BAB I
PENDAHULUAN
Setiap siswa memiliki perbedaan dalam hal intelektual,
kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar.
Semua perbedaan tersebut sangat
berpengaruh terhadap proses belajar seorang anak. Pada umumnya, peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar adalah anak-anak yang tidak dapat belajar
secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan, ataupun gangguan dalam
belajar. Hal yang paling mendasar adalah anak yang memiliki keterbatasan mental
dan IQ dibawah rata.
Ada dua faktor yang menyebabkan kesulitan belajar seorang
peserta didik, diantaranya:
1. Faktor intern siswa
2. Faktor ekstern siswa
Untuk menghadapi kesulitan belajar yang muncul terhadap
peserta didik, guru harus bisa mengenal gejala-gejala yang timbul dalam proses
belajar seorang anak. Dari gejala-gejala yang tampak itu, guru bisa
menginterpretasi bahwa siswa tersebut mengalami kesulitan belajar dan guru juga
bisa melakukan penyelidikan terhadap si anak, melalui beberapa cara seperti
observasi, interview, tes diagnotic, dan dokumentasi.
Dengan adanya penyelidikan tersebut, guru (pendidik) bisa
mencari alternatif untuk mengatasi kesulitan belajar dan penanggulangannya.
Ada beberapa metode yang bisa ditempuh dalam menanggulangi
kesulitan belajar seorang peserta didik, diantaranya:
1. Pengumpulan data
2. Pengolahan data
3. Diagnosis
4. Prognosis
5. Evalusi
BAB II
MASALAH
KESULITAN BELAJAR DAN
PENANGGULANGANNYA
2.1 Pengertian Kesulitan Belajar
Setiap siswa pada prinsipnya tentu
berhak memperoleh ruang untuk mencapai kinerja-kinerja akademik (academic
perpormance) yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas
bahwa siswa memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan
fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang
sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya.
Sementara itu, penyelenggaraan
pendidikan disekolah-sekolah kita pada umumnya hanya ditujukan kepada para
siswa yang berkemampuan rata-rata sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau
yang berkemampuan kurang terabaikan. Dengan demikian siswa-siswa yang
berkatagori” diluar rata-rata” itu(sangat pintar dan sangat bodoh) tidak
mendapatkan kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya.
Dari sini kemudian timbullah apa yang disebut kesulitan belajar (learning
dificulty) yang tidak hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga
dialami oleh siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu, kesulitan belajar itu
juga dapat dialami oleh siswa berkemampuan rata-rata(normal) disebabkan oleh
faktor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai
dengan harapan.
2.2 Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan
Belajar
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak
jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi beljarnya. Namun,
kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan
perilaku(misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak dalam
kelamengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah dan cabut dari
sekolah.
Secara garis besar faktor-faktor penyebab timbulnya
kesulitan belajar terdiri dari 2 macam:
1.
Faktor intern siswa
Yakni
hal-hal atau keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri, dan faktor
intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psikofisik siswa, yakni:
a. Yang
bersifat kognitif(ranah cipta) antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/inteligensi siswa.
b. Yang
bersifat afektif(ranah rasa) antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
c. Yang
bersifat psikomotorik(ranah karsa) antara lain seperti terganggunya alat-alat
indera penglihat dan pendengar (mata dan
telinga).
2.
Faktor ekstern siswa
Yaitu
hal-hal atau keadaan yang datang dari luar diri siswa. Faktor ekstern siswa
meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung
aktifitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi tiga macam:
a. Lingkungan
keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan
rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b. Lingkungan
masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh(sium area), dan teman
sepermainan(peer group) yang nakal.
c. Lingkungan
sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat
pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
2.3 Cara Mengenal Anak Didik Yang
Mengalami Kesulitan Belajar
Seperti telah dijelaskan bahwa anak
didik yang mengalami kesulitan belajar adalah anak didik yang tidak dapat
belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan, atau gangguan dalam
belajar, sehingga menampakkan gejala-gejala yang bisa diamati oleh orang lain,
guru, ataupun orangtua.
Beberapa gejala sebagai pertanda
adanya kesulitan dalam belajar, misalnya:
1. Menunjukkan
prestasi yang rendah/dibawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas.
2. Hasil yang
di capai tidak seimbang dengan usaha yang di lakukan. Ia berusaha dengan keras
tetapi nilainya selalu rendah.
3. Lambat
dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya
dalam segala halnya: dalam mengerjakan soal-soal, dalam menyelesaikan
tugas-tugas.
4. Menunjukkan
sikap yang kurang wajar, seperti: acuh tak acuh, berpura-pura, dusta, dll.
5. Menunjukan
tingkah laku yang berlainan,misalnya mudah tersinggung, murung, pemarah,
bingung, cemberut, kurang gembira, selalu sedih.
Dari gejala-gejala yang tampak itu,
guru (pembimbing) bisa menginterprestasi bahwa ia kemungkinan mengalami
kesulitan balajar. Disamping melihat gejala- gejala yang tampak, guru pun bisa
melakukan penyelidikan antara lain dengan:
a. Observasi
Adalah suatu cara memperoleh data dengan langsung mengamati
terhadap objek. Sambil melakukan observasi, dilakukan pencatatan terhadap
gejala- gejala yang tampak pada diri subjek, kemudian di seleksi untuk dipilih
yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
b. Interview
Adalah cara mendapatkan datadengan wawancara langsung
terhadap orang yang di selidiki atau terhadap orang lain yang dapat memberikan
informasi tentang orang yang di selidiki (guru, orang tua, teman intim). Untuk
menyelidiki murid yang mengalami kesulitan belajar, interview, bisa di
laksanakan langsung atau tidak langsung.
c. Tes
diagnostic
Adalah salah satu cara mengumpulkan data dengan tes. Menurut
cronbach, tes adalah: suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan
kelakuan dari dua orang atau lebih. Untuk mengetahui murid yang mengalami
kesulitan belajar tes meliputi: tes buatan guru (teacher made test) yang
terkenal dengan tes diagnosting tes psikologis. Sebab yang mengalami kesulitan
belajar itu mungkin di sebabkan IQ rendah, tidak memiliki bakat, mentalnya
minder dll, sehingga di perlukan tes psikologis. Untuk mengetahui IQ bisa di
gunakan: tes SPM (standard progressif matrics), dsb.
d. Dokumentasi
Adalah cara mengetahui sesuatu dengan melihat
catatan-catatan, arsip-arsip, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan orang
yang di selidiki. Untuk mengenal murid yang mengalami kesulitan belajar bisa
melihat:
-
Riwayat hidupnya
-
Kehadiran murid didalam mengikuti pelajaran
-
Memiliki daftar pribadinya
-
Catatan harinya
-
Catatan kesehatan
-
Daftar hadir di sekolah
-
Kumpulan ulangan
-
Rapor, dll.
Setelah data terkumpul kemudian diseleksi, tinggal data-data
yang diperlukan, untuk dapat mengatakan murid mana yang mengalami kesulitan
belajar, diperlukan patokan kesulitan belajar.
2.4
Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar Serta Penanganannya
Dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar tidak bisa diabaikan
dengan kegiatan mencari faktor-faktor yang diduga sebagai penyebabnya. Karena
itu, mencari sumber-sumber penyebab utama dan sumber-sumber penyebab penyerta
lainnya, mutlak dilakukan secara akurat, efektif, dan efisien.
Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh
dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar anak didik, dapat dilakukan 6
tahap, yaitu: pengumpulan data, pengolahan data, diagnosis, prognosis,
treatment, dan evaluasi.
1. Pengumpulan
data
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar,
diperlukan banyak informasi. Untuk memperoleh informasi tersebut, maka perlu
diadakan suatu pengamatan langsung yang disebut dengan pengumpulan data.
Menurut Samisbani dan R isbani, dalam pengumpulan data dapat dipergunakan berbagai
metode, diantaranya adalah:
a.
Observasi
b.
Kunjungan rumah
c.
Case study
d.
Case history
e.
Daftar pribadi
f.
Meneliti pekerjaan anak
g.
Tugas kelompok
h.
Melaksanakan test (baik tes IQ maupun tes prestasi/
achievement).
Dalam
pelaksanaannya, metode-metode tersebut tidak harus semuanya digunakan secara
bersama-sama akan tetapi tergantung pada masalahnya, kompleks atau tidak.
Semakin rumit masalahnya, maka semakin banyak juga kemungkinan metode yang
dapat dipergunakan, sebaliknya semakin sederhana masalahnya, mungkin dengan
satu metode observasi saja, sudah dapat ditemukan faktor apa yang menyebabkan
kesulitan belajar anak.
2. Pengolahan
data
Data yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama
tersebut, tidak ada artinya jika tidak diadakan pengolahan secara cermat. Semua
data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab
kesulitan belajar yang dihadapi oleh anak.
Dalam pengolahan data, langkah yang ditempuh antara lain
adalah:
a.
Identifikasi kasus
b.
Membandingkan antar kasus
c.
Membandingkan dengan hasil tes, dan
d.
Menarik kesimpulan
3. Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari
pengolahan data. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
a.
Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak(berat dan
ringannya).
b.
Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber
penyebab kesulitan belajar.
c.
Keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar,
dsb.
4. Prognosis
Prognosis artinya”ramalan”. Apa yang telah ditetapkan dalam
tahap diagnosis, akan menjadi dasar utama dalam menyusun dan menetapkan ramalan
mengenai bantuan apa yang harus diberikan kepadanya untuk membantu mengatasi
masalahnya.
Pendek kata, prognosis adalah merupakan aktivitas menyusun
rencana/program yang diharapkan dapat mengatasi masalah kesulitan belajar anak
didik.
5. Treatment
(Perlakuan)
Perlakuan disini maksudnya adalah pemberian bantuan kepada
anak yang bersangkutan (yang mengalami kesulitan belajar) sesuai dengan program
yang telah disusun pada tahap prognosis tersebut. Bentuk treatment yang mungkin
dapat diberikan:
-
Melalui bimbingan belajar individual.
-
Melalui bimbingan belajar kelompok.
-
Melalui remedial teaching untuk mata pelajaran tertentu.
-
Melalui bimbingan orang tua di rumah.
-
Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah
psikologis.
-
Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik secara
umum.
-
Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik sesuai
dengan karakteriktik setiap mata pelajaran.
6. Evalusi
Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
treatment yang telah diberikan berhasil dengan baik. Artinya ada kemajuan,
yaitu anak dapat dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar, atau
gagal atau berhasil treatment yang telah diberikan kepada anak, dapat diketahui
sampai sejauh mana kebenaran jawaban anak terhadap item-item soal yang
diberikan dalam jumlah tertentu melalui alat evaluasi berupa tes prestasi
belajar atau achievement test. Karenanya, perlu pengecekan kembali dengan cara
mencari faktor-faktor penyebab dari kegagalan itu.
Agar tidak terjadi kesalahan pengertian, disini perlu
ditegaskan bahwa pengecekan kembali hanya dilakukan bila terjadi di kegagalan
treatment berdasarkan evaluasi, di mana hasil prestasi belajar anak didik masih
rendah, di bawah standar. Dalam rangka pengecekan kembali atas kegagalan
treatment, secara teoritis langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah sebagai
berikut:
a.
Re-ceking data (baik yang berhubungan dengan masalah
pengumpulan maupun pengolahan data).
b.
Re-diagnosis
c.
Re-prognosis
d.
Re-treatment
e.
Re-evaluasi
BAB III
KESIMPULAN
Pengertian kesulitan belajar
adalah segala masalah atau hal yang mempengaruhi sistem belajar setiap
individu atau kelompok sehingga proses penerimaan belajar sulit untuk
berkembang dan diterima oleh setiap individu dan kelompok tersebut.
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
1. Faktor
intern siswa
2. Faktor
ekstern siswa
Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan dalam
belajar, misalnya:
1. Prestasi
yang rendah
2. Hasil yang
dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3. Lambat
dalam melaksanakan tugas-tugas belajar
4. Menunjukkan
sifat kurang wajar
5. Menunjukkan
tingkah laku yang berlainan
Usaha mengatasi kesulitan belajar / penanggulangannya, langkah-langkah yang perlu dilakukan
antara lain:
1. Pengumpulan
data
2. Pengolahan
data
3. Diagnosis
4. Prognosis
5. Treatment
6. Evalusi
No comments:
Post a Comment