A. HAKEKAT PERKEMBANGAN
Istilah perkembangan (development) dan pertumbuhan
(growth) dalam artian biasa memang hampir sama. Keduanya dapat diartikan adanya
perubahan dari keadaan sesuatu kekeadaan yang lain. Namun pada istilah
pertumbuhan dititik beratkan pada perubahan fisik, sedangkan istilah
perkembangan digunakan kalau lebih menekankan pada perubahan psikis.
Monks dkk. pertumbuhan khusus dimaksudkan bagi
pertumbuhan dalam ukuran-ukuran badan dan fungsi fisik yang murni, sedangkan
istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai
gejala psikologik yang nampak. Dan tidak
dapat disangkal bahwa pertumbuhan fisik mempengaruhin perkembamngan psikis,
karena keduanya memang tidak dapat dipisahkan. Dalam penjelasan mengenai teori perkembangan terdapat
perbedaan di dalam memahami apa yang termasuk dalam perkembangan dan mengenai
cara perkembangan berlangsung. Namun terdapat beberapa prinsip umum yang
didukung hampir semua ahli, yaitu :
a. Manusia berkembang dalam tingkat yang berbeda, setiap
manusia berbeda – beda perkembangannya.
b. Perkembangan relatif runtut maksudnya orang cenderung
mengembangkan kemampuan tertantu sebelum kemampuan yang lain.
c. Perkembangan berjalan secara gradual, Sangat jarang
perubahan terjadi setiap hari. Jadi di dalam perkembangan manusia membutuhkan
waktu, dan perkembangan itu berjalan relatif sangat lambat dan tidak setiap
hari berlangsung.
Menurut
Yusuf (2008) perkembangan sebagai berikut :
a.
Perkembangan
merupakan proses yang tidak pernah berhenti (never ending process). Manusia
secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman
atau belajar sepanjang hidupnya. Perkembangan berlangsung secara terus menerus
sejak masa konsepsi sampai mencapai kematangan atau masa tua.
b.
Semua
aspek perkembangan saling mempengaruhi. Setiap aspek perkembangan individu
(fisik, motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional dan moral) saling
mempengaruhi.
Monk et.al (1991) menyatakan bahwa perkembangan menunjukkan suatu
proses tertentu yaitu suatu proses yang menuju kedepan dan tidak begitu saja
dapat diulang kembali.
Werner (1969) (dalam Monks dkk,1991) menegaskan bahwa perkembangan
menunjuk pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap. Perkembangan
psikologik merupakan suatu proses yang dinamik.Dalam proses tersebut,sifat
individu dan sifat lingkungan pada akhirnya menentukan tingkah laku apa yang
akan diaktualisasikan dan dimanifestasikan.
B.
TEORI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Pertumbuhan fisik merupakan hal yang kuantitatif, atau dapat diukur,
aspek peningkatan ukuran fisik individu sebagai hasil peningkatan dalam jumlah
sel. Indikator ukuran pertumbuhan
meliputi perubahan tinggi dan berat badan, gigi, struktur skelet, dan
karakteristik seksual. Perkembangan adalah aspek progresif adaptasi terhadap
lingkungan yang bersifat kualitatif.
Contoh perubahan kualitatif ini adalah: peningkatan kapasitas fungsional
penguasaan terhadap beberapa keterampilan yang lebih kecil. Perbedaan yang
mendasari pertumbuhan dan perkembangan adalah proses perkembangan tidak dapat
diukur seperti halnya pertumbuhan sehingga tidak dapat dinyatakan secara
kuantitatif tetapi secara kualitatif.
Anak menunjukkan ciri - ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai
dengan usianya.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel
serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur
tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang
dan berat.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian.
Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan
pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf
pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuskuler,
kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan
penting dalam kehidupan manusia yang utuh.
C. Aspek-Aspek Perkembangan
Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden years) yang
merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai
rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju
pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual. Masa peka adalah masa terjadinya
kematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan
oleh lingkungan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar untuk
mengembangkan kemampuan kognitif,
motorik, bahasa, sosio emosional, agama dan moral.
Beberapa
Aspek-Aspek Perkembangan anak
Tahapan Perkembangan Kognitif sesuai dengan teori
Piaget adalah:
a. Tahap sensorimotor, usia 0 – 2 tahun. Pada masa ini
kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak refleks, bahas awal, waktu sekarang
dan ruang yang dekat saja;
b. Tahap
pra-operasional, usia 2 – 7 tahun. Masa ini kemampuan menerima rangsangan yang
terbatas. Anak mulai berkembang kemampuan bahasanya, walaupun pemikirannya
masih statis dan belum dapat berpikir abstrak, persepsi waktu dan tempat masih
terbatas;
c. Tahap konkret operasional, 7 – 11 tahun. Pada tahap
ini anak sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan, memisahkan,
menyusun, menderetkan, melipat dan membagi;
d. Tahap formal
operasional, usia 11 – 15 tahun. Pada masa ini, anak sudah mampu berfikir
tingkat tinggi, mampu berfikir abstrak.
Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat
syaraf, urat syaraf dan otot terkoordinasi (Hurlock: 1998).
Keterampilan
motorik anak terdiri atas keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik
halus. Keterampilan motorik anak usia 4-5 tahun lebih banyak berkembang pada motorik
kasar, setelah usia 5 tahun baru.terjadi perkembangan motorik halus.
Pada usia 4 tahun anak-anak masih suka jenis gerakan
sederhana seperti berjingkrak-jingkrak, melompat, dan berlari kesana kemari,
hanya demi kegiatan itu sendiri tapi mereka sudah berani mengambil resiko.
Walaupun mereka sudah dapat memanjat tangga dengan satu kaki pada setiap tiang
anak tangga untuk beberapa lama, mereka baru saja mulai dapat turun dengan cara
yang sama.
Pada usia 5 tahun, anak-anak bahkan lebih berani
mengambil resiko dibandingkan ketika mereka berusia 4 tahun. Mereka lebih
percaya diri melakukan ketangkasan yang mengerikan seperti memanjat suatu
obyek, berlari kencang dan suka berlomba dengan teman sebayanya bahkan orangtuanya
(Santrock,1995: 225)
Hart & Risley (Morrow, 1993) mengatakan umur 2
tahun, anak-anak memproduksi rata-rata dari 338 ucapan yang dapat dimengerti
dalam setiap jam, cakupan lebih luas adalah antara rentangan 42 sampai 672. 2
tahun lebih tua anak-anak dapat mengunakan kira-kira 134 kata-kata pada jam
yang berbeda, dengan rentangan 18 untuk 286. Membaca dan menulis merupakan
bagian dari belajar bahasa. Untuk bisa membaca dan menulis, anak perlu mengenal
beberapa kata dan beranjak memahami kalimat. Dengan membaca anak juga semakin
banyak menambah kosakata. Anak dapat belajar bahasa melalaui membaca buku
cerita dengan nyaring. Hal ini dilakukan untuk mengajarkan anak tentang bunyi
bahasa.
Masa TK merupakan masa kanak-kanak awal. Pola perilaku
sosial yang terlihat pada masa kanak-kanak awal, seperti yang diungkap oleh
Hurlock (1998:252) yaitu: kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial,
simpati, empat, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri
sendiri, meniru, perilaku kelekatan.
Erik Erikson (1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370
seorang ahli psikoanalisis mengidentifikasi perkembangan sosial anak:
a. Tahap 1: Basic Trust vs Mistrust (percaya vs curiga),
usia 0-2 tahun.Dalam tahap ini bila dalam merespon rangsangan, anak mendapat
pengalaman yang menyenamgkan akan tumbuh rasa percaya diri, sebaliknya
pengalaman yang kurang menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga
b. Tahap 2 : Autonomy vs Shame & Doubt (mandiri vs
ragu), usia 2-3 tahun. Anak sudah mampu menguasai kegiatan meregang atau
melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya. Anak
pada masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat
meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi kepercayaan
atau terlalu banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu dan
ragu-ragu
c. Tahap 3 : Initiative vs Guilt (berinisiatif vs
bersalah), usia 4-5 tahun. Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai
lepas dari ikatan orang tua, anak dapat bergerak bebas dan ber interaksi dengan lingkungannya. Kondisi lepas dari orang
tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa
bersalah.
d.
Tahap
4 : industry vs inferiority (percaya diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun –
pubertas. sAnak telah dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk
menyiapkan diri memasuki masa dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan
tertentu. Bila anak mampu menguasai suatu keterampilan tertentu dapat
menimbulkan rasa berhasil, sebaliknya bila tidak menguasai, menimbulkan rasa
rendah diri.
No comments:
Post a Comment