IDUL FITRI
1. Tujuan Perayaan Idul Fitri
-
Merayakan kemenangan dari perang melawan syaitan
selama bulan Ramadhan
-
Mempererat tali silaturahmi serta persatuan
antar umat muslim
2. Sejarah Singkat Idul Fitri
Pada suatu masa, nabi Muhammad
tiba di Madinah dan melihat orang-orang merayakan dua hari dimana mereka bisa
bersenang-senang. Bertanyalah nabi Muhammad tentang apa yang sedang terjadi,
dan balasan mereka adalah dua hari tersebut merupakan hari yang dipenuhi
kesenangan. Karena hal ini, nabi Muhammad menentukan bahwa Allah SWT memiliki 2
hari raya yang jauh lebih baik dari pesta yang dirayakan orang-orang tersebut,
yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.
Untuk penanggalannya sendiri, umat
Muslim percaya bahwa Allah SWT menurunkan ayat pertama Al-Qur’an pada bulah
Ramadhan. Pada tahun 610, Muhammad yang pada masa itu belum diangkat menjadi
nabi sedang bepergian di padang pasir dekat Mekkah (yang sekarang Saudi Arabia)
sambil berpikir tentang kepercayaan yang dia anut. Suatu malam, ia didatangi
oleh sebuah suara, yang merupakan malaikat Jibril. Malaikat Jibril memberitahu
Muhammad bahwa ia terpilih untuk menerima wahyu dari Allah. Pada hari
berikutnya, Muhammad membaca sebuah ayat yang kemudian akan dikumpulkan menjadi
Qur’an. Hal inilah yang akan menjadi awal dari sejarah hari raya Idul
Fitri.
3. Cara Masyarakat Merayakan Idul Fitri
Berikut beberapa tradisi unik di
Indonesia dalam rangka menyambut hari raya Idul Fitri :
a.
Tradisi Pukul Sapu (Maluku Tengah)
Para pemuda yang terlibat di dalam tradisi Pukul Sapu
saling menyerang satu sama lain dengan menggunakan lidi pohon enau.
Sesuai dengan
namanya, pada tradisi ini para pemuda yang berasal dari desa Morela dan
desa Mamala, Kabupaten Maluku Tengah saling berhadapan dengan menggunakan lidi
dari pohon enau. Tradisi Pukul Sapu sendiri dilaksanakan secara rutin
setiap 7 hari pasca lebaran. Para pemuda yang terlibat di dalamnya akan saling
menyerang dalam kurun waktu 30 menit. Seusai pertarungan, setiap pemuda
mendapatkan pengobatan secara khusus dari desanya. Pemuda yang berasal dari
desa Morela akan memperoleh getah jarak sebagai obat penyembuh luka, sementara
pemuda yang berasal dari desa Mamala menerima obat penyembuh luka yang terbuat
dari minyak kelapa yang dicampur dengan pala dan cengkeh.
Meski tradisi
ini dianggap membahayakan para anggotanya, namun tradisi Pukul Sapu dianggap
mampu menjalin ikatan silaturahmi antara kedua desa dengan baik. Tradisi yang
telah dilestarikan sejak abad ke-17 ini berhasil menyedot banyak perhatian dari
wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
b.
Tradisi Perang Topat (Nusa Tenggara Barat)
Tradisi Perang
Topat yang umumnya didominasi oleh umat Islam dan umat Hindu memiliki makna
tersendiri.
Berbeda dengan
tradisi sebelumnya, dalam tradisi Perang Topat warga Lombok saling berperang
dengan melemparkan ketupat. Perang Topat sendiri diadakan dalam rangka mengucap
syukur atas berakhirnya puasa sunah umat muslim di Lombok dan dilakukan 6 hari
setelah hari raya Idul Fitri.
Sebelum
melaksanakan Perang Topat, warga Lombok berziarah terlebih dulu ke makam para
ulama. Umumnya, mereka berziarah ke Makam Loang Baloq di kawasan Pantai Tanjung
Karang dan Makam Bintaro di kawasan Pantai Bintaro. Usai berziarah, prosesi
Perang Topat dimulai dengan membawa sesajen berupa hasil bumi yang dilakukan
oleh Suku Sasak dan tokoh umat Hindu di Lombok. Kemudian Perang Topatpun
dimulai ketika waktu telah menunjukkan pukul 17.30, tepat dimana matahari mulai
terbenam.
Tradisi Perang
Topat sebagian besar diikuti oleh umat Islam dan umat Hindu di Lombok. Tak
hanya mencerminkan toleransi beragama yang kuat diantara keduanya, namun
tradisi Perang Topat sendiri juga mampu mengajak manusia untuk kembali
merefleksikan jati dirinya.
c.
Tradisi Meriam Karbit (Pontianak)
Warga yang
tinggal tepian Sungai Kapuas menyambut malam takbiran dengan membunyikan Meriam
Karbit. Masyarakat yang mendiami tepian Sungai Kapuas menyambut malam takbiran
dengan cara yang tak biasa. Mereka mengungkapkan rasa syukur dengan membunyikan
Meriam Karbit yang berukuran 6 meter. Seiring berjalannya waktu, tradisi
tersebut kini menjadi ajang perlombaan, dimana setiap kelompok warga yang
memiliki meriam saling membunyikan meriam untuk selanjutnya dinilai oleh
juri.
Selain tradisi-tradisi yang telah
disebutkan diatas, masih banyak lagi tradisi lainnya yang tersebar di seluruh
Indonesia. Seperti grebek syawal, berkeliling dan bersilaturahmi kepada
tetangga dan lain sebagainya.
IDUL ADHA
1. Tujuan Perayaan Idul Adha
-
Mensyiarkan agama islam di masyarakat
-
Menumbuhkan rasa mau berkurban karena Allah
seperti yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
-
Menumbuhkan rasa peduli pada sesama dengan cara
membagikan daging kurban kepada masyarakat kurang mampu
2. Sejarah Singkat Idul Adha
Qurban berawal dari kisah Nabi
Ibrahim as. yang telah mendapat perintah dari Allah untuk menyembelih anak
semata wayangnya Ismail. Hal tersebut sangat mengejutkan Ibrahim. Sebab Ismail
merupakan anak yang sangat disayangi Ibrahim. Akan tetapi, Ibrahim tidak
berhenti sampai disitu saja. Demi ketaqwaan dan ketaatan kepada Allah, ia rela
mengorbankan anaknya demi Allah. Keesokan hari, Ibrahim menceritakan mimpinya
kepada Ismail bahwa Ibrahim mendapat perintah dari Allah untuk menyembelihnya.
Ismail rela dan menerima jika ia akan disembelih. Peristiwa penyembelihan
Ismail akan berlangsung besoknya. Ismail bingun dan gelisah. Apalah dia
benar-benar disembelih / tidak. Tapi sifat tegar menerima takdir ia tunjukkan
dengan rela disembelih.
Pagi telah menjelang dan prosesi
penyembelihan Ismail akan segera berlangsung. Dengan rasa sedih Ibrahim
membaringkan Ismail dan menyembelihnya. Sebelum Ismail disembelih, dengan izin
Allah. Allah mengganti Ismail dengan seekor domba. Ibrahim tidak dapat membendung
kesedihan setelah menyembelih anaknya Ismail. Ternyata Ismail masih hidup dan
yang telah disembelih Ibrahim adalah seekor domba.
Allah hanya ingin menguji ketaatan dan ketaqwaan Ibrahim kepada-Nya dengan jalan tersebut. Hakikatnya Ibrahim rela berkorban demi Allah walaupun kehilangan suatu yang sangat disayangi. Peristiwa itu bertepatan pada tanggal 10 Dzullhijjah. Demi menghormati hari itu, maka diperingati sebagai hari raya Idul Adha, sehingga setiap Idul adha banyak orang yang menyembelih binatang ternak untuk dibagikan kefakir miskin sebagaimana Ibrahim menyembelih Ismail.
Allah hanya ingin menguji ketaatan dan ketaqwaan Ibrahim kepada-Nya dengan jalan tersebut. Hakikatnya Ibrahim rela berkorban demi Allah walaupun kehilangan suatu yang sangat disayangi. Peristiwa itu bertepatan pada tanggal 10 Dzullhijjah. Demi menghormati hari itu, maka diperingati sebagai hari raya Idul Adha, sehingga setiap Idul adha banyak orang yang menyembelih binatang ternak untuk dibagikan kefakir miskin sebagaimana Ibrahim menyembelih Ismail.
Dengan demikian sejarah berqurban
merupakan hasil ujian dari Allah kepada Nabi Ibrahim dalam mempertahankan
ketaatan dan ketaqwaan kepada Allah. Kita patut meneladani ketaatan dan
ketaqwaan Ibrahim kepada Allah dengan rela berkorban hanya kepada Allah.
3. Cara Masyarakat Merayakan Idul Adha
a. Tradisi jemur kasur di
Banyuwangi
Masyarakat
Osing yang di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur mempunyai
kebiasaan unik menjelang Iduladha. Mereka melakukan tradisi "mepe
kasur" atau menjemur kasur di bawah terik matahari di depan rumah mereka
masing-masing. Saat dijemur sejak pagi hingga sore, alas tidur yang sebagian
besar berwarna dasar hitam dengan tepi merah itu dipukul-pukul menggunakan sapu
lidi atau rotan agar bersih. Masyarakat Osing meyakini dengan mengeluarkan
kasur dari dalam rumah dapat membersihkan diri dari segala penyakit. Khusus
bagi pasangan suami istri, tradisi ini bisa diartikan terus memberikan kelanggengan.
b. Tradisi manten sapi di Pasuruan
Sehari
menjelang Idul Adha, warga Desa Wates Tani, Kecamatan Grati, Kabupaten
Pasuruan, Jawa Timur menggelar "manten sapi" atau pengantin sapi
untuk menghormati hewan kurban yang akan disembelih. Sapi-sapi yang ayang
disembelih dirias secantik mungkin sebelum diserahkan ke panitia kurban di
masjid. Acara ini dimulai dengan memandikan sapi menggunakan air kembang agar
bersih. Kemudian, sapi-sapi itu dikalungi hiasan bunga tujuh rupa supaya
terlihat cantik atau tampan layaknya pengantin. Tubuh binatang ini kemudian
diselubungi kain putih. Setelah dirias, hewan ini diarak oleh warga kampung
menuju masjid untuk diserahkan ke panitia kurban. Sementara itu ratusan ibu-ibu
meramaikan acara ini dengan membawa peralatan rumah tangga dan berbagai bumbu
dapur sebagai persiapan saat penyembelihan sapi.
c. Tradisi apitan di Semarang
Warga
Semarang memiliki tradisi unik menjelang Iduladha, yaitu "sedekah bumi
apitan". Acara
ini dilakukan dengan mengarak tumpeng dan hasil bumi di jalan-jalan kampung.
Hal ini bertujuan sebagai bentuk rasa syukur mereka kepada Allah atas limpahan
rezeki kepada mereka.
Bentuk syukur itu disimbolkan dengan
arak-arakan hasil bumi yang disusun bertumpuk, seperti misalnya padi, cabe
terong, jagung, tomat, kacang panjang, timun dan wortel.
Selain tradisi diatas, masih banyak lagi tradisi lain
yang biasa dirayakan oleh masyarakat Indonesia.
MAULID NABI
1.
Tujuan Perayaan Maulid Nabi
-
Merayakan
hari lahirnya Nabi Muhammad SAW
-
Mengenang
dan kembali mencontoh sunah-sunah beliau yang diturunkan kepada para sahabat
rasul
-
Mensyiarkan
agama islam pada seluruh masyarakat
2.
Sejarah Singkat Maulid Nabi
Penyelenggaraan maulid Nabi
Muhammad SAW tidak akan pernah terjadi jika Nabi Muhammad tidak dilahirkan
dalam keluarga dari Bani Hashim, salah satu keluarga yang cukup terkemuka di
Mekkah. Nabi Muhammad SAW lahir pada bulan Rabiul Awal di tahun 570, bersamaan
dengan Tahun Gajah. Diberi nama tahun gajah karena pada masa itu pasukan dari
raja Abraha gagal menghancurkan Mekkah dengan pasukan gajahnya. Penganut Muslim
Sunni percaya bahwa hari kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah tanggal 12,
sementara penganut Muslim Syiah percaya Nabi Muhammad lahir pada fajar tanggal
17 Rabiul Awal. Ketika lahir, ayah dari Nabi Muhammad SAW yang bernama Abdullah
bin Abdul Muttalib telah meninggal dunia sehingga meninggalkannya hanya bersama
ibunya yang bernama Aminah binti Wahab, adik dari pemimpin kelompok Bani Zuhrah
di masa itu. Nama yang diberikan Aminah kepada Nabi Muhammad SAW juga bukan
nama yang familiar, dimana nama tersebut ia pilih setelah ia mendapat
penerawangan ketika sedang mengandung.
Dalam catatan sejarah, peringatan
maulid Nabi Muhammad SAW yang pertama kali tercatat diklaim berasal dari abad
ke-12 dan kemungkinan besar berasal dari Persia. Meski begitu, penyebutan
pertama tentang perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dalam catatan sejarah baru
ada melalui tulisan-tulisan dari al-Din bin al-Ma’mun yang wafat pada tahun
1192 dan merupakan anak dari Mawa’iz al I’tibar fi Khitat Misr wal Amsar,
seorang Grand Vizier Khalifah Fatimid, al-Amir yang berkuasa pada tahun 1101
hingga 1130. “Purwarupa” sejarah peringatan maulid Nabi Muhammad
SAW sudah ada melalui peringatan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW sebagai
hari suci yang dilakukan secara pribadi pada akhir abad ke-12. Dulunya,
peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW merupakan sebuah acara yang tidak
terlalu populer hingga akhir abad ke-12 dimana rumah yang digunakan untuk acara
Maulid ketangan banyak orang. Yang memperkenalkan penyelenggaraan ulang tahun
Nabi Muhammad SAW di kota Sabta ini adalah Abu ‘I’Abbas al-Azafi sebagai suatu
cara untuk menyerang balik festival-festival Kristen dan demi menguatkan
identitas Muslim.
3. Cara Masyarkaat Merayakan Maulid Nabi
a.
Bungo Lado
Tradisi Bungo
Lado (berarti bunga cabai) adalah tradisi yang dimiliki warga Kabupaten Padang
Pariaman, Sumatera Barat. Bungo lado merupakan pohon hias berdaunkan uang yang
biasa juga disebut dengan pohon uang. Uang kertas dari berbagai macam nominal
itu ditempel pada ranting-ranting pohon yang dipercantik dengan kertas hias. Tradisi
bungo lado menjadi kesempatan bagi warga yang juga perantau untuk menyumbang
pembangunan rumah ibadah di daerah itu. Karenanya, masyarakat dari beberapa
desa akan membawa bungo lado. Pohon uang dari beberapa jorong (dusun) itu
kemudian akan dikumpulkan.
Uang yang
terkumpul biasanya mencapai puluhan juta rupiah dan disumbangkan untuk
pembangunan rumah ibadah. Tradisi maulid ini biasanya digelar secara bergantian
di beberapa kecamatan.
b.
Kirab Ampyang
Warga di Loram
Kulon, Jati, Kudus, Jawa Tengah, juga memiliki tradisi tersendiri. Mereka
melakukan kirab Ampyang di depan Masjid Wali. Pada awalnya kegiatan ini
merupakan media penyiaran agama Islam di wilayah tersebut. Tradisi itu
dilakukan oleh Ratu Kalinyamat dan suaminya Sultan Hadirin.
Tradisinya
dengan menyajikan makanan yang dihiasi dengan ampyang atau nasi dan krupuk yang
diarak keliling Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus, sebelum menuju ke
Masjid Wali At Taqwa di desa setempat.
Dan masih banyak lagi cara
masyarakat dalam merayakan Maulid Nabi, diantaranya dengan mengadakan
pengajian, lomba-lomba islami dan lain-lain.
1 MUHARRAM
1. Tujuan Perayaan 1 Muharram
-
Merayakan tahun baru islam
-
Mensyiarkan agama islam
-
Sebagai bahan evaluasi umat islam sehingga bisa
meningkatkan amal ibadah ditahun selanjutnya.
2. Sejarah Perayaan 1 Muharram
Sejarah digunakannya sistem perhitungan tahun Islam
bermula sejak kejadian di masa Umar bin Al-Khattab r.a. Salah satu riwayat menyebutkan
yaitu ketika khalifah mendapat surat balasan yang mengkritik
bahwa suratnya terdahulu dikirim tanpa angka tahun. Beliau lalu
bermusyawarah dengan para shahabat dan singkat kata, mereka pun berijma’
untuk menjadikan momentum tahun di mana terjadi peristiwa hijrah Nabi saw.
sebagai awal mula perhitungan tahun dalam Islam.
Sedangkan sistem kalender qamariyah berdasarkan
peredaran bulan konon sudah dikenal oleh bangsa Arab sejak lama. Demikian juga
nama-nama bulannya serta jumlahnya yang 12 bulan dalam setahun.
Bahkan mereka sudah menggunakan bulan Muharram sebagai bulan pertama dan
Dzulhijjah sebagai bulan ke-12 sebelum masa kenabian.
Sehingga yang dijadikan titik acuan hanyalah tahun dimana
terjadi peristiwa hijrah Nabi saw.. Bukan bulan dimana peristiwa hijrahnya
terjadi. Sebab menurut riwayat, beliau dan Abu Bakar r.a.hijrah ke Madinah pada
bulan Sya’ban, atau bulan Rabiul
Awwal menurut pendapat yang lain, tapi yang pasti bukan di
bulan Muharram. Namun bulan pertama dalam kalender Islam tetap bulan
Muharram.
3. Cara Masyarakat Merayakan 1 Muharram
Ada banyak cara untuk merayakan
tahun baru islam atau 1 Muharram, diantaranya dengan mengadakan pengajian, kegiatan
lomba islami untuk anak-anak, mengadakan bhakti social, dan lain-lain.
Di daerah Jawa, dalam menyambut 1
Muharram biasanya mengadakan kegiatan kirab kerbau bule, ritual mencuci keris,
kegiatan mubeng beteng, dll.
IZIN COPY
ReplyDeleteYg lebih diteil ada gky
ReplyDeletePlis
ReplyDelete