Thursday, December 14, 2023

UPAYA MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PESERTA DIDIK MELALUI TEKNIK PERMAINAN MENYUSUN KATA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS III SD (PROPOSAL SKRIPSI)

UPAYA MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PESERTA DIDIK MELALUI TEKNIK PERMAINAN MENYUSUN KATA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS III SD

 

BAB II
LANDASAN PUSTAKA

 

A.     Kajian Pustaka

1. Pengertian membaca

Membaca yaitu suatu aktivitas maupun cara kognitif yang mencoba demi mendapatkan beragam penjelasan. Keadaan ini bermaksud membaca yaitu cara bekerja demi mengetahui kandungan teks yang dibaca. Untuk alasan itu, membaca tidak semata sekedar memandang gabungan huruf yang menebak membentuk kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan wacana saja.

Membaca adalah proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan dan makna kata-kata secara individual.

Menurut Spodek dan Saracho menyatakan bahwa membaca merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak. Ada dua cara yang ditempuh pembaca dalam memperoleh makna dari barang cetak yaitu langsung dan tidak langsung. Langsung yaitu menghubungkan dari tulisan dengan maknanya. Sedangkan tidak langsung berarti pembaca mengidentifikasi bunyi dalam kata dan menghubungkan dengan maknanya.

Setiap peserta didik dilahirkan akan menjelma jenius, akan tetapi sehabis mengatur hadir bersekolah sekedar sepihak sempit berawal mengatur yang memperoleh sebutan jenius. Keadaan ini disebabkan aset terbaik pada pendidikan dalam negara ini yaitu peserta didik perlu mampu membaca, menulis dan berhitung, sedangkan kemajuan tiga bagian ini jarak satu peserta didik beserta yang lain berbeda-beda. Ada peserta didik yang berkembang lewat terampil kepandaian berkata dengan kesenangan membacanya ada pula yang lemah. Seluruh itu dipicu akibat sebagian aspek.

Ada beberapa aspek yang terlibat dalam proses membaca, yakni 1) aspek sensori yaitu, kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis 2) aspek perseptual yaitu, kemampuan untuk menginterpretasikan apa yang dilihat sebagai simbol 3) aspek skemata yaitu, kemampuan menghubungkan informasi tertulis dengan struktur pengetahuan yang telah ada 4) aspek berpikir yaitu, kemampuan membuat jawaban materi yang telah dibaca 5) aspek efektif yaitu, yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengaruh terhadap kegiatan membaca.

Tiga istilah sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari proses membaca, yaitu Recording, Decoding, dan Meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan, sedangkan proses decoding (penyediaan) merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata. Proses recording dan decoding biasanya berlangsung pada kelas-kelas awal, yaitu SD kelas I, II, dan III.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan sebuah proses yang melibatkan kemampuan visual dan kemampuan kognitif. Kedua kemampuan ini diperlukan untuk memberikan lambang-lambang huruf agar dapat dipahami dan menjadi bermakna bagi pembaca. Membaca merupakan suatu proses yang dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca dan mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna.

 

2. Tujuan membaca

Pada dasarnya, tujuan pembelajaran membaca dibagi atas dua tujuan utama, yaitu: tujuan behavioral dan tujuan ekspresif. Tujuan behavioral disebut dengan tujuan tertutup ataupun tujuan instruksional, sedangkan tujuan ekspresif disebut dengan tujuan terbuka. Tujuan behavioral diarahkan pada kegiatan-kegiatan membaca.

Pada pendidikan membaca, belajar membaca mesti sama melalui

keinginan yang mau diraih. Maka dari itu , harapan membaca berbentuk:

a)      Mengetahui menurut spesifik beserta lengkap inti bacaan

b)      Mengetahui ide pokok/gagasan utama

c)      Menemukan petunjuk berkenaan objek

d)      Menandai maksud kata-kata rumit

e)      Hendak memahami keadaan yang berlangsung dalam semua kalangan

f)        Hendak memahami keadaan bermakna yang pada masyarakat sekitar

g)      Hendak memperoleh kenikmatan dari karya fiksi

h)      Hendak memperoleh informasi tentang lowongan kerja

i)        Hendak mencari merek barang yang cocok untuk di beli

j)        Hendak menilai kebenaran gagasan pengarang/penulis

k)      Hendak mendapatkan alat tertentu

l)        Hendak mendapatkan keterangan tentang pendapat seseorang (ahli) atau keterangan tentang definisi suatu istilah

Dalam kegiatan membaca di kelas, pendidik seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus, tujuannya mencakup:

a)      Kegemaran

b)      Menyempurnakan membaca keras

c)      Menerapkan langkah

d)      Memperbaharui pengetahuan-nya terhadap suatu topik

e)      Melibatkan penjelasan modern pada penjelasan yang telah diketahui

f)        Mendapat penjelasan bagi berita lisan atau tertulis

g)      Menampilkan suatu eksperimen maupun mengaplikasikan informasi

h)      Menampakkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang teks

i)        Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik

Dapat kita simpulkan bahwa tujuan membaca akan mempengaruhi tujuan seorang dalam membaca maka semakin tinggi pula kemampuan orang itu dalam memahami bacaannya. Oleh karena itu, pembelajaran membaca perlu di fokuskan pada pemahaman membaca isi bacaan. Dengan demikian, peserta didik diharapkan terampil dalam membaca, dengan ini pendidik membuat inovasi baru dengan cara meningkatkan kemampuan membaca peserta didik melalui teknik permainan menyusun kata, dengan ini diharapkan agar peserta didik lebih terampil lagi dalam belajar.

Maka dari itu pendidik harus sangat terampil dalam memotivasi peserta didik supaya peserta didik lebih semangat lagi dalam belajar, terutama belajar membaca, di mana membaca sangat penting bagi peserta didik. apalagi di kelas rendah, karena dengan kita dengan meningkatkan kemampuan membaca membuat suasana belajar menjadi tidak bosan, dan peserta didik dapat lebih semangat lagi. Apalagi dengan cara permainan dapat membuat peserta didik senang dan ingin belajar terus, yang tadinya peserta didik malas menjadi semangat dan rajin.

 

3. Langkah-langkah pembelajaran membaca

Peserta didik belajar hendak mencapai keterampilan serta mengusai teknik-teknik membaca serta mengetahui isi bacaan dengan baik memerlukan

 

tahap-tahap dalam pembelajaran membaca di antaranya:

a.       Membaca permulaan atau membaca mekanik

Peserta didik yang akan belajar membaca terlebih dahulu memasuki tahap membaca seperti keterampilan yang melandasi keterampilan seterusnya bahwa keterampilan membaca benar-benar membutuhkan tatapan pendidik, karena apabila aturan bukan tahan, pada tahap membaca lanjut anak akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai.

Membaca permulaan mencakup:

1) Pengenalan bentuk huruf

2) Pengenalan unsur-unsur interinsik

3) Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi

 

4) Kecepatan membaca bertaraf lambat

Pada tahap ini membaca permulaan, anak diperkenalkan dengan bentuk huruf abjad dari A/a sampai dengan Z/z setelah anak diperkenalkan dengan bentuk huruf abjad dan melafalkannya, anak juga dapat diperkenalkan cara membaca suku kata, kata dan kalimat.

Kemudian anak pun harus dilatih membaca kalimat kompleks atau kalimat majemuk. Bahkan pada kelas dua sekolah dasar perlu dilatih membaca wacana pendek. Dalam membaca permulaan atau mekanik anak perlu dilatih membaca dengan pelafalan yang benar dan intonasi yang tepat. Membaca permulaan diberikan dikelas rendah sekolah dasar yaitu kelas 1 sampai dengan kelas 3.

 

B. Kemampuan Membaca

1. Pengertian kemampuan membaca

Kemampuan membaca berasal dari kata “mampu” yang artinya “bisa, sanggup”. Menurut Najib Khalid al-Amir kemampuan adalah” objek yang sungguh-sungguh tercapai dilakukan dengan seseorang. Lenner mengemukakan pendapatnya. Kemampuan membaca yaitu patokan bagi mengontrol bermacam-macam kelompok belajar. Apabila peserta didik dengan umur sekolah permulaan tidak cepat mempunyai kemampuan membaca, kemudian dia hendak menghadapi jumlah masalah saat menyimak beragam bidang studi dengan kelas-kelas berikutnya. Sebab akibat itu, peserta didik perlu belajar membaca supaya dia tercapai membaca sebagai belajar.

Menurut Burns, dkk kemampuan membaca sesuatu yang harus ada dalam masyarakat terpelajar. Namun, anak-anak yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk belajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus-menerus, dan anak-anak yang melihat tingginya nilai membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat lagi belajar, dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan belajar membaca. Terdapat aspek berbeda bagi peserta didik saat membaca tidak memperhatikan tanda baca dan intonasi, sehingga memangkas hikmah pada bacaan tersebut. Maka dibutuhkan upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran mengingat motivasi dan prestasi peserta didik merupakan suatu hal yang penting dilakukan oleh seorang pendidik. Salah satu cara yang bisa dilakukan pendidik adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang variatif seperti model cooperative Learning dengan teknik permainan menyusun kata.

 

 

 

2. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca

Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, baik membaca permulaan maupun membaca lanjut. Faktor –faktor yang mempengaruhi membaca permulaan maupun lanjut menurut Lamb dan Arnold ialah faktor fisiologis,

intelektual, lingkungan, dan psikologis.

a)      Faktor Fisiologi

Faktor ini mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar. Khususnya belajar membaca. Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbatasan dan kekurangan matangan secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka.

b)      Faktor Intelektual

Sebuah aktivitas bekerja yang terjadi sejak kesadaran yang melekat perihal keadaan yang diberikan dan meresponsnya sebagai benar. Melekat bersama pernyataan Heins diatas, Wechster mengutarakan maka intelegensi yaitu kemampuan garis besar individu bagi bekerja sebanding atas harapan, berpikir rasional, dan berbuat secara efektif terhadap lingkungan. Secara umum, intelegensi anak tidak sepenuhnya mempengaruhi berhasil atau tidaknya anak dalam membaca permulaan. Faktor mengajar metode pendidik juga turut mempengaruhi kemampuan membaca anak

c)      Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan juga berpengaruh kemajuan kemampuan membaca peserta didik. faktor lingkungan itu mencakup 1) latar belakang dan pengalaman peserta didik di rumah 2) sosial ekonomi keluarga peserta didik:

1.      Latar belakang dan pengalaman peserta didik di rumah bisa membangun individu, perbuatan, angka, serta keterampilan bahasa peserta didik. Keadaan kediaman mempengaruhi individu penyesuaian awak peserta didik pada masyarakat. Keadaan itu gilirannya bisa membentuk peserta didik , serta bisa serta melarang anak belajar membaca. Peserta didik yang tinggal di dalam kediaman jenjang yang seimbang, rumah yang penuh kasih sayang, yang orang tuanya mengerti anak-anaknya hendak memberikan dengan memikirkan rasa harga diri yang tinggi.

2.      Aspek kemasyarakatan ekonomi, ada kecenderungan orang tua bagian sedang ke atas menganggap maka anak-anak memprediksi siap lebih awal saat membaca permulaan. Tetapi jalan orang tua seharusnya tidak berhenti sekedar cukup saat membaca permulaan saja. Orang tua mesti meneruskan aktivitas membaca peserta didik dengan terus-menerus.

d)      Bagian intelektual

Bagian ini yang dapat mempengaruhi kecepatan belajar peserta didik yaitu bagian intelektual. Bagian ini meliputi 1) dorongan, 2) keinginan, 3) kedewasaan baik, perasaan, dengan penyesuaian sendiri.

 

C. Teknik Permainan Menyusun Kata

1. Teknik

Teknik mengandung pengertian berbagai cara dan alat yang digunakan pendidik dalam kelas. Dengan demikian, teknik adalah daya upaya, usaha, cara yang digunakan pendidik dalam mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan pengajaran. Teknik ini merupakan kelanjutan dari metode sedangkan arahnya harus sesuai dengan pendekatan. Teknik pembelajaran adalah cara yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu teknik tertentu.

Kegiatan membaca teknik bertujuan mengutarakan lambang-lambang tulisan atas lafal yang baik dan intonasi yang wajar. Pengajaran membaca teknik memusatkan perhatiannya pada pembinaan-pembinaan kemampuan siswa menguasai teknik-teknik membaca yang dipandang sesuai. Teknik pengajaran membaca ini sering kali berimpit dengan pengajaran membaca.

Bisa disimpulkan menurut pendapat ahli di atas, bahwa teknik yaitu media yang digunakan pendidik ketika prosedur pendidikan supaya bertujuan pendidikan bisa berhasil bersama dan baik.

2. Teknik Permainan

Teknik permainan dalam pembelajaran sesuai dengan salah satu karakteristik anak usia Sekolah Dasar. Menurut Dayan menyatakan bahwa paling tidak ada empat karakter atau sifat menonjol dari usia Sekolah Dasar yang setidaknya dipahami. Karakter peserta didik yang pertama adalah senang bermain, karakter ini mengharuskan pendidik demi menerapkan aktivitas pendidikan yang berisi permainan terutama pada tingkat ringan, di samping terlukis luar biasa, tidak merasa melalui aktivitas itu jelas terdapat setitik bidang yang diserapnya.

Menurut Piaget permainan merupakan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan. Freeman mengemukakan bermain sebagai aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional. Menurut Insenberg dan Jalongo dengan bermain sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak mampu mengembangkan pemikiran yang fleksibel.

Karakter yang kedua bahwa peserta didik senang merasakan dan melakukan sesuatu secara langsung. Ditinjau dari segi kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Artinya, dari segala sesuatu yang dipelajari di sekolah, mereka belajar menghubungkan konsep baru dengan konsep lama yang sudah mengatur terima. Bersumber pengalaman ini, peserta didik mengarahkan konsep berkenaan angka-angka, fungsi badan, dan sebagainya.

Karakter yang ketiga, peserta didik SD menjurus bertambah mudah beranjak. Bahwa tidak mesti bertanya-tanya apabila memandang peserta didik SD yang setiap istirahat selalu kejar-kejaran, saat terik yang panas meskipun. Karakter yang keempat peserta didik SD peserta didik gembira bergerak saat berkelompok. Berawal bermain bersama grup seumur, peserta didik berlatih aspek-aspek bermanfaat ketika tahap sosialisasi. Peserta didik sejak berlatih bekerja setara dengan menanamkan rasa tanggung jawabnya kepada orang lain. Dalam sinilah pentingnya pendidik membangun grup berlatih, grup kelompok kegiatan harian, grup berlatih, dan sebagainya.

 

Selain bermanfaat untuk pendidik permainan dengan berlatih pula berfungsi untuk peserta didik. Ditemukan lima fungsi untuk peserta didik. yang pertama, peserta didik bakal bertambah lancar mengerti bahan ilmu yang sedang dipelajari. Yang kedua, membuang melalui jenuh pada ruangan. Yang ketiga, mendukung peserta didik menghafal bahan bertambah lancar. Yang keempat, peserta didik memerankan lebih antusias. Yang kelima, memupuk kekompakan dengan kejujuran pada kelompok beberapa peserta didik.

 

3. Menyusun kata

Menurut Suyatno mengemukakan bahwa permainan menyusun kata adanya seperangkat peraturan yang eksplisit yang harus diperhatikan oleh para pemain dan adanya tujuan yang harus dicapai dan tugas yang dikerjakan, permainan menyusun kata bersifat individu dan kelompok. Permainan menyusun kata adalah permainan yang digunakan istimewa bagi kemampuan membaca. Penerapannya yakni pendidik melafalkan perkataan, peserta didik harus menyusun kata-kata menjadi kalimat yang sesuai kalimat yang dibaca oleh pendidik. Dan permainan menyusun yang memakai suatu referensi pada pendidikan membaca.

a. Langkah-langkah permainan menyusun kata

1.      Pendidik menyediakan papan styrofoam bersama paku-paku kecil akan di tempelkan

2.      Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok

3.      Pendidik memberikan kertas kata pada tiap-tiap kelompok mendapatkan beberapa kertas kata

4.      Pendidik memberikan waktu untuk berdiskusi

5.      Pendidik membacakan satu persatu kalimat

6.      Tiap-tiap kelompok berlomba-lomba akan menyusun kata dengan papan styrofoam sampai menjadikan kalimat yang cocok pada kalimat saat dilafalkan oleh pendidik

7.      Kelompok yang paling cepat dan paling benar dalam menyusun kata menjadi pemenangnya

8.       Setiap anggota kelompok wajib maju ke depan untuk diberi tanggung jawab akan melafalkan bacaan yang tampak pada papan styrofoam.

 

b.      Kelebihan dan kekurangan menyusun kata

Kelebihan

1.      Membuat peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran.

2.      Membuat peserta didik lebih kreatif dalam belajar dan berpikir.

3.      Menumbuhkan rasa solidaritas diantara anggota kelompoknya.

4.      Materi yang diberikan menjadi mengesankan dan selalu diingat peserta didik.

5.      Mendorong peserta didik lebih kompetitif dan semangat untuk lebih maju.

 Kekurangan

1.      Teknik pembelajaran ini sulit dalam hal perencanaan karena belum terbiasa dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar.

2.      Memerlukan waktu yang panjang dalam permainan, sehingga pendidik susah menyesuaikan waktu yang sudah ditetapkan.

3.      Akibat menerapkan teknik permainan, pembelajaran ini ada kalanya menyebabkan keributan yang dapat mengganggu kelas di sebelahnya.

 

4. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah Dasar

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar agar peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Adapun tujuan khusus pengajaran bahasa Indonesia, antara lain agar peserta didik memiliki kegemaran membaca, meningkatkan karya sastra.

Pengajaran bahasa Indonesia juga dimaksudkan untuk melatih

keterampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis yang masing-masing erat hubungannya. Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan

untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia baik secara lisan dan tertulis.

B.     Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang menerapkan teknik penyusunan kata telah dilaksanakan oleh peneliti terdahulu,

dengan penelitian yang akan saya lakukan antara lain:

1.      Sriyati ( 2018) dengan judul “ Penerapan Teknik Penyusunan Kata untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa Kelas 1 SDN 1 Ngilen Tahun Pelajaran 2013/2014” Teknik ini merupakan salah satu bentuk pengembangan aktivitas berpikir melalui diskusi atau kerja kelompok. Subyek penelitian adalah siswa kelas 1 SDN 1 Ngilen dengan jumlah siswa 21 anak. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif kompratif. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa melalui teknik permainan menyusun kata dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas 1 SDN 1 Ngilen. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan angka persentase ketuntasan belajar siswa. Pada kondisi awal dari 21 siswa kelas 1 yang tuntas belajar adalah 9 siswa (42,86%) dengan rata-rata nilai ulangan harian 61,43. Pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas belajar 13 siswa (61,90%) dengan rata-rata nilai ulangan harian 68,57. Pada siklus II jumlah siswa yang tuntas belajar kembali meningkat menjadi 17 siswa (80,95%) dan rata-rata nilai ulangan harian adalah 76,67

2.      Zainidar (2021) dengan judul “ Peningkatan Kemampuan Membaca Siswa Kelas 1 dengan Menggunakan Permainan kartu huruf bergambar pada pelajaran Bahasa Indonesia di MIN Kota Jambi”. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas menggunakan metode pre eksperiment dengan desain penelitian one group pre test-post test design. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 1 MIN Kota Jambi subjek yang diteliti adalah siswa kelas 1 MIN Kota Jambi, jumlah siswa dengan komposisi 13 orang siswa laki-laki, 21 orang siswa perempuan dengan demikian subjek penelitian 34 orang siswa. Hasil analisis data hasil Penerapan pendekatan belajar menggunakan permainan kartu huruf pada siswa kelas I MIN Kota Jambi. semester Ganjil pada tahun pelajaran 2020/2021 dengan adanya perbaikan yang terus dilakukan pada setiap siklusnya dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Rata-rata nilai siswa senantiasa mengalami peningkatan setiap siklusnya, yaitu dari 50, 00% pada siklus I, naik menjadi 70, 60% pada siklus II dan pada siklus III menjadi 88, 23%

Berdasarkan penelitian yang terdahulu sudah dapat meningkatkan kemampuan membaca peserta didik, dan saya akan melakukan penelitian di SDN 13 Gedong Tataan dengan judul "Meningkatkan Kemampuan Membaca Peserta Didik Melalui Teknik Permainan Menyusun Kata Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Dikelas III SDN 13 Gedong Tataan"

 

C.     Hipotesis Tindakan

Berdasarkan beberapa teori pendukung dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah teknik permainan menyusun kata dapat meningkatkan kemampuan membaca peserta didik dalam pelajaran Bahasa Indonesia kelas III di SDN 13 Gedong Tataan.

 

No comments:

Post a Comment

TINDAK TUTUR LOKUSI DALAM FILM 'TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK' DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA

  TINDAK TUTUR LOKUSI DALAM FILM 'TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK' DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA   BAB I PEND...