Thursday, December 21, 2023

LAPORAN BACAAN BIMBINGAN & KONSELING KARIR, BK DI SEKOLAH MENENGAH, DIAGNOSIS &REMEDIAL KESULITAN BELAJAR, EVALUASI PENDIDIKAN

REFERENSI 1

 

Mata Kuliah: Bimbingan & Konseling karier

 

 

PENGEMBILAN KEPUTUSAN KARIR

Sri Murni, S.Pd., M.Pd.

 

A.     Pengertian Pengambilan Keputusan Karir

Pengambilan keputusan karir (career decision making) adalah suatu proses dinamis dan berkelanjutan dimana aspek pemahaman din (self knowledge) seperti minat karir abilitas kepribadian, nilai-nilai dan sikap dan aspek pemahaman karir (accupational knowledge) seperti ragam karir dan pendidikan karir sebagai aspek penting yang turut berperan Pengambilan keputusan karir yang baik dilakukan seseorang dengan menguji dan megenali potensi diri (self potency) mengidentifikasi, mengumpulkan dan menggunakan berbagai informasi karir vang relevan (identify gather and use relevant career information) serta memahami dan menggunakan suatu strategi efektif untuk mengubah informasi kedalam tindakan

 

Pengertian menurut para ahli

a)      Pengambilan keputusan karir merupakan aspek penting dalam pilihan karır dan perkembangan karir(miller dan A Miller, 2005)

b)      Pilihan karir sebagai suatu pristiwa yang menarik perhatian para akademis dan profesional (Ozbilgi Kusku dan Erdogmus, 2004)

c)      Sebagai momen atau pristiwa penting dalam kehidupan (Stoos dan Parris 1999)

d)      Adapun definisi perkembangan menurut american

Counseling Association (dalam Zunker, 2002) adalah "the total constellation of psychological sosiaological, educational, physical, economic, and change faktors that combine to influence the nature and significance of work in the total life span of any given individual" Jelas bahwa perkembangan karır merupakan keseluruhan dari faktor psikologis, sosiologis pendidikan, fisik ekonomi, dan faktor faktor perubahan yang berkombinası yang memengaruhi hakikat dan signifikasi kerja sepanjang rentang rentang kehidupan yang di alami individu.

 

Berdasarkan menurut para ahli mengenai pengertian pengambilan keputusan karir, dapat disimpulkan bahwa pengambilan keutusan karir adalah suatu pilihan yang harus dipilih atau diambil setiap siswa guna menunjang prestasi akademis, menciptakan moment dan menata masa depan yang lebih cerah

 

B. Tujuan Keputusan Karir

Sebagaimana yang telah di uraikan di atas. pengambilan keputusan karir adalah suatu proses dan berkelanjutan untuk membuat pilihan karir dari beberapa alternatif pilihan karir yang ada di masyarakat, berdasarkan hasil pemahaman diri (self knowledge) dan pemahaman karir (occupational knowledge) Pilihan karir merupakan momen atau pristiwa penting dalam kehidupan (STOSS dan Parris 1999) Setiap manusia pada dasarnya menginginkan kesejehteraan hidup Untuk mencapai keinginan itu,di butuhkan persiapan karir yang memadai di antaranya dalam hal pengambilan keputusan karir, sehingga karir yang dipilihnya merupakan keputusan tepat bagi dirinya Ketetapan pengambilan keputusan karir di dasarkan pada kesesuaian antara apa yang di miliki dan apa yang diingin kan (Sharf 2002)

 

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan tujuan pengambilan keputusan karir bagi siswa/konseli, adalah

1.      Untuk menentukan pilihan karir yang sesuai dengan potensi diri (minat, abilitas, karakteristik pribadi, nilai-nilai dan sikap karir siswa)

2.      Sebagai dasar dalam memilih jurusan atau program studi di jenjang pendidikan tinggi

3.      Mewujudkan pengembangan diri pada aspek akademik.asfek profesional, serta nili-nilai dan sikap yang mendukung pengembangan karir

4.      Untuk memperoleh kedudukan karir yang dapat menyejahterakan kehidupan

 

Berdasarkan uraian di atas dapat saya simpulkan bahwa pengambilan keputusan karir sangat diperlukan bagi sekolah guna mengembangkan aspek akademik dan untuk menyejahterakan kehidupan kelak.

 

C. Aspek-aspek Pengambilan Keputusan Karir

Dalam menentukan suatu karir, terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi remaja sehingga ia dapat menjatuhkan pilihan pada suatu karir. Menurut Parsons (dalam Winkel & Hastuti, 2006), ada tiga adpek yang harus terpenuhi dalam mebuat suatu keputusan karir, yaitu:

a.       Pengetahuan dan pemahaman diri sendiri, yaitu pengetahuan dan pemahaman akan bakat, minat, kepribadian, potensi, potensi akademik, ambisi, keterbatasan-keterbatasan, dan sumber- sumber yang dimiliki.

b.      Pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu pengetahuan akan syarat-syarat dan kondisi- kondisi yang dibutuhkan untuk sukses dalam suatu pekerjaan, keuntungan dan kerugian, kompensasi, kesempatan, dan prospek kerja di berbagai bidang dalam dunia kerja.

c.       Penalaran yang realistis akan hubungan pengetahuan dan pemahaman diri sendiri dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu kemampuan untuk membuat suatu penalaran realistis dalam merencanakan atau memilih bidang kerja dan/atau pendidikan lanjutan yang mempertimbangkan pengetauan dan pemahaman diri yang dimiliki dengan pengetahuan dan pemahaman duna kerja yang tersedia.

 

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Karir

Menurut Peter M. Blan (dalam Sukardi, 1987) faktor-faktor yang mempengaruhi individu dalam pembuatan keputusan karir adalah:

a.       Pengalaman sosial

b.      Keterlibatan orang lain

c.       Potensi-potensi yang dimiliki individu

d.      Dukungan orang tua

e.       Minat

f.        Pengetahuan tentang dunia kerja

g.       Pertimbangan pilihan karir

 

 

Menurut Winkel & Hastuti (2006), ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang individu dalam keputusan karir, antara lain:

1.      Nilai-nilai kehidupan, yaitu ideal-ideal yang diajar oleh seseorang dimana-mana dan kapan saja. Nilai- nilai ini menjadi pedoman dan pegangan dalam hidup dan sangat menentukan gaya hidup. Refleksi diri terhadap nilai-nilai kehidupan akan memperdalam pengetahuan dan pemahaman akan diri sendiri yang berpengaruh terhadap gaya hidup yang akan dikembangkan termasuk di dalamnya, jabatan yang direnacanakan untuk diraih.

2.      Keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang. Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu diperlukan berbagai persyaratan yang menyangkut ciri-ciri fisik.

3.      Masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya dimana orang muda dibesarkan. Lingkungan ini luas sekali berpengaruh besar terhadap pandangan dalam banyak hal yang dipegang teguh oleh setiap keluarga, yang pada gilirannya menanamkan pada anak-anak.

4.      Keadaan ekonomi negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan yang lambat atau cepat, stratifikasi masyarakat dalam golongan sosial dan ekonomi, serta diversifikasi masyarakt atas kelompok- kelompok yang terbuka atau tertutup bagi anggota dari kelompok lain.

5.      Posisi anak dalam keluarga. Anak yang memiliki saudara kandung yang lebih tua tentunta, akan meminta pendapat dan pandangan mengenai perencanaan karir sehingga mereka lebih berpandangan lebih luas dibanding anak yang tidak mempunyai saudara yang lebih tua.

 

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat saya simpulkan bahwa ada faktor beberaa yang mempengaruhi pemilihan keputusan karir siswa. Ada faktor inter dan dan ada juga faktor internal.

 

Faktor internal bisa datang dari dalam seperti dari orangtua, keluarga, minat. Selain faktor internal ada juga faktor eksternal yang mempengaruhinya yaitu lingkungan sekitar.

 

E. Menggunakan Pendekatan CASVE Dalam Pengambilan keputusan karir

Teori pemprosesan informasi kognitif menguraikan empat domain yang dilibatkan di dalam pilihan karır dan pemecahan masalah (self knowledge, knowledgeabout options, decision making, and excutive processing), juga merupakan lima tahapan umum dalam pendekatan yang berbasis pada komunikasi (communication), analisis (analysis), sintesis (synthesis), menilai (valuing), dan eksekusi (execution) yang di sebut CASVE di dalam domain pengambilan keputusan (decision making domain) Teori CIP berkaitan dengan fungsi bimbingan karir berbantuan komputer sebagai proses pemecahan masalah karir dan proses pengambilan keputusan karır (Sampson, Palmer dan Watts, 1999)

 

CASVE Sebagai pendekatan proses pengambilan keputusan karir mempunyai lima komponen yang saling berkaitan, yaitu

a.       Komunikasi (Communication)

b.      Analisis (Analysis)

c.       Sintesis (Synthesis)

d.      Menilai (voluing)

e.       Eksekusi (excution)

 


 

REFERENSI 2

 

Upaya Meningkatkan Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Melalui Layanan Bimbingan Kelompok

 

Pengertian Pengambilan Keputusan Karir

Menurut Tiederman dan O’Hara dalam Sharf (2005) menjelaskan bahwa “membuat keputusan karir adalah upaya untuk membantu individu menyadari semua factor yang melekat pada setiap individu dalam mengambil keputusan, sehingga mampu membuat pilihan yang tepat didasari oleh pengetahuan tentang diri dari informasi eksternal yang sesuai dengan kebutuhan. Keputusan karir merupakan proses pencapaian tujuan karir, yang ditandai oleh adanya: tujuan yag jelas setelah menyelesaikan pendidikan, cita-cita yang jelas terhadap pekerjaan, motivasi terhadap pendidikan, dan pekerjaan yang dicitacitakan, persepsi yang realistis terhadap diri maupun lingkungan, kemampuan pengelompokkan pekerjaan yang diminati, menghargai pekerjaan yang nilai-nilai dalam perilaku positif, kemandirian dalam proses pengambilan keputusan, kematangan dalam proses pengambilan keputusan dan menunjukkan cara-cara realistis dalam mencapai cita-cita pekerjaan.

 

Kesulitan Pengambilan Keputusan Karir

Siswa yang mengalami kesulitan dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain: Kurangnya motivasi, tidak memiliki keyakinan diri dan tidak tegas dalam mengambil sikap, Kurangnya informasi terkait pekerjaan, diri sendiri dan bantuan yang ada. Factor internal dan eksternal.

Siswa yang mengalami kesulitan Pengambilan Keputusan Karir, menurut Gati, Amir & Landman (2010) mengakibatkan siswa berperilaku:

a)      Tidak mau memproses pengambilan keputusan karir, lebih menggantungkan pada pilihan dan keingnan orang lain,

b)       Menghentikan proses pengambilan keputusan sebelum dicapai suatu keputusan. Dan menjalankan keputusan tersebut tidak dengan pemahaman dan pengertiannya,

c)      Keputusan yang diambil tidak bisa optimal. Karena keputusan yang diambil tidak didasari pada pengetahuan dan pemahaman yang matang, sehingga melakukannya hanya menjalankan saja tidak dengan pertimbangan dan perencanaan diri

 

Hambatan dalam melakukan Pengambilan Keputusan Karir

Menurut Gati & Amir (2010), adapun hambatan-hambatan yang membuat siswa mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan karir, adalah:

a)      LR (lack of readiness) kurangnya motivasi dan keyakinan dalam kesiapan siswa terlibat dalam proses pengambilan keputusan karir,

b)      LI (lack of information) kurangnya informasi karir (tentang diri sendiri, tahapan dalam proses dan sumber slternative untuk mendapatkan informasi tambahan),

c)       II (inconsistent information) informasi yang tidak konsisten (informasi yang tidak dapat diandalkan, adanya konflik internal dan eksternal).

 

Ketiga jenis kesulitan tersebut menghambat dari sebelum proses dan selama proses pengambilan keputusan karir. Faktor yang mempengaruhi Pengambilan Keputusan KarirAda beberapa factor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir, salah satu teori karir Krumboltz yang mengajarkan teori belajar social oleh Bandura. Krumboltz menganggap bahwa ada dua factor utama sebagai penentu dalam keputusan karir, yaitu factor pribadi dan lingkungan. Menurut Basori (2004) factor yang harus diperhatikan dalam proses pengambilan keputusan karir adalah, Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan kerja, syarat kerja , nilai kehidupan masyarakat dan kesempatan mendapatkan pekerjaan. Factor pribadi adalah tipe kepribadian, bakat dan kemampuan yang menonjol, minat terhadap suatu jabatan/ pekerjaan, nilai kehidupan pribadi dan hobi/ kesenangan.

 

Bimbingan Kelompok dengan teknik Diskusi

Menurut Nurihsan (2009) bahwa bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok membahas masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan social. Bimbingan kelompok kaitanya dengan pemahaman eksplorasi karir yaitu siswa dalam situasi kelompok memperoleh bantuan berupa kemudahan dalam menyelesaikan permasalahan terkait dengan kurangnya pemahaman eksplorasi karir pada siswa. Teknik diskusi adalah suatu cara membimbing lewat kelompok, dengan memberi kesempatan pda siswa untuk dapat mengutarakan pendapatnya, menyimpulkan mengenai suatu permasalahan atau menyusun berbagai alternative pemecahan pada suatu permasalahan yan dihadapi. Diskusi melibtkan semua anggota kelompok diikutsertkan secara aktif dalam mencapai kemungkinan pemecahan masalah secara bersama-sama mengutarakan maslahnya, mengutarakan ide-ide, mengautarakan saran saling menanggapi setiap peserta dalam rangke pemecahan masalah secara bersama-sama.

 

Menurut Romlah (2006) tujuan penggunaan diskusi kelompok antara lain:a) Menanamkan/ mengembangkan keterampilan dan keberanian untuk mengemukakan pendapat sendiri secara jelas dan terarah; (b) Mencari kebenaransecara jujur melalui pertimbangan-pertimbangan pendapat yang mungkin saja berbeda yang satu dengan yang lainnya; (c) Belajar menemukan kesepakatan pendapat melalui musyawarah karena masalahnya telah dimengerti dan bukankarena paksaan atau terpaksa menerima karena kalah dalam pemungutan suara;(d) Para siswa mendapat informasi yang berharga dari temantemannya dalamdiskusi kelompok dan pembimbing diskusi.

 

Terdapat empat tahapan yang harus dilaksanakan dalam diskusi kelompok, tahapan tersebut adalah:

1.      Tahap Pembentukan

2.      Tahap peraliha

3.      Tahap kegiatan

4.      Tahap pengakhiran.

 


 

REFERENSI 3

 

Pentingnya Perencanaan Karier Terhadap Pengambilan Keputusan Karier

 

Menurut Hartono (2018), pengambilan keputusan karier penting dilakukan karena mempunyai manfaat bagi siswa, yaitu: untuk menentukan pilihan karier sesuai dengan potensi diri, sebagai dasar dalam memilih jurusan atau program studi di perguruan tinggi, mewujudkan pengembangan diri pada aspek akademik, nilai dan sikap yang mendukung pengembangan karier, serta untuk memperoleh kedudukan karier yang sesuai bagi kehidupannya.

 

Pengambilan keputusan karier adalah suatu proses penentuan pilihan karier berdasarkan hasil analisis individu terhadap beberapa alternatif pilihan, pemahaman tentang diri, pemahaman karier dan membuat komitmen untuk setiap proses yang terjadi ke depan (Zamroni, 2016). Keputusan akhir pilihan karier adalah keputusan yang telah dipertimbangkan dengan matang, tanpa campur tangan orang lain dan telah dikomunikasikan dengan orang tuanya, sehingga hasilnya individu dapat melaksanakan dan mampu bertanggung jawab terhadap keputusan yang telah diambil (Ananda, 2017)

 

Pengambilan keputusan karir dapat ditingkatkan dengan perencanaan karir. Perencanaan karier adalah suatu proses seumur hidup yang mencakup persiapan diri, memilih pekerjaan, mendapatkan pekerjaan yang terus dikembangkan. Selama proses ini berlangsung di dalamnya terdapat inventarisasi nilai, minat, kepribadian, dan keterampilan yang dimulai dari diri sendiri sehingga individu dapat membuat suatu data daftar karier sesuai dengan apa yang diketahui tentang diri (Wakhinuddin, 2020).

 

Jadi bisa dikatakan perencanaan karier adalah pemrosesan dalam kehidupan, yang terjadi saat seseorang akan membuat perencanaan karier. Individu harus mulai melakukan penilaian terhadap diri mulai dari minat, bakat, kepribadian dan keterampilan sehingga indvidu dapat menghasilkan perencanaan yang tepat dan sesuai dengan keadaan diri. Perencanaan karier juga dapat timbul disebabkan dari individu yang memiliki kepercayaan diri dan prestasi belajar selama studinya (Komara, 2016).

 

Perencanaan karier mempunyai aspek penyusun yaitu pengetahuan dan pemahaman diri sendiri, pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, dan penalaran yang realistis akan hubungan pengetahuan dan pemahaman diri sendiri dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja (Sitompul, 2018). Aspek perencanaan karier ada tiga, yaitu pemahaman tentang diri individu, pemahaman tentang pekerjaan dan mempunyai penalaran yang sesuai dengan kenyataan yaitu, bagaimana keadaan diri yang sebenarnya dan pekerjaan yang mana yang akan dipilih harus memiliki korelasi.

 

 


 

REFERENSI 4

 

KESULITAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR PADA SISWA BERPRESTASI RENDAH

 

Pengambilan keputusan karir adalah proses tanpa jawaban sederhana yang akan terus berkembang. Secara khusus, keputusan karir telah menjadi lebih menantang. dengan peningkatan mobilitas karir dan munculnya pekerjaan baru pada era disruptif. Masing-masing individu tidak mengambil keputusan dengan cara yang sama, gaya atau strategi pengambilan keputusan mengacu pada pola perilaku, atau metodologi yang diikuti setiap individu agar keputusan mereka memiliki hasil terbaik (Argyropoulou & Kaliris, 2018).

 

Beberapa teori telah ditemukan dan dikembangkan guna kepentingan pengambilan keputusan karir yang tepat bagi remaja (Anghel & Gati, 2021; Kulcsár et al., 2020; Vertsberger & Gati, 2015). Teori tersebut dikembangkan dalam rangka untuk membangun konstrak pengukuran karir yang nantinya akan digunakan untuk menentukan intervensi yang tepat terkait permasalahan keputusan karir (Levin etal., 2020; Udayar et al., 2020).Membuat keputusan karir adalah salah satu tugas terpenting remaja dan dewasa. muda dan dapat memengaruhi status ekonomi dan sosial, gaya hidup, dan kesejahteraan individu (Anghel & Gati, 2021; FİDAN & NAS, 2021; Firdaus & Arjanggi, 2020; Kırdök & Harman, 2018).

 

Kesulitan pengambilan keputusan karir akan berpengaruh terhadap munculnya gangguan depresi, kecemasan, dan stress (Lent & Brown, 2020). toleransi terhadap ambiguitas adalah individu yang fleksibel dan individu yang fleksibel karena memiliki efikasi diri yang berarti bahwa individu tersebut mampu menyesuaikan perencanaan maupun arah pencapaian yang akan dituju dalam karir (Alexsander et al., 2020)

 

Hal ini dikarenakan dalam proses pengambilan keputusan melibatkan proses pemberian pertimbangan disamping mengumpulkan dan menyaring informasi yang diperlukan terkait karir yang dituju. Tujuan kegiatan asesmen ini adalah untuk menggali atau melakukan eksplorasi kebutuhan kegiatan pengabdian masyarakat pada tempat mitra yaitu pada sekolah swasta yang merupakan sekolah pilihan terakhir bagi calon siswa. Artikel ini akan menyediakan data terkait profile kesulitan pengambilan keputusan karir pada siswa sebagai tujuan umum. Tujuan khusus dari asesmen ini adalah untuk menyediakan Informasi yang berguna untuk penyusunan intervensi yang tepat bagi siswa keputusan karır terdiri darı dua bagian. Bagian pertama mengungkap persiapan pengambilan keputusan atau sebelum. proses keputusan akan dilakukan, aitem nomer 1 hingga nomer 13. Bagian kedua terdiri dari bagian selama pengambilan keputusan, aitem nomer 14 hingga nomer 43. Semua aitem menggunakan pilihan rating 1-5 dengan pilihan tidak sesuai sama sekali yang berarti pengalaman tersebut belum pernah dialami hingga pilihan sangat sesuai yang berarti pengalaman tersebut sering terjadi atau sering dilakukan pada partisipan.

 

Pengambilan keputusan karir merupakan proses panjang dan menantang pada setiap tahapnya (Kulcsár et al., 2020), hal ini akan menimbulkan permasalahan yang perlu dicarikan peluang untuk mengatasinya (Kulcsár et al., 2020). Hasil kegiatan asesmen ini menemukan bahwa sebagian besar siswa tidak siap menghadapi tantangan pengambilan keputusan karir. Temuan tersebut memiliki makna bahwa siswa mengalami kesulitan diawal proses keputusan karir.

 

Studi ini menyimpulkan bahwa siswa Sekolah Menengah Atas yang menjadi partisipan asesmen ini berada pada kondisi tidak siap dalam mengambil keputusan karir. Saat masuk pada tahap pengambilan keputusan dalam hal ini adalah pemilihan jurusan siswa juga. mengalami kesulitan dalam mengambil kesulitan. Temuan studi ini memberikan rekomendasi intervensi perlunya terhadap siswa dalam pengambilan keputusan

 

 


 

REFERENSI 5

Konsep Diri Akademik Dengan Pengambilan Keputusan Karier

Pada Siswa SMP

                                                                                                        

Mengenai pengambilan keputusan karir, Sukardi (1993:63) menyatakan bahwa pengambilan keputusan karir merupakan suatu proses dimana seseorang mengadakan suatu seleksi terhadap beberapa pilihan dalam rencana masa depan. Penjelasan lebih lanjut dikemukakan oleh Munandir (1996: 191), yang menyatakan bahwa keputusan karir yang dimaksud adalah keputusan yang diambil secara arif dan penuh telaah serta penuh pertimbangan. Pengambilan keputusan seperti ini mutlak dilakukan demi keberhasilan dalam hidupnya kelak dengan karir yang dipilihnya itu. Dalam pengambilan keputusan karir, siswa-siswa SMP berada pada tahap kritis (remaja akhir) antara dua pilihan yang sangat menentukan. Pertama, untuk memilih melanjutkan keperguruan tinggi atau berhubungan dengan dunia kerja. Kedua untuk mencapai kematangan dalam pemilihan karir untuk menghadapi kedua pilihan tersebut (Achmad Juntika Nurihsan & Akur Sudianto, 2005: 2). Para siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam menentukan pilihan karirnya memerlukan beberapa pertimbangan sebelum mengambil keputusan. Pengambilan keputusan karir yang ditandai dengan adanya penetapan pilihan karir adalah persoalan penting bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), karena akan menentukan arah karirnya pada masa yang akan datang.

 

Proses perkembangan karir siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) mengalami perubahan dalam pemilihan karir karena beralih dari fase tentatif yang berada pada tahap transisi menuju fase realistik serta dengan adanya masalah-masalah yang berasal dari dalam diri, luar diri, dan keduanya. Kondisi sosial, ekonomi, budaya yang mengalami perubahan kearah perkembangan minat, sikap, harapan dan kemampuan berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan karir yang merupakan bagian dari proses perkembangan karir dalam perencanaan hidup (life planning).

 

Bedasarkan uraian tersebut, kematangan memilih karir meliputi: (1) pemahaman dan kemampuan membuat rencana yang tepat, (2) sikap konsisten terhadap tanggung jawab, dan (3) kesadaran terhadap segala faktor internal yang harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan karir (Winkel, 1997). Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan proses perkembangan karir tersebut adalah tingkat kematangan pemahaman diri.Pemahaman diri merupakan perbuatan atau cara memahami dan menguasai pikiran serta perasaan diri. Dalam merencanakan karir, pemahaman diri merupakan suatu hal yang sangat penting. Dengan adanya pemahaman diri, maka seseorang akan lebih mampu merencanakan karir di masa depan. Pemahaman diri mendorong individu untuk mengetahui kelebihan, kekurangan dirinya, hambatan, dan cara mengatasi masalah. Pengembangan kreativitas dalam berkarir memerlukan pemahaman tentang nilai-nilai, minat, bakat, IQ, dan kepribadian, sehingga siswa akan memperoleh gambaran dan cenderung akan memberikan arah dalam kehidupan seseorang untuk merencanakan masa depan. Masa-masa SMP merupakan masa belajar yang: sangat penting bagi perkembangan individu seseorang menentukan karir. Yang dimaksud dengan belajar di sini tidak hanya mencakup keterampilan belajar praktis, melainkan juga memperoleh perspektif yang lebih luas tentang belajar di seluruh area pengembangan manusia.

 

Pemahaman diri merupakan perbuatan atau cara memahami dan menguasai pikiran serta perasaan diri. Dalam merencanakan karir, pemahaman diri merupakan suatu hal yang sangat penting. Dengan adanya pemahaman diri, maka seseorang akan lebih mampu merencanakan karir di masa depan. Pemahaman diri mendorong individu untuk mengetahui kelebihan, kekurangan dirinya, hambatan, dan cara mengatasi masalah. Pengembangan kreativitas dalam berkarir memerlukan pemahaman tentang nilai-nilai, minat, bakat, IQ, dan kepribadian, sehingga siswa akan memperoleh gambaran dan cenderung akan memberikan arah dalam kehidupan seseorang untuk merencanakan masa depan. Masa-masa SMP merupakan masa belajar yang sangat penting bagi perkembangan individu seseorang menentukan karir. Yang dimaksud dengan belajar di sini tidak hanya mencakup keterampilan belajar praktis, melainkan juga memperoleh perspektif yang lebih luas tentang belajar di seluruh area pengembangan manusia.

 

Bimbingan karir merupakan salah satu jenis bimbingan yang berusaha membantu siswa dalam memecahkan masalah karir (pekerjaan), untuk memperoleh penyesuaian diri yang sebaik-baiknya, kegiatan layanan yang diberikan kepada siswa dengan tujuan agar siswa memperoleh pemahaman diri, nilai, dunia kerja dan pada akhirnya mampu menentukan pada pilihan karir dan menyusun perencanaan kerja dengan baik dan berhasil (Utoyo, 2016: 2). Dengan mengetahui dirinya sendiri, kemampuannya dan arah kebutuhan- kebutuhannya, individu akan berada dalam posisi untuk mempertimbangkan alternatif-alternatif yang akan datang, dan mengerti tujuantujuan pendidikan, pekerjaan dan kehidupannya (Utoyo, 2016: 26). Dengan pemahaman yang baik terhadap potensi diri, sikap, nilai, serta kepribadian yang dicocokkan dengan keadaan lingkungan pekerjaan dan perencanaan karir yang tepat siswa dapat memilih karir berdasarkan kemampuan yang dimiliki melalui proses belajar. Untuk merencanakan kehidupan karir lebih baik, diperlukan suatu bimbingan yang memberikan bekal cukup kepada siswa. Dalam mengatasi dan mewujudkan hal tersebut diperlukan layanan berupa layanan bimbingan karir

 

Layanan bimbingan karir sangat diperlukan dalam usaha memberikan arahan dan petunjuk kepada siswa dalam menentukan karir di masa mendatang diperlukan strategi membantu mengembangkan karir siswa. Tanpa petunjuk dan arahan, siswa tidak akan mendapatkan gambaran tentang masa depannya yang disesuaikan dengan bakat, potensi dan kemampuan yang dimiliki, sehingga dengan adanya layanan bimbingan karir, diharapkan lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) siap kerja dan memiliki sikap kemandirian yang dapat diandalkan mampu untuk menghadapi persaingan era globalisasi dan tantangan masa depan karir.

 

 

 

Aspek-Aspek Pengambilan Keputusan Karir

Esensi dari sebuah pengambilan keputusan adalah proses penentuan pilihan (Sharf, 2016). Secara alami, manusia akan diperhadapkan kepada berbagai pilihan dan secara alami juga ia dilatih mengambil keputusan dari pilihan-pilihan hidup yang dialaminya. Oleh karena itu sesungguhnya manusia akan terus menerus menentukan pilihan hidup dari waktu ke waktu sampai akhir kehidupan. Proses inilah yang disebut dengan pengambilan keputusan (Sharf, 2016). Jadi, esensi dari sebuah pengambilan keputusan adalah proses penentuan pilhan. Hanya saja pada kenyataannya ada individu yang mampu dengan tepat mengambil keputusan ada juga yang tidak mampu.Berdasarkan uraian mengenai teori Sharf di atas, maka dapat dikatakan bahwa pengambilan keputusan karir adalah proses penentuan pilihan karir. Mengantisipasi sebuah pilihan merupakan proses mengarahkan individu pada suatu pilihan yang tepat. David V. Tiedeman (Sharf, 2016) mengemukakan bahwa keputusan untuk memilih

 

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan KarirAda banyak faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan k karir. Salah satu teori yang menjelaskan tentang faktor-faktor ini dikemukakan oleh Krumboltz Krumboltz berasal dari teori belajar, yaitu teori belajar sosial oleh Bandura. Krumboltz menganggap bahwa ada dua faktor utama sebagai penentu dalam keputusan karir, yaitu faktor pribadi dan lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan kerja, syarat kerja, dan sebagainya. Kepribadian dan tingkah laku orang itu, lebih merupakan hasil belajar daripada pembawaan (Munandir, 1996).

 

Ada empat faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir: yaitu faktor-faktor genetik, lingkungan, belajar, dan keterampilan menghadapi tugas atau masalah (Munandir, 1996:).

a.       Faktor geneticFaktor ini dibawa dari lahir berupa wujud dan keadaan fisik (wajah, jenis kelamin, ras, suku bangsa)

b.       kondisi lingkunganFaktor ini umumnya ada di luar kendali individu, tetapi pengaruhnya bisa direncanakan atau tidak bisa direncanakan.

c.        Faktor belajarKegiatan ini hampir dilakukan setiap waktu sejak masa bayi. Pengalaman belajar ini mempengaruhi tingkah laku dan keputusan orang, antara lain tingkah laku pilihan pekerjaan.d. Keterampilan menghadapi tugas atau masalahKeterampilan ini dicapai sebagai sebuah interaksi atau pengalaman belajar, ciri genetik, bakat dan lingkungan.

 

faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir,yang kemudian dapat dikelompokkan ke dalam dua faktor. Pertama, faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu sendiri. Kedua, faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu. Kedua faktor tersebut diuraikan lebih lanjut sebagai berikut:

 

Faktor-Faktor InternalFaktor-faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu sendiri, faktor itu antara lain:

1.      nilai nilai kehidupantaraf intelegensi

2.      bakat khusus

3.      minat

4.      pengetahuan

5.      kaadan jasmani

 

Faktor-Faktor EksternalFaktor-faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu antara lain:

1.       masyarakat

2.      Keadaan sosial-ekonomi negara atau daerah

3.       status sosial  ekonomi keluarga

4.       pergaulan dngan teman sebaya

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Agung , S., Erwin , E., & Maria, y. w. (2021). Konsep Diri Akademik Dengan Pengambilan Keputusan karier Pada Siswa SMP. 157-174.

Diana , D., & SYahri, A. (2019). Upaya meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir melalui layanan bimbingan kelompok. konseling edukasi, 52-69.

Maria , n. k., & Diah, W. r. (2022). pentingnya perencanaan karir terhadap pengambilan keputusan karier. psikologi.

Murni, S. (2022). Bimbingan Dan Konseling Karir.

Ruseno, a., & titin, s. (2023). kesulitan pengambilan keputusan karir pada siswa berprestasi rendah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

REFERENSI 1

Mata Kuliah: BK  DI Sekolah Menengah

 

Organisasi Dan Administrasi  Bimbingan Dan Konseling

 

Organisasi berasal dari kata Organon dalam bahasa Yunanai yang berarti alat. Definisi organisasi telah banyak dikemukan oleh para ahli baik dari dalam maupun luar negeri. Beberapa diantaranya sebagai berikut:

1.      Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama.

2.      James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.

 

Organisasi bisa kita bedakan dengan meninjau ciri-ciri organisasi tersebut dimana setiap organisasi memiliki ciri tersendiri untuk menuntukan organisasi sebagai berikut

 

Ciri-ciri Organisasi secara umum:

a)       Mempunyai keterikatan format dan tata tertib yang mesti kita taati.

b)       Mempunyai pendelegasian koordinasi dan wewenang tugas-tugas.

c)       Adanya kerjasama secara terstruktur.

d)      Mempunyai sasaran dan tujuan

e)       Mempunyai komponen yaitu bawahan dan atasan.

 

Ciri-ciri Organisasi menurut Steiner dan Berelson

a)      Formalitas, termasuk ciri organisasi sosial yang merujuk kepada perumusan tertulis suatu ketetapan-ketetapan prosedur, peraturan-pertauran, strategi, tujuan, kebijaksanaan dan seterusnya;

b)      Hierarki, termasuk ciri organisasi yang berdasarkan pada pola kewenangan dan kekuasaan yang memiliki bentuk piramida berarti terdapat orang-orang tertentu memiliki kewenangan dan kekuasaan yang tinggi dibandingkan orang biasa yang ada di organisasi tersebut;

c)      Besar dan Kompleksnya, termasuk ciri organisasi sosial yang mempunyai banyak anggota sehingga untuk hubungan sosial antar anggota tidak dilakukan secara langsung atau impersonal yang biasa kita sebut sebagai gejala organisasi;

d)      Durasi, termasuk ciri organisasi dimana keberadaan organisasi lebih lama dibandingkan keanggotaan pada organisasi tersebut.

 

Secara sederhana organisasi memiliki tiga unsur, yaitu ada orang ada kerjsama dan ada tujuan bersama. Tiga unsur organisasi itu tidak berdiri sendiri-sendiri, akan tetepi saling terkait atau saling berhubungan sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh

 

Tujuan Organisasi

Setiap individu yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama, menciptakan sebuah wadah atau badan dimana mereka saling berusaha untuk mewujudkan tujuan tersebut. Dan hal ini lah yang menjadi sebab adanya tujuan dari sebuah organisasi. Tujuan dicerminkan oleh sasaran yang harus dilakukan baik dalam jangka pendek, maupun jangka panjang.

 

Tujuan organisasi memiliki pengaruh dalam mengembangkan organisasi baik untuk perekrutan anggota dan pencapaian apa yang akan atau ingin dilakukan dalam proses berjalannya organisasi tersebut. Tujuan dari sebuah organisasi sangat mempengaruhi kinerja dari organisasi itu sendiri ataupun untuk mencari massa atau anggota baru dalam pengembangan sebuah organisasi dan untuk menjaga kaderisasi anggota. Organisasi perlu melakukan kaderisasi untuk menjaga keberlangsungan organisasi dan eksistensi organisasi dalam jangka waktu yang panjang.

 

Para ahli dalam bidang sosiologi dan administrasi telah menyusun tingkatan pengelompokan yang mendefinisikan prioritas sebuah tujuan organisasi, yaitu:

1)      Tujuan atau Misi umum: Pernyataan luas, atau tujuan dalam skala umum yang mendefinisikan bagaimana tercipta sebuah organisasi tersebut, biasanya tidak berubah dari tahun ke tahun dan sering menjadi pernyataan pertama dalam konstitusi sebuah organisasi;

2)      Tujuan adalah pernyataan yang menjelaskan apa yang sebuah organisasi itu ingin di capai. Merupakan bagian dari tujuan dan misi dari sebuah organisasi, tujuan seperti ini bisa seperti ini bisa berubah dari tahun ke tahun tergantung pada kesepakatan dari kelompok tersebut;

3)      Tujuan merupakan deskripsi dari apa yang harus dilakukan berasal dari tujuan, spesifik yang jelas. laporan tugas terukur untuk mencapai tujuan yang diharapkan dari sebuah kelompok,

 

Manfaat Organisasi

Mengikuti atau menjadi bagian dari sebuah organisasi mempunyai dampak sangat besar untuk kehidupan, karena dalam sebuah organisasi bisa di ibaratkan sebagai masyarakat dalam lingkup kecil. Selalu ada masalah yang perlu dipecahkan bersama, sikap saling menjaga dan bertanggungjawab terhadap keutuhan anggota atau pun mempertahankan sebuah kelompok, memberikan gambaran sebuah perjuangan panjang, dan ini akan sangat membantu ketika dalam penyelesaian masalah atau memberikan masukan kepada masyarakat dalam lingkup yang lebih luas. Beberapa manfaat lain yang dapat kita peroleh dari suatu organisasi antara lain:

1.      Tercapainya sebuah tujuan: Organisasi dibentuk dari tujuan- tujuan bersama yang berkaitan, maka pencapaian tujuan yang dilakukan oleh orang banyak atau dalam artian anggota sebuah kelompok lebih berpeluang untuk mencapai tujuan yang lebih maksimal dan efektif.

2.      Melatih mental berbicara di depan publik: mental berbicara didepan umum tidak setiap orang bisa peroleh dengan mudah, harus dengan pelatihan lama dan berkala. Sebuah organisasi, kelompok belajar, atau kelompok studi ilmiah bagi para mahasiswa adalah sebuah wadah yang tepat untuk pengembangan public speaking.

3.      Mudah memecahkan masalah karena dalam sebuah organisasi permasalahan adalah hal yang sangat sering terjadi, entah karena perbedaan pendapat atau permasalahan dalam segi fiskal sebuah kelompok. Pemecahan dari setiap permasalahan yang ada mengajarkan bagaimana harus bersikap dan menyikapi permasalahan yang ada dalam kehidupan masyarakat yang lebih kompleks dan majemuk.

 

Pembentukan Organisasi

Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota- anggotanya sehingga menekan angka pengangguran.

Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur. Organisasi merupakan sekumpulan orang yang mengatur sistem agar tercapai tujuan bersama dengan lancar dan tetap pada porosnya. Orang-orang yang mengaturnya disebut sebagai organisator.

 

Pembentukan organisasi yang resmi dan formal melalui berbagai tahapan yang harus dilalui, yaitu:

1)      Ada sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama sekaligus sebagai penggerak dari organisasi tersebut. Orang - orang tersebut akan mengatur dan mengelola organisasi yang dibentuknya;

2)      Adanya tujuan yang ingin dicapai. Tujuan ini tertuang dan diwujudkan dalam visi dan misi organisasi. Visi dan misi juga berfungsi sebagai pengingat ataupun pengatur arah bagi organisasi dalam menjalankan roda organisasinya;

 

 

 

Siklus Hidup Organisasi

Para ahli dan akademisi telah lama mengamati organisasi sebagai organisme hidup yang mempunyai siklus hidup. Organisasi lahir (didirikan atau dibentuk), tumbuh dan berkembang, mencapai kedewasaan serta mengalami penurunan dan tak jarang akan mengalami kematian. Siklus hidup organisasi (Organization Life Cyrcle) telah dipelajari dan diamati secara periodik dan lama, sehingga beberapa temuan menghasilkan model yang prediktif. Model siklus organisasi selalu menarik untuk diamati dan dipelajari. Organisasi dalam setiap tahap siklus hidupnya senantiasa dipengaruhi oleh keadaan lingkungan eksternal dan faktor internal.

 

Memenage bimbingan dan konseling dapat berarti kemampuan mendayagunakan semua sumber organisasi dan administrasi bimbingan dan konseling yang sifatnya terbatas. Sumber-sumber organisasi sekolah perlu didayagunakan dan diberhasilgunakan, antara lain kemampuan pengelolanya (konselor), kewajiban dan tugas kepala sekolah, guru mata pelajaran dan wali kelas serta staf administrasi sehubungan dengan bimbingan dan konseling, dana yang terbatas, bahan dan materi serta alat penunjang yang terbatas pula, waktu tatap muka yang secara formal dan komunikasi yang sangat jarang dengan siswa dan kesempatan siswa yang hampir tidak ada. Oleh karena itu, manajemen bimbingan dan konseling di sekolah harus di selenggarakan dalam suatu organisasi dengan sejumlah personalia. Organisasi ini mencer- minkan keterkaitan berbagai komponen dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, sehingga tujuan bimbingan dan konseling di sekolah dapat diwujudkan.

 

Sekolah adalah suatu organisasi formal, didalamnya terdapat usaha-usaha administrasi untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran. Bimbingan dan konseling adalah sub organisasi dari organisasi sekolah yang melingkupinya. Di dalam bimbingan dan konseling terdapat usaha-usaha administrasi. Organisasi bimbingan dan konseling dalam pengertian umum adalah suatu wadah atau badan yang mengatur segala kegiatan untuk mencapai tujuan bimbingan dan konseling secara bersama-sama yang harus didasarkan atas kesepakatan bersama di antara pihak- pihak yang terkait disekolah, yang dilanjutkan dengan usaha- usaha perencanaan untuk mencapai tujuan, pembagian tugas, pengendalian proses dan penggunaan sumber-sumber bimbingan. Usaha tersebut itulah administrasi bimbingan dan konseling.

 

Kerangka dasar dalam memahami karakteristik dan kebutuhan warga sekolah paling tidak pada tiga komponen, yakni individu yang bersangkutan, organisasi sekolah dan interaksi mereka.

 


 

REFERENSI 2

 

STUDI PENGELOLAAN ADMINISTRASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 5 PONTIANAK TAHUN 2019

 

 

Administrasi pada dasarnya sudah tumbuh sejak adanya peradaban manusia yakni sejak manusia melakukan hubungan sosial, akan tetapi seiring berjalannya waktu mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan kebutuhan manusia. Salah satu yang akan dibahas dalam konteks ini adalam menyangkut administrasi dalam pendidikan, khususnya dalam bimbingan dan konseling. Selain itu administrasi bimbingan dan konseling juga perlu dikelola. dengan baik. Kata mengelola mempunyai makna yang luas seperti mengatur, mengarahkan, mengendalikan, menangani dan melaksanakan serta memimpin. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Prajudi Admosudirjo (1981:14) yang menyatakan bahwa "administrasi merupakan suatu fenomena sosial, suatu perwujudan tertentu didalam masyarakat modern. Eksistensi administrasi berkaitan dengan organisasi, yang berarti bahwa administrasi berada dalam organisasi". Menurut Herbert A. Simon (1959:3) mengartikan administrasi sebagai the activites of groups cooperating to accomplish common goal, artinya adalah kegiatan kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa administrasi merupakan kegiatan yang dilakukan dan diusahakan bersama oleh sekelompok orang.

 

Administrasi mencakup semua kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan secara teratur untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah digariskan. Selain itu administrasi juga membantu pola kerja suatu satuan pendidikan terutama untuk bimbingan dan konseling. Dalam melakukan suatu layanan, bimbingan konseling perlu adanya administrasi guna mengarahkan layanan serta kegiatan bimbingan konseling yang ada di sekolah. Beberapa contoh kegiatan administrasi yang wajib dilakukan oleh guru bimbingan konseling menurut Sugiyo (2011:76) diantaranya adalah membuat pedoman observasi serta catatan hasil observasi, wawancara, angket, inventori dan sebagainya. Diperjelas dengan adanya PERMENDIKBUD No. 111 (2014:203) yaitu instrument pengumpul data teknik tes berupa tes kecerdasan, bakat, minat, dan sebagainya. Teknik non tes berupa biodata peserta didik/konseli, pedoman. wawancara, pedoman observasi, catatan anekdot, daftar cek, skala penilaian, angket. AUM, ITP. format RPLBK, format-format surat (panggilan, referal, kunjungan rumah), format pelaksanaan layanan, dan format evaluasi.

 

 

 


 

REFERENSI 3

 

MANAJEMEN  PERORGANISASIAN DAN ADMINTRASI  BIMBINGAN KONSELING DI SMP KOTA DAN KABUPATEN BANDUNG

 

Pengorganisasian adalah sebagai kegiatan pembagian tugas-tugas pada orang yang terlibat dalam kerjasama sebuah kegiatan.Sedangkan menurut Fauzi, I. (2012:39): “Organizingatau pengorganisasian adalah mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan itu.“ Ada juga yang menyatakan bahwa organisasi merupakan wadah dari orang-orang untuk membuat kelompok usaha atau suatu kegiatan untuk mencapai sesuatu, termasuk di sekolah. Dengan demikian organisasi merupakan alat dalam mencapai tujuan dengan visi dan misi tertentu. Sesuai dengan struktur organisasi di tiap sekolah, personil BK adalah segenap unsur yang terkait di dalam organisasi layanan bimbingan konseling dengan coordinator dan guru BK/konselor sebagai pelaksana utama. Uraian tugas kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru pembimbing/konselor, wali kelas, dan guru mata pelajaran. Koordinator BK dipilih dan diberi SK sama dengan Wakasek selain sebagai guru BK dengan minimal kewajiban mengajar atau membimbing per minggu 24 jam.Ada karakteristik yang sama diantara ketiga sekolah mengenai jumlah guru pembimbing, bahwa ketiga sekolah mempunyai guru pembimbing 4 orang dengan sebaran siswa asuh 1 : 150 atau 1 guru BK berbanding 150 orang siswa dan dianggap 24 jam, kelebihan siswa yang diasuh dihitung sebagai kelebihan jam pelajaran atau tanbahan kesejahteraan.

 

Penggerakan berhubungan dengan peranan pemotivasian, peranan pemotivasian menurut Sagala.S (2011:60) adalah:” menggerakkan dalam organisasi sekolah adalah merangsang guru dan personal sekolah lainnya melaksanakan tugas-tugas dengan antusiasme dan kemauan yang baik untuk mencapai tujuan dengan penuh semangat.” Artinya pemimpin atau manajer atau dalam organisasi sekolah kepala sekolah mengemban hampir semua tanggung jawab untuk melembagakan arahan. Mekanisme kerjanya bahwa bila peserta didik ada masalah di kelas maka masalah diselesaikan oleh guru mata pelajaran, bila masaalah belum selesai maka diselesaikan oleh wali kelas dan apabila masalahnya belum tuntas maka diserahkan kepada guru BK/konselor. Apabila menyangkut masalah di luar sekolah maka perlu kerja sama dengan instansi lain seperti dokter, polisi, psikhiater, psikolog atau orang tua peserta didik.

 

Untuk kegiatan BK perkembangan dibuatkan satuan layanan dan satuan pendukungnya. Adanya prestasi sekolah baik prestasi sekolah maupun individu, akademik maupun non akademik membuktikan bahwa sekolah telah melaksanakan prinsip dan fungsi bimbingan dan konseling dalam upaya pengembangan diri peserta didik, adapun prinsip, fungsi dan cara atau upaya pengembangan dirinya seperti berikut ini:

A. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan

a)      Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama, dan ststus sosial ekonomi

b)       Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.

c)      Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan aspek perkembangan individu

d)       Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.

 

B.Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu

a)      Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuain dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontak sosial, pekerjaan, dan sebaiknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.

b)       Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada individu dan kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan.

 

C.Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program layanan

a)      Bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dari pendidikan dan pengembangan individu, oleh karena itu program bimbingan harus disesuaikan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik.

b)      Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga.

c)       Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan yang terendah sampai yang tertinggi

d)       Isi dan pelaksanaan program bimbingan perlu adanya penilaian yang teratur dan terarah.

 

Adapun peran guru dalam pengembangan diri peserta didik dibutuhkan seperangkat sifat, karakter, kompetensi dan pola pikir yang benar dan mumpuni.yaitu

a)      Menjadi guru super formulasinya 30 M : menyenangkan, mengesankan, mencerdaskan, memberdayakan, memantapkan, mencerahkan, menguatkan, menginspirasi, memjelaskan, memotivasi, menyentuh, mengokohkan, membangun, menyadarkan, menyelaraskan, mencairkan, menyatukan, menggali, memudahkan, mengantarkan, membanggakan, mengubah, menyelamatkan, menjaga, melejitkan potensi dan kemampuan peserta didik, mengajarkan, mengindahkan, menyempurnakan, mendoakannya.

b)       Peran signifikan guru, yaitu sebagai inspirator, sebagai observer, sebagai fasilitator, sebagai dinamisator dan sebagai motivator.

 

Dari uraian di atas dapat ditarik suatu benang merah bahwa manajemen Bimbingan dan Konseling pengembangan diri mutlak perlu dan harus ada pada setiap satuan pendidikan. Sesuai dengan penyempurnaan kurikulum serta tuntutan era globalisasi dituntut guru bimbingan dan konseling. Begitu pula pengembangan diri pada Sekolah Menengah Pertama, baik di Bandung maupun di luar kota Bandung, baik di sekolah negeri maupun sekolah swasta, di sekolah sagnan maupun sekolah maju, di sekolah unggul maupun tidak, di sekolah stabil peserta didiknya maupun yang tidak stabil peserta didiknya, karena pengembangan diri berhubungan denganaktualisasi diri peserta didik pada bidang akademik, non akademik maupun psikologis.

 

 


 

REFERENSI 4

 

Perencanaan dan Pengorganisasian Program Bimbingan dan Konseling

 

Perencanaan Bimbingan Kegiatan-Kegiatan

Pada bagian ini akan dibahas sejumlah hal yang berkaitan dengan perencanaan kegiatan-kegiatan bimbingan selama satu tahun ajaran.

a. Persiapan program bimbingan

1)      Studi kelayakan, ialah refleksi tentang alasan-alasan mengapa diperlukan suatu program bimbingan. Studi kelayakan ini dapat dilakukan pada bulan menjelang tahun ajaran baru.mencakup segala membantu siswa masa depannya di sekolah dan memilih program sebagai persiapan memangku jabatan annya ialah supaya patkan diri dalam di akademik dan tan non-akademik, menunjang nya serta semakin rencana masa

2)      Penyusunan program bimbingan, ini dapat dikerjakan oleh tenaga ahli bimbingan atau oleh seorang guru konselor, yang akan bertugas sebagai koordinator bimbingan dengan mengajak bicara tenaga bimbingan yang lain Penyusunan di sekolah.

3)      Penyediaan sarana fisik dan teknis, sarana fisik adalah semua peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan, sarana teknis ialah alat-alat serta beraneka instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan layanan-layanan bimbingan. Penyediaan sarana-sarana itu dimulai dalam bulan Juli. dan kemudian disesuaikan dengan kebutuhan.

 

Guru BK atau guru konselor, yaitu seorang guru yang disamping mengajar di salah satu bidang studi, terlibat juga dalam rangkaian pelayanan bimbingan, termasuk layanan konseling. Guru BK ini bukan tenaga professional bimbingan. Guru BK ini dipilih dan diangkat tidak berdasarkan keilmuan atau latar belakang pendidikan profesi. Guru pembimbing yaitu seorang guru yang selain mengajar pada mata pelajaran tertentu terlibat juga dalam pelayanan bimbingan dan konseling part time teacher and part time counselor (Tohirin, 2009: 116). Guru BK model ini termasuk memiliki tugas rangkap. Guru mata pelajaran yang bisa diserahi tugas dan tanggung jawab sebagai guru BK misalnya guru agama, guru PPKn, dan guru-guru lain terutama guru yang tidak memiliki jam pelajaran. Secara khusus guru BK mempunyai tugas, wewenang, dan tanggung jawab tertentu, diantaranya adalah (Dewa Ketut Sukardi, 1983:)

1)      Mengidentifikasikan berbagai kebutuhan dan masalah yang dihadapi siswa di dalam kelas

2)      Melaksanakan bimbingan kelompok berkaitan dengan tujuan intrusional yang harus dicapai:

3)      Mengadakan penilaian mengenai hasil belajar dan sikap siswa di sekolah;

4)      Mengumpulkan berbagai data, fakta atau informasi tentang murid;

5)      Melaksanakan konseling terbatas, karena hubungan yang baik dengan mudah dapat terjalin antara guru dan siswa, terutama terhadap masalah- masalah yang ringan.

 

Tugas guru BK tergantung dari ada atau tidak adanya konselor sekolah. Bila tidak ada konselor sekolah, salah seorang diantara mereka dibebani mengkoordinasi semua kegiatan bimbingan. Bilamana sudah ada konselor sekolah, tenaga ini dibebani tugas yang diserahkan kepadanya,Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling

                       

Yang dimaksud dalam organisasi bimbingan adalah mengatur dan menyusun bagian-bagian (orang, dan sebagainya) sehingga seluruhnya menjadi suatu kesatuan yang teratur. Untuk lembaga pendidikan sebagai unit kerja pola organsasi adalah kerangka hubungan struktural antara berbagai bidang atau berbagai kedudukan di dalam lembaga pendidikan itu. Selanjutnya, pengorganisasian program layanan bimbingan dan konseling di sekolah. adalah upaya melibatkan orang-orang ke dalam organisasi bimbingan di sekolah, serta upaya melakukan pembagian kerja diantara anggota organisasi bimbingan di sekolah.

 

 

 

Koordinator guru BK. Tugas-tugas koordinator guru BK dapat dirinci, seperti:

a)      Mengoordinasikan para guru BK dalam: Memasyarakatkan pelayanan bimbingan, Menyusun program, Melaksanakan Mengadministrasikan program, kegiatan bimbingan, Menilai program, dan Mengadakan tindak lanjut.

b)      Membuat usualan kepada kepala sekolah dan mengusahakan terpenuhinya tenaga, sarana, serta prasarana; serta

c)      Mempertanggung jawabkan pelaksanaan kegiatan bimbingan kepada kepala sekolah.

 

Guru BK (konselor). Adapun tugas guru BK ialah:

a)      Memasyarakatkan bimbingan; kegiatan

b)       Merencanakan program bimbingan;

c)      Melaksanakan persiapan kegiatan bimbingan;

d)      Melaksanakan layanan bimbingan terhadap sejumlah siswa yang menjadi tanggung jawabnya minimal sebanyak 150 siswa;

e)      Menilai proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan;

f)        Menganalisis hasil penilaian;

g)      Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis penilaian;

h)      Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling; serta

i)        Mempertanggung jawabkan tugas dan kegiatan kepada koordinator guru BK.

 

Pengorganisasian program layanan bimbingan dan konseling di sekolah melibatkan orang-orang ke dalam organisasi bimbingan di sekolah, serta melakukan pembagian kerja diantara anggota organisasi bimbingan di sekolah. Agar layanan dasar bimbingan, responsive, perencanaan individual, dan dukungan sistem berfungsi efektif diperlukan cara baru dalam mengatur fasilitas-fasilitas program bimbingan. Administrasi bimbingan mencakup administrasi terhadap orang (tenaga-tenaga bimbingan) dan administrasi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang itu. Mekanisme kerja masing- masing petugas bimbingan didalam mengumpulkan berbagai informasi, data, atau fakta, jalur-jalur mekanisme administrasi yang dilaluinya berbeda- beda, tetapi tetap menuju ke satu titik tujuan tertentu, yaitu pemecahan masalah yang dihadapi oleh siswa.

 

 


 

REFERENSI 5

KONSEP DASAR PERILAKU ORGANISASI

 

A. PENGANTAR PERILAKU ORGANISASI

Akhir-akhir ini perkembangan perilaku organisasi semakin terasa kemajuannya bahkan telah menjadi sesuatu hal yang ramai dibicara- kan orang, bukan saja di kalangan akademisi tetapi para politisi dan birokrasi tidak ketinggalan berbicara tentang perilaku organisasi itu sendiri. Ini disadari karena di samping perilaku organisasi ini mudah dipahami, juga terkait dengan persoalan organisasi yang cenderung semakin ruwet, ditambah pula berbagai kompleksitas persoalan ma- nusia dengan berbagai karakter dan perilaku yang bermuara pada tantangan utama yang sering dihadapi oleh setiap pimpinan organi- sasi, baik organisasi pemerintah maupun organisasi masyarakat

 

Robbins (2007) mengemukakan, memahami perilaku organisasi bagi seorang manajer merupakan hal yang sangat penting. Pandang- an selintas terhadap perubahan dramatis yang sekarang ini terjadi di banyak organisasi mendukung terhadap pertanyaan ini. Sebagai con- toh, karyawan dapat menjadi lebih tua, semakin banyak wanita dan orang kulit berwarna berada di lingkungan kerja, penciutan ukuran perusahaan dan penggunaan pekerjaan temporer yang begitu banyak melemahkan ikatan kesetiaan yang dahulunya mempererat karyawan dengan para pemberi kerja, serta kompetisi global yang mengharus- kan karyawan lebih fleksibel dan belajar menanggulangi perubahan yang akseleratif. Dengan demikian, tantangan yang sangat menonjol dihadapi oleh para pimpinan dalam setiap organisasi adalah masalah perilaku manusia itu sendiri.

 

Manusia adalah faktor utama yang sangat penting dalam setiap organisasi apa pun bentuknya. Ketika manusia memasuki dunia or- ganisasi, maka pada saat itu merupakan awal perilaku manusia yang berada dalam organisasi itu. Oleh karena persoalan-persoalan manu- sia senantiasa berkembang berdasarkan situasi, kondisi dan semakin sulit dikendalikan, maka persoalan-persoalan organisasi dan khusus- nya persoalan perilaku organisasi semakin hari semakin berkembang. Perilaku organisasi hakikatnya mendasarkan pada ilmu perilaku itu sendiri.

 

B. DEFINISI DAN KONSEP DASAR PERILAKU ORGANISASI

Kajian mengenai perilaku manusia saat ini tidak lepas dari inter- aksi dengan lingkungannya. Untuk dapat memahami mengenai peri- laku organisasi secara tepat, terlebih dahulu harus memahami kon- sep dasar perilaku organisasi, yakni perilaku dan organisasi.

 

Dalam paradigma lama, organisasi merupakan suatu wadah in- teraksi orang-orang untuk mencapai suatu tujuan. Adapun persepsi kekinian melihat bahwa, organisasi dipandang sebagai sesuatu yang lebih dinamis tidak hanya sekadar wadah. Organisasi saat ini dipan- dang sebagai satuan sistem sosial untuk mencapai tujuan bersama melalui usaha bersama atau kelompok. Pemahaman ini dapat ditemu- kan dari keberadaan berbagai karakteristik dasar yang dapat menim- bulkan organisasi yaitu satuan sistem sosial, pencapaian tujuan ter-tentu dan usaha bersama. Berbagai karakteristik dasar tersebut tidak dapat saling lepas, parsial atau berdiri sendiri, melainkan integratif saling berkaitan dan merupakan suatu kesatuan yang utuh.

 

Satuan sistem sosial menunjukkan pada koordinasi dan keeratan, keikutsertaan dan keterlibatan orang-orang dalam suatu sistem. Hal ini memperlihatkan adanya upaya untuk menyeimbangkan dan me- ngeratkan tim dengan melibatkan anggota dari suatu sistem ke dalam berbagai kegiatan atau aktivitas yang sesuai dengan karakteristik ma- sing-masing anggotanya dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sen- diri.

 

Organisasi sebagai suatu sistem sosial bergerak dan berupaya untuk mencapai tujuan yang lebih ditekankan pada bagaimana orga- nisasi mampu bertahan, beradaptasi, dan mengendalikan perubahan. Organisasi memiliki aktivitas yang kompleks untuk mencapai tujuan- nya dengan sendirinya memiliki lingkungan yang beragam serta cepat berubah, dan perubahan itu ditujukan untuk mencapai tujuan. Proses ini memengaruhi perilaku orang di dalam organisasi. Oleh sebab itu, tanggapan orang-orang di dalam organisasi terhadap perubahan me- rupakan hal penting dan menentukan bagi keberlangsungan hidup

 

Adapun perilaku organisasi secara umum merupakan sebuah di- siplin ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dan tingkat kelompok dalam organisasi serta dampak terhadap kinerja (baik ki- nerja organisasi, kelompok maupun individual). Perilaku organisasi juga dikenal sebagai studi tentang organisasi. Studi tersebut merupa- kan bidang kajian akademik yang secara spesifik mempelajari organi- sasi, dengan memanfaatkan metode-metode interdisipliner sosiologi, ekonomi, ilmu politik, antropologi serta psikologi dan ilmu pengeta- huan lain berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia.

 

Berikut ini dikemukakan beberapa pandangan ahli terkait dengan pengertian perilaku organisasi sebagai berikut:

a)      Indriyo Gito Sudarmo dan Nyoman Sudita (1997). Bidang ilmu yang mempelajari tentang interaksi manusia dalam organisasi yang meliputi studi secara sistematis tentang perilaku struktur dan proses dalam organisasi.

b)      Keith Davis dan John Newstrim (1985). Telaah dan aplikasi pe- ngetahuan tentang bagaimana orang-orang bertindak di dalam organisasi.

c)       Gibson et al., (1996). Bidang studi yang mencakup teori, metode dan prinsip-prinsip dari berbagai disiplin guna mempelajari nya

 

C.TUJUAN DAN RUANG LINGKUP PERILAKU ORGANISASI

·        Mempelajari perilaku organisasi merupakan suatu hal yang me- narik karena mempelajari tentang orang-orang dan tingkah laku ma- nusia di dalam organisasi. Artinya, ilmu perilaku organisasi ini dapat dijadikan sebagai upaya refleksitas diri pada sebuah komunitas.

·        Setiap orang berbeda, masing-masing memiliki keunikan dan ka- rakteristik dalam memersepsikan sesuatu. Masing-masing memiliki persepsi, karakter, kepribadian, pengalaman hidup, perbedaan sikap, keyakinan dan tingkat cita-cita.

DAFTAR PUSTAKA

 

Ali, D. (2019). Perencanaan Dan Pengorganisasian Program Bimbingan Dan Konseling. 52-61.

Arie , A. (2018). perilaku dan teori organisasi. malang.

Jamaludin. (2023). Perilaku organisasi.

Marliah. (202036-42). pengaruh aktivitas organisasi dan bimbingan konseling terhadap peningkatan pengetahuan siswa di SMP 1 KABUPATEN BARU. Bimbingan dan konseling.

Teti, R. (2016). Manajemen Bimbingan Dan Konseling. Edukasi, 1-14.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Mata Kuliah: Evalusi Pendidikan

 

REFERENSI 1

 

Teknik Pemeriksaan, Pemberian Skor, dan Pengolahan Hasil Tes Hasil Belajar

 

A. Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Hasil Belajar

Setelah dalam bab VI dibahas tentang teknik pengujian reliabilitas dari sebuah tes hasil belajar. Dalam bab selanjutnya akan dibahas mengenai teknik pemeriksaan, pemberian skor, dan pengolahan tes hasil belajar siswa. Teknik pemeriksaan tes hasil belajar terdiri atas tiga jenis teknik. Adapun tiga jenis teknik melakukan pemeriksaan hasil tes hasil belajar yaitu teknik pemeriksaan hasil tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan.

 

A. Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Hasil Belajar

Setelah dalam bab VI dibahas tentang teknik pengujian reliabilitas dari sebuah tes hasil belajar. Dalam bab selanjutnya akan dibahas mengenai teknik pemeriksaan, pemberian skor, dan pengolahan tes hasil belajar siswa. Teknik pemeriksaan tes hasil belajar terdiri atas tiga jenis teknik. Adapun tiga jenis teknik melakukan pemeriksaan hasil tes hasil belajar yaitu teknik pemeriksaan hasil tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan.

 

·        Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Hasil Belajar Bentuk Uraian

Dalam melaksanakan teknik pemeriksaan hasil tes hasil belajar bentuk uraian, sebelum melakukan pemeriksaan, sebaiknya tester segera membuat pedoman jawaban atas butir-butir soal yang telah disusun sebagai pegangan dalam pemeriksaan. pada saat pemeriksaan, tester membandingkan antara jawaban yang diberikan dengan pedoman yang sebelumnya disusun. Pedoman jawaban betul atas butir-butir soal yang telah disusun itulah yang selanjutnya akan digunakan sebagai pegangan atau patokan dalam pemeriksaan atau pengkoreksian terhadap hasil-hasil tes uraian.

Dalam pelaksanaan pemeriksaan hasil-hasil tes uraian ini ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

a)      apakah nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian itu akan didasarkan pada standar mutlak, atau

b)      apakah nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes subyektif itu akan didasarkan pada standar relatif.

 

Apabila nantinya pengolahan dan penentuanmutlak (dimana penentuan nilai secara mutlak akan didasarkan pada prestasi individual), maka prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut:

a)      Membaca setiap jawaban yang diberikan oleh testee untuk setiap butir soal tes uraian dan membandingkannya dengan pedoman jawaban betul yang sudah disiapkan.

b)      Atas dasar hasil perbandingan antara jawaban testee dengan pedoman jawaban betul yang telah disiapkan itu, testee lalu memberikan skor untuk setiap butir soal dan menuliskannya di bagian kiri dari jawaban testee tersebut

c)      Menjumlahkan skor-skor yang telah diberikan kepada testee (yang nantinya akan dijadikan bahan dalam pengolahan dan penentuan nilai lebih lanjut).

 

·        Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Hasil Belajar Bentuk Objektif

Dalam melakukan teknik pemeriksaan hasil tes hasil belajar bentuk objektif, adapun beberapa macam kunci jawaban yang dapat dipergunakan untuk mengkoreksi jawaban tes objektif yaitu kunci berdamping (strip keys), adapun cara menggunaannya adalah dengan meletakkan kunci jawaban tersebut berjajar dengan lembar jawaban yang diperiksa; kunci sistem karbon (carbon system keys), kunci jawaban ini diletakkan di atas lembaran karbon.

 

ada beberapa macam kunci jawaban yang dapat dipergunakan untuk mengoreksi jawaban soal tes objektif, yaitu sebagai berikut:

1. Kunci berdampingan (strip keys)

2. Kunci system karbon (carbon system key)

3. Kunci system tusukan (panprick system key)

·        Teknik Pemberian Skor Tes Hasil Belajar

Setelah mengetahui teknik pemeriksaan tes hasil belajar siswa, maka perlu dipelajari tentang teknik pemberian skor kepada sebuah tes hasil belajar. Cara pemberian skor pada umumnya disesuaikan dengan bentuk soal-soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut.

 

1. Pemberian Skor pada Tes Uraian

Pada tes uraian, pemberian skor umumnya mendasarkan diri pada bobot yang diberikan untuk setiap butir soal, atas dasar tingkat kesukaran, atau atas dasar banyak sedikitnya unsur yang harus terdapat jawaban yang dianggap paling baik. Sebagai contoh dapat dikemukakan di sini misalnya tes subjektif mengidangkan lima butir soal. Pembuat soal telah menetapkan bahwa kelima butir soal itu mempunyai derajat kesukaran yang sama dan unsur-unsur yang terdapat pada setiap butir soal telah dibuat sama banyaknya.

 

·        Teknik Pengolahan dan Pengubahan Skor Tes Hasil Belajar Menjadi Nilai

Selanjutnya setelah dapat melakukan pemberian skor terhadap tes hasil belajar siswa, perlu juga diperhatikan teknik pengolahan dan pengubahan skor tes hasil belajar menjadi nilai.

 

1. Perbedaan Skor dan Nilai

Sebelum sampai pada pembicaraan tentang teknik pengolahan dan pengubahan (konvensi) skor mentah hasil tes hasil belajar menadi nilai standar, perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang perbedaan antara skor dan nilai. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kadang- kadang orang menganggap bahwa skor itu mempunyai pengertian yang sama dengan nilai;

 

Adapun yang dimaksud dengan nilai adalah angka (bias juga huruf), yang merupakan hasil ubahan dari skor yang sudah dijadikan satu dengan skor-skor lainnya, serta disesuaikan pengaturannya

 

Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Hasil Belajar Menjadi Nilai Standar

 

Ada dua hal penting yang perlu dipahami terlebih dahulu dalam pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi skor standar atau nilai.

diterapkan pada tes-tes sumatif (ulangan umum, ujian akhir semester, atau yang setara itu), sebab dipandang lebih adil, wajar, dan bersifat manusiawi

 

Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dilakukan dengan mengacu atau mendasarkan diri pada kriterium atau patokan dan norma atau kelompok.

 

Pengolahan Dan Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Hasil Belajar Menjadi Nilai Standar Dengan Mendasarkan Diri Atau Mengacu Pada Kriterium. Pertama-tama harus dipahami bahwa penilaian beracuan kriterium ini mendasarkan pada asumsi, bahwa:

a.       Hal yang harus dipelajari oleh testee adalah mempunyai struktur hierakis tertentu, dan bahwa masing-masing taraf tertentu harus dikuasai secara baik sebelum testee tadi maju sampai taraf selanjutnya.

b.      Evaluator atau taster dapat mengidentifikasi masing-masing taraf itu sampai tuntas, atau setidak-tidaknya mendekati tuntas, sehingga dapat disusun alat pengukurnya

 

Maka hal ini mengandung arti bahwa nilai yang akan diberikan kepada testee itu harus didasarkan pada standar mutlak, artinya, pemberian nilai kepada testee itu dilaksanakan dengan jalan membandingkan antara skor mentah hasil tes yang dimiliki oleh masing-masing individu testee, dengan skor maksimum ideal (SMI) yang mungkin dapat dicapai oleh testee kalu saja seluruh soal tes dapat dijawab dengan betul. Karena itu maka pada penentuan nilai yang mengacu kepada kriterium atau patoakn ini, tinggi rendahnya

 

 

·        Item Tes Hasil Belajar

Salah satu tugas penting yang seringkali dilupakan oleh staf pengajar (guru, dosen, dan lain-lain) adalah tugas melakukan evaluasi terhadap alat ukur yang telah digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar dari peserta didiknya. Alat ukur yang dimaksud adalah tes hasil belajar, yang sebagaimana telah kita ketahui, batang tubuhnya terdiri dari kumpulan butir-butir soal (item). Hendaknya staf pengajar perlu melakukan panganalisisan terhadap tes hasil belajar yang telah dijadikan alat ikur dalam rangka mengukur keberhasilan belajar dari para peserta didik tersebut. Di sini staf pengajar selaku tester perlu melakukan penelusuran dan pelacakan secara cermat, terhadap butir-butir soal atau item yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tes hasil belajar sebagai suatu totalitas.

 

Analisis Derajat Kesukaran Item

Berkualitas atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar pertama-tama dapt diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing- masing butir item tersebut. Butir-butir item tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Dengan kata lain derajat kesukaran item tersebut adalah sedang atau cukup.

 

Analisis Fungsi Distraktor

Pada saat membicarakan tentag tes obyektif bentuk multiple choice item telah dikemukakan bahwa pada tes bentuk multiple choice item tersebut untuk setiap butir item yang dikeluarkan  dalam tes hasil belajar sudah dilengkapi dengan beberapa kemungkinan jawaban, atau yang sering dikenal dengan istilah option.

 

Option atau altrnatif ini jumlahnya berkisar antara tiga sampai dengan lima buah, dan dari kemungkinan- kemungkinan jawaban yang dipasang pada setiap butir item itu salah satu merupakan jawaban yang betul, dan sisanya itu merupakan jawaban yang salah. Jawaban- jawaban yang salah itulah yang bisa dikenal dengan istilah distractor.

 

Tujuan utama dari pemasangan distractor pada setiap butir item yaitu agar dari sekian banyak testee yang menikuti tes hasil belajar ada yang tertarik untuk memilihnya, sebab mereka akan mengira bahwa jawaban yang merepilih adalah jawaban betul. Jadi mereka akan terkecoh, menganggap bahwa distractor yang terpasang pada item itu sebagai kunci jawaban, padahal bukan.

 

 


 

REFERENSI 2

 

 

Analisis Data Hasil Penilaian

 

Setelah proses penilaian dilaksanakan, terkumpullah data hasil penilaian tersebut. Langkah selanjutnya mengolah hasil itu sehingga disimpulkan baik, jelek, tinggi, lulus, gaga, ataukah lainnya. Perlu dibedakan kegiatan mengolah hasil penilaian antara pemberian skor (penskoran) dengan pemberian nilai hasil belajar.

              

1. Skor, Bobot, dan Nilai

Bobot (weight), berupa bilangan yang dikenakan terhadap setiap butir soal yang nilainya ditentukan berdasarkan usaha testi dalam menyelesaikan soal. Bobot dipengaruhi oleh derajat kesukaran dan waktu penyelesaian soal tersebut.

 

Skor adalah bobot untuk setiap butir soal (skor aktual, skor minimal aktual, skor maksimal, skor minimal ideal, skor maksimal ideal) Nilai adalah hasil pengolahan skor mentah yang menggunakan aturan dan kriteria tertentu sehingga dapat diinterpretasikan (kualitatif atau kuantitatif).

 

2. Pemberian Skor

Pemberian skor (penskoran) merupakan proses yang objektif dalam pemberian penghargaan awal berbentuk angka terhadap jawaban yang dibuat testi. Hal-hal berikut ini perlu dipertimbangkan selama melakukan pemberian skor.

a)      Mempertimbangkan kadar kesulitan dan waktu penyelesaian soal

Soal sulit biasanya perlu waktu lama, tetapi tidak setiap soal yang waktunya lama memiliki kadar kesulitan yang tinggi. Contohnya, soal SPL 3 atau 4 variabel yang elementer. Jika prinsip penyelesaian SPL 2 variabel dikuasai maka dapat dengan mudah diselesaikan, tetapi waktunya lebih lama.

 

 

 

b)      Pemberian skor tes tipe subjektif

Untuk mengurangi unsur subjektivitas dan perbedaan hasil pemeriksaan yang mencolok, pembuat soal perlu menyusun rambu-rambu penilaian dalam bentuk point methode (pembobotan) atau Rating methode (rubrics atau kartu evaluasi).

 

Pemberian skor cara bertingkat (Rating methode) Setiap jawaban testi ditempatkan dalam salah satu kelompok yang sudah dipilah-pilah

 

Pemberian nilai merupakan proses pengolahan skor mentah menjadi sebuah nilai dengan cara membandingkan skor mentah tersebut dengan kriteria atau pedoman tertentu. Nilai yang dimaksud biasanya. disebut nilai hasil belajar. Kriteria atau pedoman itu disebut acuan. Acuan penilaian yang disarankan sesuai dengan kurikulum yang berbasis kompetensi menggunakan acuan kriteria, batas ketuntasan, dan batas minimum (baik dengan menggunakan cara cutting score maupun konsensus).

 

 


 

REFERENSI 3

 

Pengolahan Data Hasil Belajar Kognitif

 

Hasil belajar aspek kognitif biasanya diproleh dari hasil pengukuran melalui tes tertulis, tes lisan dan hasil tugas. Langkah pengolahannya sebagai berikut:

 

1. Pemeriksaan dan Penskoran

Pemeriksaan dan penskoran adalah pemberian angka-angka terhadap hasil yang dicapai oleh peserta didik setelah memberikan respon atau jawaban ter- hadap pertanyaan yang diajukan atau setelah mela- kukan tugas tertentu. Skor yang masih bersifat semen- tara tersebut disebu skor mentah, karena itu perlu diolah lebi lanjut sehingga dapat digunakan untuk me- nafsirkan kualifikasi peserta didik pada mata pelajaran tertentu. Agar pengolahan skor mentah menjadi skor matang lebih efektif, maka perlu dibuatkan pedoman penskoran.

 

Penyajian skor dalam bentuk tabel frekuensi dapat mempermudah pengolahan skor lebih lanjut terutama dalam mengolah data dari jumlah peserta didik yang cukup banyak.

Menghitung Rata-rata dan Simpangan Baku

 

Pelaksanaan KBK menggunakan pendekatan mastery learning. Dengan demikina alternatif pende- katan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan patokan (PAP). Menurut teori penilaian dan pengukuran, menghitung rata-rata dengan pendekatan PAP adalah setengah dari skor ideal. Skor maksimal ideal adalah jumlah skor yang diperoleh apabila semua soal dijawab benar.

 

·        Konversi Nilai

Konversi skor mengandung makna bahwa guru perlu melakukan transformasi skor mentah yang dicapai peserta didik menjadi skor standar untuk keper- luan menetapkan nilai hasi belajar yang diperoleh. Cara yang digunakan untuk menkonversi nilai adalah: 1) membandingkan skor yang diperoleh dengan suatu standat atau kriteria (PAP), 2) membandingkan skor peserta didik dengan skor peserta didik yang lainnya (PAN).

 

Terdapat beberapa skala nilai standar yang umum- nya digunakan, yaitu: (A, B, C, D, dan E), skala sembilan (0-8), skala sebelas (0-10), skala seratus (0-100), dan skala Z skor serta T skor. Pada umumnya di sekolah menggunakan skala 0-1 dan 0-100.

 

·        Pengolahan Data Hasil Belajar Psikomotorik

Aspek psikomotorik adalah aspek hasil belajar yang evaluasinya berdasarkan penampilan (performance) siswa. Evaluasi penampilan pada mata pelajaran mengacu pada prosedur melakukan suatu kegiatan yang telah ditentukan kriterianya, misalnya dari tingkat kemahirannya, ketepatan waktu penyelesaiannya, dan kualitas produk yang dihasilkannya.

Data dari hasil belajar psikomotor hampir sama dengan aspek kognitif yang berupa angka mentah yang dapat diolah sesuai kepentingan. Data hasil belajar psikomotorik dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melalui tes unjuk kerja dari suatu projek kegiatan. Akan tetapi bisa juga dengan menilai kemampuan siswa dalam suatu kete- rampilan tertentu, misalnya presentasi hasil kerja atau tugas. Berikut contoh lembar observasi untuk keterampilan praktik kerja (domain psikomotorik).

 

Pengolahan data hasil belajar dimaksudkan untuk meng- ubah data mentah menjadi data masak yang siap ditafsirkan. Penafsiran data tersebut antara lain ialah menentukan posisi siswa dibandingkan kelompoknya, membandingkan posisi atau hasil belajar siswa dengan kriteria yang ditentukan. Dalam menentukan kriteria tersebut biasanya ditetapkan batas kelulusan baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Pengolahan data mentah menjadi data masak memerlukan. teknik statistik dekriptif seperti persen, rata-rata hitung, sim- pagan baku. Melalui teknik perhitungan tersebut, skor hasil belajar ditransformasikan atau dikonversikan ke dalam nilai standar seperti skala 9, skala 4, skala 11, dan skala 100.

REFERENSI 4

 

TEKNIK PEMERIKSAAN DAN PENGOLAHAN HASIL ASESMEN DALAM PEMBELAJARAN

 

Menurut Omar Hamalik yang dikutip oleh Juhairiyah, penilaian ialah keseluruhan proses kegiatan pengukuran (pengumpulan data serta informasi), pengolahan, penafsiran serta pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Juhairiyah 2017). Pada umumnya, guru melakukan penilaian di kelas untuk menghimpun data, fakta, serta dokumen belajar siswa dengan tujuan untuk melakukan perbaikan program pembelajaran. Penilaian yang tepat akan memberikan cerminan atau refleksi proses pembelajaran yang dialami subjek didik (Ridwan Abdullah Sani, Riza Dwi Aningtyas 2016).

 

Penilaian merupakan bagian yang penting dari proses pembelajaran sebab dapat menentukan kualitas dari suatu kegiatan pembelajaran. Selain untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian kompetensi, penilaian juga digunakan untuk mengetahui kekuatan serta kelemahan dalam proses

pembelajaran, dan untuk melakukan diagnosis serta perbaikan proses pembelajaran (Ridwan Abdullah Sani, Riza Dwi Aningtyas 2016). Hal yang pokok yang harus diperhatikan juga dalam pendidikan adalah perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Hidayat dan Asyafah 2019)

 

Karena penilaian yang baik dan cermat akan memberikan deskripsi proses dan output hasil belajar yang objektif, oleh sebab itu sistem penilaian yang digunakan di lembaga pendidikan harus mampu; 1) memberikan informasi yang akurat, 2) mendorong siswa untuk belajar, 3) memotivasi tenaga pendidik dalam mengajar, 4) meningkatkan kinerja lembaga, serta 5) meningkatkan kualiats pendidikan (Kete 2017).

 

 

Skor ialah hasil pekerjaan dengan memberikan angka yang dicapai dengan jalan menjumlahkannya pada setiap butir item yang telah dijawab oleh testee dengan betul, kemudian memperhitungkan bobot jawaban betulnya. Sedangkan nilai ialah angka ataupun huruf hasil ubahan dari skor yang sudah dikumpulkan menjadi satu, kemudian disesuaikan pengaturannya dengan standar tertentu. Skor atau nilai mentah akan bermakna apabila ditafsirkan berdasarkan suatu patokan ataupun norma (disebut penilaian). Pengolahan nilai-nilai menjadi nilai akhir dapat dilakukan dengan mengacu pada kriteria atau patokan tertentu (Alfath dan Raharjo 2019). Sehingga dalam artikel ini akan disajikan berbagai teknik pemeriksaan (penskoran) hasil asesmen beserta langkah-langkah pengolahannya berdasarkan dua pendekatan yakni penilaian acuan patokan (PAP) dan penilaian acuan norma (PAN).

 

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library reserch) penelitian yang digunakan untuk memecahkan suatu problem yang bersifat konseptual teoritis, baik tentang tokoh pendidikan ataupun konsep pendidikan tertentu seperti tujuan, metode, teknik dan lingkungan pendidikan (Suwardi dkk, 2012). Secara sederhana penelitian kepustakaan adalah jenis penelitian yang berusaha mengimpundata dari berbagai literatur dan menjadikan sebagai objek utama analisisnya (2012). Dalam penelitian ini, penulis ingin meneliti dan menganalisis pengembangan teknik dan instrumen asesmen aspek pengetahuan berbasis teknologi.

 

·        Menentukan skor pada soal objektif

Tes pilihan ganda

Soal pilihan ganda ialah soal yang memiliki konstruksi pokok soal (stem) serta jawaban alternatif (option). Satu diantara alternatif jawaban tersebut adalah jawaban yang benar, sedangkan alternatif jawaban yang lain sebagai pengecoh (distractor) (Asep Ediana Latip, Engkus Kuswandi 2018). Sedangkan cara menskor tes bentuk pilihan ganda ini ada dua macama yakni, tanpa menerapkan sistem denda dan dengan menerapkan sistem denda terhadap jawaban tebakan.

 

Penskoran tanpa sistem denda

Ada dua kemungkinan dalam pemberian skor, yaitu dengan mempertimbangkan dan tanpa mempertimbangkan bobot skor pada masing-masing soal. Cara pertama dengan menghitung jawaban benar kemudian dikalikan bobot skor masing-masing soal. Cara ini dapat diformulasikan sebagai berikut:

S = ∑R x Wt

Keterangan:

S          : Score (skor yang sedang dicari)

∑R       : Right (jumlah jawaban benar)

Wt       : Weight (bobot skor tiap soal)

 

Contoh:

Jumlah soal pada suatu tes adalah 50 butir. Jawaban yang benar ada 30. Masing-masing butir soal memiliki bobot skor 2, maka skor yang diperoleh ialah 30 x 2 = 60

 

Cara kedua ialah dengan menghitung jawaban benar dan masing-masing butir soal yang dijawab benar diberi skor 1, maka jumlah skor yang diperoleh siswa adalah banyaknya butir soal yang dijawab benar. Cara ini dapat diformulasikan sebagai berikut:

S = ∑R

 

Tes bentuk jawaban singkat dan menjodohkan

Pada umumnya pada kedua tes ini pemberian skornya tidak memperhitungkan sanksi berupa denda. Yakni jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Formula yang digunakan untuk penskoran ialah:

S = ∑R

 

Contoh:

Tes dalam bentuk jawaban singkat dengan soal sebanyak 30 butir. Jawaban yang benar ada 28. Maka skor yang diperoleh ialah 28 (Sukiman 2012).

 

Tes benar-salah (true-false)

Soal pada tes benar-salah berupa pernyataan-pernyataan (statement). Pernyataan-pernyataan tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Cara menghitung tes ini dengan menggunakan formula sebagai berikut:

Dengan denda

S = R – W

Keterangan:

S          : skor yang diperoleh

R          : jawaban yang benar

W        : jawaban yang salah

 

Contoh: Jumlah soal pada suatu tes ada 30 butir. Jawaban benar sebanyak 26, sedangkan jawaban salah sebanyak 4. Maka skor yang diperoleh adalah 26 – 4 = 22

Tanpa denda

Dengan rumus:

S = R

S          : Skor yang diperoleh

R          : Skor yang benar

 

Sehingga jawaban yang benar saja yang dihitung.

Tes lisan

Dengan rumus:

S = R

S          : Skor yang diperoleh

R          : Skor yang benar (Alfath dan Raharjo 2019).

Penilaian Ranah Afektif

 

Hasil belajar afektif dievaluasi dengan menggunakan instrumen berupa skala penilaian dan pedoman pengamatan, yang pada umumnya menggunakan model skala Likert dengan jarak skala atau rentangan 3, 4, atau 5. Sedangkan penafsiran menggunakan kateogori verbal seperti sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah dan lain sebagainya. Contoh:

Berdasarkan contoh di atas, cara memberikan skor bagi setiap siswa ialah dengan menuliskan skor pada masing-masing indikator ataupun aspek yang telah ditetapkan atas dasar hasil pengamatan guru dengan mengacu pada pedoman penskoran yang telah ada. Selanjutnya, skor total siswa ialah jumlah semua skor dari setiap indikator atau aspek yang dinilai (Sukiman 2012).

 

Teknik Pengolahan Hasil Asesmen

Pada bab awal telah dijelaskan teknik pemberian skor (penskoran), maka langkah selanjutnya adalah mengolah skor hasil evaluasi siswa. Karena skor mentah belum memiliki makna, maka belum dapat digunakan untuk pengambilan keputusan mengenai prestasi hasil belajar siswa. Misalnya siswa Andi mampu menjawab benar 20 butir soal  pada ulangan matematika dari 30 soal yang ada. Apabila setiap soal berbobot 1 poin jika benar, maka skor yang diperoleh adalah 20. Namun apakah skor 20 itu merupakan skor yang bagus? Bagaimana skor 20 dibandingkan skor siswa lain di kelasnya?. Oleh sebab itu, guru harus menginterpretasikan skor mentah tersebut berdasarkan acuan penilaian tertentu yang relevan, sehingga skor mentah menjadi lebih bermakna (Endrayanto, Herman Yosep Sunu, and Yustiana Wahyu Harumurti. 2014). Berikut teknik pengolahan skor berdasarkan dua pendekatan:

Teknik Pengolahan Dengan Pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Konsep Penilaian Acuan Patokan (PAP)

 

Penilaian acuan patokan (PAP) atau dikenal dengan Criterion Referenced Test ialah penilaian yang beracuan pada kriteria pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. Fokusnya, nilai yang diperoleh dikaitkan dengan tingkat pencapaian penguasaan materi pengajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

 

Teknik Pengolahan Dengan Pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN)

Konsep Penilaian Acuan Norma (PAN)

Penilaian acuan normatif atau norma ialah penilaian dengan pendekatan klasik karena membandingkan hasil belajar siswa di dalam kelompok (kelas) dengan mendeskripsikan posisi relatif seorang siswa terhadap siswa lainnya (Endrayanto, Herman Yosep Sunu, and Yustiana Wahyu Harumurti. 2014). Metode pengukuran dengan menggunakan prinsip belajar kompetitif digunakan pada pengukuran ini. Tujuan dari penggunaan pendekatan tes ini biasanya lebih umum serta meliputi suatu bidang isi dan tugas belajar yang besar. Tes acuan norma dimaksudkan untuk mengetahui hubungan status peserta tes yang satu dengan peserta tes lainnya (Rapono, Safrial, dan Wijaya, t.t.), yakni untuk membedakan tingkat kemampuan peserta tes mulai dari yang terendah sampai dengan yang paling tinggi. Idealnya, pendistribusian tingkat kemampuan dalam suatu kelompok menggambangan

 

Penilaian dalam pembelajaran bertujuan untuk dapat menentukan kualitas dari kegiatan pembelajaran. Fungsinya untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian kompetensi, untuk mengetahui kekuatan, kelemahan dan mendiagnosis sekaligus perbaikan terhadap proses pembelajaran. Didalam penilaian ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan. Yakni tahapan-tahapan yang ada ketika memeriksa dan mengolah hasil asesmen. Pada tahap memeriksa hasil asesmen ialah mengoreksi hasil jawaban siswa dengan cermat dan teliti sesuai pedoman penskoran (memberikan skor) yang telah ada. Skor yang dimaksudkan adalah nilai mentah yang harus diolah agar mempunyai makna dan untuk pengambilan keputusan mengenai prestasi hasil belajar siswa. Guru harus menginterpretasikan skor mentah tersebut berdasarkan acuan penilaian tertentu yang relevan, sehingga skor mentah menjadi lebih bermakna. Untuk mengolah skor mentah dapat menggunakan dua pendekatan, yaitu dengan penilaian acuan patokan (PAP) dan penilaian acuan norma (PAN). Pendekatan penilaian tersebut digunakan sesuai dengan kebutuhan. Misalnya untuk mengetahui apakah skor yang diperoleh siswa termasuk bagus atau sudah memenuhi dari batas lulus (passing grade) yang telah ditentukan maka menggunakan penilaian acuan patokan. Sedangkan untuk mengetahui perbandingan skor siswa satu dengan yang lainnya maka menggunakan penilaian acuan norma.

 

REFERENSI 5

 

Analisis Hasil Evaluasi Melalui Pemberian Skor Tes Objektif Dan Essay Serta Buku Catatan Lengkap Dan Tidak Lengkap

 

Evaluasi pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang sangat penting di dalam proses belajar mengajar. Hal ini, menjadi penting sebab dengan adanya evaluasi dapat mengetahui kelemahan-kelemahan dan kekurangan serta perkembangan proses belajarmengajar dan masih banyak hal lain yang berhubungan dengan pentingnya dan tujuanevaluasi. di dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 evaluasi atau penilaian menjadi penting karena dijadikan Standar Nasional Pendidikan, agar adanya pemerataan untuk semua peserta didik baik yang berada diperkotaan maupun di daerah dengan adanya standarisasi penilaian serta supaya terwujudnya tujuan pendidikan nasional (Yulianti, 2022).

 

A.Pengertian Analisis Hasil Evaluasi

Analisis merupakan suatu proses dimana tenaga pendidik bisa mengetahui informasi yang telah dikumpulkan. Analisis disini termasuk kegiatan mengolah data yangsudah dikumpulkan untuk mendukung data tersebut setelah menentukan kesimpulan.Tujuan setelah melakukan kegiatan analisis yaitu membuat rangkuman dari data-data ang sudah dikumpulkan dan menyimpulkan data-data yang ada di dalamnya sebagai informasi serta dasar ketika mengambil suatu keputusan. Hasil evaluasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat di butuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan (W, D.R. 2018).Oleh karena itu, dengan dilakukan nya kegiatan evaluasi, maka kita bisa mengetahui maju dan mundurnya sebuah kualitas pendidikan, dengan demikian kita bisa dapat mengetahui titik kelemahan dan mencari jalan keluar demi perbaikan pendidikan untuk lebih baik dimasa depan. Dapat disimpulkan bahwa, analisis hasil evaluasi merupakan sebuah proses kegiatan yang dilakukan tenaga pendidik untuk mendapatkan suatu informasi berupa data mengenai hasil belajar siswa dan menafsirkannya menjadi nilai berupaangka baik data kualitatif maupun kuantitatif sesuai dengan standar pendidikan.

 

B. Pengelolaan Analisis Hasil Evaluasi

Langkah awal yang harus dilakukan yaitu mengelola hasil evaluasi yang telah dikumpulkan kemudian mengadakan penyekoran terhadap jawaban yang siswa peroleh.Pemberian skor merupakan suatu proses pengubahan jawaban menjadi angka, sedangkanskor adalah suatu hasil pekerjaanmenskorkan yang diperoleh dengan menjumlahkan angkaangka bagisetiap butirsoaltes yang dijawab dengan benar oleh peserta didik. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam penyekoran hasil tes sesuai dengan bentuk bentuk tes yangdigunakan, diantaranya sebagai berikut :1) Pemberian Skor Untuk Tes Bentuk Objektif

 

C.Pelaporan Data Hasil Evaluasi

Hal yang perlu dilakukan pada tahap pelaksanaan evaluasi hasil belajar pesertadidik adalah menentukan tujuan dari pelaksanaan evaluasi, membuat desain danmenyajikan teks. Laporan ini akan memberikan bukti sejauh mana tujuan pendidikan yangdiharapkan oleh anggota masyarakat, khusunya orang tua siswa dapat tercapai. Agar anggota masyarakat dapat menilai kemajuan sekolah secara objektif, seharusnya setiaplembaga pendidikan membuka diri untuk memberikan informasi secara berkala.

 

Pemberian informasi ini dapat berupa laporan umum dan laporan khusus tentang pretasi yang dapat dicapai oleh sekolah. Secara garis besar laporan hasil evaluasi dibuat 2 macam yaitu :

1. Catatan Lengkap

2. Catatan Tidak Lengkap

 

D. Pemanfaatan Data Hasil Evaluasi

Data evaluasi mempunyai beberapa manfaat, dari sisi pembelajaran, evaluasimeliputi penilaian hasil belajar dan penilaian hasil tindak lanjut pengaruh gayakepemimpinan demokratis kepala madrasah terhadap kinerja guru,

 

Analisis hasil evaluasi adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh tenaga pendidik untuk mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar yang dialami oleh peserta didik selama proses belajar dikelas. Dalam menganalisis hasil evaluasi dapat dilakukan dengan dua tahapan yaitu pengelolaan dan pelaporan. Pengelolaan merupakan kegiatan mengelola hasil evaluasi peserta didik, mulai dari pemberian skor, proses pengubahan jawaban menjadi angka dan melalui dua cara yaitu pemberian skor untuk tes bentuk objektif dan pemberian skor tes bentuk essay. Kemudian setelah itu, dilakukan kegiatan pelaporan, yaitu kegiatan penyajian data selama proses hasil peserta didik yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar peserta didik dengan berupa catatan yang secara garis besarnya dibuat dua macam, yakni catatan lengkap dan catatan tidaklengkap. Dari analisis hasil evaluasi ini dapat memberikan banyak manfaat untuk guruataupun peserta didik, salah satunya yaitu memudahkan tenaga pendidik dalam melakukan sebuah kegiatan evaluasi belajar yang dilakukan peserta didik ketika belajar di kelas, kemudian manfaat yang dirasakan oleh peserta didik salah satunya sebagai salah satu usaha perbaikan dari hasil belajar peserta didik.

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Alvira , N. P., & Maya, P. (2023). Evaluasi Remedial Dan Diagnostik Sebagai Penentu Belajar. Pendidikan Dan Ilmu Pengetahuan, 146-156.

Hambali, A. N. (2022). Teknik Pemeriksaan Dan Pengelolaan Hasil Assasmen Dalam Pembelajaran. 5-20.

Mardiah, a. (2022). Evalusi Pendidikan. 146-160.

Sakti, A., & Sudrajat. (2021). Belajar Pembelajaran Di Sekolah Dasar. 223-237.

Sukardi , N. H. (2021). Evaluasi Pembelajaran. 170-184.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

REFERENSI 1

Mata Kuliah : Diagnosis & Remedial kesulitan Belajar

 

Proses  Evaluasi Pengajaran Remedial

 

A. Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Remedial

Pengajaran merupakan salah satu tahapan kegiatan utama dalam keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan, dan merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dan usaha diagnosa kesulitan belajar. Adapun prosedure pengajaran remedial tersebut tertera dalam bagan skematis berikut

 

Skema prosedur pelaksanaan pengajaran remedial setidaknya dapat dikembangkan 4 alternatif prosedur sesuai dengan kebutuhannya sbb:

a.Prosedur I : mencakup langkah 1-2-3-4-5-6

b.Prosedur II : mencakup langkah 1-2-(3)-4-5-6

c.Prosedur III: mencakup langkah 1-2-3-4-5-6-(7)

d.Prosedur IV mencakup langkah 1-2-(3)-4-5-6-(7)

 

·        Penelaahan kembali kasus dengan permasalahannya

Dalam pengajaran remedial, langkah ini merupakan tahapan paling fundamental (dasar/utama) karena merupakan landasan pangkal tolak langkah-langkah berikutnya. Sasaran pokok langkah ini adalah untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas (definit) mengenai karakteristik kasus berikut permasalahannya untuk memperoleh gambaran yang lebih definit fasilitas alternatif tindakan remedial yang direkomendasikan, sesuai dengan sasaran pokok tersebut maka kegiatan di dalam langkah ini difokuskan kepada suatu analisis rasional atas hasil diagnosis yang telah dilakukan atau rekomendasi dari pihak lain (guru, petugas BP dan sebagainya).

 

·        Menentukan alternatif pilihan

Langkah ini merupakan dari hasil pengkajian yang pada langkah pertama itu akan diperoleh kesimpulan mengenai dua hal pokok penting yaitu:

Karakteristik khusus yang akan ditangani secara umum, dapat dikategorikan pada salah satu dari tiga kemungkinan, yaitu:

1)      kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan hanya memiliki kesulitan dalam menemukan dan mengembangkan pola strategi/metode/teknik belajar yang sesuai, efektif, dan efisien

2)      kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan disamping memiliki kesulitan dalam mengembangkan dalam menemukan dan mengembangkan pola strategi/metode/teknik belajar yang sesuai, efektif, dan efisien itu, juga dihadapkan pada hambatan potensial psokologis (ego-emosional, potensial- fungsional, sosial-psikologis) dalam penyesuaian dengan dirinya dan lingkungan

3)      Kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan telah memiliki kecenderungan ke arah kemampuan menemukan dan mengembangkan pola-pola strategi/metode/teknik belajar yang sesuai, efektif, dan efisien, namun terhambat oleh kondisi ego- emosional, potensial-fungsional, sosial-psikologis, dan faktor instrumental-environmental lainnya.

 

Alternatif pemecahannya lebih strategis jika

1)      Langsung ke langkah keempat (pelaksanaan pengajaran remedial). Misalnya: jika kasusnya termasuk kategori pertama atau

2)      Harus menempuh dahulu langkah ketiga (layanan konseling/psikoterapi) sebelum lanjut ke langkah keempat (pelaksanaan pengajaran remedial) apabila misalnya kasus termasuk kateegori kedua (pilihan alternatif tindakan) atau ketiga.

 

Jadi, sasaran pokok kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah membuat suatu keputusan pilihan alternatif mana yang harus ditempuh berdasarkan pertimbangan rasional yang cermat. Dalam proses pengambilan keputusan ini ada beberapa prinsip-prinsip sebagai berikut:

a.       Efektifitas, dalam artian lebih mampu untuk mencapai tujuan pengajaran remedial yang diharapkan.

 

b.      pengorbanan serta fasilitas seminimal mungkin dengan hasil yang diharapkan semaksimal mungkin

c.       Keserasian, dalam arti keseuaian dengan:

1)      jenis karakteristik, intensitas, dan latar belakang permasalannya

2)      jumlah, jenis, dan sifat kepribadian khusus

3)      tingkat penguasaaan teori, kemahiran praktek, dan sifat kepribadian guru yang akan menanganinya

4)      kesediaan daya dukung penunjang/lingkungan yagn diperlukan sarana

5)      waktu dan kesempatan yang tersedia pada pihak- pihak yang bersangkutan.

 

B. Jenis dan Metode dalam Pengajaran Remedial

Terdapat beberapa jenis kegiatan yang dapat dilakukan untuk pelaksanaan pembelajaran remedial, yaitu:

1.      Mengajarkan kembali (reteaching) yaitu perbaikan dilakukan dengan jalan mengajar kembali bahan yang telah dipelajari

2.      Tutorial yaitu memberikan bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan dan motivasi agar para siswa belajar secara efektif dan efisiend

3.       Memberikan pekerjaan rumah dengan pemberian tugas rumah, diharapkan siswa akan membuka kembali catatannya kemudian mempelajarinya untuk menyelesaikan tugas rumah tersebut. Dengan cara ini, siswa akan berusaha lebih memahami pelajaran tersebut, agar bisa mengejar tugas gurunya

 

Metode pengajaran remedial merupakan metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan bimbingan kesulitan belajar mulai dari langkah-langkah identifikasi kasus sampai dengan langkah tindak lanjut. Beberapa metode yang dapat dilaksanakan dalam pengajaran remedial yaitu:

Metode Pemberian Tugas

 kelompok maupun secara individual, kemudian diminta pertanggung jawaban atas tugas-tugas tersebut. Adapun penetapan jenis dan sifat tugas yang diberikan disesuaikan dengan jenis, sifat dan latar belakang kesulitan belajar yang dihadapi

·        Keuntungan metode pemberian tugas

1)      murid lebih memahami dirinya, baik kemampuan maupun kemampuan dirinya.

2)      murid dapat memperluas dan memperdalam materi yang dipelajari

3)      murid dapat memperbaiki cara-cara belajar yang telah dilakukan

4)      terdapat kemajuan belajar pada murid baik secara individual maupun kelompok.

 

C. Strategi dan Teknik Pendekatan Pengajaran Remedial

1. Strategi dan pendekatan pengajaran remedial yang bersifat kuratif

Pengajaran remedial dapat dikatakan bersifat kuratif apabila dilakukan setelah berlangsungnya program belajar mengajar sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Program proses belajar mengajar tersebut meliputi program untuk tiap pertemuan, untuk satuan (unit) Bahan Pelajaran atau satuan waktu tertentu (mingguan, bulanan, semester dan sebagainya). Strategi dan pendekatan teknik ini diberikan kepada murid secara empirik yang menunjukkan kesulitan belajar tertentu (prestasi lemah, kurang mampu melaksanakan penyesuaian) yang diprediksikan atau diduga akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu program studi tertentu yang akan ditempuhnya. Pendekatan kuratif tindakan remedial berpangkap dari hasil post test diagnostic berdasarkan data- data hasil tes sumatif.

 

Adapun yang menjadi sasaran pokok pengajaran remedial yang bersifat kuratif adalah:

a)      Murid yang prestasinya jauh dibaah kriteria keberhasilan, diusahakan pada suatu saat tertentu dapat mencapai kriteria keberhasilan minimal tersebut

b)      Murid yang masih kurang sedikit dari keberhasilan minimal diupayakan suatu saat dapat disempurnakan

 

Untuk mencpaai sasaran-sasaran pokok tersebut para ahli psikologi pendidikan telah mengembangkan beberana

 

a. Pendekatan Pengulangan (repeatition)

Sejalan dengan diagnosisnya, pengulangan terdiri dari beberapa tingkatan

1) Pada setiap akhir jam pertemuan tertentu

2) Pada setiap akhir unit (satuan bahan) pelajaran tertentu

3)Pada akhir setiap (triulan/semester) satuan program studi

 

D. Avaluasi Pengajaran Remedial

Tujuan evaluasi adalah suatu pilihan rasional, mau tidak mau melakukan suatu tindakan penilaian (evaluasi). Setiap tindakan evaluasi memerlukan adanya suatu perangkat kriteria atau tolak ukur sebagai pegangan, suatu cara atau teknik pengukuran dan pengolahan data informasi untuk menunjukkan gambaran seberapa jauh objek yang dievaluasi itu memadai atau tidaknya sesuia dengan kriteria yang ditentukan.

 

 


 

REFERENSI 2

 

Evaluasi Pembelajaran Remedial

 

·        Menyusun Rencana Evaluasi Pembelajaran

Sebelum evaluasi hasil belajar dilaksanakan, harus disusun terlebih dahulu perencanaannya secara baik dan matang. Perencanaan evaluasi hasil belajar itu umumnya mencakup lima jenis kegiatan, yaitu:

a)      Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi.

b)      Menetapkan aspek-aspek yang akan dievaluasi, misalnya apakah aspek kognitif, aspek afektif, atau aspek psikomotorik.

c)      Memilih dan menentukan teknik yang akan dipergunakan di dalam pelaksanaan evaluasi, misalnya apakah evaluasi itu akan dilaksanakan dengan teknik tes atau teknik non tes.

d)      Menyusun kriteria yang akan dipergunakan dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar.

e)      Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar itu sendiri.

 

·        Menghimpun Data

a)      Melakukan verifikasi (kebenaran) data yang didapatkan melalui tes atau non tes yang berkaitan dengan hasil belajar siswa

b)      Mengolah dan menganalisis data hasil belajar siswa yang didapatkan melalui instrumen tes maupun non tes.

c)      Memberikan interpretasi dan menarik kesimpulan tentang hasil belajar siswa, apakah sudah mencapai kriteria yang telah ditetapkan atau belum.

d)      Tindak lanjut hasil evaluasi, dengan melakukan perbaikan atau remedial bagi

 

·        Jenis-Jenis Evaluasi Pembelajaran

Jenis-jenis evaluasi pembelajaran sangat banyak jenisnya tergantung pada sudut pandang dalam melihat evaluasi pembelajaran tersebut, seperti:

Jenis evaluasi pembelajaran dilihat dari fungsinya, maka evaluasi pembelajaran terdiri dari (a) Penilaian formatif, (b) Penilaian sumatif, (c) Penilaian diagnostik, (d) Penilaian selektif dan (e) Penilaian penempatan.

 

Jenis evaluasi pembelajaran dilihat dari pengukurannya maka evaluasi pembelajaran terdiri dari dua, yaitu:

a)      Tes merupakan alat atau teknik penilaian yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam pencapaian suatu kompetensi tertentu oleh guru.

b)      Non tes adalah alat evaluasi yang biasa untuk menilai aspek afektif dan psikomotorik siswa seperti sikap, minat, keterampilan dan motivasi.

 

·        Evaluator Pembelajaran

Evaluasi merupakan salah satu komponen yang memiliki peran yang sangat penting dalam suatu rangkaian kegiatan pembelajaran. Melalui evaluasi bukan saja guru dapat mengumpulkan informasi tentang berbagai kelemahan dalam proses pembelajaran sebagai umpan balik untuk memperbaiki selanjutnya, akan tetapi dapat melihat sejauh mana kemampuan yang dimiliki oleh siswa, yang menjadi evaluator pembelajaran di dalam proses pembelajaran adalah guru. Beberapa hal yang cukup penting dalam melaksanaan evaluasi bagi evaluator adalah:

a)      Evaluasi harus dilaksanakan terhadap semua aspek perkembangan siswa, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Hal ini sangat penting, oleh sebab pencapaian siswa seutuhnya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan dan atau proses pembelajaran. Siswa akan dikatakan memiliki kesempurnaan jika memiliki ketiga aspek tersebut.

b)      Evaluasi harus dilakukan secara terus-menerus, dengan menekankan kepada evaluasi proses dan evaluasi hasil pembelajaran.

c)      Evaluasi dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen penilaian seperti instrumen tes dan instrumen non tes.

d)      Tes, penilaian, pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan istilah-istilah yang terdapat dalam pembelajaran yang memiliki arti yang hampir sama namun memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain.

 

e)      Tes merupakan istrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa, tes tersebut bisa berbentuk tes objektif seperti pilihan ganda, menjodohkan dan benar salah, selain itu juga bisa menggunakan tes subjektif, seperti skala sikap, observasi, portofolio dan lain sebagainya.

f)        Pengukuran (measurement) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur sesuatu obyek. Mengukur pada hakekatnya adalah pemasangan korespondensi antara angka yang diberikan dengan fakta dan diberi angka atau diukur (Djaali dan Pudji M., 2008).

g)      Penilaian adalah suatu proses yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar siswa dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dari pertimbangan tertentu,

h)      Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan program telah tercapai (Gronlund, dalam Djaali dan Pudji M 2008).

 


 

REFERENSI 3

 

Kedudukan Diagnosis kesulitan Belajar Dan Pengajaran Program Pengayaan Dalam Proses Belajar Mengajar

 

 

Banyak faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar. Menurut Muhibbin (1995) faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yaitu:

1)      Faktor intern siswa, yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa, labilnya emosi dan sikap, serta terganggunya indera-indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga).

2)      Faktor ekstern siswa, yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa yang meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas siswa. seperti lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah.

 

Demikian penilaian dan evaluasi sebagai salah satu komponen proses kegiatan belajar mengajar dalam kurikulum merupakan umpan balik dalam kegiatan belajar mengajar, salah satu fungsi evaluasi dipergunakan untuk pelaksanaan program pengajaran remedial bila tujuan program pengajaran tidak tercapai.

 

Pengajaran remedial merupakan pelengkap dari proses pengajaran secara keseluruhan dan merupakan bagian program yang tak terpisahkan dari program pembelajaran. Oleh karena itu, menurut Ahmadi & Supriyono (2004:150), pengajaran remedial perlu dikuasai setidak-tidaknya dikenal oleh para pendidik khususnya guru mata pelajaran maupun guru BK di setiap satuan pendidikan.

1.      Pengajaran Perbaikan (Remedial teaching), diperuntukan siswa yang belum mencapai batas ketuntasan minimal

 

2.      Program Pengayaan (enrichment program), untuk siswa yang telah mencapai ketuntasan minimal.

 

Selanjutnya, menurut Muhibbin Syah (2012: 64) "belajar sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif".

 

Senada dengan pendapat tersebut Hamzah (2007:21) menyatakan belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dapat dinyatakan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sejalan dengan itu, menurut Hakim (2002:1) belajar adalah suatu proses perubahan yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, dan daya pikir. Sedangkan belajar menurut Sardiman (2007:20) merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Belajar itu akan lebih baik, kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya sendiri tanpa campur tangan dari orang lain.

 

Berdasarkan pengertian belajar yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian proses perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan yang relatif permanen pada seseorang sebagai hasil pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan yang melibatkan

 

Diagnosis kesulitan belajar siswa sangat penting dilakukan. Dalam proses belajar mengajar, siswa dan guru mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan.

Menurut Mohammad Surya (Suherlina, 1999) diagnosis kesulitan belajar siswa dapat diketahui dengan melihat beberapa patokan yang dianggap dapat mengidentifikasikan kesulitan siswa. Adapun beberapa patokan tersebut dinyatakan sebagai berikut:

1)      Tingkat Pencapaian Tujuan Pendidikan

2)      Kedudukan dalam kelompok

3)      Perbandingan antara Potensi dan Prestasi

4)      Tingkah LakuBanyak faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar. Menurut Muhibbin (1995) faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yaitu

1.      Faktor intern siswa, yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa, labilnya emosi dan sikap, serta terganggunya indera-indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga).

2.      Faktor ekstern siswa, yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa yang meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas siswa seperti lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah.

 

 

 

 


 

REFERENSI 4

 

Evaluasi Remedial Dan Diagnostik Sebagai Penentu Hasil Belajar

 

Pembelajaran ialah sebuah proses pemberian ilmu yang dilakukan oleh seorang guru untuk siswanya.Dengan melakukan proses pembelajaran siswa akan memperoleh ilmu pengetahuan, pembentukan sikap, penguasaan kemahiran, dan lain sebagainya. Pendidikan merupakan sebuah proses pendewasaan diri melalui pelatihan dan juga pengajaran. Pada saat proses pembelajaran berlangsung tidak ditemukannya siswa sedikit yang mengalami berbagai macam kesulitan, kesulitan yang dialami siswa dapat berdampak dikemudian hari. Maka dari itu diperlukan adanya pembelajaran yang baik dan benar.

 

Maka dari itu seluruh peserta didik perlu mendapatkan perhatian khusus dariseorang pendidik agar mereka dapat berhasil dalam waktu yang bersamaan. Pada hakikatnya siswa yang tidak dapat menyelesaikan pembelajaran dengan baik tidak dapat dikatakan bodoh, karena kemampuan dari masing-masing siswa berbeda. Guru harus dapat mengidentifikasi kemampuan siswa karena hal tersebut menjadi penentu keberhasilan pembelajaran.

Evaluasi Diagnostik membutuhkan prosedur yang tepat dan peran guru yang tinggi sebagai seorang evaluator. Evaluasi diagnostik sendiri merupakan sebuah bentuk evaluasi yang digunakan untuk mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan siswa agar dapat perlakuan yang sesuai.

 

Proses belajar yang dilakukan oleh siswa dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan juga faktor eksternal siswa.

 

Diagnostik biasanya efektif untuk dilakukan pada awal tahun pembelajaran. Tujuannya agar dapat menentukan tingkat awal pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, dengan mengetahui pengetahuan awal tersebut guru dapat lebih mudah untuk memberikan metode pembelajaran yang cocok untuk siswa. Peneliti memilih evaluasi pembelajaran siswa dengan menggunakan evaluasi diagnostik untuk mengetahui metode pembelajaran yang cocok diberikan untuk siswa dengan melihat kondisi siswa terlebih dahulu.

                    

Menurut Good (1973) remedial dapat didefinisikan sebagai pengelompokan siswa, yang dipilih oleh pendidik dan memerlukan pembelajaran lebih dalam pada mata pelajaran tertentu. Tindakan kelas remidi juga merupakan pengajaran kembali yang dilakukan oleh pendidik untuk mengulang materi ataupun pemberian soal.

 

Remedi dapat dilakukan jika guru telah mengidentifikasi siswa dan kesulitan belajar siswa telah ditemui.

 Kegiatan remidi bisa dilakukan setelah evaluasi diagnostik dilaksanakan.

Diagnostik pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga aspek, yakni:

1.      siapa saja siswa yang sedang mengalami kesulitan belajar

2.      Pada materi manakah siswa sulit untuk memahami materi

3.      Faktor apa saja yang dapat menjadi penyebab dalam kegagalan siswa untuk mencapai tujuan belajar

 

Untuk mencari informasi tambahan mengenai siswa, pendidik dapat melihat raport siswa yang sudah diampuh, sehingga dapat mengetahui perkembangan peserta didik. Setelah mendapatkan informasi, pendidik dapat mengelompokan peserta didik kedalam tiga kelompok yaitu:

1) kelompok dengan siswa underachiever,

2) kelompok dengan siswa yang memiliki nilai cukup,

3) kelompok siswa yang memiliki nilai diatas rata-rata.

 

selain waktu belajar hal lain. yang harus diperhatikan yaitu tempat dan fasilitas yang digunakan. karena hal tersebut mendukung proses pembelajaran.

Motif

1)      Bakat

2)      Suasa Rumah

3)      Metode Mengajar

4)      Kurikulim

5)      Relasi Guru Dengan Siswa

 

 

 


 

REFERENSI 5

 

Evaluasi Program Remedial dan Pengayaan Pada Pembelajaran

 

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdiri atas penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah.

 

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan, pengamatan, penugasan dan atau bentuk lain yang diperlukan. Hasil penilaian dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan dan perkembangan peserta didik. disamping itu hasil penilaian dapat juga memberi gambaran tingkat keberhasilan. pendidikan pada satuan pendidikan. Berdasarkan hasil penilaian, kita dapat menentukan langkah atau upaya yang harus dilakukan dalam meningkatkan. kualitas proses dan hasil belajar oleh pendidik, satuan pendidikan, orang tua.

 

Program pembelajaran remedial berdasarkan komponen perencanaan (antecendents)

 

Program Pembelajaran Remedial aspek evaluasi diagnosis kesulitan belajar, identifikasi penyebab kesulitan belajar dan penyusunan rencana kegiata yang diperoleh berdasarkan aspek diagnosis. kesulitan belajar ialah diagnosis kesulitan belajar peserta didik pada Program Pembelajaran Remedial untuk Pembelajaran dengan baik. Hal tersebut, ditunjukkan setelah tidak adanya dokumen yang menunjukkan keterlaksanaan diagnosis kesulitan belajar peserta didik pada Program Pembelajaran Remedial untuk Pembelajaran

 

Secara teoretis dapat dijelaskan bahwa Mukhtar dan Rusmini, (2008; 5) menjelaskan bahwa remedial merupakan suatu system belajar yang dilakukan berdasarkan diagnosis untuk menemukan kekurangan-kekurangan yang dialami peserta didik dalam belajar, sehingga dapat mengoptimalisasikan prestasi belajarnya. Dengan kata lain, kegiatan perbaikan yang dilakuka merupakan segala usaha yang dilakukan untuk mengidentifikasi jenis- jenis kesulitan belajar, menemukan factor penyebabnya, dan mengupayakan kemudian alternative-alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar tersebut berdasarkan informasi yang lengkap dan objektif.

 

Mukhtar dan Rusmini (2008) menjelaskan bahwa sebelum merancang kegiatan remedial, terlebih dahulu harus mengetahui mengapa siswa mengalami kesulitan dalam menguasai materi pembelajaran. Faktor penyebab kesulitan ini harus diidentifikasi terlebih dahulu, karena gejala yang sama yang ditunjukkan

 

Program pembelajaran remedial berdasarkan komponen proses (transactions)

Temuan penelitian yang diproleh berdasarkan aspek kesesuaian pelaksanaan dengan waktu yang ditentukan ialah guru. telah melaksanakan pembelajaran remedial sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Secara teoretik dapat dijelaskan pada.

 

Depdiknas 2001 bahwa Pembelajaran remedial diarahkan agar peserta didik dapat berinteraksi secara intensif dengan pendidik dan sumber belajar peserta didik yang bersifat perbaikan perlu selalu mendapatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui kemajuan belajarnya. Jika dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan segera diberikan. bantuan. Lebih lanjut Arofah, (2010: 3) pada hakikatnya semua peserta didik akan. dapat mencapai standar kompetensi yang ditentukan, hanya waktu pencapaian yang berbeda. Oleh karenanya perlu adanya program pembelajaran remedial (perbaikan). Metode pembelajaran remedial merupakan metode yang dilaksakan dalam keseluruhan kegiatan bimbingan kesulitan belajar.

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

A.Y, S., & Maryadi. (2015). Evaluasi Hasil Belajar. 234-244.

Asmidir, I., Sisca, F., & Solihatun. (2020). Diagnosis Kesulitan Belajar & Pembelajaran Remedial. 62-82.

Iyas, I. (2019). Asasmen Dan Evaluasi Pembelajaran. 246-258.

Nursalam, & Suardi. (2017). Evaluasi Pembelajaran Sosiologi. 164-175.

Sri, M. (2020). Diagnosa & Remedial Kesulitan Belajar. Jl. Karangrejo Sawah IX Nomor 17,Surabaya: 55-78.

No comments:

Post a Comment

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD

    PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD      BAB I PENDAHULUAN   A.  ...