Tuesday, February 21, 2017

MAKALAH WACANA BAHASA INDONESIA

MAKALAH WACANA BAHASA INDONESIA

A. PENGANTAR
Hasil berpikir yang paling penting dan menyolok mata adalah bahasa. Imaj, yang kini kita anggap lebih sebagai suatu produk berpikir daripada sarana berpikir itu, akan tetap terkunci di dalam kepala kita, sampai kita memikirkannya. Jelas, bahwa gerakan – gerakan tertentu dalam tubuh kita, itu adalah otak kita, tetapi justru dalam bahasalah kita mempertunjukkan hasil-hasil mentalitas atau daya otak kita dalam bentuk karakteristik yang paling manusiawi (Deese, 1982:2).
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar – benar kita sadari, apabila oleh para guru bahasa khususnya dan para guru bidang studi pada umumnya. Dalam tugasnya sehari – hari, para guru bahasa harus benar-benar memahami bahwa tujuan akhir pengajaran bahasa ialah agar para siswa terampil berbahasa: terampil menyimak, terampil berbicara, terampil membaca, dan terampiul menulis (Tarigan, 1986:2).
Bahasa mempunyai ciri utama yang merupakan hakikat bahasa. Dengan mengetahui aneka prinsip dalam bahasa maka para guru telah mempunyai modal utama dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Bahasa juga mempunyai fungsi yang beraneka ragam. Pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dasar serta aneka fungsi bahasa mutlak harus dimiliki oleh para guru bahasa yang selalu berhadapan dengan anak didiknya.
Hal-hal penting yang berkaitan dengan hakikat bahasa dan fungsi bahasa, yang seharusnya diketahui dan dipahami oleh para guru bahasa, akan dibahas dibab ini.

B. HAKIKAT BAHASA
Masalah hakikat bahasa dalah bahasa telah mendapat perhatian besar dari para pakar bahasa sejak dahulu. Jawaban atas pertanyaan “apa yang disebut bahasa?’’ pada dasarnya telah merupakan upaya untuk mengetahui serta memahami hakikat bahasa.Dipandang sekilas, memang pertanyaan ini sangat sederhana, kalau direnungi dalam-dalam ternyata jawabanya tidak semudah yang disangka orang.
Berbicara mengenai hakikat bahasa. Prof. Anderson mengemukakan adanya delapan prinsip dasar,yaitu:
1.      Bahasa adalah suatu sistem
2.      Bahasa adalah vokal (bunyi ujaran)
3.      Bahasa tersusun dari lambang-lambang mana suka(arbitrary symbols)
4.      Setiap bahasa bersifat unik, bersifat khas.
5.      Bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasaan.
6.      Bahasa adalah alat komunikasi.
7.      Bahasa berhubungan rerat dengan budaya tempatnya berada.
8.      Bahasa itu berubah-ubah.
(Anderson, 1972 :35 – 6)

Seorang oakar lain, H. Douglas Brown, setelah menelaah batasan bahasa dari enam sumber, membuat rangkuman sebagai berikut:
1.      Bahasa adalah suatu sistem yang sistematis, barangkali juga untuk sistem generatif.
2.      Bahasa adalah seperangkat lambang mana suka atau simbol arbitrer.
3.      Lambang-lambang tersebut terutama sekali bersifat vokal, tetapi mungkin juga bersifat visual.
4.      Lambang-lambang itu mengandung makna konvensional.
5.      Bahasa dipergunakan sebagai alat komunikasi.
6.      Bahasa beroperasi dalam suatu masyarakat bahasa (a speech community)atau budaya
7.      Bahasa pada hakikatnya bersifat kemanusiaan, walaupun mungkin tidak terbatas pada manusia saja.
8.      Bahasa diperoleh semua orang/bangsa dengan cara yang hampir bersamaan; bahasa dan belajar bahasa mempunyai ciri-ciri kesemestaan (universal charateristics).(Brown, 1980 : 5 ).
Demikian pendapat dua pakar mengenai hakikat bahasa. Walaupun dengan kata-kata yang agak berbeda, dari kedua sumber diatas dapat kita lihat banyaknya persamaan gagasan mengenai bahasa itu.
Bahasa memang unik, dan dimanifestasikan oleh orang yang berbicara dalam bahasa atau dialek tertentu untuk maksud dan tujuan tertentu pada waktu tertentu (Deese, 1984 : 2). Hal ini sangat penting diketahui dan dipahami oleh para guru bahasa ditanah air kita ini. Maklumlah, para siswa yang duduk dalam satu kelas mungkin saja berasal dari berbagai suku yang mempunyai latar belakang bahasa dan budaya yang beraneka ragam.

C. FUNGSI BAHASA
Merupakan suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi vital dalam hidup ini. Bahasa adalah salah satu ciri pembeda utama antara manusia dengan mahluk hidup lainya di dunia ini.  Setiap anggota masyarakat terlibat dalam komunikasi linguistik : disatu pihak dia bertindak sebagai pembicara dan dipihak lain sebagai penyimak. Dalam komunikasi yang wajar dan lancar, proses perubahan dari pembicara menjadi penyimak, dari penyimak menjadi pembicara, begitu cepat terasa  sebagai suatu peristiwa  biasa  dan wajar, yang bagi kebanyakan orang tidak perlu dipermasalahkan apalagi dianalisis dan ditelaah. Lain halnya bagi para pakar atau ahli dalam bidang linguistik  dan pengajaran bahasa.
Bahasa itu dinamis, selalu berubah-ubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, kita tidak perlu heran bahwa bahasa tidak memainkan peranan yang konstan pada situasi-situasi sosial yang berbeda. Peranan dan fungsi bahasa bergantung kepada situasi dan kondisi, bergantung kepada konteks. Hal inilah yang menyebabkan ada ahli yang mengatakan : In languange, context is everything.(deese, 1984 :6).
Bahasa mempunyai fungsi yang sangat penting bagi manusia, terutama sekali komunikatif. Sejumlah ahli bahasa telah menaruh perhatian besar terhadap fungsi bahasa ini. H.A.K. Halliday dalam bukunya yang berjudul Explorations in the Functions of Language (1973) menentukan tujuh fungsi bahasa.
1.      Fungsi instrumental (the instrumental function), melayani pengelolaan lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu terjadi.
2.      Fungsi regulasi (the regulatory function), bertindak untuk mengawasi serta mengendalikan peristiwa-peristiwa. Fungsi regulasi ini memang agak suli dibedakan dari fungsi instrumental. Fungsi regulasi atau fungsi pengatur ini bertindak untuk mengendalikan serta mengatur orang lain.
3.      Fungsi pemerian (the representational function) adalah penggunaan bahasa untuk membuat pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan atau melaporkan, dengan kata lain menggambarkan (to represent) realitas yang sebenarnya, seperti yang dilihat oleh seseorang.
4.      Fungsi interaksi (the interactional function) bertugas untuk menjamin serta memantapkan ketahanan dan kelangsungan komunikasi , interaksi sosial. Keberhasilan komunikasi interaksional ini menuntut pengetahuan secukupnya mengenai logat (slang), logat khusus (jargon), lelucon, cerita rakyat (folklore), adat-istiadat dan budaya setempat, tata krama pergaulan, dan sebagainya.
5.      Fungsi perorangan (the personal function) memberi kesempatan kepada seseorang pembicara untuk mengekspresikan perasaan, emosi, pribadi, serta reaksi-reaksinya yang mendalam. Kepribadian seseorang merupakan reaksinya yang mendalam. Kepribadian seseorang biasanya ditandai oleh penggunaan fungsi personal bahasanya dalam berkomunikasi dengan orang lain. Dalam hakikat bahasa perorangan ini jelas bahwa kesadaran , perasaan, dan budaya turut sama-sama berinterasi dengan cara yang beraneka ragam.
6.      Fungsi heuristik (the heuristic function) melibatkan penggunaan bahasa untuk memperoleh ilmnu pengetahuan, mempelajari seluk beluk lingkungan. Fungsi heuristik seringkali disampaikan dalam bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban. Secara khusus, anak-anak memanfaatkan penggunaan fungsi heuristik ini dalam aneka pertanyaan.
7.      Fungsi imajinatif  ( the imaginative function ) melayani penciptaan sistem-sistem atau gagasan yang bersifat imajinatif. Mengisahkan ceita-cerita dongeng, membacakan lelucon, atau menulis novel , merupakan praktik penggunaan fungsi imajinatif bahasa, kita bebas berpetualang dan mengembara kesebrang dunia nyata untuk menjelajahi puncak keluhuran serta keindahan bahasa itu sendiri, dan melalui bahasa itu kita dapat menciptakan mimpi-mimpi yang mustahil jika memang yang kita inginkan seperti itu.

Perlu benar-benar kita sadari bahwa ketujuh fungsi bahasa tersebut saling mengisi, saling menunjang satu sama lain, bukan saling membedakan (Brown, 1980 : 194 – 5) apalagi saling menyingkirkan atau mematikan . Dengan kata lain, kita dapat mengatakan bahwa “ semua tuturan mempunyai fungsi ganda” (all untterances are multi-functional) (Stubbs, 1983 : 47).

Dihubungkan dengan sistem komunikasi anak-anak khususnya dalam perkembangan bahasalisan, maka aneka fungsi bahasa di atas masih dapat dikembangkan dan dikaitkan dengan fase-fase perkembangan makna dalam dunia kanak-kanak, seperti yang telah diperinci oleh Barbara S. Wood (1981).
Fase I (usia 9-16 bulan): Bunyi dan makna. Dalam fase ini terdapat hubungan antara bunyi-bunyi bahasa dan makna. Ciri khas fase ini ialah terdapatnya enam fungsi bahasa, yaitu:
1.      Fungsi regulasi            : ”bawa sin.i”
   “pergi sana.”
    “angkat ini.”
      2.   fungsi instrumenta      : “saya ingin.”
                                                  “saya ingin.”
     3.    funsi interaksi              : “ayo kita masuk.”
                                                  “mari kita makan.”
    4.     fungsi heuristik           : “apa itu?”
                                                  Siapa ini.?
   5.      fungsi personal            : “saya capek.”
                                                  “saya lapar.?
                                                  “saya senang.”
   6.      fungsi imajinatif          : “ku-kruk-kuk.”
                                                  “kong-koro-ngok.”
                                                  “te-kuku-ak.”

Fase III (usia 24 bulan – seterusnya): Teks: ciri utama fase ini adalah:
(a) kemampuan anak membedakan antara informasi baru dan informasi lama; pilihan-pilihan dibuat  untuk menghasilkan teks atau naskah.
(b)  segala ucapan sekaligus berfungsi ideasional dan interpersonal.

Fungsi bahasayang terdapat pada fase ini adalah:
(9) fungsi interpersonal           : “sebentar ayah, asyik ini.”
                                                : “masih main boneka, saya segera datang, bu.”
                                                  “asyik ini, tunggu dulu Kak, sebentar lagi.”
(10)  fungsi ideasional             :  “itu pelangi – itu cantik.”
                                                  “itu matahari – itu panas.”
( Wood, 1981: 153; Tarigan, 1983 : 14 – 5 ; Tarigan, 1985 : 18 – 21 ; Tarigan, 1986 : 5 – 9 )

            Pembahasan mengenai fungsi bahasa telah kita petik dari dua sumber, dari dua orang pakar, yaitu Paul S. Anderson dan Barbara S.Wood. Agar memperluas pengetahuan kita mengenai fungsi bahasa, khususnya fungsi ujaran the functions of speech, ada baiknya kita mencari sumber lain.
            Stephen C. Levinson dari Universitas Cambridge mengemukakan pendapat Jakobson (1960) yang menyarankan bahwa fungsi-fungsi ujaran dapat difokuskan pada salah satu dari enam komponen dasar peristiwa komunikasi sebagai berikut:
1.      Fungsi referensial : memusatkan perhatian kepada isi acuan suatu pesan.
2.      Fungsi emotif : memusatkan perhatian kepada keadaan para pembicara.
3.      Fungsi konatif : memusatkan perhatian kepada keinginan-keinginan para pembicara     yang  dilakukan atau dipikirkan oleh para penyimak.

4.      Fungsi metalingustik :  Memusatkan perhatian kepada sandi atau kode yang dipergunakan.

5.      Fungsi fatik : memusatkan perhatian kepada saluran (pembukaan, pembentukan, dan  pemeliharaan hubungan atau kontak antara pembicara dan penyimak )
6.      Fungsi puitik : memusatkan perhatian kepada bagaimana caranya suatu pesan disandikan atau ditulis dalam sandi
Dalam artikelnya yang berjudul The Ethnography of Speaking, sosiolinguis D. Hymes (1962) mengemukakan tujuh tipe umum yang terdapat dalam penggunaan bahasa, yaitu:
            1. ekspresif/emotif;
            2. direjtif/konatif/persuasif;
            3. puitik;
            4. kontak (fisik/psikologis);
            5. metalingustik (terpusat pada makna)
            6. referensial; dan
            7. kontekstual/situasional.
 Fungsi-fungsi ujaran yang disebut Hymes metalinguistik, kontak, dan puitik itu khususnya relevan atau bersangkut-paut dengan tugas komunikatif para pengajar dalam kelas. Hymes menunjukan bahwa diantara fungsi bahasa yang beraneka ragam itu dapat dipergunakan dalam situasi yang berbeda-beda; fungsi-fungsi itu dapat berperan dengan mengarahkan diri pada bahasa itu sendiri, misalnya pada bentuk-bentuknya, atau pada beberapa aspek situasi komunikasi. Menurut analisis Hymes, bahasa dengan fungsi metalingustik  atau terpusat pada  sandi dasar atau kode pokok. Jadi, para pembicara dapat saja memusatkan perhatian pada makna bahasa yang dipakai dengan mengatakan misanya “pergi dan cari dalam kamus!”

No comments:

Post a Comment

TINDAK TUTUR LOKUSI DALAM FILM 'TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK' DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA

  TINDAK TUTUR LOKUSI DALAM FILM 'TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK' DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA   BAB I PEND...