2013), quantum learning adalah suatu cara pandang baru yang memudahkan proses belajar siswa dengan pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansa yang ada di dalam dan di sekitar situasi lingkungan belajar melalui interaksi yang ada di sekitar kelas

 

Kelebihan dan kekurangan Quantum Learning :

a.       Kelebihan

Kelebihan atau keunggulan model pembelajaran quantum learning adalah:

1)      Dapat membimbing siswa ke arah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama.

2)      Karena quantum learning lebih melibatkan siswa, saat proses pembelajaran perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti.

3)      Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak.

4)      Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.

5)      Siswa didorong untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan dapat mencoba melakukannya sendiri.

6)      Karena model pembelajaran quantum learning membutuhkan kreativitas dari seorang guru untuk merangsang keinginan bawaan siswa untuk belajar, secara tidak langsung guru terbiasa untuk berpikir kreatif setiap harinya.

7)      Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti oleh siswa.

 

b.      Kekurangan

Kekurangan atau kelemahan model pembelajaran quantum learning adalah:

1)      Model ini memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di samping memerlukan waktu yang cukup panjang yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.

2)      Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik.

3)      Karena dalam metode ini ada perayaan untuk menghormati usaha seseorang siswa, baik berupa tepuk tangan, jentikan jari, nyanyian, dll dapat mengganggu kelas lain.

4)      Banyak memakan waktu dalam hal persiapan.

5)      Model ini memerlukan keterampilan guru secara khusus karena tanpa ditunjang hal itu, proses pembelajaran tidak akan efektif.

6)      Agar belajar dengan model pembelajaran ini mendapatkan hal yang baik diperlukan ketelitian dan kesabaran. Namun kadang-kadang ketelitian dan kesabaran itu diabaikan sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai sebagaimana mestinya

 

3.      Pengertian Keterampilan Menulis

Menurut Akhadiat (Ahmad Rofi’udin, 1999:262), menulis dapat diartikan sebagai aktivitas pengekspresian ide, gagasan atau persaan kelambanglambang kebahasaan (bahasa tulis). Menulis juga dapat diekspresikan sebagai proses penemuan dan penggalian ide-ide untuk diekspresikan, dan proses ini dipengaruhioleh dasar yang dimilikinya.

Suparno dan mohamad Yunus (2005:1.26) mendefisinikan menulis sebagai kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis sebagai kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis pada pihak lain.

Tarigan (2008:3) mengemukanakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk komunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspretif.

a.       Manfaat Menulis

Fungsi utama tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir. Menulis juga dapat menolong sesorang berpikir kritis.

Menurut D’Angelo (Henry Guntur Tarigan, 2008: 23), situasi yang harus diperhatikan dalam menulis adalah maksud dan tujuan sang penulis, pembaca atau pemirsa, dan waktu atau kesempatan.

Mohamad Yunus dan Suparno (2009: 1.4) mengemukakan manfaat menulis adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan kecerdasan,

2) Mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas,

3) Menumbuhkan keberanian, dan

4) Mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat menulis adalah mengembangkan kreativitas, yaitu dengan menemukan ide dan gagasan, mengumpulkan bahan-bahan serta memperjelas suatu masalah. Manfaat dari menulis yang lain adalah mengembangkan pengetahuan dan kecerdasan, yaitu dengan membangkitkan pengetahuan yang pernah diketahui sebelumnya.

b.      Tujuan Menulis

Rini Kristiantari (2004: 101) mengungkapkan bahwa tujuan yang jelas akan membimbing seseorang dalam usahanya membuat tulisan yang baik. Menulis untuk sekedar menyelesaikan tugas atau memenuhi kewajiban tidak dapat dikatakan sebagai tujuan menulis yang nyata.

Reinking (Rini Kristiantari, 2004: mengungkapkan bahwa tujuan menulis secara umum adalah menginformasikan, meyakinkan, mengekspresikan diri, dan menghibur.

Suparno dan Mohamad Yunus (2009: 3.7), mengungkapkan bahwa tujuan yang ingin dicapai seorang penulis adalah menjadikan pembaca ikut berpikir dan bernalar, membuat pembaca tahu tentang hal yang diberitakan, menjadikan pembaca beropini, menjadikan pembaca mengerti, membuat pembaca terpersuasi oleh isi karangan, dan membuat pembaca senang dengan menghayati nilai-nilai yang dikemukakan seperti nilai kebenaran, nilai agama, nilai pendidikan, nilai sosial, nilai moral, nilai kemanusiaan dan nilai estetika.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai tujuan menulis, dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah agar pembaca mengetahui, mengerti dan memahami nilai-nilai dalam sebuah tulisan sehingga pembaca ikut berpikir, berpendapat atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan isi tulisan.

 

c.       Menulis sebagai proses

Bars (Mohamad Yunus dan Suparno, 2009: 1.14) mengungkapkan bahwa menulis merupakan suatu proses yang kemampuan, pelaksanaan, dan  hasilnya diperoleh secara bertahap. Artinya, untuk menghasilkan tulisan yang baik, umumnya orang melakukannya berkali-kali.

Mohamad Yunus dan Suparno (2009: 1.15-1.26) mengungkapkan bahwa menulis merupakan suatu proses.Menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase, yaitu fase prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Berikut merupakan penjelasan mengenai fase-fase atau tahap-tahap dalam menulis.

 

1)      Tahap Prapenulisan

Tahap ini merupakan fase persiapan menulis, menurut Proett (Mohamad Yunus dan Suparno, 2009: 1.16) pada tahap ini merupakan fase mencari, menemukan, dan mengingat kembali pengetahuan atau pengalaman yang diperoleh dan dan diperlukan penulis. Tujuannya adalah untuk mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-kemungkinan lain dalam menulis, sehingga apa yang ingin ditulis dapat disajikan dengan baik. Pada fase pramenulis ini terdapat aktivitas memilih topik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan atau informasi yang diperlukan, serta mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk kerangka-kerangka.a

2)      Tahap penulisan

Pada tahap ini penulis sudah menentukan topik dan tujuan karangan, mengumpulkan informasi yang relevan, serta membuat kerangka karangan. Dengan menyelesaikan semua itu berarti proses menulis siap dilaksanakan dengan mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah dipilih dan dikumpulkan.

3)      Tahap pascapenulisan

Fase ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram (draf) karangan pertama yang dihasilkan. Kegiatan ini terdiri atas penyutingan dan perbaikan (revisi). Penyutingan di sini diartikan sebagai kegiatan membaca ulang suatu buram karangan dengan maksud untuk merasakan, menilai, dan memeriksa baik unsur mekanik ataupun isi karangan.Tujuannya adalah untuk menemukan atau memperoleh informasi tentang unsur-unsur karangan yang perlu disempurnakan. Kegiatan ini bisa dilakukan penulisnya sendiri. Berdasarkan hasil penyutingan itulah kegiatan rivisi atau perbaikan karangan dilakukan. Kegiatan revisi itu dapat berupa penambahan, penggantian, penghilangan, pengubahan, atau penyusunan kembali unsur-unsur karangan. Kadar revisi itu sendiri tergantung pada tingkat keperluannya.Bisa revisi berat, bisa juga sedang, atau ringan.Pada revisi ringan seperti yang disebabkan oleh kesalahan unsur-unsur mekanik, kegiatan perbaikan itu biasanya dilakukan bersamaan dengan penyutingan. Revisi tingkat berat disebabkan karena kesalahan urutan gagasan, contoh atau ilustrasi, cara pengembangan, penyampaian penjelasan atau bukti. Kegiatan perbaikan itu biasanya dilakukan setelah penyutingan selesai. Bila perbaikan itu mendasar, kegiatan revisi berat ini biasanya.

                             

B.     Hasil Penelitian Yang Relevan

            Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain :

1.      Penelitian yang dilakukan Agung Sutanto tahun 2009 dengan judul “Penggunaan metode Quantum Learning untuk meningkatkan pemahaman materi perjuangan kemerdekaan Indonesia pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SDN Ngoresan Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan metode quantum learning dapat meningkatkan pemahaman materi perjuangan kemerdekaan Indonesia pada pembelajaran IPS di kelas V SDN Ngoresan Surakarta tahun ajaran 2010/2011 dari tingkat ketuntasan 15,78% menjafi 74,50% pada siklus I dan mencapai 92,15% pada siklus II. Pada penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang peneliti laksanakan yaitu sama-sama menggunakan metode quantum learning namun pada penelitian tersebut menggunakan metode quantum learning untuk meningkatkan pemahaman materi perjuangan kemerdekaan Indonesia pada mata pelajaran IPS sementara peneliti menggunakan metode quantum teaching untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi.

 

2.      Penelitian yang dilakukan Ghufron Anis tahun 2013dengan judul “Pengaruh model Quantum Teaching terhadap pemahaman konsep IPSpada materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan siswa kelas V SDN se-gugus Ki Hajar Dewantara kecamatan Kemranjen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep IPS dengan model Quantum Teaching dengan model pembelajaran langsung. Nilai rata-rata untuk kelompok eksperimen dengan model  quantum teaching 75, lebih besar dibandingkan kelompok kontrol dengan pembelajaran langsung yaitu 67. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan karena sama-sama menggunakan model quantum teaching yang sama dengan model quantum learning. Penelitian tersebut menggunakan model yang sama, namun terdapat perbedaan yang terletak pada tujuannya yang untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dengan model pembelajaran langsung apabila digunakan untuk pemahaman konsep IPS sementara peneliti menggunakan model quantum learning untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi.

 

C.     Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu akan meningkatkan keterampilan menulis melaluin metode Quantum Learning pada siswa kelas IV SD Negri 3 Perumnas Way Halim.

 

No comments:

Post a Comment

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD

    PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD      BAB I PENDAHULUAN   A.  ...