Thursday, December 14, 2023

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA PESERTA DIDIK DENGAN MEDIA POP UP BOOK DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V (PROPOSAL SKRIPSI)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA PESERTA DIDIK DENGAN MEDIA POP UP BOOK DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V

DI SD

 

BAB II

LANDASAN PUSTAKA

 

A.     Kajian Pustaka

1.      Bercerita

Kegiatan pembelajaran bercerita menjadi salah satu aspek kegiatan pembelajaran yang terdapat dalam keterampilan berbicara. Kegiatan bercerita dijadikan sebagai langkah pertama yang digunakan guru sebagai dasar untuk melatih keterampilan berbicara untuk siswa. Namun, dalam pembelajaran bercerita sering kali siswa merasa kesulitan karena guru menggunakan media pembelajaran bercerita yang kurang tepat bahkan ada yang tidak menggunakan media apapun, guru hanya mengajar satu arah yaitu dengan menyampaikan materi lalu siswa hanya mendengarkan sehingga peserta didik kurang memahami dan kurang tertarik dengan pembelajaran tersebut.

Cerita adalah uraian, gambaran, atau deskripsi tentang peristiwa atau kejadian tertentu, Rahayu (2013:80). Menurut Nanda dalam Rahayu (2013:80), bercerita merupakan aktivitas menuturkan sesuatu yang mengisahkan mengenai perbuatan, pengalaman, ataupun kejadian yang benar-benar terjadi maupun hasil dari rekayasa. Bercerita dikatakan sebagai menuturkan, yaitu menyampaikan gambaran tentang kejadian tertentu. Artinya, bercerita adalah kegiatan mendeskripsikan pengalaman atau kejadian yang telah dialami.

Nasucha (2016:3) menjelaskan bahwa bercerita juga merupakan proses kreatif siswa. Dalam proses perkembangannya, cerita tidak hanya dapat mengaktifkan aspek-aspek intelektual tetapi juga aspek kepekaan, kehalusan budi, emosi, seni, imajinasi, dan fantasi yang tidak hanya mengutamakan otak kiri saja. Cerita juga menawarkan kesempatak kepada peserta didik untuk menginterpretasikan pengalaman secara langsung yang telah dialami oleh peserta didik itu sendiri. Nanda dalam Rahayu (2013:80) mengemükakan bahwa bercerita yaitu salah satu seni, hiburan, dan pandangan tertua yang telah dipercayai nilainya dari generasi ke generasi berikutnya. Kegiatan bercerita melibatkan penglihatan, pendengaran, berbicara dan ekspresi yang dibutuhkan seseorang dalam bercerita.

Bercerita adalah seni bercakap-cakap secara  lisan untuk bertukar cerita tentang pengalamannya, pencerita dan pendengar harus bertatap muka. Bercerita dapat dideskripsikan secara umum sebagai kegiatan yang dapat memberikan informasi kepada peserta didik, baik secara lisan, tulisan, maupun akting mengenai nilai atau tradisi budaya yang telah dipercaya melalui penggunaan alat peraga maupun tidak untuk mengembangkan kemampuan sosial, belajar membaca, serta pemahaman tentang pengetahuan dunia melalui pengalaman yang telah didapat.

Sedangkan menurut (Yeti Mulyati, 2009: 64) Bercerita merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat produktif yang berarti menghasilkan ide, gagasan, dan buah pikiran. Ide, gagasan, dan pikiran seorang pembicara memiliki hikmah atau dapat dimanfaaatkan oleh penyimak/pendengar, misalnya seorang guru berbicara dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sehingga ilmu tersebut dapat dipraktikkan dan dimanfaatkan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah mengetahui beberapa pendapat dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa bercerita merupakan  salah satu keterampilan berbahasa yang menuangkan isi pikiran melalui kata-kata, emosi, perasaan dan merupakan sebuah seni bagi para pendengar dan bersifat menghibur.

Manfaat kegiatan bercerita adalah peserta didik dapat mengembangkan kosakata, kemampuan berbicara, mengekspresikan cerita yang disampaikan sesuai karakteristik tokoh yang dibacakan dalam situasi yang menyenangkan, serta melatih keberanian siswa untuk tampil di depan kelas Rahayu (2013:81). Kegiatan bercerita bermanfaat untuk: (1) menyalurkan ekspresi siswa dalam kegiatan yang menyenangkan, (2) mendorong aktivitas, inisiatif, dan kreativitas siswa agar berpartisipasi dalam kegiatan, memahami isi cerita yang dibacakan, dan (3) membantu siswa menghilangkan rasa rendah dan murung, malu, dan segan untuk tampil di depan teman dan orang lain. Moeslichaton dalam Rahayu (2013:82) mengemukakan bahwa manfaat kegiatan bercerita adalah dapat mengkomunikasikan nilai-nilai budaya, sosial, keagamaan, menanamkan etos kerja, etos waktu, etos alam, mengembangkan imajinasi siswa, dimensi kognisi anak, dan dimensi bahasa peserta didik.

Kegiatan bercerita bermanfaat dalam perkembangan siswa. Tidak hanya untuk diri siswa, namun juga dalam sosial bermasyarakat. Musfiroh dalam Rahayu (2013:82) menyatakan bahwa manfaat kegiatan bercerita adalah mengasah imajinasi siswa, mengembangkan kemampuan berbahasa, aspek sosial, aspek moral, kesadaran beragama, aspek emosi, semangat berprestasi, dan melatih konsentrasi siswa. Oleh karena itu, kegiatan bercerita tidak hanya untuk mempengaruhi perkembangan intelektual siswa tetapi perkembangan psikisnya juga. Secara intelektual, kegiatan bercerita mampu mengasah imajinasi siswa dalam bepikir dan bebicara. Sedangkan mallui ekspresi serta semangat, anak terpengaruh psikisnya.

Beberapa jenis cerita yang biasanya ditampilkan oleh peserta didik saat kegiatan pembelajaran antara lain adalah fabel, legenda, cerita rakyat, cerita pengalaman, dan cerita pendek.

 

2.      Media Pop Up Book

Media merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu proses komunikasi. Media kaitannya dengan proses pembelajaran. Kata Media menurut Heinich, dkk. (1993) media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata "medium" yang secara harfiah berate "perantara" yaitu peranatara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Heinich mencontohkan media ini seperti film, televisi, diagram, bahan tercetak (printed materials), komputer, dan instruktur. Dalam proses pembelajaran media sering kali di artikan sebagai alat elektronik yang berfungsi untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi. Contoh media tersebut bisa dipertimbangkan sebagai media pembelajaran jika memebawa pesan-pesan (messages) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Jadi dapat diartikan secara umum bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses pembelajaran.

Pendapat lain dikemukakan oleh Anita dalam Sufanti (2016:53) bahwa media merupakan sesuatu yang terletak di tengah, jadi sebagai suatu perantara. Kata "media" berasal dari bahasa latin "medium" yang memiliki perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan Fathurrohman (2009:65). Hamidjojo dalam Setyosari (2005:16) menyatakan bahwa media ialah seluruh bentuk perantara yang dipakai oleh seorang penyebar ide, sehingga gagasan tersebut tersampaikan kepada penerima. Sedangkan, Blacks dalam Setyosari (2005:17) berpendapat bahwa media adalah saluran komunikasi atau media yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan, dimana medium itu adalah jalan atau alat yang berisi pesan berjalan antara komunikator dan komunikan.

Gagne 1970 dalam Sadiman (2002:6) menyatakan bahwa media adalah segala jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (1970) memiliki pendapat bahwa media adalah semua alat fisik yang menampilkan pesan serta merangsang siswa untuk belajar, buku, film, kaset, film bingkai adalah contohnya. Berdasarkan beberapa pendapat itu dapat disampaikan, secara harfiah bahwa media merupakan sesuatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan.

Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat ditarik kesimpulan media merupakan suatu alat, perantara yang memiliki fungsi sebagai suatu perantara atau penghubung dari pengirim pesan ke penerima pesan yang berupa suatu ide, gagasan ataupun lainya.

Sedangkan media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk berinteraksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Media pembelajaran meliputi alat yang digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran dan merupakan komponen sumber belajar yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang memotivasi siswa untuk belajar. Media pembelajaran memiliki posisi yang strategis sebagai perantara dalam proses interaksi antara siswa dengan guru. Kedudukan media pembelajaran sebagai mediator yang digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan.

            Media pembelajaran memiliki beberapa fungsi yaitu:

(1) Media pembelajaran sebagai sumber belajar,

(2) fungsi semantik,

(3) fungsi menipulatif,

(4) fungsi psikologis,

(5) fungsi sosio-kultural

Sri Anitah dalam Sufanti (2016:59), mengklasifikasikan media pembelajaran menjadi 3 yaitu: (1) media visual, (2) media audio, dan (3) media audiovisual. Selain itu menurut Sadiman (2002:27), membedakan media pembelajaran menjadi (1) media grafis, (2) media audio, dan (3) media proyeksi diam.

Menurut Sufanti (2016:61), media visual yang tidak diproyeksikan terbagi menjadi beberapa jenis yaitu gambar diam, ilustrasi, karikatur, poster, bagan, grafik, peta, realia, dan papan. Media pop up book sendiri termasuk ke dalam media visual tidak diproyeksikan yakni jenis media realia atau model yakni media 3D yang dapat mewakili benda yang sebenarnya.

 

3.      Pop Up Book

Pop Up Book merupakan salah satu media yang memiliki unsur tiga dimensi. Pop Up Book mempunyai kemampuan untuk memperkuat kesan yang ingin di sampaikan dalam suatu materi sehingga membuat materi lebih mudah diingat dan dipelajari. Sedangkan menurut Dzuanda (2011:1) Pop Up Book adalah sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur 2 dimensi dan 3 dimensi serta memberikan visualisasi cerita yang menarik, mulai dari tampilan gambar yang dapat bergerak ketika halamannya dibuka. Pemilihan media Pop Up Book ini selain sesuai dengan potensi visual anak juga dipandang praktis karena mudah dimainkan, menarik, dan praktis. Dengan tampilan dua dimensi yang dapat menambah semangat belajar peserta didik serta dapat menggunakan media secara mandiri maupun berkelompok.

Pop up book juga merupakan jenis buku yang di dalamnya terdapat lipatan gambar yang dipotong dan muncul membentuk gambar tiga dimensi ketika halamannya dibuka. Pop up book dikenal juga dengan teknik rekayasa kertas atau paper crafting, salah satu turunan keilmuan dari paper engineering, pop up book dan teknik origami memiliki kesamaan yakni menggunakan teknik melipat perbedaannya origami tidak perlu mengunakan gunting dan lem, kalau pop up book memerlukan lem, gunting, kain, dan kertas karton tebal. Pop up book mengandung unsur hiburan melalui gambar ilustrasinya yang bisa dibentuk, begerak, dan menimbulkan efek timbul pada halaman kertasnya saat dibuka.

Tampilan pop up book sangatlah menarik karena memiliki unsur tiga dimensi dan gerak kinetik. Objek-objek yang yang terbentuk dalam pop up book dapat menyerupai bentu asli suaru benda yang akan ditampilkan sehingga dapat membantu anak dalam mengimajinasikan suatu objek menjadi sebuah ide dan gagasan kemudian dapat menjadi sebuah cerita yang dapat diceritakan oleh anak.

            Menurut Dzuanda (2011:5-6) Pop up book memiliki beberapa manfaat  diantaranya yaitu :

1)      Mengajarkan anak untuk menghargai buku dan merawatnya dengan baik.

2)      Mendekatkan anak dengan orang tua karena Pop Up Book memberi kesempatan orang tua mendampingi anak saat menggunakannya.

3)      Mengembangkan kreativitas anak

4)      Merangsang imajinasi anak

5)      Menambah pengetahuan serta memberi pengenalan bentuk pada benda

6)      Dapat digunakan sebagai media untuk menumbuhkan minat baca pada anak.

            Pop up Book sebagai media pembelajaran memiliki beberapa kekurangan dan kelebihan diantaranya sebagai berikut :

1)      Kelebihan

            Muedjiono dalam Daryanto (2010: 29) mengungkapkan bahwa ada berapa kelebihan antara lain:

a)      Memberikan pengalaman secara langsung.

b)      Penyajian secara konkret dan menghindari verbalisme.

c)      Dapat menunjukkan objek secara utuh baik konstruksi maupun cara kerjanya.

d)      Dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas.

e)      Dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas.

Kelebihan yang dimiliki oleh media tiga dimensi tentunya dimiliki oleh Pop UpBook. Selain kelebihan yang telah disebutkan di atas, Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipta (2013: 50) menambahkan bahwa Pop Up Book lebih menekankan kepada isi pesan dari gambaran visual atau tokoh dan lebih hidup.

 

2)      Kelemahan

3 Dimensi adalah tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar, penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatannya rumit. Namun kekurangan tersebut dapat diatasi dengan membuat Pop Up Book dalam ukuran yang besar sehingga dapat diamati oleh siswa di kelas. Untuk perawatannya yang rumit, Pop Up Book dapat dibuatmodel tertutup sehingga tidak mudah kotor.

 

4.      Bahasa Indonesia

            Heni Subandiyah (2017) mengemukakan bahwa Pengajaran bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, memiliki dua peran penting dalam kurikulum yaitu:

1)      Meningkatkan penguasaan berbahasa, dan

2)      Membentuk kompetensi literasi.

Yang pertama, melalui pembelajaran dapat ditingkatkan kemampuan siswa dalam menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Yang kedua, meningkatkan penguasaan keterampilan membaca dan menulis (tanpa menafikan keterampilan menyimak dan berbicara). Kompetensi membaca dan menulis yang diperoleh siswa dari belajar bahasa Indonesia selain berguna dalam lingkup pelajaran bahasa juga dibutuhkan untuk menguasai bermacam informasi yang terdapat dalam mata pelajaran lain

Penguasaan atau kemampuan literasi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pada saat ini sudah banyak sekolah yang berusaha untuk meningkatkan kemampuan literasi para peserta didiknya.  Secara umum, upaya yang dilakukan adalah mengadakan pembiasaan atau lebih dikenal dengan istilah pembudayaan literasi. Salah satunya dengan menggunakan media seperti media pop up book untuk meningkatkan kemampuan literasi peserta didik dalam hal bercerita agar kemampuan literasi peserta didik dapat meningkat.

 

B.     Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan hasil penelusuran yang peneliti lakukan terdapat beberapa judul penelitian yang mengkaji tentang media pop up book. Berikut penelitian-penelitian yang mengkaji pengembangan media 3 dimensi pop up book yaitu:

1.      Agustania Haryanti, 2017 Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan desain penelitian quasi experimental design dengan bentuk non equivalent control group design. Populasi penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Gugus Diponegoro. Sampel penelitian kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing sebayak 33 siswa, diambil dengan cluster random sampling. Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Instrumen penelitian yaitu lembar observasi dan soal tes. Teknik analisis data meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji perbedaan rata-rata, dan uji hipotesis. Hasil observasi penggunaan media menunjukkan rata-rata skor akhir ketercapaian kelas eksperimen 94,79%, lebih tinggi dari pada kelas kontrol 79,17%. Hasil penelitian menunjukkan data kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan homogen. Harga thitung lebih besar dari pada harga ttabel (7,139 > 1,997) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05, berarti Ha diterima yaitu ada perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Besar peningkatan pada kelas eksperimen terlihat dari rata- rata gain ternormalisasi yaitu 0,668 (kategori sedang). Ketercapaian penggunaan media kelas eksperimen yang lebih tinggi dan peningkatan hasil belajar IPS kelas eksperimen disebabkan adanya pengaruh penggunaan media pop up

book pada model cooperative learning.

 

2.      Handaruni Dewanti, 2018,Media pembelajaran adalah sarana untuk memberikan perangsang bagi anak supaya proses belaja rmengajar terjadi (Sumanto & Seken, 2012:5). Rangsangan yang dimaksud ini adalah perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Fungsi dari penggunaan media pembelajaran menurut Fathurrohman & Sutikno (2009:67) antara lain, menarik perhatian siswa, membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran, memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis (dalam bentuk kata- kata tertulis atau lisan), mengatasi keterbatasan ruang, pembelajaran lebih komunikatif dan produktif, pembelajaran lebih komunikatif dan produktif, waktu pembelajaran bisa dikondisikan, dan menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar. Dengan demikian, penggunaan media sangatlah penting dalam suatu pembelajaran. Melalui penggunaan media yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan, pembelajaran akan mudah tercapai. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan media pop-up book untuk pembelajaran Lingkungan Tempat Tinggalku kelas IV di SDN 1 Pakunden Kabupaten Ponorogo yang valid. Penelitian pengembangan ini menggunakan model prosedural yang dikembangkan oleh Dick & Carey yang terdiri atas 10 langkah, yaitu analisis kebutuhan dan tujuan, analisis pembelajaran, analisis pembelajar dan konteks, merumuskan tujuan performansi, mengembangkan instrumen, mengembangkan strategi pembelajaran, mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran, merancang dan melakukan evaluasi formatif, melakukan revisi, evaluasi sumatif (Setyosari, 2013:230). Kajian produk berdasarkan hasil validasi media kepada validator, diperoleh presentase 95.71% dari validasi ahli media, 94.93% dari ahli materi, 95.17% dari ahli pengguna (guru), dan 95% dari uji coba pengguna (siswa). Hasil validasi secara keseluruhan yaitu 95.20% dengan kriteria "Sangat Valid", maka media ini sangat layak untuk digunakan dalam pembelajaran Tematik pada subtema Lingkungan Tempat Tinggalku.

 

C.     Hipotesis Tindakan

Berdasarkan beberapa teori pendukung dan hasil penelitian sebelumnya maka hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah Media Pop Up Book dapat Meningkatkan Kemampuan Bercerita Peserta Didik dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SD Kelas  V SD Negeri 01 Penengahan.

 

No comments:

Post a Comment

TINDAK TUTUR LOKUSI DALAM FILM 'TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK' DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA

  TINDAK TUTUR LOKUSI DALAM FILM 'TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK' DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA   BAB I PEND...