RESUME DASAR-DASAR BK
BAB I
LATAR BELAKANG
A.
Pembangunan
dan Perkembangan Masyarakat
Sejak awal kemerdekaannya bangsa
& pemerintah Indonesia bertekad untuk menyelenggarakan perjuangan
pembangunan menuju bangsa yang cerdas, maju, adil, dan makmur, baik spiritual
maupun materiil. Bangsa kita ingin mengejar ketertinggalan yang amat parah yang
kita warisi akibat zaman penjajahan yang sangat panjang.
Globalisasi berasal dari kata global
yang berarti menyeluruh. Kata global dapat pula dikaitkan dengan globe yang
berarti bulatan bumi secara menyeluruh. Globalisasi berarti keadaan yang
menyangkut segenap bagian dunia secara menyeluruh.
Globalisasi dan informasi ibarat dua
sisi dari satu mata uang. Perkembangan yang semakin deras arus informasi
melalui media massa merupakan senjata yang paling ampuh bagi berlangsungnya
proses globalisasi.
B.
Manusia:
Makhluk Paling Indah dan Berderajat Paling Tinggi
Manusia adalah ciptaan Tuhan yang
paling indah dan paling tinggi derajatnya. Keindahan manusia berpangkal pada
diri manusia itu sendiri. Diri manusia memang indah, baik fisiknya, maupun
dasar-dasar mental dan kemampuannya. Predikat “paling tinggi” mengisyaratkan
bahwa tidak ada makhluk lain yang dapat mengatasi dan mengalahkan manusia.
Manusialah yang justru diberi kemungkinan untuk mengatasi ataupun menguasai
makhluk-makhluk lain.
C.
Dimensi-Dimensi
Kemanusiaan
Pertama, antara orang yang satu
dengan orang-orang lainnya terdapat berbagai perbedaan yang kadang-kadang
bahkan sangat besar.
Kedua, semua orang memerlukan orang
lain. Tiada seorang pun memperoleh kehidupan yang menyenangkan &
membahagiakan apabila orang tidak pernah berperanan terhadapnya.
Ketiga, kehidupan manusia tidak
bersifat acak ataupun sembarangan, tetapi mengikuti aturan-aturan tertentu.
Hampir semua kegiatan manusia, baik perseorangan maupun kelompok, mengikuti
aturan-aturan tertentu.
Keempat, juga dari sudut tinjauan
agama, kehidupan tidak semata-mata kehidupan di dunia fana, melainkan juga
menjangkau kehidupan di akhirat.
Keempat gejala mendasar yang
diuraikan tersebut merupakan dimensi kemanusiaan.
D.
Manusia
Seutuhnya
Manusia seutuhnya itu adalah mereka
yang mampu menciptakan dan memperoleh kesenangan & kebahagiaan bagi dirinya
sendiri dan bagi lingkungannya.
E.
Perlunya
Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah di Indonesia sebenarnya telah dirintis sejak tahun 1960-an. Mulai tahun
1975 pelayanan bimbingan konseling telah secara resmi memasuki sekolah-sekolah,
yaitu dengan dicantumkannya pelayanan tersebut pada Kurikulum 1975 yang berlaku
di sekolah-sekolahseluruh Indonesia, pada jenjang SD, SLTP dan SLTA. Pada
Kurikulum 1984 keberadaan bimbingan konseling lebih dimantapkan. Pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah telah diterima dan menjadi suatu pekerjaan
yang tugas dan ruang lingkupnya jelas. Mengingat bahwa sumber permasalahan
anak-anak, remaja dan pemuda sebagian besar berada diluar sekola, dan mengingat
pula bahwa permasalahan yang dialami manusia tidak hanya terdapat disekolah,
maka pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau daerah-daerah yang
lebih luas diluar sekolah.
BAB II
WAWASAN TENTANG PEMAHAMAN PENANGANAN
DAN PENYIKAPAN TERHADAP KASUS
A.
Tinjauan
Awal Tentang Kasus
Dalam bimbingan dan konseling
pemakaian kata “kasus” tidak menjurus kepada pengertian-pengertian tentang
soal-soal ataupun perkara-perkara yang berkaitan dengan urusan kriminal atau
perdata, urusan hukum ataupun polisi, atau urusan yang bersangkut-paut dengan
pihak-pihak yang berwajib. Kata “kasus” dalam bimbingan dan konseling sekadar
untuk menunjukkan bahwa “ada sesuatu permasalahan tertentu pada diri seseorang
yang perlu mendapatkan perhatian dan pemecahan demi kebaikan untuk diri yang
bersangkutan”.
B.
Pemahaman
Tentang Kasus
Pemahaman yang lebih mendalam
terhadap kasus dilakukan untuk mengetahui lebih jauh berbagai seluk-beluk kasus
tersebut, tidak hanya sekadar mengerti permasalahannya atas dasar deskripsi
yang telah dikemukakan pada awal pengenalan kasus semata-mata.
C. Penanganan Kasus
1) Pengenalan
awal tentang kasus
2) Pengembangan
ide-ide
3) Penjelajahan
lebih lanjut
4) Mengusahakan
upaya-upaya kasus
D.
Penyikapan
Terhadap Kasus
Penyikapan pada umumnya mengandung
unsur-unsur kognisi, afeksi, dan perlakuan terhadap objek yang disikapinya.
Dengan dilibatkannnya unsur-unsur kognisi, afeksi, dan perlakuan yang mengacu
pada hakikat keberadaan manusia sampai dengan pemahaman dan penanganan kasus,
agak lengkaplah dasar-dasar penyikapan seseorang terhadap kasus yang
dipercayakan kepadanya.
BAB III
PENGERTIAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
A.
Pengertian
Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Bimbingan
Bimbiangan adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang
individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing
dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan
kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan
norma-norma yang berlaku.
2. Pengertian Konseling
Konseling adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut
konselor)kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien)
yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
B.
Istilah
Penyuluhan dan Konseling
Penggunaan istilah penyuluhan dalam
arti “konseling” dan penyuluhan dalam arti “pembinaan masyarakat” seolah-oleh
berlomba dan saling mempertahankan keberadaan masing-masing. Dalam “perlombaan”
ini dapat dimengerti bahwa penyuluhan dalam arti yang kedua lebih memperoleh
pasaran, dalam arti konseling makin tertinggal dan terkungkung dalam
lingkungannya sendiri, khususnya lingkungan sekolah.
C.
Perkembangan
Konsepsi Bimbingan dan Konseling
Pada awalnya istilah “bimbingan”
berdiri sendiri dan tidak mengandung didalamnya pengertian konseling. Pada
periode berikutnya istilah bimbingan dan konseling dipakai secara kebersamaan
dan yang satu memuat yang lain. Pada perkembangan lebih lanjut istilah
konseling berdiri sendiri dan sekaligus ia memuat pengertian bimbingan.
D.
Tujuan
Bimbingan dan Konseling
Tujuan umum bimbingan dan konseling
membantu individu agar dapat mencapai perkembangan secara optimal sesuai dengan
bakat, kemampuan, minat dan nilai-nilai, serta terpecahkan masalah-masalah yang
dihadapi individu (klien). Tujuan khusus bimbingan dan konseling langsung
terkait pada arah perkembangan klien dan masalah-masalah yang dihadapi.
Tujuan-tujuan khusus itu merupakan penjabaran tujuan-tujuan umum yang dikaitkan
pada permasalahan klien, baik yang menyangkut perkembangan maupun kehidupannya.
E.
Asas-asas
Bimbingan dan Konseling
1. Asas kerahasiaan
2. Asas kesukarelaan
3. Asas keterbukaan
4. Asas kekinian
5. Asas kemandirian
6. Asas kegiatan
7. Asas kedinamisan
8. Asas keterpaduan
9. Asas kenormatifan
10. Asas keahlian
11. Asas alih tangan
12. Asas tutwuri handayani
F.
Kesalahpahaman
dalam Bimbinagn dan Konseling
1. Bimbingan dan konseling disamakan
saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan.
2. Konselor di sekolah dianggap sebagai
polisi sekolah.
3. Bimbingan dan konseling dianggap
semata-mata sebagai proses pemberian nasihat.
4. Bimbingan dan konseling dibatasi
pada hanya menangani masalah yang bersifat insidental.
5. Bimbingan dan konseling dibatasi
hanya untuk klien-klien tertentu saja.
6. Bimbingan dan konseling melayani
“orang sakit” dan/atau “kurang normal”.
7. Bimbingan dan konseling bekerja
sendiri.
8. Konselor harus aktif, sedangkan
pihak lain pasif.
9. Menganggap pekerjaan bimbingan dan
konseling dapat dilakukan oleh siapa saja.
10. Pelayanan bimbingan dan konseling
berpusat pada keluhan pertama saja.
11. Menyamakan pekerjaan bimbingan dan
konseling dengan pekerjaan dokter atau psikiater.
12. Menganggap hasil pekerjaan bimbingan
dan konseling harus segera dilihat.
13. Menyamaratakan cara pemecahan
masalah bagi semua klien.
14. Memusatkan usaha bimbingan dan
konseling hanya pada penggunaan instrumentasi bimbingan dan konseling (misalnya
tes, inventori, angket, dan alat pengungkap lainnya).
15. Bimbingan dan konseling dibatasi
pada hanya menangani masalah-masalah yang ringan saja.
BAB IV
LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A.
Landasan
Filosofis
Pelayanan bimbingan dan konseling
meliputi serangkaian kegiatan atau tindakan yang semuanya diharapkan merupakan
tindakan yang yang bijaksana. Untuk itu diperlukan pemikiran yang filosofis
tentang berbagai hal yang bersangkut-paut dalam pelayanan bimbingan dan
konseling.
1. Hakikat Manusia
Hakikat manusia akan terwujud selama
manusia itu ada, dari zaman ke zaman. Namun untuk mengoptimalkan perwujudan
kemanusiaan itu, upaya-upaya pendidikan, pembudayaan, dan konseling perlu
diselenggarakan.
2. Tujuan dan Tugas Kehidupan
Tujuan hidup yang dicapai melalui
pemenuhan tugas-tugas kehidupan menurut model Witner & Smeeney itu telah
memperlihatkan dimensi pokok kehidupan manusia yang memang perlu dikembangkan,
terutama dimensi spiritual dan psikologis, sosio-emosional.
B.
Landasan
Religius
1. Manusia Sebagai Makhluk Tuhan
2. Sikap Keberagamaan
3. Peranan Agama
C.
Landasan
Psikologis
Landasan psokologis dalam bimbingan
dan konseling berarti memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang
menjadi sasaran layanan (klien).
Untuk keperluan bimbingan dan
konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi perlu dikuasai :
1. Motif dan motivasi
2. Pembawaan dasar dan lingkungan
3. Perkembangan individu
4. Belajar, balikan dan penguatan
5. Kepribadian
D.
Landasan
Sosial Budaya
Landasan sosial budaya yang
mengingatkan bahwa bimbingan dan konseling yang hendak dikembangkan adalah
bimbingan untuk seluruh rakyat Indonesia dengan kebhinekaan budayanya.
E.
Landasan
Ilmiah dan Teknologis
Landasan ini membicarakan tentang
sifat-sifat keilmuan bimbingan dan konseling. Dalam kaitan ini dikemukakan
bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu ilmu sebagaimana ilmu-ilmu lainnya.
F.
Landasan
Pedagosis
Landasan ini mengemukakan bahwa
antara pendidikan dan bimbingan memang dapat dibedakan, tetapi tidak
dipisahkan. Tujuan bimbingan dan konseling, disamping memperkuat tujuan pendidikan,
juga menunjang proses pendidikan pada umumnya.
BAB
V
FUNGSI
DAN PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Fungsi Bimbingan dan Konseling
1. Fungsi
Pemahaman
a. Pemahaman
tentang klien
Seorang
konselor perlu terlebih dahulu memahami individu yang akan dibantu, bukan hanya
sekedar mengnal diri klien melainkan lebih jauh lagi, yaitu pemahaman yang
menyangkut latar belakang pribadi klien, kekuatan dan kelemahannya, serta
kondisi lingkungannya. Materi pemahaman itu lebih lanjut dapat dikelompokkan ke
dalam berbagai data tentang:
(1) Identitas
individu (klien) : nama, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, orang tua,
status dalam keluarga, dan tempat tinggal,
(2) Keluarga
,
(3) Status
perkawinan (bagi klien dewasa),
(4) Status
social-ekonomi dan pekerjaan,
(5) Kemampuan
dosen (intelegensi), bakat, minat, hobi,
(6) Kesehatan,
(7) Kecenderungan
sikap dan kebiasaan,
(8) Cita-cita
pendidikan dan pekerjaan,
(9) Keadaan
lingkungan tempat tinggal,
(10)
Kedudukan dan prestasi yang pernah
dicapai,
(11)
Kegiatan social kemasyarakatan,
Untuk
individu yang masih mengikuti jenjang pendidikan tertentu perlu ditambahkan:
(12)
Jurusan/program studi yang diikuti,
(13)
Mata pelajaran yang diambil, nilai-nilai
yang diperoleh dan prestasi menonjol yang pernah dicapai,
(14)
Kegiatan ekstrakulikuler,
(15)
Sikap dan kebiasaan belajar,
(16)
Hubungan dengan teman sebaya,
b. Pemahaman
tentang Masalah Klien
Tanpa
pemahaman terhadap masalah, penangan terhadap masalah itu tidak mungkin
dilakukan. Pemahaman terhadap masalah klien itu terutama menyangkut jenis
masalahnya, intensitasnya, sangkut-pautnya, sebab-sebabnya, dan kemungkinan
berkembangnya (kalau tidak segera diatasi).
Pihak-pihak
yang berkepentingan dengan pemahaman masalah klien selain konselor adalah klien
itu sendiri, orang tua, dan guru (bagi siswa di sekolah).
c. Pemahaman
tentang Lingkungan yang “Lebih Luas”
Secara
sempit lingkungan diartikan sebagai kondisi sekitar individu yang secara
langsung mempengaruhi individu tersebut, seperti keadaan rumah tempat tinggal,
keadaan sosio ekonomi dan sosioemosional keluarga, keadaan hubungan
antartetangga dan teman sebaya, dan sebagainya. Paparan singkat lebih lanjut
berikut ini menyangkut beberapa jenis lingkungan yang “lebih luas”, seperti lingkungan sekolah bagi
para siswa, lingkungan kerja dan industry bagi para karyawan, dan
lingkungan-lingkungan kerja bagi individu-individu sesuai dengan sangkut-paut
masing-masing. Termasuk kedalam lingkungan yang lebih luas itu adalah berbagai
informasi yang diperlakukan oleh individu, seperti informasi pendidikan dan
jabatan bagi para siswa, informasi dan pendidikan lebih lanjut bagi para
karyawan dan lain sebagainya.
2. Fungsi
Pencegahan
a. Pengertian
Pencegahan
Dalam
dunia kesehatan mental “pencegahan” didefinisikan sebagai upaya mempengaruhi
dengan cara yang positif dan bijaksana lingkungan yang dapat menimbulkan
kesulitan atau kerugian sebelum kesulitan dan kerugian itu benar-benar terjadi.
b. Upaya
Pencegahan
Ada
dua sikap berbeda yang timbul terhadap upaya pencegahan, khususnya dalam bidang
kesehatan, yaitu:
Sikap skeptik, meskipun menerima konsep pencegahan sebagai sesuatu yang
bagus, namun meragukan apakah upaya pencegahan memang dapat dilakukan atau yang
lebih jauh mereka juga menganggap bahwa upaya pencegahan itu tidak praktis.
Sikap optimistik, menganggap bahwa upaya pencegahan itu sangat penting
dan pelaksanaannya mesti diusahakan.
Upaya
pencegahan yang perlu dilakukan oleh konselor adalah:
(1) Mendorong
perbaikan lingkungan yang kalau diberikan akan berdampak positif terhadap
individu yang bersangkutan.
(2) Mendorong
perbaikan kondisi diri pribadi klien.
(3) Meningkatkan
kemampuan individu untuk hal-hal yang diperlukan dan mempengaruhi perkembangan
dan kehidupannya.
(4) Mendorong
individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan memberikan resiko yang besar,
dan melakuan sesuatu yang akan memberikan manfaat.
(5) Menggalang
dukungan kelompok terhadap individu yang bersangkutan.
3. Fungsi
Pengentasan
Proses
pengentasan masalah melalui pelayanan konselor menggunakan kekuatan-kekuatan
yang berada did alam diri klien sendiri. Kekuatan-kekuatan (yang pada dasarnya
ada) itu dibangkitkan, dikembangkan, dan digabungkan untuk sebesar-besarnya
dipakai menamggulangi masalah yang ada.
Proses
konseling:
a.
Langkah-Langkah
Pengentasan Masalah
Seorang
konselor harus memiliki ketersediaan berbagai bahan dan keterampilan untuk
menangani berbagai masalah karena setiap masalah individu itu unik dan berbeda
tidak boleh disamaratakan.
b.
Pengentasan
Masalah Berdasarkan Diagnosis
Model
diagnosis yang diterima dalam pelayanan bimbingan dan konseling adalah model
diagnosis pemahaman, yaitu yang mengupayakan pemahaman masalah klien, yaitu
pemahaman terhadap seluk-beluk masalah klien, termasuk di dalamnya perkembangan
dan sebab-sebab timbulnya masalah. Sebagai rambu-rambu yang dapat dipergunakan
untuk terselenggaranya diagnosis pemahaman itu, ada tiga dimensi diagnosis, yaitu:
(1) Diagnosis
mental/psikologis mengarah kepada pemahaman tentang kondisi mental/psikologis
klien, seperti kemampuan dasar, bakat dan kecenderungan minat, keinginan dan
harapan, temperamen dan kematangan emosionalnya, sikap dan kebiasaannya.
(2) Diagnosis
sosio-emosional mengacu kepada hubungan sosial klien dengan orang-orang yang
amat besar pengaruhnya terhadap klien, serta hubungan antara klien dengan
orang-orang “penting” itu, dan dengan lingkungan sosial pada umumnya.
(3) Diagnosis
instrumental meliputi aspek-aspek fisik klien (seperti kesehatan), fisik
lingkungan (sandang, pangan, papan), sarana kegiatan (buku pelajaran bagi
siswa, alat kantor bagi karyawan), prasyarat kemampuan untuk belajar lebih
lanjut, dan pemahaman situasi.
c.
Pengentasan
Masalah Berdasarkan Teori Konseling
Sejumlah
ahli telah mengantarkan berbagai teori konseling, tujuan teori-teori tersebut
tidak lain adalah mengentaskan masalah yang diderita oleh klien dengan cara
yang paling cepat, cermat, dan tepat.
4. Fungsi
Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi
pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri
individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang
telah dicapai selama ini. Pemeliharaan yang baik yaitu pemeliharaan yang
membangum, pemeliharaan yang memperkembangkan. Oleh karena itu fungsi
pemeliharaan dan fungsi pengmbangan tidak dapat dipisahkan. Dalam pelayanan
bimbingan dan konseling, fungsi pemeliharaan dan pengembangan dilaksanakan
melalui berbagai pengaturan, kegiatan, dan program.
B.
Prinsip-Prinsip
Bimbingan dan Konseling
1. Prinsip-Prinsip
Berkenaan dengan Sasaran Pelayanan
Sasaran
pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-individu, baik secara
perorangan maupun kelompok. Variasi dan keunikan keindividualan, aspek-aspek
pribadi dan lingkungan, serta sikap dan tingkah laku dalam perkembangan dan
kehidupannya itu mendorong dirumuskannya prinsip-prinsip bimbingan dan
konseling sebagai berikut:
a. Bimbingan
dan konseling melayani semua individu, tanpa memandang umur, jenis kelamin,
suku, bangsa, agama, dan status sosial ekonomi.
b. Bimbingan
dan konseling berurusan dengan sikap dan tingkah laku individu yang terbentuk
dari berbagai aspek kepribadian yang kompleks dan unik; oleh karena itu
pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau keunikan dan kekompleksab
pribadi individu.
c. Untuk
mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan
individu itu sendiri perlu dikenali dan dipahami keunikan setiap individu
dengan berbagai kekuatan, kelemahan, dan permasalahannya.
d. Setiap
aspek pola kepribadian yang kompleks seorang individu mengandung factor-faktor
yang secara potensial mengarah kepada sikap dan pola-pola tingkah laku yang
tidak seimbang.
e. Meskipun
individu yang satu dan yang lainnya adalah serupa dalam berbagai hal, perbedaan
individu harus dipahami dan dipertimbangkan dalam rangka upaya yang bertujuan
memberikan bantuan atau bimbingan kepada individu-individu tertentu, baik
mereka itu anak-anak, remaja, ataupun orang dewasa.
2. Prinsip-Prinsip
Berkenaan dengan Masalah Individu
Berbagai
factor yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan individu tidaklah selalu
positif. Masalah yang timbul seribu satu macam dan sangat bervariasi, baik
jenis dan intensitasnya. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan hal itu adalah:
f. Meskipun
pelayanan bimbingan dan konseling menjangkau setiap tahap dan bidang
perkembangan dan kehidupan individu, namun bidang bimbingan pada umumnya
dibatasi hanya pada hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental dan fisik
individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam
kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh kondisi
lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik.
g. Keadaan
sosial, ekonomi dan politik yang kurang menguntungkan merupakan factor
salah-satu pada diri individu dan hal itu semua menuntut perhatian seksama dari
para konselor ddan mengentaskan masalah klien.
3. Prinsip-Prinsip
Berkenaan dengan Program Pelayanan
Prisip-prinsip
yang berkenaan dengan program layanan bimbingan dan konseling itu adalah
sebagai berikut:
h. Bimbingan
dan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan
pengembangan; oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus disusun dan
dipadukan sejalan dengan program pendidikan dan pengembangan secara menyeluruh.
i.
Program bimbingan dan konseling harus
fleksibel, disesuaikan dengan kondisi lembaga (misalnya sekolah), kebutuhan
individu dan masyarakat.
j.
Program pelayanan bimbingan dan
konseling disusun dan diselenggarakan secara berkesinambungan kepada anak-anak
sampai dengan orang dewasa; di sekolah misalnya dari jenjang pendidikan taman
kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
k. Terhadap
pelaksanaan bimbingan dan konseling hendaknya diadakan penilaian yang teratur
untuk mengetahui sejauh mana hasil dan manfaat yang diperoleh, serta mengetahui
kesesuaian antara program yang direncanakan dan pelaksanaannya.
4. Prinsip-Prinsip
Berkenaan dengan Pelaksanaan Layanan
Pelaksanaan pelayanan
bimbingan dan konseling (baik yang terprogram atau incidental) dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan. Tujuan ini selanjutnya akan
diwujudkan melalui proses tertentu oleh seorang konselor. Dalam pelaksanaan
program bimbingan dan konseling konselor perlu mengadakan kerja sama dengan
berbagai pihak, baik dari dalam lembaga maupun dari luar lembaga agar
tercapainya perkembangan peserta didik secara optimal.
Prinsip-prinsip yang berkenaan denga hal tersebut adalah :
Prinsip-prinsip yang berkenaan denga hal tersebut adalah :
l.
Tujuan
akhir bimbingan dan konseling adalah kemandirian setiap individu. Oleh karena
itu pelayanan bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk mengembangkan
konseli agar mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi kesulitan atau
permasalahan yang dihadapinya.
m. Dalam
proses konseling keputusan yang diambil dan hendak dilakukan oleh konseli
hendaknya atas kemauan konseli sendiri, bukan karena kemauan atau desakan dari
konselor.
n. Permasalahan khusus yang dialami konseli harus
ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalaha khusus
tersebut.
o. Bimbingan dan konseling adalah pekerjaan
profesional. Oleh jarena itu dilaksanakan oleh tenaga ahli yang telah
memperoleh pendidikan dan latihan khusus dalam bidang bimbingan konseling.
p. Guru
dan orang tua memiliki tanggung jawab yang berkaitan dengan pelayanan bimbingan
konseling. Oleh karena itu kerjasama antar konselor dengan orang tua dan guru
sangat diperlukan.
q. Guru
dan konselor berada dalam satu kerangka upaya pelayanan. Oleh karena itu
keduanya harus mengembangkan peranan yang saling melengkapi untuk mengurangi
hambatan-hambatan yang menyebabkan terganggunya aktivitas belajar mengajar
disekolah maupun interaksi peserta didik terhada lingkungan dimana ia berada.
r.
Untuk mengelola pelayanan bimbingan dan
konseling dengan baik dan sejauh mungkin memenuhi tuntutan individu, sebaiknya
didakan program penilaian dan himpunan data yang memuat hasil pengukuran dan
penilaian itu dikembangka dengan baik. Dengan pengadministrasian instrument
yang benar-benar dipilih dengan baik, dat khusu tentang kemampuan mental, hasil
belajar, bakat dan minat, dan berbagai ciri kepribadian hendaknya dikumpulkan ,
disimpan, dan dipergunakan sesuai dengan keperluan.
s. Organisasi
program bimbingan hendaknya fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu
dan lingkungannya.
t.
Tanggung jawab pengelolaan program
bimbingan dan konseling hendaknya diletakkan di pundak seorang pimpinan program
yang terlatih dan terdidik secara khusus dalam pendidikan bimbingan dan
konseling, bekerjasama dengan staf dan personal, lembaga ditempat ia bertugas
dan lembaga-lembaga lain yang dapat menunjang program bimbingan dan konseling.
u. Penilaian
periodic perlu dilakukan terhadap program yang sedang berjalan. Kesuksesan
pelaksanaan program diukur dengan melihat sikap-sikap mereka yang
berkepentingan dengan program yang disediakan (baik pihak-pihak yang melayani
maupun yang dilayani), dan perubahan tingkah laku mereka yang pernah dilayani.
5. Prinsip-Prinsip
Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Sekolah merupakan lembaga yang wajah dan
sosoknya sangat jelas. Di sekolah pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan
dapat tumbuh dan berkembang dengan amat baik mengingat sekolah merupakan lahan
yang secara potensial sangat subur, sekolah memiliki kondisi dasar yang justru
menuntut adanya pelayanan ini pada kadar yang tinggi. Pelayanan BK secara resmi
memang ada disekolah, tetapi keberadaannya belum seperti dikehendaki. Dalam
kaitan ini Belkin (dalam Prayitno 1994) menegaskan enam prinsip untuk menumbuh
kembangkan pelayanan BK disekolah.
Prinsip BK disekolah menegaskan bahwa penegakan
dan penumbuh kembangan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah hanya
mungkin dilakukan oleh konselor profesional yang sadar akan profesinya, dan
mampu menerjemahkan ke dalam program dan hubungan dengan sejawat dan personal sekolah
lainnya, memiliki komitmen dan keterampilan untuk membantu siswa dengan segenap
variasinya disekolah, dan mampu bekerja sama serta membina hubungan yang
harmonis-dinamis dengan kepala sekolah.
BAB
VI
ORIENTASI
DAN RUANG LINGKUP
KERJA
BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Orientasi Bimbingan dan Konseling
Orientasi di sini adalah “pusat perhatian” atau
“titik berat pandangan”. Jadi, orientasi bimbingan dan konseling yang menjadi
pokok pembicaraan antara lain:
1.
Orientasi Perseorangan
Orientasi perseorangan
bimbingan dan konseling menghendaki agar konselor menitikberatkan pada siswa
secara individual.satu per satu siswa perlu mendapat perhatian. Pemahaman
konselor yang baik terhadap keseluruhan siswa sebagai kelompok itu penting,
tetapi arah pelayanan dan kegiatan bimbingan ditujukan kepada masing-masing
siswa. Kondisi keseluruhan (kelompok) siswa itu merupakan konfigurasi (bentuk
keseluruhan) yang dampak positif dan negatifnya terhadap siswa secara
individual harus diperhitungkan. Pelayanan bimbingan dan konseling yang
berorientasikan individu itu sama sekali tidak boleh menyimpang ataupun
bertentangan dengan nilai-nilai yang berkembang di dalam kelompok sepanjang
nilai-nilai itu sesuai dengan norma-norma umum yang berlaku.
Kaidah yang berkaitan dengan orientasi
perorangan dalam bimbingan dan konseling adalah:
a.
Semua kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka pelayanan
bimbingan dan konseling diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri
sendiri setiap individu yang menjadi sasaran layanan.
b.
Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan berkenaan
dengan individu untuk memahami kebutuhan-kebutuhannya, motivasi-motivasinya,
dan kemampuan-kemampuan potensialnya, yang semuanya unik, serta untuk membantu
individu agar dapat menghargai kebutuhan, motivasi, dan potensinya itu ke arah
pengembangannya yang optimal, dan pemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi diri
dan lingkungannya.
c.
Setiap klien harus diterima sebagai individu dan harus ditangani
secara individual (Rogers, dalam Mc Daniel, dalam Prayitno dan Erman, 2008).
d.
Menjadi tanggung jawab konselor untuk memahami minat, kemampuan,
dan perasaan klien serta untuk menyesuaikan program-program pelayanan dengan
kebutuhan klien setepat mungkin.
2.
Orientasi Perkembangan
Orientasi perkembangan
dalam bimbingan dan konseling lebih menekankan lagi pentingnya peranan
perkembangan yang terjadi dan yang hendaknya diterjadikan pada diri individu.
Bimbingan dan konseling memusatkan perhatiannya pada keseluruhan proses
perkembangan itu.
Peranan bimbingan dan
konseling adalah memberikan kemudahan-kemudahan bagi gerak individu menjalani
alur perkembangannya. Pelayanan bimbingan dan konseling berlangsung dan
dipusatkan untuk menunjang kemampuan inheren individu bergerak menuju
kematangan dalam perkembangannya.
Perkembangan merupakan
konsep inti dan terpadukan, serta menjadi tujuan dari segenap layanan bimbingan
dan konseling. Praktik bimbingan dan konseling adalah memberikan kemudahan yang
berlangsung perkembangan yang berkelanjutan.
Menurut Thompson &
Rudolph (dalam Prayitno dan Erman, 2008) melihat perkembangan individu dari
sudut perkembangan kognisi. Dalam perkembangannya, anak-anak berkemungkinan
mengalami hambatan perkembangan kognisi:
(1)
Hambatan egosentrisme : ketidakmampuan melihat kemungkinan lain di
luar apa yang dipahaminya.
(2)
Hambatan konsentrasi : ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian
pada lebih dari satu aspek tentang sesuatu hal.
(3)
Hambatan reversibilitas : ketidakmampuan menelusuri alur yang
terbalik dari alur yang dipahami semula.
(4)
Hambatan transformasi : ketidakmampuan meletakkan sesuatu pada
susunan urutan yang ditetapkan.
Thompson & Rudolph menekankan bahwa tugas bimbingan
dan konseling adalah menangani hambatan-hambatan perkembangan itu.
3.
Orientasi Permasalahan
Kewaspadaan terhadap
timbulnya hambatan dan rintangan itulah yang melahirkan konsep orientasi
masalah dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Dalam kaitannya dengan
fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yang telah dibicarakan, orientasi masalah
secara langsung bersangkut-paut dengan fungsi pencegahan dan fungsi
pengentasan. Fungsi-fungsi lain, yaitu fungsi fungsi pemahaman, dan fungsi
pemeliharaan/pengembangan pada dasarnya juga bersangkut-paut dengan
permasalahan pada diri klien.
Fungsi pemahaman
memungkinkan individu memahami berbagai informasi dan aspek lingkungan yang
dapat berguna untuk mencegah timbulnya masalah pada diri klien, dan dapat pula
bermanfaat di dalam upaya pengentasan masalah yang telah terjadi. Konsep
orientasi masalah terentang seluas daerah beroperasinya fungsi-fungsi
bimbingan, dan dengan demikian pula menyusupi segenap jenis layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling.
Roos L. Mooney (dalam
prayitno, dalam prayito dan Erman, 2008) mengidentifikasi 330 masalah yang
digolongkan ke dalam sebelas kelompok masalah, yaitu:
a.
Perkembangan jasmani dan kesehatan (PJK)
b.
Keuangan, keadaan lingkungan, dan pekerjaan (KLP)
c.
Kegiatan sosial dan reaksi (KSR)
d.
Hubungan muda-mudi, pacaran, dan perkawinan (HPP)
e.
Hubungan sosial dan kejiwaan (HSK)
f.
Keadaan pribadi kejiwaan (KPK)
g.
Moral dan agama (MDA)
h.
Keadaan rumah dan keluarga (KRK)
i.
Masa depan pendidikan dan pekerjaan (MPP)
j.
Penyesuaian terhadap tugas-tugas sekolah (PTS)
k.
Kurikulum sekolah dan prosedur pengajaran (KPP)
B. Ruang Lingkup Pelayanan
Bimbingan dan Konseling
1.
Pelayanan Bimbingan dan Konseling di
Sekolah
Bimbingan dan konseling mempunyai kedudukan dan
peranan yang khusus:
a.
Keterkaitan antara bidang pelayanan bimbingan konseling dan
bidang-bidang lainnya.
Bidang-bidang
pelayanan di sekolah:
(1)
Bidang kurikulum dan pengajaran
Penyampaian dan
pengembangan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kemampuanberkomunikasi
peserta didik.
(2)
Bidang administrasi atau kepemimpinan
Berkenaan dengan
tanggung jawab dan pengambilan kebijaksanaan, serta bentuk-bentuk kegiatan
pengelolaan dan administrasi sekolah, seperti perencanaan, pembiayaan,
pengadaan, dan pengembangan staf, prasarana, dan sarana fisik, dan pengawasan.
(3)
Bidang kesiswaan
Atau sering disebut sebagai bidang pelayanan
bimbingan dan konseling, karena bidang ini meliputi berbagai fungsi dan
kegiatan yang mengacu kepada pelayanan kesiswaan secara individual agar
masing-masing peserta didik itu dapat berkembang sesuai dengan bakat, potensi,
dan minat-minatnya, serta tahap-tahap perkembangannya.
Konselor dengan kemampuan profesionalnya mengisi
bidang-bidang tersebut sepenuhnya dengan bekerja sama dengan berbagai pihak
yang dapat menunjang pencapaian tujuan pelayanan bimbingan dan konseling.
b. Tanggung jawab konselor sekolah
Dalam melaksanakan
tugas-tugas dan tanggung jawabnya itu, konselor menjadi “pelayan” bagi
pencapaian tujuan pendidikan secara menyeluruh, khususnya bagi terpenuhinya
kebutuhan dan tercapainya tujuan-tujuan perkembangan masing-masing peserta
didik sebagaimana telah disebutkan di atas. Selain terhadap peserta didik
dimana konselor sebagai “pelayan”, juga kepada sejawat (sesama konselor,
guru, dan personal sekolah lainnya), orang tua, dan masyarakat pada umumnya.
Tanggung jawabnya ini penuh dengan kehormatan, dedikasi, dan keprofesionalan.
2.
Pelayanan bimbingan dan konseling di
luar sekolah
Yang termasuk dalam pelayanan bimbingan dan
konseling di luar sekolah adalah:
a.
Bimbingan dan konseling keluarga
b.
Bimbingan dan konseling dalam lingkungan yang lebih luas
BAB VII
JENIS LAYANAN DAN
KEGIATAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
A.
Layanan Orientasi
Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk
memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang baru
dimasukinya. Pemberian layanan ini bertolak dari anggapan bahwa memasuki
lingkungan baru bukanlah hal yang selalu dapat berlangsung dengan mudah dan
menyenangkan bagi setiap orang. Ibarat seseorang yang baru pertama kali datang
ke sebuah kota besar, maka ia berada dalam keadaan serba “buta”, buta tentang
arah yang hendak dituju, buta tentang jalan-jalan dan buta tentang itu dan ini.
Akibat dari kebutaannya itu, tidak jarang ada yang tersesat dab tidak mencapai
apa yang hendak ditujunya. Demikian juga bagi siswa baru di sekolah dan atau
bagi orang-orang yang baru memasuki suatu dunia kerja, mereka belum banyak
mengenal tentang lingkungan yang baru dimasukinya.
1. Layanan Orientasi di Sekolah
1. Layanan Orientasi di Sekolah
Allan & McKean (1984) menegaskan bahwa tanpa program-program
orientasi, periode penyesuaian untuk sebagian besar siswa berlangsung kira-kira
tiga atau empat bulan. Dalam kaitan itu, penelitian Allan & McKean
menunjukkan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu :
a. Program orientasi yang efektif mempercepat proses adaptasi; dan
memberikan kemudahan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
b. Murid-murid yang mengalami masalah penyesuaian ternyata kurang
berhasil di sekolah.
c. Anak-anak dari kelas sosio-ekonomi yang rendah memerlukan waktu
yang lebih lama untuk menyesuaikan diri daripada anak-anak dari kelas
sosio-ekonomi yang lebih tinggi.
Untuk lingkungan sekolah
misalnya, materi orientasi yang mendapat penekanan adalah :
a.
Sistem penyelenggaraan
pendidikan pada umumnya;
b.
Kurikulum yang ada;
c.
Penyelenggaraan
pengajaran;
d.
Kegiatan belajar siswa
yang diharapkan;
e.
Sistem penilaian, ujian
dan kenaikan kelas;
f.
Fasilitas dan sumber
belajar yang ada (seperti ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, ruang
praktek);
g.
Fasilitas penunjang
(sarana olahraga dan rekreasi, pelayanan kesehatan, pelayanan bimbingan dan
konseling, kafetaria, dan tata usaha);
h.
Staf pengajar dan tata
usaha;
i.
Hak dan kewajiban siswa
j.
Organisasi siswa;
k.
Organisasi orang tua
siswa;
l.
Organisasi sekolah secara
menyeluruh.
2.
Metode Layanan Orientasi
Sekolah
Untuk anak-anak yang segera akan memasuki SLTP, Allen & McKean
menyarankan beberapa kegiatan:
a. Kunjungan ke SD pemasok
b. Kunjungan ke SLTP pemesan
c. “Malam” pertemuan dengan orang tua
d. Staf konselor bertemu dengan guru membicarakan siswa-siswa baru
e. Mengunjungi kelas
f. Memanfaatkan siswa-senior
3. Layanan Orientasi di Luar Sekolah
Demikian juga individu-individu yang memasuki lingkungan baru di
luar (seperti pegawai baru, anggota baru suatu organisasi, bekas narapidana
yang kembali ke masyarakat setelah sekian lama menjalani masa hukumannya, dan
tidak terkecuali pengantin baru) memerlukan orientasi tentang lingkungan
barunya itu. Dengan orientasi itu proses penyesuaian diri atau penyesuaian diri
kembali akan memperoleh sokongan yang amat berarti.
B.
Layanan Informasi
1. Jenis-Jenis Informasi
a. Informasi Pendidikan
b. Informasi Jabatan
c. Informasi Sosial-Budaya
2. Metode Layanan Informasi di Sekolah
a.
Ceramah
b.
Diskusi panel
c.
Karyawisata
d.
Buku panduan
e.
Konferensi karier
3. Layanan Informasi di Luar Sekolah
Sebagaimana layanan orientasi, layanan informasi juga banyak
diperlukan oleh warga masyarakat di luar sekolah. Jenis-jenis informasi yang
diperlukan itu pada dasarnya sejalan dengan informasi yang telah diuraikan di
atas, yaitu informasi berkenaan dengan penghidupan yang lebih luas, yaitu
perikehidupan beragama, berkeluarga, bekerja, bermasyarakat, dan bernegara
dapat merupakan kebutuhan banyak warga masyarakat. Rincian berbagai informasi
itu agaknya tidak terbatas, selalu dapat berubah sesuai dengan perubahan dan
perkembangan masyarakat.
C. Layanan Penempatan dan
Penyaluran
Individu sering mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan,
sehingga tidak sedikit individu yang bakat, kemampuan minat, dan hobinya tidak
tersalurkan dengan baik. Individu seperti itu tidak mencapai perkembangan
secara optimal. Mereka memerlukan bantuan atau bimbingan dari orang-orang
dewasa, terutama konselor, dalam menyalurkan potensi dan mengembangkan dirinya.
1. Penempatan dan Penyaluran Siswa di Sekolah
a. Layanan Penempatan di dalam Kelas
b. Penempatan dan Penyaluran ke Dalam Kelompok Belajar
c. Penempatan dan Penyaluran ke Dalam Kegiatan Ko/Ekstra Kurikuler
d. Penempatan dan Penyaluran ke Jurusan/Program Studi
2. Penempatan dan Penyaluran Lulusan
a. Penempatan dan Penyaluran ke dalam Pendidikan Lanjutan
b. Penempatan dan Penyaluran ke Dalam Jabatan/Pekerjaan
D. Layanan Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan
yang penting diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa
kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan
oleh kebodohan atau rendahnya inteligensi. Sering kegagalan itu terjadi
disebabkan mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang memadai.
1. Pengenalan Siswa yang Mengalami Masalah Belajar
Masalah belajar memiliki bentuk yang banyak ragamnya, yang pada
umumnya dapat digolongkan atas :
a. Keterlambatan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan
memiliki inteligensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya
secara optimal.
b. Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat,
akademik yang cukup tinggi atau memiliki IQ 130 atau lebih, tetapi masih
memerlukan tugas-tugas khusus untuk menentukan kebutuhan dan kemampuan
belajarnya yang amat tinggi itu.
c. Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki
bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapat
pendidikan atau pengajaran khusus.
d. Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang
bersemangat dalam belajar; mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
e. Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa
yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan yang
seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci
guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya, dsb.
2. Upaya Membantu Siswa yang Mengalami Masalah Belaja
a. Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan
kepada seorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah belajar dengan
maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar
mereka. Dalam hal ini bentuk kesalahan yang paling pokok berupa
kesalahpengertian, dan tidak menguasai konsep-konsep dasar. Apabila
kesalahan-kesalahan itu diperbaiki, maka siswa mempunyai kesempatan untuk mencapai
hasil belajar yang optimal.
b. Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan
kepada seorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar.
Mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang terencana untuk menambah memperluas
pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya dalam kegiatan belajar
sebelumnya. Siswa-siswa seperti ini sering muncul dalam kegiatan pelajaran
dengan menggunakan sistem pengajaran yang terencana secara baik. Misalnya,
sistem pengajaran dengan modul, paket belajar, dan pengajaran yang berprogram
lainnya. Siswa yang amat cepat belajar hampir selalu dapat mengerjakan
tugas-tugas lebih cepat dari rekan-rekan mereka dalam waktu yang ditetapkan.
c. Peningkatan Motivasi Belajar
Guru konselor dan staf sekolah lainnya berkewajiban membantu siswa
meningkatkan motivasinya dalam belajar. Prosedur-prosedur yang dapat dilakukan
adalah dengan :
1) Memperjelas tujuan-tujuan belajar. Siswa akan terdorong untuk
lebih giat belajar apabila ia mengetahui tujuan-tujuan atau sasaran yang hendak
dicapai.
2) Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat siswa
3) Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan
menyenangkan.
4) Memberikan hadiah (penguatan) dan hukuman bilamana perlu*)
5) Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru
dan murid, serta antara murid dan murid.
6) Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu
(seperti suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingungkan, menjengkelkan).
d. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Efektif
Setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar
yang efektif. Tetapi tidak tertutup kemungkinan ada siswa yang mengamalkan
sikap dan kebiasaan yang tidak diharapkan dan tidak efektif. Apabila siswa
memiliki sikap dan kebiasaan seperti itu, maka dikhawatirkan siswa yang
bersangkutan tidak akan mencapai hasil belajar yang baik, karena hasil belajar
yang baik itu diperoleh melalui usaha atau bahkan perjuangan yang keras.
E. Layanan Konseling
Perorangan
1. Layanan Konseling Diselenggarakan Secara “Resmi”
Layanan konseling ditandai dengan adanya ciri-ciri yang melekat
pada pelaksanaan layanan itu, yaitu bahwa :
a. Layanan itu merupakan usaha yang disengaja.
b. Tujuan layanan tidak boleh lain dari pada untuk kepentingan dan
kebahagiaan klien.
c. Kegiatan layanan diselenggarakan dalam format yang telah
ditetapkan.
d. Metode dan teknologi dalam layanan berdasar teori yang telah
teruji.
e. Hasil layanan dinilai dan diberi tindak lanjut.
2. Pengentasan Masalah Melalui Konseling
Melalui konseling klien mengharapkan agar masalah yang dideritanya
dapat dientaskan. Langkah-langkah umum upaya pengentasan masalah melalui
konseling pada dasarnya adalah :
a. Pemahaman masalah;
b. Analisis sebab-sebab timbulnya masalah;
c. Aplikasi metode khusus;
d. Evaluasi;
e. Tindak lanjut.
3. Tahap-tahap Keefektifan Pengentasan Masalah Melalui Konseling
Keefektifan pengentasan masalah melalui konseling sebenarnya dapat
dideteksi sejak awal klien mengalami masalah. Dari keadaan yang paling awal itu
sampai konseling yang paling efektif akhir nantinya pada waktu masalah klien
terentaskan, dapat diidentifikasi lima tahap
Namun keefektifan konseling tidak dapat begitu saja. Klien dituntut untuk aktif dalam proses konseling. Keaktifan klien inilah yang justru menentukan tahap keempat keefektifan konseling, dan partisipasi aktif klien itulah yang merupakan keefektifan konseling. Partisipasi aktif klien itu diharapkan dapat terselenggara dari awal proses konseling sampai konseling itu dinyatakan berakhir. Setelah berakhirnya proses konseling, pertanyaan yang masih tersisa ialah, apakah konseling itu telah memberikan hasil yang benar-benar efektif? Pertanyaan itu mengacu pada tahap keefektifan konseling yang kelima. Konseling yang telah terselenggara itu benar-benar efektif apabila klien benar-benar menjalankan (menerapkan) hasil-hasil yang telah dicapai melalui konseling dalam kehidupan sehari-hari klien. Dengan kata lain, hasil konseling itu benar-benar mengubah tingkah laku klien, dan dengan demikian masalah klien secara berangsur-angsur teratasi.
Namun keefektifan konseling tidak dapat begitu saja. Klien dituntut untuk aktif dalam proses konseling. Keaktifan klien inilah yang justru menentukan tahap keempat keefektifan konseling, dan partisipasi aktif klien itulah yang merupakan keefektifan konseling. Partisipasi aktif klien itu diharapkan dapat terselenggara dari awal proses konseling sampai konseling itu dinyatakan berakhir. Setelah berakhirnya proses konseling, pertanyaan yang masih tersisa ialah, apakah konseling itu telah memberikan hasil yang benar-benar efektif? Pertanyaan itu mengacu pada tahap keefektifan konseling yang kelima. Konseling yang telah terselenggara itu benar-benar efektif apabila klien benar-benar menjalankan (menerapkan) hasil-hasil yang telah dicapai melalui konseling dalam kehidupan sehari-hari klien. Dengan kata lain, hasil konseling itu benar-benar mengubah tingkah laku klien, dan dengan demikian masalah klien secara berangsur-angsur teratasi.
4. Pendekatan dan Teori Konseling
Pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga pendekatan, yaitu:
a. Konseling Direktif
Konseling direktif berlangsung menurut langkah-langkah umum
sebagai berikut :
1) Analisis data tentang klien.
2) Pensintesisan data untuk mengenali kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan klien.
3) Diagnosis masalah.
4) Prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah selanjutnya.
5) Pemecahan masalah.
6) Tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling.
Upaya pemecahan masalah didasarkan pada hasil diagnosis yang pada
umumnya berbentuk kegiatan yang langsung ditujukan pada pengubahan tingkah laku
klien.
b. Konseling Non-Direktif
Konseling non-direktif merupakan upaya bantuan pemecahan masalah
yang berpusat pada klien. Melalui pendekatan ini, klien diberi kesempatan
mengemukakan persoalan, perasaan dan pikiran-pikirannya secara bebas.
Pendekatan ini berasumsi dasar bahwa seseorang yang mempunyai masalah pada
dasarnya tetap memiliki potensi dan mampu mengatasi masalahnya sendiri. Tetapi
oleh karena sesuatu hambatan, potensi dan kemampuannya itu tidak dapat
berkembang atau berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk mengembangkan dan
memfungsikan kembali kemampuannya itu klien memerlukan bantuan. Salah satu
prinsip yang penting dalam konseling non-direktif adalah mengupayakan agar
klien mencapai kematangannya, produktif, merdeka dan dapat menyesuaikan diri
dengan baik.
c. Konseling Elektrik
Disadari bahwa dalam kenyataan praktek konseling menunjukkan bahwa
tidak semua masalah dapat dientaskan secara baik hanya dengan satu pendekatan
atau teori saja. Ada masalah yang lebih cocok diatasi dengan pendekatan
direktif, dan ada pula yang lebih cocok dengan pendekatan non-direktif atau
dengan teori khusus tertentu. Dengan pendekatan lain, tidaklah dapat ditetapkan
bahwa setiap masalah harus diatasi dengan salah satu pendekatan atau teori
saja. Pendekatan atau teori mana yang cocok digunakan sangat ditentukan oleh
beberapa faktor,antara lain :
1) Sifat masalah yang dihadapi (misalnya tingkat kesulitan dan
kekompleksannya).
2) Kemampuan klien dalam memainkan peranan dalam proses konseling.
3) Kemampuan konselor sendiri.
5. Konseling di Lingkungan Kerja yang Berbeda
a. Konseling di Sekolah Dasar
b. Konseling di Sekolah Menengah
c. Konseling di Perguruan Tinggi
d. Konseling di Masyarakat
F.
Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok
1. Ciri-ciri Kelompok
Sejumlah orang yang berkumpul itu baru merupakan “lahan” bagi
terbentuknya kelompok. Beberapa unsur perlu ditambahkan apabila kumpulan
sejumlah orang itu hendak menjadi sebuah kelompok. Unsur-unsur tersebut yang
paling pokok menyangkut tujuan, keanggotaan dan kepemimpinan, serta aturan yang
diikuti.
Selanjutnya, kelompok yang sudah memiliki tujuan, anggota dan
pemimpin itu tidaklah lengkap apabila belum memiliki aturan dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatannya. Tanpa aturan itu pemimpin kelompok tidak dapat
menjalankan fungsinya dengan baik, kegiatan anggota tidak terarah, atau akan
terjadi kesimpangsiuran, atau bahkan benturan dan kekacauan, yang semuanya akan
mengakibatkan tujuan bersama tidak tercapai. Dengan demikian, jelaslah bahwa
suatu kelompok membutuhkan aturan, nilai-nilai atau pedoman yang memungkinkan
seluruh anggota bertindak dan mengarahkan diri bagi pencapaian tujuan-tujuan
yang mereka kehendaki.
2. Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam
suasana kelompok.
Beberapa hal yang menunjukkan homogenitas dalam kelompok. Pertama, bimbingan kelompok para anggota kelompok homogen (yaitu siswa-siswa satu kelas atau satu tingkat kelas yang sama). Kedua, “masalah” yang dialami oleh semua anggota kelompok adalah sama, yaitu memerlukan informasi yang akan disajikan itu. Ketiga, Tindak lanjut dari diterimanya informasi itu juga sama, yaitu untuk menyusun rencana dan membuat keputusan. Dan keempat, reaksi atau kegiatan yang dilakukan oleh para anggota dalam proses pemberian informasi (dan tindak lanjutnya) secara relatif sama (seperti mendengarkan, mencatat, bertanya). Ciri homogenitas inilah yang ikut menandai layanan bimbingan kelompok dan membedakannya dari konseling kelompok.
Beberapa hal yang menunjukkan homogenitas dalam kelompok. Pertama, bimbingan kelompok para anggota kelompok homogen (yaitu siswa-siswa satu kelas atau satu tingkat kelas yang sama). Kedua, “masalah” yang dialami oleh semua anggota kelompok adalah sama, yaitu memerlukan informasi yang akan disajikan itu. Ketiga, Tindak lanjut dari diterimanya informasi itu juga sama, yaitu untuk menyusun rencana dan membuat keputusan. Dan keempat, reaksi atau kegiatan yang dilakukan oleh para anggota dalam proses pemberian informasi (dan tindak lanjutnya) secara relatif sama (seperti mendengarkan, mencatat, bertanya). Ciri homogenitas inilah yang ikut menandai layanan bimbingan kelompok dan membedakannya dari konseling kelompok.
3. Konseling Kelompok
Unsur-unsur konseling perorangan tampil secara nyata dalam
konseling kelompok. Kalau demikian adanya, apa yang membedakan konseling
kelompok dari konseling perorangan? Satu hal yang paling pokok ialah dinamika
interaksi sosial yang dapat berkembang dengan intensif dalam suasana kelompok,
yang justru tidak dapat dijumpai dalam konseling perorangan. Disitulah
keunggulan konseling kelompok. Melalui dinamika interaksi sosial yang terjadi
diantara anggota kelompok, masalah yang dialami oleh masing-masing individu
anggota kelompok dicoba untuk dientaskan. Peranan konselor sebagai “agen
pembangunan” dalam konseling perorangan diperkuat oleh peranan dinamika
interaksi sosial dalam suasana kelompok. Dengan demikian, proses pengentasan masalah
individu dalam konseling kelompok mendapatkan dimensi yang lebih luas
Mengenai kondisi homogenitas heterogenitas yang terdapat di dalam
konseling kelompok dapat dilihat bahwa anggota kelompok sedapat-dapatnya
homogen, dalam arti semua anggota kelompok diharapkan dapat menyumbangkan
sesuatu dalam pengembangan dinamik interaksi sosial yang terjadi di dalam
kelompok.
G. Kegiatan Penunjang
Pelaksanaan berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling
memerlukan sejumlah kegiatan penunjang.
1. Instrumen Bimbingan dan Konseling
Ada beberapa pertimbangan yang perlu mendapat perhatian para
konselor dalam penerapan instrumental bimbingan dan konseling. Antara lain
adalah :
(1) Instrumen yang dipakai haruslah yang sahih dan terandalkan.
(2) Pemakai instrumen (dalam hal ini konselor) bertanggung jawab atas
pemilihan instrumen yang akan dipakai (misalnya tee), monitoring
pengadministrasiannya dan skoring, penginterpretasian skor dan penggunaannya
sebagai sumber informasi bagi pengambilan keputusan.
(3) Pemakaian instrumen, misalnya, harus dipersiapkan secara matang,
bukan hanya persiapan instrumennya saja, tetapi persiapan klien yang akan
mengambil tes itu.
(4) Perlu diingat bahwa tes atau instrumen apa pun hanya merupakan
salah satu sumber dalam rangka memahami individu secara lebih luas dan dalam.
(5) Ada dan dipergunakannya berbagai instrumen lainnya bukanlah syarat
mutlak bagi pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
Instrument bimbingan dan konseling meliputi digunakan dan
dikembangkannya berbagai instrument, baik berupa tes maupun non-tes.
a. Instrumen Tes
Secara umum kegunaan berbagai tes
itu ialah membantu konselor dalam :
(1) Memperoleh dasar-dasar pertimbangan
berkenaan dengan berbagai masalah pada individu yang di tes, seperti masalah
penyesuaian dengan lingkungan, masalah prestasi atau hasil belajar, masalah
penempatan dan penyaluran;
(2) Memahami sebab-sebab terjadinya
masalah diri individu;
(3) Mengenali individu (misalnya siswa
di sekolah) yang memiliki kemampuan yang sangat tinggi dan sangat rendah yang
memerlukan bantuan khusus;
(4) Memperoleh gambaran tentang
kecakapan, kemampuan, atau keterampilan seseorang individu dalam bidang
tertentu.
Berbagai hal yang diperoleh konselor
dari hasil tes dipergunakan konselor untuk menetapkan jenis layanan yang perlu
diberikan kepada individu yang dimaksudkan.
b. Instrumen Non-Tes
Instrumen non-tes meliputi berbagai
prosedur, seperti pengamatan, wawancara, catatan anekdot, angket, sosiometri,
inventori yang dibakukan.
2. Penyelenggaraan Himpunan Data
Data yang perlu dikumpulkan, disusun
dan dipelihara meliputi data pribadi dan data umum. Data pribadi siswa di
sekolah, misalnya meliputi berbagai hal dalam pokok-pokok berikut:
a. Identitas pribadi
b. Latar belakang rumah tangga dan
keluarga
c. Kemampuan mental, hasil belajar,
nilai-nilai mata pelajaran
d. Hasil tes diagnostic
e. Sejarah kesehatan
f. Pengalaman ekstra kurikuler dan
kegiatan di luar sekolah
g. Minat dan cita-cita pendidikan dan
pekerjaan/jabatan
h. Prestasi khusus yang pernah
diperoleh.
Beberapa hal perlu mendapatkan
perhatian dalam rangka penyelenggaraan himpunan data dan pemanfaatannya secara
optimal.
a. Materi himpunan data yang baik
(akurat dan lengkap) sangat berguna untuk memberikan gambaran yang tepat
tentang individu.
b. Data tentang individu selalu
bertambah, berubah, berkembang, dan dinamis
c. Data yang terkumpul disusun dalam
format-format yang teratur rapi menurut sistem tertentu.
d. Data dalam himpunan data itu pada
dasarnya bersifat rahasia.
e. Mengingat bahwa data yang
dikumpulkan cukup banyak, harus pula ditambah dan dikurangi sesuai dengan
perkembangan, lagi pula pengeluaran data (untuk dipakai) dan pemasukannya
kembali memakan waktu yang cukup banyak, konselor sering terjebak oleh
pekerjaan rutin penyelenggaraan himpunan data itu.
Data tentang berbagai aspek
perkembangan dan kehidupan sejumlah siswa atau individu di luar sekolah dapat
disebut data kelompok. Data ini bersifat
umum juga, dalam arti bahwa dapat diketahui oleh pihak-pihak lain, asalkan
tidak disebutkan nama atau identitas dari seseorang yang datanya ada di dalam
kumpulan data itu. Data kelompok dapat dipergunakan untuk layanan tertentu,
seperti layanan bimbingan belajar, bimbingan kelompok, konseling kelompok,
dengan catatan, kerahasiaan setiap pribadi yang ada dalam data kelompok itu
tetap terjaga dengan sebaik-baiknya.
3. Kegiatan Khusus
Di sini hanya akan disinggung tiga
kegiatan, yaitu konperensi kasus; bimbingan ke rumah siswa, dan alih tangan
klien.
a. Konferensi Kasus
Konferensi kasus diselenggarakan
untuk membicarakan suatu kasus. Di sekolah, konferensi kasus biasanya
diselenggarakan untuk membantu permasalahan yang dialami oleh seorang siswa.
Tujuan konferensi kasus ialah untuk :
1) Diperolehnya gambaran yang lebih
jelas, mendalam dan menyeluruh tentang permasalahan siswa. Gambaran yang
diperoleh itu lengkap dengan saling sangkut paut data atau keterangan yang satu
dengan yang lain.
2) Terkomunikasinya sejumlah aspek
permasalahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan yang bersangkutan,
sehingga penanganan masalah itu menjadi lebih mudah dan tuntas.
3) Terkoordinasinya penanganan masalah
yang dimaksud sehingga upaya penanganan itu lebih efektif dan efisien.
Dalam penstrukturan itu konselor
perlu membangun persepsi dan tujuan bersama dengan pertemuan itu dengan arahan
sebagai berikut :
1) Tidak menekankan pada nama dan
identitas siswa yang permasalahannya dibicarakan.
2) Tujuan pertemuan pada umumnya, dan
semua pembicaraan pada khususnya ialah semata-mata untuk kepentingan
perkembangan dan kehidupan klien; semua isi pembicaraan ialah untuk kebahagiaan
klien.
3) Semua pembicaraan dilakukan secara
terbuka, tetapi tidak membicarakan hal-hal yang negatif tentang diri siswa yang
bersangkutan.
4) Penafsiran data dan rencana-rencana
kegiatan dilakukan secara nasional, sistematik, dan ilmiah.
5) Semua pihak berpegang teguh pada
asas kerahasiaan. Semua isi pembicaraan terbatas hanya untuk keperluan pada
saat pertemuan itu saja, dan tidak boleh dibawa keluar.
b. Kunjungan Rumah
Kegiatan kunjungan rumah, dan juga
pemanggilan orang tua ke sekolah, setidak-tidaknya memiliki tiga tujuan utama,
yaitu :
1) Memperoleh data tambahan tentang
permasalahan siswa, khususnya yang bersangkut paut dengan keadaan rumah/orang
tua,
2) Menyampaikan kepada orang tua
tentang permasalahan anaknya,
3) Membangun komitmen orang tua
terhadap penanganan masalah anaknya.
Ketiga tujuan itu sering kali tampil
sekaligus pada waktu kunjungan rumah atau pemanggilan orang tua ke sekolah;
namun demikian, dapat pula terjadi ketiganya direncanakan secara bertahap
sesuai dengan tahap-tahap penanganan masalah. Untuk menyampaikan tujuan yang
mana pun, sebagian atau bertahap, dalam kunjungan rumah konselor terlebih
dahulu :
1) Menyampaikan perlunya kunjungan
rumah kepada siswa yang bersangkutan.
2) Menyusun rencana dan agenda yang
konkrit dan menyampaikannya kepada orang tua yang akan dikunjungi itu.
Kunjungan rumah tidak dapat dilakukan sebelum orang tua mengizinkannya.
c. Alih Tangan
Kegiatan alih tangan meliputi dua
jalur, yaitu jalur kepada konselor dan jalur dari konselor. Jalur kepada
konselor, dalam arti konselor menerima “kiriman” klien dari pihak-pihak lain,
seperti orang tua, kepala sekolah, guru, pihak atau ahli lain (misalnya dokter,
psikiater, psikolog, kepala suatu kantor atau perusahaan). Sedangkan jalur dari
konselor, dalam arti konselor “mengirimkan” klien yang belum tuntas ditangani
kepada ahli-ahli lain, seperti konselor yang lebih senior, konselor yang
membidangi spesialisasi tertentu, ahli-ahli lain (misalnya guru bidang studi,
psikolog, psikiater, dokter). Konselor menerima klien dari pihak lain dengan
harapan klien itu dapat ditangani sesuai dengan permasalahan klien yang belum
atau tidak tuntas ditangani oleh pihak lain itu; atau permasalahan klien itu
tidak sesuai dengan bidang keahlian pihak yang mengirimkan klien itu. Di sisi
lain, konselor mengalihtangankan klien kepada pihak lain apabila masalah yang
dihadapi klien memang di luar kewenangan konselor untuk menanganinya, atau
setelah konselor berusaha sekuat tenaga memberikan bantuan, namun permasalahan
klien belum berhasil ditangani secara tuntas.
BAB VIII
BIMBINGAN DAN KONSELING
SEBAGAI PROFESI
A.
Pengertian dan Ciri-Ciri Profesi
1. Beberapa Istilah Tentang Profesi
“Profesi” adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut
keahlian dari para petugasnya.
“Profesional” menunjuk pada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu profesi. Kedua, penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai
dengan profesinya.
“Profesionalisme” menunjuk kepada komitmen para anggota suatu
profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus
mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakuakn pekerjaan
yang sesuai dengan profesinya.
“Profesionalisasi” menunjuk pada poses peningkatan kualifikasi
maupun kemampuan para anggota suatu profesi dalam mencapai kriteria yang
standar dalam penampilannya sebagai anggota suatu profesi.
2. Ciri-Ciri profesi
Ciri-ciri utama dari suatu profesi sebagai berikut:
a. Suatu profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang memiliki
fungsi dan kebermaknaan sosial yang sangat menentukan.
b. Untuk mewujudkan fungsi tersebutpada butir diatas para anggotanya
harus menampilkan pelayanan yang khusus yang didasarkan atas teknik-teknik
intelektual, dan keterampilan-keterampilan tertentu yang unik.
c. Penampilan pelayanan tersebut bukan hanya dilakukan secara rutin
saja, melainkan bersifat pemecahan masalah atau penanganan situasi kritis yang
menuntut pemecahan dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
d. Para anggotanya memiliki kerangka ilmu yang sama yaitu yang
didasarkan atas ilmu yang jelas, sistematis, dan eksplisit; bukan hanya
didasarkan atas akal sehat (common sense)
belaka.
e. Untuk dapat menguasai kerangka ilmu itu diperlukan pendidikan dan
latihan dalam jangka waktu yang cukup lama.
f. Para anggotanya secara tegas dituntut memiliki kompetensi minimum
melalui prosedur seleksi, pendidikan dan latihan, serta lisensi ataupun
sertifikasi.
g. Dalam menyelenggarakan pelayanan kepada pihak yang dilayani, para
anggota memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi dalam memberikan pendapat
dan pertimbangan serta membuat keputusan tentang apa yang akan dilakukan
berkenaan dengan penyelenggaraan pelayanan professional yang dimaksud.
h. Para anggotanya, baik perorangan maupun kelompok, lebih
mementingkan pelayanan yang bersifat sosial daripada pelayanan yang mengejar
keuntungan yang bersifat ekonomi.
i.
Standar tingkah laku bagi
anggotanya dirumuskannya secara tersurat melalui kode etik yang benar-benar
diterapkan; setiap pelanggaran atas kode etik dapat dikenakan sanksi tertentu.
j.
Selama berada dalam
pekerjaan itu, para anggotanya terus-menerus berusaha menyegarkan dan
meningkatkan kompetensinya dengan jalan mengikuti secara cermat literatur dalam
bidang pekerjaan itu, menyelenggarakan dan memahami hasil-hasil riset, serta
berperan serta secara aktif dalam pertemuan-pertemuan semua anggota.
B.
Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling
1. Standarisasi Unjuk Kerja Profesional Konselor
Keseluruhan rumusan unjuk kerja itu meliputi 28 gugus yang
masing-masing terdiri atas sejumlah butir unjuk kerja, yang sebagai berikut:
a. Mengajar dalam bidang psikologi dan bimbingan dan konseling (BK).
b. Mengorganisasikan program bimbingan dan konseling.
c. Menyusum program bimbingan dan konseling.
d. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling.
e. Mengungkapkan masalah klien.
f. Menyelenggarakan pengumpulan data tentang minat, bakat, kemampuan,
dan kondisi kepribadian.
g. Menyusun dan mengembangkan himpunan data.
h. Menyelenggarakan konseling perorangan.
i.
Menyelenggarakan bimbingan
dan konseling kelompok.
j.
Menyelenggarakan orientasi
studi siswa.
k. Menyelenggarakan kegiatan ko/ekstrakulikuler.
l.
Membantu guru bidang studi
dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
m. Membantu guru bidang studi dalam menyelenggarakan pengajaran
perbaiakn dan program pengayaan.
n. Menyelenggarakan bimbingan kelompok belajar.
o. Menyelenggarakan pelayanan penempatan siswa.
p. Menyelenggarakan bimbingan karier dan pemberian informasi
pendidikan/jabatan.
q. Menyelenggarakan konferensi kasus.
r.
Menyelenggarakan terapi
kepustakaan.
s. Melakukan kunjungan rumah.
t.
Menyelenggarakan
lingkungan klien.
u. Merangsang perubahan lingkungan klien.
v. Menyelenggarakan konsultasi khusus.
w. Mengantar dan menerima alih tangan.
x. Menyelenggarakan diskusi professional.
y. Memahami dan menulis karya-karya ilmiah dalam bidang BK.
z. Memahami hasil dan menyelenggarakan penelitian dalam bidang BK.
aa. Menyelenggarakan kegiatan BK pada lembaga/lingkungan yang berbeda.
bb. Berpartisipasi aktif dalam pengembangan profesi BK.
2. Standarisasi Penyiapan Konselor
a. Seleksi/Penerimaan Mahasiswa
b. Pendidikan Konselor
Materi kurikulum program pendidikan konselor meliputi:
(1) Materi inti,
(2) Studi lingkungan,
(3) Pengalaman tersupervisi.
c. Akreditasi
d. Sertifikasi dan Lisensi
e. Pengembangan Organisasi Profesi
Tujuan organisasi profesi, yaitu:
(1) Pengembangan ilmu,
(2) Pengembangan pelayanan,
(3) Penegakan kode etik.
C.
Perkembangan Gerakan Bimbingan di Indonesia
Pada tahun 1960 (tepatnya tanggal 20-24 Agustus 1960) diadakan
konferensi fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (disingkat KIP atau sekarang
IKIP) di Malang. Salah satu hasil konferensi tersebut ialah dimasukkannya ke
dalam dunia pendidikan di Indonesia apa yang sekarang disebut “ bimbangan dan
konseling”. Inilah langkah awal perkembangan bimbingan dan konseling di
Indonesia.
Selanjutnya pada
tahun 1964 diikuti pendirian jurusan bimbingan dan penyuluhan di beberapa IKIP
di Indonesia (antara lain IKIP Bandung dan IKIP Malang). Dan diikuti oleh
IKIP/FKIP lainnya. Selanjutnya mulai tahun 1984/1985 jurusan bimbingan dan
penyuluhan menjelma menjadi jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan
(disingkat PPB), yang meliputi dua program studi yaitu program studi psikologi
pendidikan dan program studi bimbingan dan konseling. Di samping itu, pada awal
1980-an di IKIP Bandung dan IKIP Malang mulai dibuka program pasca sarjana
bimbingan dan konseling.
DAFTAR PERTANYAAN TIAP BAB
DAFTAR PERTANYAAN TIAP BAB
Pertanyaan
BAB 1 Latar Belakang
1.
Apa tekad bangsa Indonesia sejak awal
kemerdekaan?
2.
Jelaskan yang dimaksud dengan
globalisasi?
3.
Apa yang dimaksud dengan manusia?
4.
Apa yang dimaksud dengan manusia
seutuhnya?
5.
Mengapa bimbingan dan konseling
diperlukan?
Pertanyaan
BAB 2 Wawasan Tentang Pemahaman
Penanganan dan Penyikapan Terhadap Kasus
1.
Jelaskan yang dimaksud dengan kata
“kasus” dalam bimbingan dan konseling!
2.
Apa kegunaan dari memahami sebuah kasus?
3.
Sebutkan langkah-langkah penanganan kasus!
4.
Unsur apa saja yang terdapat pada
penyikapan kasus?
5.
Apa fungsi dilibatkannya unsur-unsur
tersebut (no.4)?
Pertanyaan
BAB 3 Pengertian Bimbingan dan Konseling
1.
Jelaskan pengertian bimbingan dan
konseling!
2.
Apa tujuan umum bimbingan dan konseling?
3.
Apa tujuan khusus bimbingan dan
konseling?
4.
Sebutkan asas-asas bimbingan dan
konseling!
5.
Sebutkan beberapa kesalahpahaman dalam
bimbingan dan konseling!
Pertanyaan
BAB 4 Landasan Bimbingan dan Konseling
1.
Jelaskan yang dimaksud dengan landsan
filosofis!
2.
Ada berapa hal pokok yang ditekankan
pada landasan religious?
3.
Jelaskan yang dimaksud dengan landasan
psikologis?
4.
Apa saja yang dikaji dalam landasan
psikologi?
5.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan
landasan ilmiah dan teknologis!
Pertanyaan
BAB 5 Fungsi dan Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
1.
Sebutkan fungsi bimbingan dan konseling!
2.
Upaya pencegahan apa saja yang perlu
dilakukan konselor?
3.
Sebutkan proses konseling!
4.
Apa yang dimaksud dengan fungsi
pemeliharaan?
5.
Sebutkan prinsip-prinsip bimbingan dan
konseling!
Pertanyaan
BAB 6 Orientasi dan Ruang Lingkup Kerja Bimbingan dan Konseling
1.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan
perkembangan?
2.
Anak-anak berkemungkinan mengalami hambatan perkembangan kognisi,
sebutkan hambatan tersebut!
3.
Sebutkan lima dari sebelas masalah yang
digolongkan oleh Roos L. Mooney!
4.
Sebutkan ruang lingkup pelayanan
bimbingan dan konseling!
5.
Apa yang dimaksud dengan bidang
administrasi atau kepemimpinan?
Pertanyaan
BAB 7 Jenis Layanan dan Kegiatan Bimbingan dan Konseling
1.
Apa yang dimaksud dengan layanan
orientasi?
2.
Sebutkan jenis-jenis informasi pada
layanan informasi!
3.
Bagaimana peran konselor dalam layanan
penempatan dan penyaluran?
4.
Apa yang dimaksud dengan layanan
bimbingan belajar?
5.
Sebutkan kegunaan dari instrument tes!
Pertanyaan
BAB 8 Bimbingan dan Konseling Sebagai Profesi
1.
Apa yang dimaksud dengan profesi?
2.
Sebutkan ciri-ciri profesi!
3.
Sebutkan butir
unjuk kerja!
4.
Sebutkan tujuan organisasi profesi!
5.
Jelaskan perkembangan gerakan bimbingan
di Indonesia! Pertanyaan
BAB 1 Latar Belakang
1.
Apa tekad bangsa Indonesia sejak awal
kemerdekaan?
2.
Jelaskan yang dimaksud dengan
globalisasi?
3.
Apa yang dimaksud dengan manusia?
4.
Apa yang dimaksud dengan manusia
seutuhnya?
5.
Mengapa bimbingan dan konseling
diperlukan?
Pertanyaan
BAB 2 Wawasan Tentang Pemahaman
Penanganan dan Penyikapan Terhadap Kasus
1.
Jelaskan yang dimaksud dengan kata
“kasus” dalam bimbingan dan konseling!
2.
Apa kegunaan dari memahami sebuah kasus?
3.
Sebutkan langkah-langkah penanganan kasus!
4.
Unsur apa saja yang terdapat pada
penyikapan kasus?
5.
Apa fungsi dilibatkannya unsur-unsur
tersebut (no.4)?
Pertanyaan
BAB 3 Pengertian Bimbingan dan Konseling
1.
Jelaskan pengertian bimbingan dan
konseling!
2.
Apa tujuan umum bimbingan dan konseling?
3.
Apa tujuan khusus bimbingan dan
konseling?
4.
Sebutkan asas-asas bimbingan dan
konseling!
5.
Sebutkan beberapa kesalahpahaman dalam
bimbingan dan konseling!
Pertanyaan
BAB 4 Landasan Bimbingan dan Konseling
1.
Jelaskan yang dimaksud dengan landsan
filosofis!
2.
Ada berapa hal pokok yang ditekankan
pada landasan religious?
3.
Jelaskan yang dimaksud dengan landasan
psikologis?
4.
Apa saja yang dikaji dalam landasan
psikologi?
5.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan
landasan ilmiah dan teknologis!
Pertanyaan
BAB 5 Fungsi dan Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
1.
Sebutkan fungsi bimbingan dan konseling!
2.
Upaya pencegahan apa saja yang perlu
dilakukan konselor?
3.
Sebutkan proses konseling!
4.
Apa yang dimaksud dengan fungsi
pemeliharaan?
5.
Sebutkan prinsip-prinsip bimbingan dan
konseling!
Pertanyaan
BAB 6 Orientasi dan Ruang Lingkup Kerja Bimbingan dan Konseling
1.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan
perkembangan?
2.
Anak-anak berkemungkinan mengalami hambatan perkembangan kognisi,
sebutkan hambatan tersebut!
3.
Sebutkan lima dari sebelas masalah yang
digolongkan oleh Roos L. Mooney!
4.
Sebutkan ruang lingkup pelayanan
bimbingan dan konseling!
5.
Apa yang dimaksud dengan bidang
administrasi atau kepemimpinan?
Pertanyaan
BAB 7 Jenis Layanan dan Kegiatan Bimbingan dan Konseling
1.
Apa yang dimaksud dengan layanan
orientasi?
2.
Sebutkan jenis-jenis informasi pada
layanan informasi!
3.
Bagaimana peran konselor dalam layanan
penempatan dan penyaluran?
4.
Apa yang dimaksud dengan layanan
bimbingan belajar?
5.
Sebutkan kegunaan dari instrument tes!
Pertanyaan
BAB 8 Bimbingan dan Konseling Sebagai Profesi
1.
Apa yang dimaksud dengan profesi?
2.
Sebutkan ciri-ciri profesi!
3.
Sebutkan butir
unjuk kerja!
4.
Sebutkan tujuan organisasi profesi!
5.
Jelaskan perkembangan gerakan bimbingan
di Indonesia!
No comments:
Post a Comment