MAKALAH WACANA BAHASA INDONESIA
A. PENGANTAR
Hasil berpikir yang paling penting
dan menyolok mata adalah bahasa. Imaj, yang kini kita anggap lebih sebagai
suatu produk berpikir daripada sarana berpikir itu, akan tetap terkunci di
dalam kepala kita, sampai kita memikirkannya. Jelas, bahwa gerakan – gerakan
tertentu dalam tubuh kita, itu adalah otak kita, tetapi justru dalam bahasalah
kita mempertunjukkan hasil-hasil mentalitas atau daya otak kita dalam bentuk
karakteristik yang paling manusiawi (Deese, 1982:2).
Bahasa memegang peranan penting
dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar – benar kita sadari, apabila oleh
para guru bahasa khususnya dan para guru bidang studi pada umumnya. Dalam
tugasnya sehari – hari, para guru bahasa harus benar-benar memahami bahwa tujuan
akhir pengajaran bahasa ialah agar para siswa terampil berbahasa: terampil
menyimak, terampil berbicara, terampil membaca, dan terampiul menulis (Tarigan,
1986:2).
Bahasa mempunyai ciri utama yang
merupakan hakikat bahasa. Dengan mengetahui aneka prinsip dalam bahasa maka
para guru telah mempunyai modal utama dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.
Bahasa juga mempunyai fungsi yang beraneka ragam. Pengetahuan mengenai
prinsip-prinsip dasar serta aneka fungsi bahasa mutlak harus dimiliki oleh para
guru bahasa yang selalu berhadapan dengan anak didiknya.
Hal-hal penting yang berkaitan
dengan hakikat bahasa dan fungsi bahasa, yang seharusnya diketahui dan dipahami
oleh para guru bahasa, akan dibahas dibab ini.
B. HAKIKAT BAHASA
Masalah hakikat bahasa dalah
bahasa telah mendapat perhatian besar dari para pakar bahasa sejak dahulu.
Jawaban atas pertanyaan “apa yang disebut bahasa?’’ pada dasarnya telah
merupakan upaya untuk mengetahui serta memahami hakikat bahasa.Dipandang
sekilas, memang pertanyaan ini sangat sederhana, kalau direnungi dalam-dalam
ternyata jawabanya tidak semudah yang disangka orang.
Berbicara mengenai hakikat bahasa.
Prof. Anderson mengemukakan adanya delapan prinsip dasar,yaitu:
1.
Bahasa adalah suatu sistem
2.
Bahasa adalah vokal (bunyi ujaran)
3.
Bahasa tersusun dari lambang-lambang mana suka(arbitrary symbols)
4.
Setiap bahasa bersifat unik, bersifat khas.
5.
Bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasaan.
6.
Bahasa adalah alat komunikasi.
7.
Bahasa berhubungan rerat dengan budaya tempatnya berada.
8.
Bahasa itu berubah-ubah.
(Anderson, 1972 :35 – 6)
Seorang oakar lain, H. Douglas
Brown, setelah menelaah batasan bahasa dari enam sumber, membuat rangkuman
sebagai berikut:
1.
Bahasa adalah suatu sistem yang sistematis, barangkali juga untuk sistem
generatif.
2.
Bahasa adalah seperangkat lambang mana suka atau simbol arbitrer.
3.
Lambang-lambang tersebut terutama sekali bersifat vokal, tetapi mungkin
juga bersifat visual.
4.
Lambang-lambang itu mengandung makna konvensional.
5.
Bahasa dipergunakan sebagai alat komunikasi.
6.
Bahasa beroperasi dalam suatu masyarakat bahasa (a speech community)atau
budaya
7.
Bahasa pada hakikatnya bersifat kemanusiaan, walaupun mungkin tidak
terbatas pada manusia saja.
8.
Bahasa diperoleh semua orang/bangsa dengan cara yang hampir bersamaan;
bahasa dan belajar bahasa mempunyai ciri-ciri kesemestaan (universal
charateristics).(Brown, 1980 : 5 ).
Demikian pendapat dua pakar
mengenai hakikat bahasa. Walaupun dengan kata-kata yang agak berbeda, dari
kedua sumber diatas dapat kita lihat banyaknya persamaan gagasan mengenai
bahasa itu.
Bahasa memang unik, dan
dimanifestasikan oleh orang yang berbicara dalam bahasa atau dialek tertentu
untuk maksud dan tujuan tertentu pada waktu tertentu (Deese, 1984 : 2). Hal ini
sangat penting diketahui dan dipahami oleh para guru bahasa ditanah air kita
ini. Maklumlah, para siswa yang duduk dalam satu kelas mungkin saja berasal
dari berbagai suku yang mempunyai latar belakang bahasa dan budaya yang
beraneka ragam.
C. FUNGSI BAHASA
Merupakan suatu kenyataan bahwa
manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi vital dalam hidup ini.
Bahasa adalah salah satu ciri pembeda utama antara manusia dengan mahluk hidup
lainya di dunia ini. Setiap anggota
masyarakat terlibat dalam komunikasi linguistik : disatu pihak dia bertindak
sebagai pembicara dan dipihak lain sebagai penyimak. Dalam komunikasi yang
wajar dan lancar, proses perubahan dari pembicara menjadi penyimak, dari
penyimak menjadi pembicara, begitu cepat terasa
sebagai suatu peristiwa
biasa dan wajar, yang bagi
kebanyakan orang tidak perlu dipermasalahkan apalagi dianalisis dan ditelaah.
Lain halnya bagi para pakar atau ahli dalam bidang linguistik dan pengajaran bahasa.
Bahasa itu dinamis, selalu
berubah-ubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu,
kita tidak perlu heran bahwa bahasa tidak memainkan peranan yang konstan pada
situasi-situasi sosial yang berbeda. Peranan dan fungsi bahasa bergantung
kepada situasi dan kondisi, bergantung kepada konteks. Hal inilah yang
menyebabkan ada ahli yang mengatakan : In languange, context is
everything.(deese, 1984 :6).
Bahasa mempunyai fungsi yang
sangat penting bagi manusia, terutama sekali komunikatif. Sejumlah ahli bahasa
telah menaruh perhatian besar terhadap fungsi bahasa ini. H.A.K. Halliday dalam
bukunya yang berjudul Explorations in the Functions of Language (1973)
menentukan tujuh fungsi bahasa.
1.
Fungsi instrumental (the instrumental function), melayani pengelolaan
lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu terjadi.
2.
Fungsi regulasi (the regulatory function), bertindak untuk mengawasi
serta mengendalikan peristiwa-peristiwa. Fungsi regulasi ini memang agak suli
dibedakan dari fungsi instrumental. Fungsi regulasi atau fungsi pengatur ini
bertindak untuk mengendalikan serta mengatur orang lain.
3.
Fungsi pemerian (the representational function) adalah penggunaan bahasa
untuk membuat pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan,
menjelaskan atau melaporkan, dengan kata lain menggambarkan (to represent)
realitas yang sebenarnya, seperti yang dilihat oleh seseorang.
4.
Fungsi interaksi (the interactional function) bertugas untuk menjamin serta
memantapkan ketahanan dan kelangsungan komunikasi , interaksi sosial.
Keberhasilan komunikasi interaksional ini menuntut pengetahuan secukupnya
mengenai logat (slang), logat khusus (jargon), lelucon, cerita rakyat
(folklore), adat-istiadat dan budaya setempat, tata krama pergaulan, dan
sebagainya.
5.
Fungsi perorangan (the personal function) memberi kesempatan kepada
seseorang pembicara untuk mengekspresikan perasaan, emosi, pribadi, serta
reaksi-reaksinya yang mendalam. Kepribadian seseorang merupakan reaksinya yang
mendalam. Kepribadian seseorang biasanya ditandai oleh penggunaan fungsi
personal bahasanya dalam berkomunikasi dengan orang lain. Dalam hakikat bahasa
perorangan ini jelas bahwa kesadaran , perasaan, dan budaya turut sama-sama
berinterasi dengan cara yang beraneka ragam.
6.
Fungsi heuristik (the heuristic function) melibatkan penggunaan bahasa
untuk memperoleh ilmnu pengetahuan, mempelajari seluk beluk lingkungan. Fungsi
heuristik seringkali disampaikan dalam bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban.
Secara khusus, anak-anak memanfaatkan penggunaan fungsi heuristik ini dalam
aneka pertanyaan.
7.
Fungsi imajinatif ( the
imaginative function ) melayani penciptaan sistem-sistem atau gagasan yang
bersifat imajinatif. Mengisahkan ceita-cerita dongeng, membacakan lelucon, atau
menulis novel , merupakan praktik penggunaan fungsi imajinatif bahasa, kita
bebas berpetualang dan mengembara kesebrang dunia nyata untuk menjelajahi
puncak keluhuran serta keindahan bahasa itu sendiri, dan melalui bahasa itu
kita dapat menciptakan mimpi-mimpi yang mustahil jika memang yang kita inginkan
seperti itu.
Perlu benar-benar kita sadari
bahwa ketujuh fungsi bahasa tersebut saling mengisi, saling menunjang satu sama
lain, bukan saling membedakan (Brown, 1980 : 194 – 5) apalagi saling
menyingkirkan atau mematikan . Dengan kata lain, kita dapat mengatakan bahwa “
semua tuturan mempunyai fungsi ganda” (all untterances are multi-functional)
(Stubbs, 1983 : 47).
Dihubungkan dengan sistem
komunikasi anak-anak khususnya dalam perkembangan bahasalisan, maka aneka
fungsi bahasa di atas masih dapat dikembangkan dan dikaitkan dengan fase-fase
perkembangan makna dalam dunia kanak-kanak, seperti yang telah diperinci oleh
Barbara S. Wood (1981).
Fase I (usia 9-16 bulan): Bunyi
dan makna. Dalam fase ini terdapat hubungan antara bunyi-bunyi bahasa dan
makna. Ciri khas fase ini ialah terdapatnya enam fungsi bahasa, yaitu:
1.
Fungsi regulasi : ”bawa
sin.i”
“pergi sana.”
“angkat ini.”
2. fungsi
instrumenta : “saya ingin.”
“saya ingin.”
3. funsi
interaksi : “ayo kita masuk.”
“mari kita makan.”
4. fungsi heuristik : “apa itu?”
Siapa ini.?
5. fungsi personal : “saya capek.”
“saya lapar.?
“saya senang.”
6. fungsi imajinatif : “ku-kruk-kuk.”
“kong-koro-ngok.”
“te-kuku-ak.”
Fase III (usia 24 bulan –
seterusnya): Teks: ciri utama fase ini adalah:
(a) kemampuan anak membedakan
antara informasi baru dan informasi lama; pilihan-pilihan dibuat untuk menghasilkan teks atau naskah.
(b) segala ucapan sekaligus berfungsi ideasional
dan interpersonal.
Fungsi bahasayang terdapat pada
fase ini adalah:
(9) fungsi interpersonal : “sebentar ayah, asyik ini.”
: “masih main boneka, saya segera
datang, bu.”
“asyik ini, tunggu dulu Kak, sebentar lagi.”
(10) fungsi ideasional : “itu pelangi – itu cantik.”
“itu matahari – itu panas.”
( Wood, 1981: 153; Tarigan, 1983 :
14 – 5 ; Tarigan, 1985 : 18 – 21 ; Tarigan, 1986 : 5 – 9 )
Pembahasan
mengenai fungsi bahasa telah kita petik dari dua sumber, dari dua orang pakar,
yaitu Paul S. Anderson dan Barbara S.Wood. Agar memperluas pengetahuan kita
mengenai fungsi bahasa, khususnya fungsi ujaran the functions of speech, ada baiknya kita mencari sumber lain.
Stephen
C. Levinson dari Universitas Cambridge mengemukakan pendapat Jakobson (1960)
yang menyarankan bahwa fungsi-fungsi ujaran dapat difokuskan pada salah satu dari
enam komponen dasar peristiwa komunikasi sebagai berikut:
1.
Fungsi referensial : memusatkan perhatian kepada isi acuan suatu pesan.
2.
Fungsi emotif : memusatkan perhatian kepada keadaan para pembicara.
3.
Fungsi konatif : memusatkan perhatian kepada keinginan-keinginan para
pembicara yang dilakukan atau dipikirkan oleh para penyimak.
4.
Fungsi metalingustik : Memusatkan
perhatian kepada sandi atau kode yang dipergunakan.
5.
Fungsi fatik : memusatkan perhatian kepada saluran (pembukaan,
pembentukan, dan pemeliharaan hubungan
atau kontak antara pembicara dan penyimak )
6.
Fungsi puitik : memusatkan perhatian kepada bagaimana caranya suatu
pesan disandikan atau ditulis dalam sandi
Dalam artikelnya yang berjudul The
Ethnography of Speaking, sosiolinguis D. Hymes (1962) mengemukakan tujuh tipe
umum yang terdapat dalam penggunaan bahasa, yaitu:
1.
ekspresif/emotif;
2.
direjtif/konatif/persuasif;
3.
puitik;
4.
kontak (fisik/psikologis);
5.
metalingustik (terpusat pada makna)
6.
referensial; dan
7.
kontekstual/situasional.
Fungsi-fungsi
ujaran yang disebut Hymes metalinguistik, kontak, dan puitik itu khususnya
relevan atau bersangkut-paut dengan tugas komunikatif para pengajar dalam
kelas. Hymes menunjukan bahwa diantara fungsi bahasa yang beraneka ragam itu
dapat dipergunakan dalam situasi yang berbeda-beda; fungsi-fungsi itu dapat
berperan dengan mengarahkan diri pada bahasa itu sendiri, misalnya pada
bentuk-bentuknya, atau pada beberapa aspek situasi komunikasi. Menurut analisis
Hymes, bahasa dengan fungsi metalingustik
atau terpusat pada sandi dasar
atau kode pokok. Jadi, para pembicara dapat saja memusatkan perhatian pada
makna bahasa yang dipakai dengan mengatakan misanya “pergi dan cari dalam
kamus!”
No comments:
Post a Comment