Tuesday, February 21, 2017

TUJUAN, SEJARAH DAN CARA MASYARAKAT MERAYAKAN HARI BESAR ISLAM


IDUL FITRI

1.      Tujuan Perayaan Idul Fitri
-          Merayakan kemenangan dari perang melawan syaitan selama bulan Ramadhan
-          Mempererat tali silaturahmi serta persatuan antar umat muslim

2.      Sejarah Singkat Idul Fitri
Pada suatu masa, nabi Muhammad tiba di Madinah dan melihat orang-orang merayakan dua hari dimana mereka bisa bersenang-senang. Bertanyalah nabi Muhammad tentang apa yang sedang terjadi, dan balasan mereka adalah dua hari tersebut merupakan hari yang dipenuhi kesenangan. Karena hal ini, nabi Muhammad menentukan bahwa Allah SWT memiliki 2 hari raya yang jauh lebih baik dari pesta yang dirayakan orang-orang tersebut, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.

Untuk penanggalannya sendiri, umat Muslim percaya bahwa Allah SWT menurunkan ayat pertama Al-Qur’an pada bulah Ramadhan. Pada tahun 610, Muhammad yang pada masa itu belum diangkat menjadi nabi sedang bepergian di padang pasir dekat Mekkah (yang sekarang Saudi Arabia) sambil berpikir tentang kepercayaan yang dia anut. Suatu malam, ia didatangi oleh sebuah suara, yang merupakan malaikat Jibril. Malaikat Jibril memberitahu Muhammad bahwa ia terpilih untuk menerima wahyu dari Allah. Pada hari berikutnya, Muhammad membaca sebuah ayat yang kemudian akan dikumpulkan menjadi Qur’an. Hal inilah yang akan menjadi awal dari sejarah hari raya Idul Fitri.

3.      Cara Masyarakat Merayakan Idul Fitri
Berikut beberapa tradisi unik di Indonesia dalam rangka menyambut hari raya Idul Fitri :
a.       Tradisi Pukul Sapu (Maluku Tengah)
Para pemuda yang terlibat di dalam tradisi Pukul Sapu saling menyerang satu sama lain dengan menggunakan lidi pohon enau.
Sesuai dengan namanya, pada tradisi ini para pemuda yang berasal dari desa Morela dan desa Mamala, Kabupaten Maluku Tengah saling berhadapan dengan menggunakan lidi dari pohon enau. Tradisi Pukul Sapu sendiri dilaksanakan secara rutin setiap 7 hari pasca lebaran. Para pemuda yang terlibat di dalamnya akan saling menyerang dalam kurun waktu 30 menit. Seusai pertarungan, setiap pemuda mendapatkan pengobatan secara khusus dari desanya. Pemuda yang berasal dari desa Morela akan memperoleh getah jarak sebagai obat penyembuh luka, sementara pemuda yang berasal dari desa Mamala menerima obat penyembuh luka yang terbuat dari minyak kelapa yang dicampur dengan pala dan cengkeh.
Meski tradisi ini dianggap membahayakan para anggotanya, namun tradisi Pukul Sapu dianggap mampu menjalin ikatan silaturahmi antara kedua desa dengan baik. Tradisi yang telah dilestarikan sejak abad ke-17 ini berhasil menyedot banyak perhatian dari wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
b.      Tradisi Perang Topat (Nusa Tenggara Barat)
Tradisi Perang Topat yang umumnya didominasi oleh umat Islam dan umat Hindu memiliki makna tersendiri.
Berbeda dengan tradisi sebelumnya, dalam tradisi Perang Topat warga Lombok saling berperang dengan melemparkan ketupat. Perang Topat sendiri diadakan dalam rangka mengucap syukur atas berakhirnya puasa sunah umat muslim di Lombok dan dilakukan 6 hari setelah hari raya Idul Fitri.
Sebelum melaksanakan Perang Topat, warga Lombok berziarah terlebih dulu ke makam para ulama. Umumnya, mereka berziarah ke Makam Loang Baloq di kawasan Pantai Tanjung Karang dan Makam Bintaro di kawasan Pantai Bintaro. Usai berziarah, prosesi Perang Topat dimulai dengan membawa sesajen berupa hasil bumi yang dilakukan oleh Suku Sasak dan tokoh umat Hindu di Lombok. Kemudian Perang Topatpun dimulai ketika waktu telah menunjukkan pukul 17.30, tepat dimana matahari mulai terbenam.
Tradisi Perang Topat sebagian besar diikuti oleh umat Islam dan umat Hindu di Lombok. Tak hanya mencerminkan toleransi beragama yang kuat diantara keduanya, namun tradisi Perang Topat sendiri juga mampu mengajak manusia untuk kembali merefleksikan jati dirinya.
c.       Tradisi Meriam Karbit (Pontianak)
Warga yang tinggal tepian Sungai Kapuas menyambut malam takbiran dengan membunyikan Meriam Karbit. Masyarakat yang mendiami tepian Sungai Kapuas menyambut malam takbiran dengan cara yang tak biasa. Mereka mengungkapkan rasa syukur dengan membunyikan Meriam Karbit yang berukuran 6 meter. Seiring berjalannya waktu, tradisi tersebut kini menjadi ajang perlombaan, dimana setiap kelompok warga yang memiliki meriam saling membunyikan meriam untuk selanjutnya dinilai oleh juri.

Selain tradisi-tradisi yang telah disebutkan diatas, masih banyak lagi tradisi lainnya yang tersebar di seluruh Indonesia. Seperti grebek syawal, berkeliling dan bersilaturahmi kepada tetangga dan lain sebagainya.





IDUL ADHA

1.      Tujuan Perayaan Idul Adha
-          Mensyiarkan agama islam di masyarakat
-          Menumbuhkan rasa mau berkurban karena Allah seperti yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
-          Menumbuhkan rasa peduli pada sesama dengan cara membagikan daging kurban kepada masyarakat kurang mampu

2.      Sejarah Singkat Idul Adha
Qurban berawal dari kisah Nabi Ibrahim as. yang telah mendapat perintah dari Allah untuk menyembelih anak semata wayangnya Ismail. Hal tersebut sangat mengejutkan Ibrahim. Sebab Ismail merupakan anak yang sangat disayangi Ibrahim. Akan tetapi, Ibrahim tidak berhenti sampai disitu saja. Demi ketaqwaan dan ketaatan kepada Allah, ia rela mengorbankan anaknya demi Allah. Keesokan hari, Ibrahim menceritakan mimpinya kepada Ismail bahwa Ibrahim mendapat perintah  dari Allah untuk menyembelihnya. Ismail rela dan menerima jika ia akan disembelih. Peristiwa penyembelihan Ismail akan berlangsung besoknya. Ismail bingun dan gelisah. Apalah dia benar-benar disembelih / tidak. Tapi sifat tegar menerima takdir ia tunjukkan dengan rela disembelih.

Pagi telah menjelang dan prosesi penyembelihan  Ismail akan segera berlangsung. Dengan rasa sedih Ibrahim membaringkan Ismail dan menyembelihnya. Sebelum Ismail disembelih, dengan izin Allah. Allah mengganti Ismail dengan seekor domba. Ibrahim tidak dapat membendung kesedihan setelah menyembelih anaknya Ismail. Ternyata Ismail masih hidup dan yang telah disembelih Ibrahim adalah seekor domba.

Allah hanya ingin menguji ketaatan dan ketaqwaan Ibrahim kepada-Nya dengan jalan tersebut. Hakikatnya Ibrahim rela berkorban demi Allah walaupun kehilangan  suatu yang sangat disayangi. Peristiwa itu bertepatan pada tanggal 10 Dzullhijjah. Demi menghormati hari itu, maka diperingati sebagai hari raya Idul Adha, sehingga setiap Idul adha banyak orang yang menyembelih  binatang ternak untuk dibagikan kefakir miskin sebagaimana Ibrahim menyembelih Ismail.

Dengan demikian sejarah berqurban merupakan hasil ujian dari  Allah kepada Nabi Ibrahim dalam mempertahankan ketaatan dan ketaqwaan kepada Allah. Kita patut meneladani ketaatan dan ketaqwaan Ibrahim kepada Allah dengan rela berkorban hanya kepada Allah.




3.      Cara Masyarakat Merayakan Idul Adha

a.       Tradisi jemur kasur di Banyuwangi 
Masyarakat Osing yang di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur mempunyai kebiasaan unik menjelang Iduladha. Mereka melakukan tradisi "mepe kasur" atau menjemur kasur di bawah terik matahari di depan rumah mereka masing-masing. Saat dijemur sejak pagi hingga sore, alas tidur yang sebagian besar berwarna dasar hitam dengan tepi merah itu dipukul-pukul menggunakan sapu lidi atau rotan agar bersih. Masyarakat Osing meyakini dengan mengeluarkan kasur dari dalam rumah dapat membersihkan diri dari segala penyakit. Khusus bagi pasangan suami istri, tradisi ini bisa diartikan terus memberikan kelanggengan.

b.      Tradisi manten sapi di Pasuruan 
Sehari menjelang Idul Adha, warga Desa Wates Tani, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur menggelar "manten sapi" atau pengantin sapi untuk menghormati hewan kurban yang akan disembelih. Sapi-sapi yang ayang disembelih dirias secantik mungkin sebelum diserahkan ke panitia kurban di masjid. Acara ini dimulai dengan memandikan sapi menggunakan air kembang agar bersih. Kemudian, sapi-sapi itu dikalungi hiasan bunga tujuh rupa supaya terlihat cantik atau tampan layaknya pengantin. Tubuh binatang ini kemudian diselubungi kain putih. Setelah dirias, hewan ini diarak oleh warga kampung menuju masjid untuk diserahkan ke panitia kurban. Sementara itu ratusan ibu-ibu meramaikan acara ini dengan membawa peralatan rumah tangga dan berbagai bumbu dapur sebagai persiapan saat penyembelihan sapi.

c.       Tradisi apitan di Semarang 
Warga Semarang memiliki tradisi unik menjelang Iduladha, yaitu "sedekah bumi apitan". Acara ini dilakukan dengan mengarak tumpeng dan hasil bumi di jalan-jalan kampung. Hal ini bertujuan sebagai bentuk rasa syukur mereka kepada Allah atas limpahan rezeki kepada mereka.
Bentuk syukur itu disimbolkan dengan arak-arakan hasil bumi yang disusun bertumpuk, seperti misalnya padi, cabe terong, jagung, tomat, kacang panjang, timun dan wortel.

Selain tradisi diatas, masih banyak lagi tradisi lain yang biasa dirayakan oleh masyarakat Indonesia.






MAULID NABI

1.      Tujuan Perayaan Maulid Nabi
-          Merayakan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW
-          Mengenang dan kembali mencontoh sunah-sunah beliau yang diturunkan kepada para sahabat rasul
-          Mensyiarkan agama islam pada seluruh masyarakat

2.      Sejarah Singkat Maulid Nabi
Penyelenggaraan maulid Nabi Muhammad SAW tidak akan pernah terjadi jika Nabi Muhammad tidak dilahirkan dalam keluarga dari Bani Hashim, salah satu keluarga yang cukup terkemuka di Mekkah. Nabi Muhammad SAW lahir pada bulan Rabiul Awal di tahun 570, bersamaan dengan Tahun Gajah. Diberi nama tahun gajah karena pada masa itu pasukan dari raja Abraha gagal menghancurkan Mekkah dengan pasukan gajahnya. Penganut Muslim Sunni percaya bahwa hari kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah tanggal 12, sementara penganut Muslim Syiah percaya Nabi Muhammad lahir pada fajar tanggal 17 Rabiul Awal. Ketika lahir, ayah dari Nabi Muhammad SAW yang bernama Abdullah bin Abdul Muttalib telah meninggal dunia sehingga meninggalkannya hanya bersama ibunya yang bernama Aminah binti Wahab, adik dari pemimpin kelompok Bani Zuhrah di masa itu. Nama yang diberikan Aminah kepada Nabi Muhammad SAW juga bukan nama yang familiar, dimana nama tersebut ia pilih setelah ia mendapat penerawangan ketika sedang mengandung.

Dalam catatan sejarah, peringatan maulid Nabi Muhammad SAW yang pertama kali tercatat diklaim berasal dari abad ke-12 dan kemungkinan besar berasal dari Persia. Meski begitu, penyebutan pertama tentang perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dalam catatan sejarah baru ada melalui tulisan-tulisan dari al-Din bin al-Ma’mun yang wafat pada tahun 1192 dan merupakan anak dari Mawa’iz al I’tibar fi Khitat Misr wal Amsar, seorang Grand Vizier Khalifah Fatimid, al-Amir yang berkuasa pada tahun 1101 hingga 1130. “Purwarupa” sejarah peringatan maulid Nabi Muhammad SAW sudah ada melalui peringatan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW sebagai hari suci yang dilakukan secara pribadi pada akhir abad ke-12. Dulunya, peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW merupakan sebuah acara yang tidak terlalu populer hingga akhir abad ke-12 dimana rumah yang digunakan untuk acara Maulid ketangan banyak orang. Yang memperkenalkan penyelenggaraan ulang tahun Nabi Muhammad SAW di kota Sabta ini adalah Abu ‘I’Abbas al-Azafi sebagai suatu cara untuk menyerang balik festival-festival Kristen dan demi menguatkan identitas Muslim.





3.      Cara Masyarkaat Merayakan Maulid Nabi

a.       Bungo Lado
Tradisi Bungo Lado (berarti bunga cabai) adalah tradisi yang dimiliki warga Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Bungo lado merupakan pohon hias berdaunkan uang yang biasa juga disebut dengan pohon uang. Uang kertas dari berbagai macam nominal itu ditempel pada ranting-ranting pohon yang dipercantik dengan kertas hias. Tradisi bungo lado menjadi kesempatan bagi warga yang juga perantau untuk menyumbang pembangunan rumah ibadah di daerah itu. Karenanya, masyarakat dari beberapa desa akan membawa bungo lado. Pohon uang dari beberapa jorong (dusun) itu kemudian akan dikumpulkan.
Uang yang terkumpul biasanya mencapai puluhan juta rupiah dan disumbangkan untuk pembangunan rumah ibadah. Tradisi maulid ini biasanya digelar secara bergantian di beberapa kecamatan.

b.      Kirab Ampyang
Warga di Loram Kulon, Jati, Kudus, Jawa Tengah, juga memiliki tradisi tersendiri. Mereka melakukan kirab Ampyang di depan Masjid Wali. Pada awalnya kegiatan ini merupakan media penyiaran agama Islam di wilayah tersebut. Tradisi itu dilakukan oleh Ratu Kalinyamat dan suaminya Sultan Hadirin.
Tradisinya dengan menyajikan makanan yang dihiasi dengan ampyang atau nasi dan krupuk yang diarak keliling Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus, sebelum menuju ke Masjid Wali At Taqwa di desa setempat.

Dan masih banyak lagi cara masyarakat dalam merayakan Maulid Nabi, diantaranya dengan mengadakan pengajian, lomba-lomba islami dan lain-lain.



1 MUHARRAM

1.      Tujuan Perayaan 1 Muharram
-          Merayakan tahun baru islam
-          Mensyiarkan agama islam
-          Sebagai bahan evaluasi umat islam sehingga bisa meningkatkan amal ibadah ditahun selanjutnya.

2.      Sejarah Perayaan 1 Muharram
Sejarah digunakannya sistem perhitungan tahun Islam bermula sejak kejadian di masa Umar bin Al-Khattab r.a. Salah satu riwayat menyebutkan yaitu ketika khalifah mendapat surat balasan yang mengkritik bahwa suratnya terdahulu dikirim tanpa angka tahun. Beliau lalu bermusyawarah dengan para shahabat dan singkat kata, mereka pun berijma’ untuk menjadikan momentum tahun di mana terjadi peristiwa hijrah Nabi saw. sebagai awal mula perhitungan tahun dalam Islam.

Sedangkan sistem kalender qamariyah berdasarkan peredaran bulan konon sudah dikenal oleh bangsa Arab sejak lama. Demikian juga nama-nama bulannya serta jumlahnya yang 12 bulan dalam setahun. Bahkan mereka sudah menggunakan bulan Muharram sebagai bulan pertama dan Dzulhijjah sebagai bulan ke-12 sebelum masa kenabian.

Sehingga yang dijadikan titik acuan hanyalah tahun dimana terjadi peristiwa hijrah Nabi saw.. Bukan bulan dimana peristiwa hijrahnya terjadi. Sebab menurut riwayat, beliau dan Abu Bakar  r.a.hijrah ke Madinah pada bulan Sya’ban, atau bulan Rabiul Awwal menurut pendapat yang lain, tapi yang pasti bukan di bulan Muharram. Namun bulan pertama dalam kalender Islam tetap bulan Muharram.

3.      Cara Masyarakat Merayakan 1 Muharram
Ada banyak cara untuk merayakan tahun baru islam atau 1 Muharram, diantaranya dengan mengadakan pengajian, kegiatan lomba islami untuk anak-anak, mengadakan bhakti social, dan lain-lain.


Di daerah Jawa, dalam menyambut 1 Muharram biasanya mengadakan kegiatan kirab kerbau bule, ritual mencuci keris, kegiatan mubeng beteng, dll. 

3 comments:

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD

    PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD      BAB I PENDAHULUAN   A.  ...