Friday, January 13, 2017

RESUME DASAR-DASAR BK

RESUME DASAR-DASAR BK

BAB I
LATAR BELAKANG

A.   Pembangunan dan Perkembangan Masyarakat
Sejak awal kemerdekaannya bangsa & pemerintah Indonesia bertekad untuk menyelenggarakan perjuangan pembangunan menuju bangsa yang cerdas, maju, adil, dan makmur, baik spiritual maupun materiil. Bangsa kita ingin mengejar ketertinggalan yang amat parah yang kita warisi akibat zaman penjajahan yang sangat panjang.
Globalisasi berasal dari kata global yang berarti menyeluruh. Kata global dapat pula dikaitkan dengan globe yang berarti bulatan bumi secara menyeluruh. Globalisasi berarti keadaan yang menyangkut segenap bagian dunia secara menyeluruh.
Globalisasi dan informasi ibarat dua sisi dari satu mata uang. Perkembangan yang semakin deras arus informasi melalui media massa merupakan senjata yang paling ampuh bagi berlangsungnya proses globalisasi.

B.   Manusia: Makhluk Paling Indah dan Berderajat Paling Tinggi
Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling indah dan paling tinggi derajatnya. Keindahan manusia berpangkal pada diri manusia itu sendiri. Diri manusia memang indah, baik fisiknya, maupun dasar-dasar mental dan kemampuannya. Predikat “paling tinggi” mengisyaratkan bahwa tidak ada makhluk lain yang dapat mengatasi dan mengalahkan manusia. Manusialah yang justru diberi kemungkinan untuk mengatasi ataupun menguasai makhluk-makhluk lain.

C.   Dimensi-Dimensi Kemanusiaan
Pertama, antara orang yang satu dengan orang-orang lainnya terdapat berbagai perbedaan yang kadang-kadang bahkan sangat besar.
Kedua, semua orang memerlukan orang lain. Tiada seorang pun memperoleh kehidupan yang menyenangkan & membahagiakan apabila orang tidak pernah berperanan terhadapnya.
Ketiga, kehidupan manusia tidak bersifat acak ataupun sembarangan, tetapi mengikuti aturan-aturan tertentu. Hampir semua kegiatan manusia, baik perseorangan maupun kelompok, mengikuti aturan-aturan tertentu.
Keempat, juga dari sudut tinjauan agama, kehidupan tidak semata-mata kehidupan di dunia fana, melainkan juga menjangkau kehidupan di akhirat.
Keempat gejala mendasar yang diuraikan tersebut merupakan dimensi kemanusiaan.

D.   Manusia Seutuhnya
Manusia seutuhnya itu adalah mereka yang mampu menciptakan dan memperoleh kesenangan & kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan bagi lingkungannya.



E.   Perlunya Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah di Indonesia sebenarnya telah dirintis sejak tahun 1960-an. Mulai tahun 1975 pelayanan bimbingan konseling telah secara resmi memasuki sekolah-sekolah, yaitu dengan dicantumkannya pelayanan tersebut pada Kurikulum 1975 yang berlaku di sekolah-sekolahseluruh Indonesia, pada jenjang SD, SLTP dan SLTA. Pada Kurikulum 1984 keberadaan bimbingan konseling lebih dimantapkan. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah telah diterima dan menjadi suatu pekerjaan yang tugas dan ruang lingkupnya jelas. Mengingat bahwa sumber permasalahan anak-anak, remaja dan pemuda sebagian besar berada diluar sekola, dan mengingat pula bahwa permasalahan yang dialami manusia tidak hanya terdapat disekolah, maka pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau daerah-daerah yang lebih luas diluar sekolah. 





BAB II
WAWASAN TENTANG PEMAHAMAN PENANGANAN DAN PENYIKAPAN TERHADAP KASUS

A.   Tinjauan Awal Tentang Kasus
Dalam bimbingan dan konseling pemakaian kata “kasus” tidak menjurus kepada pengertian-pengertian tentang soal-soal ataupun perkara-perkara yang berkaitan dengan urusan kriminal atau perdata, urusan hukum ataupun polisi, atau urusan yang bersangkut-paut dengan pihak-pihak yang berwajib. Kata “kasus” dalam bimbingan dan konseling sekadar untuk menunjukkan bahwa “ada sesuatu permasalahan tertentu pada diri seseorang yang perlu mendapatkan perhatian dan pemecahan demi kebaikan untuk diri yang bersangkutan”.

B.   Pemahaman Tentang Kasus
Pemahaman yang lebih mendalam terhadap kasus dilakukan untuk mengetahui lebih jauh berbagai seluk-beluk kasus tersebut, tidak hanya sekadar mengerti permasalahannya atas dasar deskripsi yang telah dikemukakan pada awal pengenalan kasus semata-mata.

C.  Penanganan Kasus
1)    Pengenalan awal tentang kasus
2)    Pengembangan ide-ide
3)    Penjelajahan lebih lanjut
4)    Mengusahakan upaya-upaya kasus

D.   Penyikapan Terhadap Kasus
Penyikapan pada umumnya mengandung unsur-unsur kognisi, afeksi, dan perlakuan terhadap objek yang disikapinya. Dengan dilibatkannnya unsur-unsur kognisi, afeksi, dan perlakuan yang mengacu pada hakikat keberadaan manusia sampai dengan pemahaman dan penanganan kasus, agak lengkaplah dasar-dasar penyikapan seseorang terhadap kasus yang dipercayakan kepadanya.




BAB III
PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A.   Pengertian Bimbingan dan Konseling
1.      Pengertian Bimbingan
Bimbiangan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
2.      Pengertian Konseling
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor)kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.

B.   Istilah Penyuluhan dan Konseling
Penggunaan istilah penyuluhan dalam arti “konseling” dan penyuluhan dalam arti “pembinaan masyarakat” seolah-oleh berlomba dan saling mempertahankan keberadaan masing-masing. Dalam “perlombaan” ini dapat dimengerti bahwa penyuluhan dalam arti yang kedua lebih memperoleh pasaran, dalam arti konseling makin tertinggal dan terkungkung dalam lingkungannya sendiri, khususnya lingkungan sekolah.

C.   Perkembangan Konsepsi Bimbingan dan Konseling
Pada awalnya istilah “bimbingan” berdiri sendiri dan tidak mengandung didalamnya pengertian konseling. Pada periode berikutnya istilah bimbingan dan konseling dipakai secara kebersamaan dan yang satu memuat yang lain. Pada perkembangan lebih lanjut istilah konseling berdiri sendiri dan sekaligus ia memuat pengertian bimbingan.

D.   Tujuan Bimbingan dan Konseling
Tujuan umum bimbingan dan konseling membantu individu agar dapat mencapai perkembangan secara optimal sesuai dengan bakat, kemampuan, minat dan nilai-nilai, serta terpecahkan masalah-masalah yang dihadapi individu (klien). Tujuan khusus bimbingan dan konseling langsung terkait pada arah perkembangan klien dan masalah-masalah yang dihadapi. Tujuan-tujuan khusus itu merupakan penjabaran tujuan-tujuan umum yang dikaitkan pada permasalahan klien, baik yang menyangkut perkembangan maupun kehidupannya.

E.   Asas-asas Bimbingan dan Konseling
1.      Asas kerahasiaan
2.      Asas kesukarelaan
3.      Asas keterbukaan
4.      Asas kekinian
5.      Asas kemandirian
6.      Asas kegiatan
7.      Asas kedinamisan
8.      Asas keterpaduan
9.      Asas kenormatifan
10.  Asas keahlian
11.  Asas alih tangan
12.  Asas tutwuri handayani

F.    Kesalahpahaman dalam Bimbinagn dan Konseling
1.      Bimbingan dan konseling disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan.
2.      Konselor di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah.
3.      Bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasihat.
4.      Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah yang bersifat insidental.
5.      Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja.
6.      Bimbingan dan konseling melayani “orang sakit” dan/atau “kurang normal”.
7.      Bimbingan dan konseling bekerja sendiri.
8.      Konselor harus aktif, sedangkan pihak lain pasif.
9.      Menganggap pekerjaan bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja.
10.  Pelayanan bimbingan dan konseling berpusat pada keluhan pertama saja.
11.  Menyamakan pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter atau psikiater.
12.  Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera dilihat.
13.  Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien.
14.  Memusatkan usaha bimbingan dan konseling hanya pada penggunaan instrumentasi bimbingan dan konseling (misalnya tes, inventori, angket, dan alat pengungkap lainnya).
15.  Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-masalah yang ringan saja.












BAB IV
LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A.   Landasan Filosofis
Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi serangkaian kegiatan atau tindakan yang semuanya diharapkan merupakan tindakan yang yang bijaksana. Untuk itu diperlukan pemikiran yang filosofis tentang berbagai hal yang bersangkut-paut dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
1.      Hakikat Manusia
Hakikat manusia akan terwujud selama manusia itu ada, dari zaman ke zaman. Namun untuk mengoptimalkan perwujudan kemanusiaan itu, upaya-upaya pendidikan, pembudayaan, dan konseling perlu diselenggarakan.

2.      Tujuan dan Tugas Kehidupan
Tujuan hidup yang dicapai melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupan menurut model Witner & Smeeney itu telah memperlihatkan dimensi pokok kehidupan manusia yang memang perlu dikembangkan, terutama dimensi spiritual dan psikologis, sosio-emosional.

B.   Landasan Religius
1.      Manusia Sebagai Makhluk Tuhan
2.      Sikap Keberagamaan
3.      Peranan Agama

C.   Landasan Psikologis
Landasan psokologis dalam bimbingan dan konseling berarti memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan (klien).
Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi perlu dikuasai :
1.      Motif dan motivasi
2.      Pembawaan dasar dan lingkungan
3.      Perkembangan individu
4.      Belajar, balikan dan penguatan
5.      Kepribadian

D.   Landasan Sosial Budaya
Landasan sosial budaya yang mengingatkan bahwa bimbingan dan konseling yang hendak dikembangkan adalah bimbingan untuk seluruh rakyat Indonesia dengan kebhinekaan budayanya.




E.   Landasan Ilmiah dan Teknologis
Landasan ini membicarakan tentang sifat-sifat keilmuan bimbingan dan konseling. Dalam kaitan ini dikemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu ilmu sebagaimana ilmu-ilmu lainnya.

F.    Landasan Pedagosis
Landasan ini mengemukakan bahwa antara pendidikan dan bimbingan memang dapat dibedakan, tetapi tidak dipisahkan. Tujuan bimbingan dan konseling, disamping memperkuat tujuan pendidikan, juga menunjang proses pendidikan pada umumnya.





BAB V
FUNGSI DAN PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING
A.   Fungsi Bimbingan dan Konseling
1.      Fungsi Pemahaman
a.       Pemahaman tentang klien
Seorang konselor perlu terlebih dahulu memahami individu yang akan dibantu, bukan hanya sekedar mengnal diri klien melainkan lebih jauh lagi, yaitu pemahaman yang menyangkut latar belakang pribadi klien, kekuatan dan kelemahannya, serta kondisi lingkungannya. Materi pemahaman itu lebih lanjut dapat dikelompokkan ke dalam berbagai data tentang:
(1)   Identitas individu (klien) : nama, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, orang tua, status dalam keluarga, dan tempat tinggal,
(2)   Keluarga ,
(3)   Status perkawinan (bagi klien dewasa),
(4)   Status social-ekonomi dan pekerjaan,
(5)   Kemampuan dosen (intelegensi), bakat, minat, hobi,
(6)   Kesehatan,
(7)   Kecenderungan sikap dan kebiasaan,
(8)   Cita-cita pendidikan dan pekerjaan,
(9)   Keadaan lingkungan tempat tinggal,
(10)                       Kedudukan dan prestasi yang pernah dicapai,
(11)                       Kegiatan social kemasyarakatan,
Untuk individu yang masih mengikuti jenjang pendidikan tertentu perlu ditambahkan:
(12)                       Jurusan/program studi yang diikuti,
(13)                       Mata pelajaran yang diambil, nilai-nilai yang diperoleh dan prestasi menonjol yang pernah dicapai,
(14)                       Kegiatan ekstrakulikuler,
(15)                       Sikap dan kebiasaan belajar,
(16)                       Hubungan dengan teman sebaya,

b.      Pemahaman tentang Masalah Klien
Tanpa pemahaman terhadap masalah, penangan terhadap masalah itu tidak mungkin dilakukan. Pemahaman terhadap masalah klien itu terutama menyangkut jenis masalahnya, intensitasnya, sangkut-pautnya, sebab-sebabnya, dan kemungkinan berkembangnya (kalau tidak segera diatasi).
Pihak-pihak yang berkepentingan dengan pemahaman masalah klien selain konselor adalah klien itu sendiri, orang tua, dan guru (bagi siswa di sekolah).
c.       Pemahaman tentang Lingkungan yang “Lebih Luas”
Secara sempit lingkungan diartikan sebagai kondisi sekitar individu yang secara langsung mempengaruhi individu tersebut, seperti keadaan rumah tempat tinggal, keadaan sosio ekonomi dan sosioemosional keluarga, keadaan hubungan antartetangga dan teman sebaya, dan sebagainya. Paparan singkat lebih lanjut berikut ini menyangkut beberapa jenis lingkungan yang  “lebih luas”, seperti lingkungan sekolah bagi para siswa, lingkungan kerja dan industry bagi para karyawan, dan lingkungan-lingkungan kerja bagi individu-individu sesuai dengan sangkut-paut masing-masing. Termasuk kedalam lingkungan yang lebih luas itu adalah berbagai informasi yang diperlakukan oleh individu, seperti informasi pendidikan dan jabatan bagi para siswa, informasi dan pendidikan lebih lanjut bagi para karyawan dan lain sebagainya.
2.      Fungsi Pencegahan
a.       Pengertian Pencegahan
Dalam dunia kesehatan mental “pencegahan” didefinisikan sebagai upaya mempengaruhi dengan cara yang positif dan bijaksana lingkungan yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian sebelum kesulitan dan kerugian itu benar-benar terjadi.
b.      Upaya Pencegahan
Ada dua sikap berbeda yang timbul terhadap upaya pencegahan, khususnya dalam bidang kesehatan, yaitu:
            Sikap skeptik, meskipun menerima konsep pencegahan sebagai sesuatu yang bagus, namun meragukan apakah upaya pencegahan memang dapat dilakukan atau yang lebih jauh mereka juga menganggap bahwa upaya pencegahan itu tidak praktis.
            Sikap optimistik, menganggap bahwa upaya pencegahan itu sangat penting dan pelaksanaannya mesti diusahakan.

Upaya pencegahan yang perlu dilakukan oleh konselor adalah:
(1)   Mendorong perbaikan lingkungan yang kalau diberikan akan berdampak positif terhadap individu yang bersangkutan.
(2)   Mendorong perbaikan kondisi diri pribadi klien.
(3)   Meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang diperlukan dan mempengaruhi perkembangan dan kehidupannya.
(4)   Mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan memberikan resiko yang besar, dan melakuan sesuatu yang akan memberikan manfaat.
(5)   Menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang bersangkutan.

3.      Fungsi Pengentasan
Proses pengentasan masalah melalui pelayanan konselor menggunakan kekuatan-kekuatan yang berada did alam diri klien sendiri. Kekuatan-kekuatan (yang pada dasarnya ada) itu dibangkitkan, dikembangkan, dan digabungkan untuk sebesar-besarnya dipakai menamggulangi masalah yang ada.
Proses konseling:
a.      Langkah-Langkah Pengentasan Masalah
Seorang konselor harus memiliki ketersediaan berbagai bahan dan keterampilan untuk menangani berbagai masalah karena setiap masalah individu itu unik dan berbeda tidak boleh disamaratakan.
b.      Pengentasan Masalah Berdasarkan Diagnosis
Model diagnosis yang diterima dalam pelayanan bimbingan dan konseling adalah model diagnosis pemahaman, yaitu yang mengupayakan pemahaman masalah klien, yaitu pemahaman terhadap seluk-beluk masalah klien, termasuk di dalamnya perkembangan dan sebab-sebab timbulnya masalah. Sebagai rambu-rambu yang dapat dipergunakan untuk terselenggaranya diagnosis pemahaman itu, ada tiga dimensi diagnosis, yaitu:
(1)   Diagnosis mental/psikologis mengarah kepada pemahaman tentang kondisi mental/psikologis klien, seperti kemampuan dasar, bakat dan kecenderungan minat, keinginan dan harapan, temperamen dan kematangan emosionalnya, sikap dan kebiasaannya.
(2)   Diagnosis sosio-emosional mengacu kepada hubungan sosial klien dengan orang-orang yang amat besar pengaruhnya terhadap klien, serta hubungan antara klien dengan orang-orang “penting” itu, dan dengan lingkungan sosial pada umumnya.
(3)   Diagnosis instrumental meliputi aspek-aspek fisik klien (seperti kesehatan), fisik lingkungan (sandang, pangan, papan), sarana kegiatan (buku pelajaran bagi siswa, alat kantor bagi karyawan), prasyarat kemampuan untuk belajar lebih lanjut, dan pemahaman situasi.
c.       Pengentasan Masalah Berdasarkan Teori Konseling
Sejumlah ahli telah mengantarkan berbagai teori konseling, tujuan teori-teori tersebut tidak lain adalah mengentaskan masalah yang diderita oleh klien dengan cara yang paling cepat, cermat, dan tepat.
4.      Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini. Pemeliharaan yang baik yaitu pemeliharaan yang membangum, pemeliharaan yang memperkembangkan. Oleh karena itu fungsi pemeliharaan dan fungsi pengmbangan tidak dapat dipisahkan. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, fungsi pemeliharaan dan pengembangan dilaksanakan melalui berbagai pengaturan, kegiatan, dan program.
B.   Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
1.      Prinsip-Prinsip Berkenaan dengan Sasaran Pelayanan
Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-individu, baik secara perorangan maupun kelompok. Variasi dan keunikan keindividualan, aspek-aspek pribadi dan lingkungan, serta sikap dan tingkah laku dalam perkembangan dan kehidupannya itu mendorong dirumuskannya prinsip-prinsip bimbingan dan konseling sebagai berikut:
a.       Bimbingan dan konseling melayani semua individu, tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, bangsa, agama, dan status sosial ekonomi.
b.      Bimbingan dan konseling berurusan dengan sikap dan tingkah laku individu yang terbentuk dari berbagai aspek kepribadian yang kompleks dan unik; oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau keunikan dan kekompleksab pribadi individu.
c.       Untuk mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan individu itu sendiri perlu dikenali dan dipahami keunikan setiap individu dengan berbagai kekuatan, kelemahan, dan permasalahannya.
d.      Setiap aspek pola kepribadian yang kompleks seorang individu mengandung factor-faktor yang secara potensial mengarah kepada sikap dan pola-pola tingkah laku yang tidak seimbang.
e.       Meskipun individu yang satu dan yang lainnya adalah serupa dalam berbagai hal, perbedaan individu harus dipahami dan dipertimbangkan dalam rangka upaya yang bertujuan memberikan bantuan atau bimbingan kepada individu-individu tertentu, baik mereka itu anak-anak, remaja, ataupun orang dewasa.

2.      Prinsip-Prinsip Berkenaan dengan Masalah Individu
Berbagai factor yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan individu tidaklah selalu positif. Masalah yang timbul seribu satu macam dan sangat bervariasi, baik jenis dan intensitasnya. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan hal itu adalah:
f.       Meskipun pelayanan bimbingan dan konseling menjangkau setiap tahap dan bidang perkembangan dan kehidupan individu, namun bidang bimbingan pada umumnya dibatasi hanya pada hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental dan fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh kondisi lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik.
g.      Keadaan sosial, ekonomi dan politik yang kurang menguntungkan merupakan factor salah-satu pada diri individu dan hal itu semua menuntut perhatian seksama dari para konselor ddan mengentaskan masalah klien.



3.      Prinsip-Prinsip Berkenaan dengan Program Pelayanan
Prisip-prinsip yang berkenaan dengan program layanan bimbingan dan konseling itu adalah sebagai berikut:
h.      Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pengembangan; oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus disusun dan dipadukan sejalan dengan program pendidikan dan pengembangan secara menyeluruh.
i.        Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kondisi lembaga (misalnya sekolah), kebutuhan individu dan masyarakat.
j.        Program pelayanan bimbingan dan konseling disusun dan diselenggarakan secara berkesinambungan kepada anak-anak sampai dengan orang dewasa; di sekolah misalnya dari jenjang pendidikan taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
k.      Terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling hendaknya diadakan penilaian yang teratur untuk mengetahui sejauh mana hasil dan manfaat yang diperoleh, serta mengetahui kesesuaian antara program yang direncanakan dan pelaksanaannya.

4.      Prinsip-Prinsip Berkenaan dengan Pelaksanaan Layanan
Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling (baik yang terprogram atau incidental) dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan. Tujuan ini selanjutnya akan diwujudkan melalui proses tertentu oleh seorang konselor. Dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling konselor perlu mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak, baik dari dalam lembaga maupun dari luar lembaga agar tercapainya perkembangan peserta didik secara optimal. 

     Prinsip-prinsip yang berkenaan denga hal tersebut adalah :
l.         Tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah kemandirian setiap individu. Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk mengembangkan konseli agar mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi kesulitan atau permasalahan yang dihadapinya.
m.    Dalam proses konseling keputusan yang diambil dan hendak dilakukan oleh konseli hendaknya atas kemauan konseli sendiri, bukan karena kemauan atau desakan dari konselor.
n.       Permasalahan khusus yang dialami konseli harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalaha khusus tersebut.
o.       Bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional. Oleh jarena itu dilaksanakan oleh tenaga ahli yang telah memperoleh pendidikan dan latihan khusus dalam bidang bimbingan konseling.
p.      Guru dan orang tua memiliki tanggung jawab yang berkaitan dengan pelayanan bimbingan konseling. Oleh karena itu kerjasama antar konselor dengan orang tua dan guru sangat diperlukan. 
q.      Guru dan konselor berada dalam satu kerangka upaya pelayanan. Oleh karena itu keduanya harus mengembangkan peranan yang saling melengkapi untuk mengurangi hambatan-hambatan yang menyebabkan terganggunya aktivitas belajar mengajar disekolah maupun interaksi peserta didik terhada lingkungan dimana ia berada.
r.        Untuk mengelola pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik dan sejauh mungkin memenuhi tuntutan individu, sebaiknya didakan program penilaian dan himpunan data yang memuat hasil pengukuran dan penilaian itu dikembangka dengan baik. Dengan pengadministrasian instrument yang benar-benar dipilih dengan baik, dat khusu tentang kemampuan mental, hasil belajar, bakat dan minat, dan berbagai ciri kepribadian hendaknya dikumpulkan , disimpan, dan dipergunakan sesuai dengan keperluan.
s.       Organisasi program bimbingan hendaknya fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu dan lingkungannya.
t.        Tanggung jawab pengelolaan program bimbingan dan konseling hendaknya diletakkan di pundak seorang pimpinan program yang terlatih dan terdidik secara khusus dalam pendidikan bimbingan dan konseling, bekerjasama dengan staf dan personal, lembaga ditempat ia bertugas dan lembaga-lembaga lain yang dapat menunjang program bimbingan dan konseling.
u.      Penilaian periodic perlu dilakukan terhadap program yang sedang berjalan. Kesuksesan pelaksanaan program diukur dengan melihat sikap-sikap mereka yang berkepentingan dengan program yang disediakan (baik pihak-pihak yang melayani maupun yang dilayani), dan perubahan tingkah laku mereka yang pernah dilayani.

5.      Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Sekolah merupakan lembaga yang wajah dan sosoknya sangat jelas. Di sekolah pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dengan amat baik mengingat sekolah merupakan lahan yang secara potensial sangat subur, sekolah memiliki kondisi dasar yang justru menuntut adanya pelayanan ini pada kadar yang tinggi. Pelayanan BK secara resmi memang ada disekolah, tetapi keberadaannya belum seperti dikehendaki. Dalam kaitan ini Belkin (dalam Prayitno 1994) menegaskan enam prinsip untuk menumbuh kembangkan pelayanan BK disekolah.
Prinsip BK disekolah menegaskan bahwa penegakan dan penumbuh kembangan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah hanya mungkin dilakukan oleh konselor profesional yang sadar akan profesinya, dan mampu menerjemahkan ke dalam program dan hubungan dengan sejawat dan personal sekolah lainnya, memiliki komitmen dan keterampilan untuk membantu siswa dengan segenap variasinya disekolah, dan mampu bekerja sama serta membina hubungan yang harmonis-dinamis dengan kepala sekolah.




BAB VI
ORIENTASI DAN RUANG LINGKUP
KERJA BIMBINGAN DAN KONSELING

A.    Orientasi Bimbingan dan Konseling
Orientasi di sini adalah “pusat perhatian” atau “titik berat pandangan”. Jadi, orientasi bimbingan dan konseling yang menjadi pokok pembicaraan antara lain:
1.      Orientasi Perseorangan
Orientasi perseorangan bimbingan dan konseling menghendaki agar konselor menitikberatkan pada siswa secara individual.satu per satu siswa perlu mendapat perhatian. Pemahaman konselor yang baik terhadap keseluruhan siswa sebagai kelompok itu penting, tetapi arah pelayanan dan kegiatan bimbingan ditujukan kepada masing-masing siswa. Kondisi keseluruhan (kelompok) siswa itu merupakan konfigurasi (bentuk keseluruhan) yang dampak positif dan negatifnya terhadap siswa secara individual harus diperhitungkan. Pelayanan bimbingan dan konseling yang berorientasikan individu itu sama sekali tidak boleh menyimpang ataupun bertentangan dengan nilai-nilai yang berkembang di dalam kelompok sepanjang nilai-nilai itu sesuai dengan norma-norma umum yang berlaku.

Kaidah yang berkaitan dengan orientasi perorangan dalam bimbingan dan konseling  adalah:
a.       Semua kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan dan  konseling diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap individu yang menjadi sasaran layanan.
b.      Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan berkenaan dengan individu untuk memahami kebutuhan-kebutuhannya, motivasi-motivasinya, dan kemampuan-kemampuan potensialnya, yang semuanya unik, serta untuk membantu individu agar dapat menghargai kebutuhan, motivasi, dan potensinya itu ke arah pengembangannya yang optimal, dan pemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi diri dan lingkungannya.
c.       Setiap klien harus diterima sebagai individu dan harus ditangani secara individual (Rogers, dalam Mc Daniel, dalam Prayitno dan Erman, 2008).
d.      Menjadi tanggung jawab konselor untuk memahami minat, kemampuan, dan perasaan klien serta untuk menyesuaikan program-program pelayanan dengan kebutuhan klien setepat mungkin.


2.      Orientasi Perkembangan
Orientasi perkembangan dalam bimbingan dan konseling lebih menekankan lagi pentingnya peranan perkembangan yang terjadi dan yang hendaknya diterjadikan pada diri individu. Bimbingan dan konseling memusatkan perhatiannya pada keseluruhan proses perkembangan itu.

Peranan bimbingan dan konseling adalah memberikan kemudahan-kemudahan bagi gerak individu menjalani alur perkembangannya. Pelayanan bimbingan dan konseling berlangsung dan dipusatkan untuk menunjang kemampuan inheren individu bergerak menuju kematangan dalam perkembangannya.

Perkembangan merupakan konsep inti dan terpadukan, serta menjadi tujuan dari segenap layanan bimbingan dan konseling. Praktik bimbingan dan konseling adalah memberikan kemudahan yang berlangsung perkembangan yang berkelanjutan.

Menurut Thompson & Rudolph (dalam Prayitno dan Erman, 2008) melihat perkembangan individu dari sudut perkembangan kognisi. Dalam perkembangannya, anak-anak berkemungkinan mengalami hambatan perkembangan kognisi:
(1)   Hambatan egosentrisme : ketidakmampuan melihat kemungkinan lain di luar apa yang dipahaminya.
(2)   Hambatan konsentrasi : ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian pada lebih dari satu aspek tentang sesuatu hal.
(3)   Hambatan reversibilitas : ketidakmampuan menelusuri alur yang terbalik dari alur yang dipahami semula.
(4)   Hambatan transformasi : ketidakmampuan meletakkan sesuatu pada susunan urutan yang ditetapkan.
Thompson & Rudolph menekankan bahwa tugas bimbingan dan konseling adalah menangani hambatan-hambatan perkembangan itu.


3.      Orientasi Permasalahan
Kewaspadaan terhadap timbulnya hambatan dan rintangan itulah yang melahirkan konsep orientasi masalah dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yang telah dibicarakan, orientasi masalah secara langsung bersangkut-paut dengan fungsi pencegahan dan fungsi pengentasan. Fungsi-fungsi lain, yaitu fungsi fungsi pemahaman, dan fungsi pemeliharaan/pengembangan pada dasarnya juga bersangkut-paut dengan permasalahan pada diri klien. 

Fungsi pemahaman memungkinkan individu memahami berbagai informasi dan aspek lingkungan yang dapat berguna untuk mencegah timbulnya masalah pada diri klien, dan dapat pula bermanfaat di dalam upaya pengentasan masalah yang telah terjadi. Konsep orientasi masalah terentang seluas daerah beroperasinya fungsi-fungsi bimbingan, dan dengan demikian pula menyusupi segenap jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling.

Roos L. Mooney (dalam prayitno, dalam prayito dan Erman, 2008) mengidentifikasi 330 masalah yang digolongkan ke dalam sebelas kelompok masalah, yaitu:
a.       Perkembangan jasmani dan kesehatan (PJK)
b.      Keuangan, keadaan lingkungan, dan pekerjaan (KLP)
c.       Kegiatan sosial dan reaksi (KSR)
d.      Hubungan muda-mudi, pacaran, dan perkawinan (HPP)
e.       Hubungan sosial dan kejiwaan (HSK)
f.       Keadaan pribadi kejiwaan (KPK)
g.      Moral dan agama (MDA)
h.      Keadaan rumah dan keluarga (KRK)
i.        Masa depan pendidikan dan pekerjaan (MPP)
j.        Penyesuaian terhadap tugas-tugas sekolah (PTS)
k.      Kurikulum sekolah dan prosedur pengajaran (KPP)


B.  Ruang Lingkup Pelayanan Bimbingan dan Konseling
1.      Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Bimbingan dan konseling mempunyai kedudukan dan peranan yang khusus:
a.       Keterkaitan antara bidang pelayanan bimbingan konseling dan bidang-bidang lainnya.
Bidang-bidang pelayanan di sekolah:
(1)   Bidang kurikulum dan pengajaran
Penyampaian dan pengembangan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kemampuanberkomunikasi peserta didik.

(2)   Bidang administrasi atau kepemimpinan
Berkenaan dengan tanggung jawab dan pengambilan kebijaksanaan, serta bentuk-bentuk kegiatan pengelolaan dan administrasi sekolah, seperti perencanaan, pembiayaan, pengadaan, dan pengembangan staf, prasarana, dan sarana fisik, dan pengawasan.

(3)   Bidang kesiswaan
Atau sering disebut sebagai bidang pelayanan bimbingan dan konseling, karena bidang ini meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu kepada pelayanan kesiswaan secara individual agar masing-masing peserta didik itu dapat berkembang sesuai dengan bakat, potensi, dan minat-minatnya, serta tahap-tahap perkembangannya.

Konselor dengan kemampuan profesionalnya mengisi bidang-bidang tersebut sepenuhnya dengan bekerja sama dengan berbagai pihak yang dapat menunjang pencapaian tujuan pelayanan bimbingan dan konseling.

b.      Tanggung jawab konselor sekolah
Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya itu, konselor menjadi “pelayan”  bagi pencapaian tujuan pendidikan secara menyeluruh, khususnya bagi terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan-tujuan perkembangan masing-masing peserta didik sebagaimana telah disebutkan di atas. Selain terhadap peserta didik dimana konselor sebagai “pelayan”,  juga kepada sejawat (sesama konselor, guru, dan personal sekolah lainnya), orang tua, dan masyarakat pada umumnya. Tanggung jawabnya ini penuh dengan kehormatan, dedikasi, dan keprofesionalan.

2.      Pelayanan bimbingan dan konseling di luar sekolah
Yang termasuk dalam pelayanan bimbingan dan konseling di luar sekolah adalah:
a.       Bimbingan dan konseling keluarga
b.      Bimbingan dan konseling dalam lingkungan yang lebih luas




BAB VII
JENIS LAYANAN DAN KEGIATAN
BIMBINGAN DAN KONSELING

A.    Layanan Orientasi

Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya. Pemberian layanan ini bertolak dari anggapan bahwa memasuki lingkungan baru bukanlah hal yang selalu dapat berlangsung dengan mudah dan menyenangkan bagi setiap orang. Ibarat seseorang yang baru pertama kali datang ke sebuah kota besar, maka ia berada dalam keadaan serba “buta”, buta tentang arah yang hendak dituju, buta tentang jalan-jalan dan buta tentang itu dan ini. Akibat dari kebutaannya itu, tidak jarang ada yang tersesat dab tidak mencapai apa yang hendak ditujunya. Demikian juga bagi siswa baru di sekolah dan atau bagi orang-orang yang baru memasuki suatu dunia kerja, mereka belum banyak mengenal tentang lingkungan yang baru dimasukinya.

1.      Layanan Orientasi di Sekolah
Allan & McKean (1984) menegaskan bahwa tanpa program-program orientasi, periode penyesuaian untuk sebagian besar siswa berlangsung kira-kira tiga atau empat bulan. Dalam kaitan itu, penelitian Allan & McKean menunjukkan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu :
a.       Program orientasi yang efektif mempercepat proses adaptasi; dan memberikan kemudahan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
b.      Murid-murid yang mengalami masalah penyesuaian ternyata kurang berhasil di sekolah.
c.       Anak-anak dari kelas sosio-ekonomi yang rendah memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri daripada anak-anak dari kelas sosio-ekonomi yang lebih tinggi.

Untuk lingkungan sekolah misalnya, materi orientasi yang mendapat penekanan adalah :
a.       Sistem penyelenggaraan pendidikan pada umumnya;
b.      Kurikulum yang ada;
c.       Penyelenggaraan pengajaran;
d.      Kegiatan belajar siswa yang diharapkan;
e.       Sistem penilaian, ujian dan kenaikan kelas;
f.       Fasilitas dan sumber belajar yang ada (seperti ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, ruang praktek);
g.      Fasilitas penunjang (sarana olahraga dan rekreasi, pelayanan kesehatan, pelayanan bimbingan dan konseling, kafetaria, dan tata usaha);
h.      Staf pengajar dan tata usaha;
i.        Hak dan kewajiban siswa
j.        Organisasi siswa;
k.      Organisasi orang tua siswa;
l.        Organisasi sekolah secara menyeluruh.

2.            Metode Layanan Orientasi Sekolah
Untuk anak-anak yang segera akan memasuki SLTP, Allen & McKean menyarankan beberapa kegiatan:
a.       Kunjungan ke SD pemasok 
b.      Kunjungan ke SLTP pemesan
c.       “Malam” pertemuan dengan orang tua
d.      Staf konselor bertemu dengan guru membicarakan siswa-siswa baru
e.       Mengunjungi kelas
f.       Memanfaatkan siswa-senior

3.      Layanan Orientasi di Luar Sekolah
Demikian juga individu-individu yang memasuki lingkungan baru di luar (seperti pegawai baru, anggota baru suatu organisasi, bekas narapidana yang kembali ke masyarakat setelah sekian lama menjalani masa hukumannya, dan tidak terkecuali pengantin baru) memerlukan orientasi tentang lingkungan barunya itu. Dengan orientasi itu proses penyesuaian diri atau penyesuaian diri kembali akan memperoleh sokongan yang amat berarti.

B.     Layanan Informasi
1.      Jenis-Jenis Informasi
a.       Informasi Pendidikan
b.      Informasi Jabatan
c.       Informasi Sosial-Budaya

2.      Metode Layanan Informasi di Sekolah
a.   Ceramah
b.   Diskusi panel
c.    Karyawisata
d.   Buku panduan
e.    Konferensi karier

3.      Layanan Informasi di Luar Sekolah
Sebagaimana layanan orientasi, layanan informasi juga banyak diperlukan oleh warga masyarakat di luar sekolah. Jenis-jenis informasi yang diperlukan itu pada dasarnya sejalan dengan informasi yang telah diuraikan di atas, yaitu informasi berkenaan dengan penghidupan yang lebih luas, yaitu perikehidupan beragama, berkeluarga, bekerja, bermasyarakat, dan bernegara dapat merupakan kebutuhan banyak warga masyarakat. Rincian berbagai informasi itu agaknya tidak terbatas, selalu dapat berubah sesuai dengan perubahan dan perkembangan masyarakat.


C.    Layanan Penempatan dan Penyaluran
Individu sering mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan, sehingga tidak sedikit individu yang bakat, kemampuan minat, dan hobinya tidak tersalurkan dengan baik. Individu seperti itu tidak mencapai perkembangan secara optimal. Mereka memerlukan bantuan atau bimbingan dari orang-orang dewasa, terutama konselor, dalam menyalurkan potensi dan mengembangkan dirinya.
1.      Penempatan dan Penyaluran Siswa di Sekolah
a.       Layanan Penempatan di dalam Kelas
b.      Penempatan dan Penyaluran ke Dalam Kelompok Belajar
c.       Penempatan dan Penyaluran ke Dalam Kegiatan Ko/Ekstra Kurikuler
d.      Penempatan dan Penyaluran ke Jurusan/Program Studi

2.      Penempatan dan Penyaluran Lulusan
a.       Penempatan dan Penyaluran ke dalam Pendidikan Lanjutan
b.      Penempatan dan Penyaluran ke Dalam Jabatan/Pekerjaan

D.    Layanan Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya inteligensi. Sering kegagalan itu terjadi disebabkan mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang memadai.

 
1.      Pengenalan Siswa yang Mengalami Masalah Belajar
Masalah belajar memiliki bentuk yang banyak ragamnya, yang pada umumnya dapat digolongkan atas :
a.       Keterlambatan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki inteligensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
b.      Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat, akademik yang cukup tinggi atau memiliki IQ 130 atau lebih, tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk menentukan kebutuhan dan kemampuan belajarnya yang amat tinggi itu.
c.       Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapat pendidikan atau pengajaran khusus.
d.      Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar; mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
e.       Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya, dsb.

2.      Upaya Membantu Siswa yang Mengalami Masalah Belaja
a.       Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada seorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka. Dalam hal ini bentuk kesalahan yang paling pokok berupa kesalahpengertian, dan tidak menguasai konsep-konsep dasar. Apabila kesalahan-kesalahan itu diperbaiki, maka siswa mempunyai kesempatan untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

b.      Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar. Mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang terencana untuk menambah memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya dalam kegiatan belajar sebelumnya. Siswa-siswa seperti ini sering muncul dalam kegiatan pelajaran dengan menggunakan sistem pengajaran yang terencana secara baik. Misalnya, sistem pengajaran dengan modul, paket belajar, dan pengajaran yang berprogram lainnya. Siswa yang amat cepat belajar hampir selalu dapat mengerjakan tugas-tugas lebih cepat dari rekan-rekan mereka dalam waktu yang ditetapkan.

c.       Peningkatan Motivasi Belajar
Guru konselor dan staf sekolah lainnya berkewajiban membantu siswa meningkatkan motivasinya dalam belajar. Prosedur-prosedur yang dapat dilakukan adalah dengan :
1)      Memperjelas tujuan-tujuan belajar. Siswa akan terdorong untuk lebih giat belajar apabila ia mengetahui tujuan-tujuan atau sasaran yang hendak dicapai.
2)      Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat siswa
3)      Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan menyenangkan.
4)      Memberikan hadiah (penguatan) dan hukuman bilamana perlu*)
5)      Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan murid, serta antara murid dan murid.
6)      Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu (seperti suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingungkan, menjengkelkan).


d.      Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Efektif
Setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif. Tetapi tidak tertutup kemungkinan ada siswa yang mengamalkan sikap dan kebiasaan yang tidak diharapkan dan tidak efektif. Apabila siswa memiliki sikap dan kebiasaan seperti itu, maka dikhawatirkan siswa yang bersangkutan tidak akan mencapai hasil belajar yang baik, karena hasil belajar yang baik itu diperoleh melalui usaha atau bahkan perjuangan yang keras.

E.     Layanan Konseling Perorangan

1.      Layanan Konseling Diselenggarakan Secara “Resmi”
Layanan konseling ditandai dengan adanya ciri-ciri yang melekat pada pelaksanaan layanan itu, yaitu bahwa :
a.       Layanan itu merupakan usaha yang disengaja.
b.      Tujuan layanan tidak boleh lain dari pada untuk kepentingan dan kebahagiaan klien.
c.       Kegiatan layanan diselenggarakan dalam format yang telah ditetapkan.
d.      Metode dan teknologi dalam layanan berdasar teori yang telah teruji.
e.       Hasil layanan dinilai dan diberi tindak lanjut.

2.      Pengentasan Masalah Melalui Konseling
Melalui konseling klien mengharapkan agar masalah yang dideritanya dapat dientaskan. Langkah-langkah umum upaya pengentasan masalah melalui konseling pada dasarnya adalah :
a.       Pemahaman masalah;
b.      Analisis sebab-sebab timbulnya masalah;
c.       Aplikasi metode khusus;
d.      Evaluasi;
e.       Tindak lanjut.

3.      Tahap-tahap Keefektifan Pengentasan Masalah Melalui Konseling
Keefektifan pengentasan masalah melalui konseling sebenarnya dapat dideteksi sejak awal klien mengalami masalah. Dari keadaan yang paling awal itu sampai konseling yang paling efektif akhir nantinya pada waktu masalah klien terentaskan, dapat diidentifikasi lima tahap
Namun keefektifan konseling tidak dapat begitu saja. Klien dituntut untuk aktif dalam proses konseling. Keaktifan klien inilah yang justru menentukan tahap keempat keefektifan konseling, dan partisipasi aktif klien  itulah yang merupakan keefektifan konseling. Partisipasi aktif klien itu diharapkan dapat terselenggara dari awal proses konseling sampai konseling itu dinyatakan berakhir. Setelah berakhirnya proses konseling, pertanyaan yang masih tersisa ialah, apakah konseling itu telah memberikan hasil yang benar-benar efektif? Pertanyaan itu mengacu pada tahap keefektifan konseling yang kelima. Konseling yang telah terselenggara itu benar-benar efektif apabila klien benar-benar menjalankan (menerapkan) hasil-hasil yang telah dicapai melalui konseling dalam kehidupan sehari-hari klien. Dengan kata lain, hasil konseling itu benar-benar mengubah tingkah laku klien, dan dengan demikian masalah klien secara berangsur-angsur teratasi.

4.      Pendekatan dan Teori Konseling
Pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga pendekatan, yaitu:

a.       Konseling Direktif
Konseling direktif berlangsung menurut langkah-langkah umum sebagai berikut :

1)      Analisis data tentang klien.
2)      Pensintesisan data untuk mengenali kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan klien.
3)      Diagnosis masalah.
4)      Prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah selanjutnya.
5)      Pemecahan masalah.
6)      Tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling.

Upaya pemecahan masalah didasarkan pada hasil diagnosis yang pada umumnya berbentuk kegiatan yang langsung ditujukan pada pengubahan tingkah laku klien.

b.      Konseling Non-Direktif
Konseling non-direktif merupakan upaya bantuan pemecahan masalah yang berpusat pada klien. Melalui pendekatan ini, klien diberi kesempatan mengemukakan persoalan, perasaan dan pikiran-pikirannya secara bebas. Pendekatan ini berasumsi dasar bahwa seseorang yang mempunyai masalah pada dasarnya tetap memiliki potensi dan mampu mengatasi masalahnya sendiri. Tetapi oleh karena sesuatu hambatan, potensi dan kemampuannya itu tidak dapat berkembang atau berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk mengembangkan dan memfungsikan kembali kemampuannya itu klien memerlukan bantuan. Salah satu prinsip yang penting dalam konseling non-direktif adalah mengupayakan agar klien mencapai kematangannya, produktif, merdeka dan dapat menyesuaikan diri dengan baik.

c.       Konseling Elektrik
Disadari bahwa dalam kenyataan praktek konseling menunjukkan bahwa tidak semua masalah dapat dientaskan secara baik hanya dengan satu pendekatan atau teori saja. Ada masalah yang lebih cocok diatasi dengan pendekatan direktif, dan ada pula yang lebih cocok dengan pendekatan non-direktif atau dengan teori khusus tertentu. Dengan pendekatan lain, tidaklah dapat ditetapkan bahwa setiap masalah harus diatasi dengan salah satu pendekatan atau teori saja. Pendekatan atau teori mana yang cocok digunakan sangat ditentukan oleh beberapa faktor,antara lain :
1)      Sifat masalah yang dihadapi (misalnya tingkat kesulitan dan kekompleksannya).
2)      Kemampuan klien dalam memainkan peranan dalam proses konseling.
3)      Kemampuan konselor sendiri.


5.      Konseling di Lingkungan Kerja yang Berbeda

a.       Konseling di Sekolah Dasar
b.      Konseling di Sekolah Menengah
c.       Konseling di Perguruan Tinggi
d.      Konseling di Masyarakat

F.     Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok
1.      Ciri-ciri Kelompok
Sejumlah orang yang berkumpul itu baru merupakan “lahan” bagi terbentuknya kelompok. Beberapa unsur perlu ditambahkan apabila kumpulan sejumlah orang itu hendak menjadi sebuah kelompok. Unsur-unsur tersebut yang paling pokok menyangkut tujuan, keanggotaan dan kepemimpinan, serta aturan yang diikuti.
Selanjutnya, kelompok yang sudah memiliki tujuan, anggota dan pemimpin itu tidaklah lengkap apabila belum memiliki aturan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Tanpa aturan itu pemimpin kelompok tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik, kegiatan anggota tidak terarah, atau akan terjadi kesimpangsiuran, atau bahkan benturan dan kekacauan, yang semuanya akan mengakibatkan tujuan bersama tidak tercapai. Dengan demikian, jelaslah bahwa suatu kelompok membutuhkan aturan, nilai-nilai atau pedoman yang memungkinkan seluruh anggota bertindak dan mengarahkan diri bagi pencapaian tujuan-tujuan yang mereka kehendaki.

2.      Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok.
Beberapa hal yang menunjukkan homogenitas dalam kelompok. Pertama, bimbingan kelompok para anggota kelompok homogen (yaitu siswa-siswa satu kelas atau satu tingkat kelas yang sama). Kedua, “masalah” yang dialami oleh semua anggota kelompok adalah sama, yaitu memerlukan informasi yang akan disajikan itu. Ketiga, Tindak lanjut dari diterimanya informasi itu juga sama, yaitu untuk menyusun rencana dan membuat keputusan. Dan keempat, reaksi atau kegiatan yang dilakukan oleh para anggota dalam proses pemberian informasi (dan tindak lanjutnya) secara relatif sama (seperti mendengarkan, mencatat, bertanya). Ciri homogenitas inilah yang ikut menandai layanan bimbingan kelompok dan membedakannya dari konseling kelompok.

3.      Konseling Kelompok
Unsur-unsur konseling perorangan tampil secara nyata dalam konseling kelompok. Kalau demikian adanya, apa yang membedakan konseling kelompok dari konseling perorangan? Satu hal yang paling pokok ialah dinamika interaksi sosial yang dapat berkembang dengan intensif dalam suasana kelompok, yang justru tidak dapat dijumpai dalam konseling perorangan. Disitulah keunggulan konseling kelompok. Melalui dinamika interaksi sosial yang terjadi diantara anggota kelompok, masalah yang dialami oleh masing-masing individu anggota kelompok dicoba untuk dientaskan. Peranan konselor sebagai “agen pembangunan” dalam konseling perorangan diperkuat oleh peranan dinamika interaksi sosial dalam suasana kelompok. Dengan demikian, proses pengentasan masalah individu dalam konseling kelompok mendapatkan dimensi yang lebih luas
Mengenai kondisi homogenitas heterogenitas yang terdapat di dalam konseling kelompok dapat dilihat bahwa anggota kelompok sedapat-dapatnya homogen, dalam arti semua anggota kelompok diharapkan dapat menyumbangkan sesuatu dalam pengembangan dinamik interaksi sosial yang terjadi di dalam kelompok.


G.    Kegiatan Penunjang
Pelaksanaan berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling memerlukan sejumlah kegiatan penunjang.
1.      Instrumen Bimbingan dan Konseling
Ada beberapa pertimbangan yang perlu mendapat perhatian para konselor dalam penerapan instrumental bimbingan dan konseling. Antara lain adalah :
(1)  Instrumen yang dipakai haruslah yang sahih dan terandalkan.
(2)  Pemakai instrumen (dalam hal ini konselor) bertanggung jawab atas pemilihan instrumen yang akan dipakai (misalnya tee), monitoring pengadministrasiannya dan skoring, penginterpretasian skor dan penggunaannya sebagai sumber informasi bagi pengambilan keputusan.
(3)  Pemakaian instrumen, misalnya, harus dipersiapkan secara matang, bukan hanya persiapan instrumennya saja, tetapi persiapan klien yang akan mengambil tes itu.
(4)  Perlu diingat bahwa tes atau instrumen apa pun hanya merupakan salah satu sumber dalam rangka memahami individu secara lebih luas dan dalam.
(5)  Ada dan dipergunakannya berbagai instrumen lainnya bukanlah syarat mutlak bagi pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.

Instrument bimbingan dan konseling meliputi digunakan dan dikembangkannya berbagai instrument, baik berupa tes maupun non-tes.
a.       Instrumen Tes
Secara umum kegunaan berbagai tes itu ialah membantu konselor dalam :
(1)   Memperoleh dasar-dasar pertimbangan berkenaan dengan berbagai masalah pada individu yang di tes, seperti masalah penyesuaian dengan lingkungan, masalah prestasi atau hasil belajar, masalah penempatan dan penyaluran;
(2)   Memahami sebab-sebab terjadinya masalah diri individu;
(3)   Mengenali individu (misalnya siswa di sekolah) yang memiliki kemampuan yang sangat tinggi dan sangat rendah yang memerlukan bantuan khusus;
(4)   Memperoleh gambaran tentang kecakapan, kemampuan, atau keterampilan seseorang individu dalam bidang tertentu.
Berbagai hal yang diperoleh konselor dari hasil tes dipergunakan konselor untuk menetapkan jenis layanan yang perlu diberikan kepada individu yang dimaksudkan.

b.      Instrumen Non-Tes
Instrumen non-tes meliputi berbagai prosedur, seperti pengamatan, wawancara, catatan anekdot, angket, sosiometri, inventori yang dibakukan.

2.      Penyelenggaraan Himpunan Data
Data yang perlu dikumpulkan, disusun dan dipelihara meliputi data pribadi dan data umum. Data pribadi siswa di sekolah, misalnya meliputi berbagai hal dalam pokok-pokok berikut:
a.       Identitas pribadi
b.      Latar belakang rumah tangga dan keluarga
c.       Kemampuan mental, hasil belajar, nilai-nilai mata pelajaran 
d.      Hasil tes diagnostic
e.       Sejarah kesehatan
f.       Pengalaman ekstra kurikuler dan kegiatan di luar sekolah
g.      Minat dan cita-cita pendidikan dan pekerjaan/jabatan
h.      Prestasi khusus yang pernah diperoleh.

Beberapa hal perlu mendapatkan perhatian dalam rangka penyelenggaraan himpunan data dan pemanfaatannya secara optimal.
a.       Materi himpunan data yang baik (akurat dan lengkap) sangat berguna untuk memberikan gambaran yang tepat tentang individu.
b.      Data tentang individu selalu bertambah, berubah, berkembang, dan dinamis
c.       Data yang terkumpul disusun dalam format-format yang teratur rapi menurut sistem tertentu.
d.      Data dalam himpunan data itu pada dasarnya bersifat rahasia.
e.       Mengingat bahwa data yang dikumpulkan cukup banyak, harus pula ditambah dan dikurangi sesuai dengan perkembangan, lagi pula pengeluaran data (untuk dipakai) dan pemasukannya kembali memakan waktu yang cukup banyak, konselor sering terjebak oleh pekerjaan rutin penyelenggaraan himpunan data itu.

Data tentang berbagai aspek perkembangan dan kehidupan sejumlah siswa atau individu di luar sekolah dapat disebut data kelompok.  Data ini bersifat umum juga, dalam arti bahwa dapat diketahui oleh pihak-pihak lain, asalkan tidak disebutkan nama atau identitas dari seseorang yang datanya ada di dalam kumpulan data itu. Data kelompok dapat dipergunakan untuk layanan tertentu, seperti layanan bimbingan belajar, bimbingan kelompok, konseling kelompok, dengan catatan, kerahasiaan setiap pribadi yang ada dalam data kelompok itu tetap terjaga dengan sebaik-baiknya.

3.      Kegiatan Khusus
Di sini hanya akan disinggung tiga kegiatan, yaitu konperensi kasus; bimbingan ke rumah siswa, dan alih tangan klien.

a.       Konferensi Kasus
Konferensi kasus diselenggarakan untuk membicarakan suatu kasus. Di sekolah, konferensi kasus biasanya diselenggarakan untuk membantu permasalahan yang dialami oleh seorang siswa. Tujuan konferensi kasus ialah untuk :
1)      Diperolehnya gambaran yang lebih jelas, mendalam dan menyeluruh tentang permasalahan siswa. Gambaran yang diperoleh itu lengkap dengan saling sangkut paut data atau keterangan yang satu dengan yang lain.
2)      Terkomunikasinya sejumlah aspek permasalahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan yang bersangkutan, sehingga penanganan masalah itu menjadi lebih mudah dan tuntas.
3)      Terkoordinasinya penanganan masalah yang dimaksud sehingga upaya penanganan itu lebih efektif dan efisien.

Dalam penstrukturan itu konselor perlu membangun persepsi dan tujuan bersama dengan pertemuan itu dengan arahan sebagai berikut :
1)      Tidak menekankan pada nama dan identitas siswa yang permasalahannya dibicarakan.
2)      Tujuan pertemuan pada umumnya, dan semua pembicaraan pada khususnya ialah semata-mata untuk kepentingan perkembangan dan kehidupan klien; semua isi pembicaraan ialah untuk kebahagiaan klien.
3)      Semua pembicaraan dilakukan secara terbuka, tetapi tidak membicarakan hal-hal yang negatif tentang diri siswa yang bersangkutan.
4)      Penafsiran data dan rencana-rencana kegiatan dilakukan secara nasional, sistematik, dan ilmiah.
5)      Semua pihak berpegang teguh pada asas kerahasiaan. Semua isi pembicaraan terbatas hanya untuk keperluan pada saat pertemuan itu saja, dan tidak boleh dibawa keluar.

b.      Kunjungan Rumah
Kegiatan kunjungan rumah, dan juga pemanggilan orang tua ke sekolah, setidak-tidaknya memiliki tiga tujuan utama, yaitu :
1)      Memperoleh data tambahan tentang permasalahan siswa, khususnya yang bersangkut paut dengan keadaan rumah/orang tua,
2)      Menyampaikan kepada orang tua tentang permasalahan anaknya,
3)      Membangun komitmen orang tua terhadap penanganan masalah anaknya.

Ketiga tujuan itu sering kali tampil sekaligus pada waktu kunjungan rumah atau pemanggilan orang tua ke sekolah; namun demikian, dapat pula terjadi ketiganya direncanakan secara bertahap sesuai dengan tahap-tahap penanganan masalah. Untuk menyampaikan tujuan yang mana pun, sebagian atau bertahap, dalam kunjungan rumah konselor terlebih dahulu :
1)      Menyampaikan perlunya kunjungan rumah kepada siswa yang bersangkutan.
2)      Menyusun rencana dan agenda yang konkrit dan menyampaikannya kepada orang tua yang akan dikunjungi itu. Kunjungan rumah tidak dapat dilakukan sebelum orang tua mengizinkannya.

c.       Alih Tangan
Kegiatan alih tangan meliputi dua jalur, yaitu jalur kepada konselor dan jalur dari konselor. Jalur kepada konselor, dalam arti konselor menerima “kiriman” klien dari pihak-pihak lain, seperti orang tua, kepala sekolah, guru, pihak atau ahli lain (misalnya dokter, psikiater, psikolog, kepala suatu kantor atau perusahaan). Sedangkan jalur dari konselor, dalam arti konselor “mengirimkan” klien yang belum tuntas ditangani kepada ahli-ahli lain, seperti konselor yang lebih senior, konselor yang membidangi spesialisasi tertentu, ahli-ahli lain (misalnya guru bidang studi, psikolog, psikiater, dokter). Konselor menerima klien dari pihak lain dengan harapan klien itu dapat ditangani sesuai dengan permasalahan klien yang belum atau tidak tuntas ditangani oleh pihak lain itu; atau permasalahan klien itu tidak sesuai dengan bidang keahlian pihak yang mengirimkan klien itu. Di sisi lain, konselor mengalihtangankan klien kepada pihak lain apabila masalah yang dihadapi klien memang di luar kewenangan konselor untuk menanganinya, atau setelah konselor berusaha sekuat tenaga memberikan bantuan, namun permasalahan klien belum berhasil ditangani secara tuntas.





BAB VIII
BIMBINGAN DAN KONSELING
SEBAGAI PROFESI

A.   Pengertian dan Ciri-Ciri Profesi
1.      Beberapa Istilah Tentang Profesi
“Profesi” adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para petugasnya.
“Profesional” menunjuk pada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu profesi. Kedua, penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.
“Profesionalisme” menunjuk kepada komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakuakn pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.
“Profesionalisasi” menunjuk pada poses peningkatan kualifikasi maupun kemampuan para anggota suatu profesi dalam mencapai kriteria yang standar dalam penampilannya sebagai anggota suatu profesi.

2.      Ciri-Ciri profesi
Ciri-ciri utama dari suatu profesi sebagai berikut:
a.       Suatu profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang memiliki fungsi dan kebermaknaan sosial yang sangat menentukan.
b.      Untuk mewujudkan fungsi tersebutpada butir diatas para anggotanya harus menampilkan pelayanan yang khusus yang didasarkan atas teknik-teknik intelektual, dan keterampilan-keterampilan tertentu yang unik.
c.       Penampilan pelayanan tersebut bukan hanya dilakukan secara rutin saja, melainkan bersifat pemecahan masalah atau penanganan situasi kritis yang menuntut pemecahan dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
d.      Para anggotanya memiliki kerangka ilmu yang sama yaitu yang didasarkan atas ilmu yang jelas, sistematis, dan eksplisit; bukan hanya didasarkan atas akal sehat (common sense) belaka.
e.       Untuk dapat menguasai kerangka ilmu itu diperlukan pendidikan dan latihan dalam jangka waktu yang cukup lama.
f.       Para anggotanya secara tegas dituntut memiliki kompetensi minimum melalui prosedur seleksi, pendidikan dan latihan, serta lisensi ataupun sertifikasi.
g.      Dalam menyelenggarakan pelayanan kepada pihak yang dilayani, para anggota memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi dalam memberikan pendapat dan pertimbangan serta membuat keputusan tentang apa yang akan dilakukan berkenaan dengan penyelenggaraan pelayanan professional yang dimaksud.
h.      Para anggotanya, baik perorangan maupun kelompok, lebih mementingkan pelayanan yang bersifat sosial daripada pelayanan yang mengejar keuntungan yang bersifat ekonomi.
i.        Standar tingkah laku bagi anggotanya dirumuskannya secara tersurat melalui kode etik yang benar-benar diterapkan; setiap pelanggaran atas kode etik dapat dikenakan sanksi tertentu.
j.        Selama berada dalam pekerjaan itu, para anggotanya terus-menerus berusaha menyegarkan dan meningkatkan kompetensinya dengan jalan mengikuti secara cermat literatur dalam bidang pekerjaan itu, menyelenggarakan dan memahami hasil-hasil riset, serta berperan serta secara aktif dalam pertemuan-pertemuan semua anggota.

B.     Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling
1.      Standarisasi Unjuk Kerja Profesional Konselor
Keseluruhan rumusan unjuk kerja itu meliputi 28 gugus yang masing-masing terdiri atas sejumlah butir unjuk kerja, yang sebagai berikut:
a.       Mengajar dalam bidang psikologi dan bimbingan dan konseling (BK).
b.      Mengorganisasikan program bimbingan dan konseling.
c.       Menyusum program bimbingan dan konseling.
d.      Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling.
e.       Mengungkapkan masalah klien.
f.       Menyelenggarakan pengumpulan data tentang minat, bakat, kemampuan, dan kondisi kepribadian.
g.      Menyusun dan mengembangkan himpunan data.
h.      Menyelenggarakan konseling perorangan.
i.        Menyelenggarakan bimbingan dan konseling kelompok.
j.        Menyelenggarakan orientasi studi siswa.
k.      Menyelenggarakan kegiatan ko/ekstrakulikuler.
l.        Membantu guru bidang studi dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
m.    Membantu guru bidang studi dalam menyelenggarakan pengajaran perbaiakn dan program pengayaan.
n.      Menyelenggarakan bimbingan kelompok belajar.
o.      Menyelenggarakan pelayanan penempatan siswa.
p.      Menyelenggarakan bimbingan karier dan pemberian informasi pendidikan/jabatan.
q.      Menyelenggarakan konferensi kasus.
r.        Menyelenggarakan terapi kepustakaan.
s.       Melakukan kunjungan rumah.
t.        Menyelenggarakan lingkungan klien.
u.      Merangsang perubahan lingkungan klien.
v.      Menyelenggarakan konsultasi khusus.
w.    Mengantar dan menerima alih tangan.
x.      Menyelenggarakan diskusi professional.
y.      Memahami dan menulis karya-karya ilmiah dalam bidang BK.
z.       Memahami hasil dan menyelenggarakan penelitian dalam bidang BK.
aa.   Menyelenggarakan kegiatan BK pada lembaga/lingkungan yang berbeda.
bb.  Berpartisipasi aktif dalam pengembangan profesi BK.

2.      Standarisasi Penyiapan Konselor
a.       Seleksi/Penerimaan Mahasiswa
b.      Pendidikan Konselor
Materi kurikulum program pendidikan konselor meliputi:
(1)   Materi inti,
(2)   Studi lingkungan,
(3)   Pengalaman tersupervisi.
c.       Akreditasi
d.      Sertifikasi dan Lisensi
e.       Pengembangan Organisasi Profesi
Tujuan organisasi profesi, yaitu:
(1)   Pengembangan ilmu,
(2)   Pengembangan pelayanan,
(3)   Penegakan kode etik.

C.    Perkembangan Gerakan Bimbingan di Indonesia
Pada tahun 1960 (tepatnya tanggal 20-24 Agustus 1960) diadakan konferensi fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (disingkat KIP atau sekarang IKIP) di Malang. Salah satu hasil konferensi tersebut ialah dimasukkannya ke dalam dunia pendidikan di Indonesia apa yang sekarang disebut “ bimbangan dan konseling”. Inilah langkah awal perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia.

            Selanjutnya pada tahun 1964 diikuti pendirian jurusan bimbingan dan penyuluhan di beberapa IKIP di Indonesia (antara lain IKIP Bandung dan IKIP Malang). Dan diikuti oleh IKIP/FKIP lainnya. Selanjutnya mulai tahun 1984/1985 jurusan bimbingan dan penyuluhan menjelma menjadi jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan (disingkat PPB), yang meliputi dua program studi yaitu program studi psikologi pendidikan dan program studi bimbingan dan konseling. Di samping itu, pada awal 1980-an di IKIP Bandung dan IKIP Malang mulai dibuka program pasca sarjana bimbingan dan konseling.


DAFTAR PERTANYAAN TIAP BAB

Pertanyaan BAB 1 Latar Belakang
1.      Apa tekad bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaan?
2.      Jelaskan yang dimaksud dengan globalisasi?
3.      Apa yang dimaksud dengan manusia?
4.      Apa yang dimaksud dengan manusia seutuhnya?
5.      Mengapa bimbingan dan konseling diperlukan?























Pertanyaan BAB 2  Wawasan Tentang Pemahaman Penanganan dan Penyikapan Terhadap Kasus
1.      Jelaskan yang dimaksud dengan kata “kasus” dalam bimbingan dan konseling!
2.      Apa kegunaan dari memahami sebuah kasus?
3.      Sebutkan langkah-langkah penanganan kasus!
4.      Unsur apa saja yang terdapat pada penyikapan kasus?
5.      Apa fungsi dilibatkannya unsur-unsur tersebut (no.4)?



Pertanyaan BAB 3 Pengertian Bimbingan dan Konseling
1.      Jelaskan pengertian bimbingan dan konseling!
2.      Apa tujuan umum bimbingan dan konseling?
3.      Apa tujuan khusus bimbingan dan konseling?
4.      Sebutkan asas-asas bimbingan dan konseling!
5.      Sebutkan beberapa kesalahpahaman dalam bimbingan dan konseling!



Pertanyaan BAB 4 Landasan Bimbingan dan Konseling
1.      Jelaskan yang dimaksud dengan landsan filosofis!
2.      Ada berapa hal pokok yang ditekankan pada landasan religious?
3.      Jelaskan yang dimaksud dengan landasan psikologis?
4.      Apa saja yang dikaji dalam landasan psikologi?
5.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan landasan ilmiah dan teknologis!



Pertanyaan BAB 5 Fungsi dan Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
1.      Sebutkan fungsi bimbingan dan konseling!
2.      Upaya pencegahan apa saja yang perlu dilakukan konselor?
3.      Sebutkan proses konseling!
4.      Apa yang dimaksud dengan fungsi pemeliharaan?
5.      Sebutkan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling!



Pertanyaan BAB 6 Orientasi dan Ruang Lingkup Kerja Bimbingan dan Konseling
1.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan perkembangan?
2.      Anak-anak berkemungkinan mengalami hambatan perkembangan kognisi, sebutkan hambatan tersebut!
3.      Sebutkan lima dari sebelas masalah yang digolongkan oleh Roos L. Mooney!
4.      Sebutkan ruang lingkup pelayanan bimbingan dan konseling!
5.      Apa yang dimaksud dengan bidang administrasi atau kepemimpinan?



Pertanyaan BAB 7 Jenis Layanan dan Kegiatan Bimbingan dan Konseling
1.      Apa yang dimaksud dengan layanan orientasi?
2.      Sebutkan jenis-jenis informasi pada layanan informasi!
3.      Bagaimana peran konselor dalam layanan penempatan dan penyaluran?
4.      Apa yang dimaksud dengan layanan bimbingan belajar?
5.      Sebutkan kegunaan dari instrument tes!



Pertanyaan BAB 8 Bimbingan dan Konseling Sebagai Profesi
1.      Apa yang dimaksud dengan profesi?
2.      Sebutkan ciri-ciri profesi!
3.      Sebutkan butir unjuk kerja!
4.      Sebutkan tujuan organisasi profesi!

5.      Jelaskan perkembangan gerakan bimbingan di Indonesia!Pertanyaan BAB 1 Latar Belakang
1.      Apa tekad bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaan?
2.      Jelaskan yang dimaksud dengan globalisasi?
3.      Apa yang dimaksud dengan manusia?
4.      Apa yang dimaksud dengan manusia seutuhnya?
5.      Mengapa bimbingan dan konseling diperlukan?























Pertanyaan BAB 2  Wawasan Tentang Pemahaman Penanganan dan Penyikapan Terhadap Kasus
1.      Jelaskan yang dimaksud dengan kata “kasus” dalam bimbingan dan konseling!
2.      Apa kegunaan dari memahami sebuah kasus?
3.      Sebutkan langkah-langkah penanganan kasus!
4.      Unsur apa saja yang terdapat pada penyikapan kasus?
5.      Apa fungsi dilibatkannya unsur-unsur tersebut (no.4)?


Pertanyaan BAB 3 Pengertian Bimbingan dan Konseling
1.      Jelaskan pengertian bimbingan dan konseling!
2.      Apa tujuan umum bimbingan dan konseling?
3.      Apa tujuan khusus bimbingan dan konseling?
4.      Sebutkan asas-asas bimbingan dan konseling!
5.      Sebutkan beberapa kesalahpahaman dalam bimbingan dan konseling!


Pertanyaan BAB 4 Landasan Bimbingan dan Konseling
1.      Jelaskan yang dimaksud dengan landsan filosofis!
2.      Ada berapa hal pokok yang ditekankan pada landasan religious?
3.      Jelaskan yang dimaksud dengan landasan psikologis?
4.      Apa saja yang dikaji dalam landasan psikologi?
5.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan landasan ilmiah dan teknologis!


Pertanyaan BAB 5 Fungsi dan Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
1.      Sebutkan fungsi bimbingan dan konseling!
2.      Upaya pencegahan apa saja yang perlu dilakukan konselor?
3.      Sebutkan proses konseling!
4.      Apa yang dimaksud dengan fungsi pemeliharaan?
5.      Sebutkan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling!


Pertanyaan BAB 6 Orientasi dan Ruang Lingkup Kerja Bimbingan dan Konseling
1.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan perkembangan?
2.      Anak-anak berkemungkinan mengalami hambatan perkembangan kognisi, sebutkan hambatan tersebut!
3.      Sebutkan lima dari sebelas masalah yang digolongkan oleh Roos L. Mooney!
4.      Sebutkan ruang lingkup pelayanan bimbingan dan konseling!
5.      Apa yang dimaksud dengan bidang administrasi atau kepemimpinan?


Pertanyaan BAB 7 Jenis Layanan dan Kegiatan Bimbingan dan Konseling
1.      Apa yang dimaksud dengan layanan orientasi?
2.      Sebutkan jenis-jenis informasi pada layanan informasi!
3.      Bagaimana peran konselor dalam layanan penempatan dan penyaluran?
4.      Apa yang dimaksud dengan layanan bimbingan belajar?
5.      Sebutkan kegunaan dari instrument tes!


Pertanyaan BAB 8 Bimbingan dan Konseling Sebagai Profesi
1.      Apa yang dimaksud dengan profesi?
2.      Sebutkan ciri-ciri profesi!
3.      Sebutkan butir unjuk kerja!
4.      Sebutkan tujuan organisasi profesi!
5.      Jelaskan perkembangan gerakan bimbingan di Indonesia!

No comments:

Post a Comment

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD

    PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD      BAB I PENDAHULUAN   A.  ...