BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ragam berbicara yang sering
digunakan dalam penataran, peringatan, seminar, dan perayaan dari dahulu sampai
sekarang adalah pidato. Seorang peminpin, seorang ahli, seorang guru, dan
seorang mahasiswa hendaknya berusaha memiliki keterampilan berbicara umumnya
dan memiliki kemampuan berpidato di hadapan khalayak khususnya karena bagaimana
pun pada suatu saat kita akan dituntut untuk berpidato. Pidato merupakan suatu
hal yang sangat penting baik waktu sekarang maupun pada waktu yang akan datang,
karena pidato merupakan penyampaian dan penanaman pikiran, informasi, atau dari
gagasan pembicara kepada khalayak ramai. Seorang yang berpidato baik akan mampu
menyakinkan pendengarnya untuk menerima dan mematuhi pikiran, informasi,
gagasan, atau pesan yang disampaikan. Agar dapat berpidato dengan baik, ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan sperti di bawah ini.
1.
Mempunyai tekad dan keyakinan
bahwa pembicara mampu menyakinkan orang lain.
2.
Memiliki pengetahuan yang luas
sehingga pembicara dapat menguasai materi dengan baik.
3.
Memiliki pembendaharaan kata
yang cukup sehingga pembicara mampu mengungkapkan pidato dengan lancar dan
menyakinkan; dan
4.
Melakukan latihan yang
intensif.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kita uraikan
dalam makalah ini, yaitu:
1.
Apa itu berpidato?
2.
Apa sajakah tujuan dari pidato?
3.
Bagaimanakah kriteria berpidato
yang baik?
4.
Bagaimanakah tata cara dan
etika berpidato?
5.
Bagaimanakah menulis naskah
berpidato?
6.
Bagaimanakah menyunting naskah pidato?
7.
Bagaimanakah menyempurnakan naskah pidato berdasarkan suntingan?
8.
Bagaimanakah sistematika berpidato?
9.
Bagaimanakah teknik berpidato yang efektif?
10. Apa
sajakah faktor penunjang keefektifan
dalam berpidato?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.
Mengetahui apa itu berpidato.
2.
Mengetahui apa tujuan pidato
3.
Mengetahui kriteria berpidato
yang baik
4.
Mengetahui bagaimana tata cara
dan etika berpidato
5.
Mengetahui bagaimana menulis
naskah berpidato
6.
Mengetahui bagaimana menyunting naskah pidato
7.
Mengetahui bagaimana menyempurnakan naskah pidato berdasarkan suntingan
8.
Mengetahui bagaimana sistematika berpidato
9.
Mengetahui bagaimana teknik berpidato yang efektif
10. Mengetahui
bagaimana faktor penunjang keefektifan
berpidato
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Berpidato
Berpidato merupakan salah satu wujud kegiatan
berbahasa lisan. Sebagai wujud berbahasa lisan, berpidato mementingkan ekspresi
gagasan dan penalaran dengan menggunakan bahasa lisan yang didukung oleh
aspek-aspek nonkebahasaan (ekspresi wajah, gesture, kontak pandang,dll.).
Dengan demikian berpidato adalah kegiatan menyampaikan gagasan secara lisan
dengan menggunakan penalaran yang tepat serta memanfaatkan aspek-aspek
nonkebahasaan yang dapat mendukung keefisienan dan keefektifan pengungkapan
gagasan kepada orang banyak dalam suatu acara tertentu.
Pidato ialah kegiatan berbahasa lisan. (Cermat
Berbahasa Indonesia, hal 228: 2009). Pidato adalah berucap didepan umum untuk
tujuan tertentu. (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, hal 455 : 2005). Jadi, Pidato
adalah sebuah kegiatan berbicara atau berorasi untuk menyatakan pendapatnya,
atau memberikan gambaran tentang suatu hal yang ditujukan untuk orang banyak.
Pidato biasanya dibawakan oleh seorang yang memberikan orasi-orasi, dan pernyataan
tentang suatu hal/peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan. Pidato
adalah salah satu teori dari pelajaran bahasa indonesia. Pidato banyak
jenisnya, di antaranya, pidato sambutan yang disampaikan pada awal sebuah acara
atau pidato kenegaraan yang disampaikan oleh presiden. Pidato yang baik dapat
memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato tersebut.
Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan umum dapat membantu untuk
mencapai jenjang karier yang baik. Contoh pidato yaitu seperti pidato
kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat, pidato
sambutan acara atau event, dan lain sebagainya. Dalam berpidato, penampilan,
gaya bahasa, dan ekspresi kita hendaknya diperhatikan serta kita harus percaya
diri menyampaikan isi dari pidato kita, agar orang yang melihat pidato kita pun
tertarik dan terpengaruh oleh pidato yang kita sampaikan. Pidato adalah semacam
cara penyampaian gagasan, ide-ide, tujuan, pikiran serta informasi dari pihak
pembicara kepada banyak orang (audience) dengan cara lisan. Pidato juga bisa
diartikan sebagai the art of persuasion, yaitu sebagai seni membujuk/ mempengaruhi
orang lain. Berpidato sangat erat hubungannya dengan retorika (rhetorica),
yaitu seni menggunakan bahasa dengan efektif.
B. Tujuan Pidato
Adapun tujuan pidato secara
umum adalah :
1.
Informatif, yaitu bertujuan
untuk memberikan laporan, informasi, pengetahuan atau sesuatu yang menarik
untuk orang lain / pendengar.
2.
Persuasif dan instruktif,
bertujuan untuk mempengaruhi, mendorong, meyakinkan dan mengajak pendengar
untuk melakukan sesuatu hal dengan suka rela.
3.
Edukatif, yaitu berupaya untuk
menekankan pada aspek-aspek pendidikan.
4.
Entertain, bertujuan memberikan
penyegaran kepada pendengar dan membuat pendengar itu senang dan puas dengan
pidato yang disampaikan.
C. Kriteria Berpidato yang Baik
Pidato yang baik ditandai oleh kriteria (a)
isinya sesuai dengan kegiatan yang sedang berlangsung, (b) isinya menggugah dan
bermanfaat bagi pendengar, (c) isinya tidak menimbulkan pertentangan sara, (d)
isinya jelas, (e) isinya benar dan objektif, (f) bahasa yang digunakan mudah
dipahami pendengarnya, dan (g) disampaikan secara santun, rendah hati, dan
bersahabat.
Seseorang harus menguasai unsur kebahasaan
secara baik dan juga unsur nonkebahasaan, misalnya keberanian, ketenangan,
kesanggupan melakukan reaksi yang cepat dan tepat, kesanggupan menyampaikan
gagasan atau ide secara lancar dan teratur, dan kesanggupan memperlihatkan
sikap dan gerak-gerik yang tidak canggung.
Menurut Gorys Keraf, ada tujuh langkah yang
perlu diperhatikan dalam mempersiapkan pidato yang baik.
1.
Menentukan topik dan tujuan
2.
Menganalisis pendengar dan
situasi
3.
Memilih dan menyimpitkan topik
4.
Mengumpulkan bahan
5.
Membuat kerangka uraian
6.
Menguraikan secara mendetail
7.
Melatih dengan suara nyaring
Ketujuh langkah tersebut diperingkas menjadi
tiga langkah, yaitu menelitih masalah (1, 2, dan 3), menyusun uraian (4, 5, dan
6), dan mengadakan latihan (7).
D. Tata Cara dan Etika
Berpidato
Tata cara berpidato merujuk kepada
langkah-langkah dan uraian untuk memula, mengembangkan, dan mengakhiri
pidato. Etika berpidato merujuk kepada nilai-nilai kepatutan yang perlu
diperhtikan dan dijunjung ketika berpidato.
Langkah-langkah dan uruttan berpidato secara umum diawali dengan
pembukaa, sajian isi, dan penutup.
1.
Pembukaan biasanya berisi
sapaan kepada pihak-pihak yang diundang atau yang hadir dalam suatu acara.
Beberapa cara yang dapat digunakan seorang pembicara untuk membuka pidatonya:
(a) Dengan memperkenalkan diri. (b) Membuka pidato dengan humor. (c) Membuka
pidato dengan pendahuluan secara umum.
2.
Sajian isi merupakan hasil
penjabaran gagasan pokok, sajian isi perlu di rinci sesuai dengan waktu yang
disediakan. Pada bagian ini pokok
pembahasan ditampilkan dengan terlebih dahulu mengemukakan latar belakang
permasalahannya.Pokok pembicaraan dikemukakan sedemikian rupa sehingga tampak
jelas kaitannya dengan kepentingan para audience.
3.
Pembahasan. Bagian ini
merupakan kesatuan, yang berisi alasan-alasan yang mendukung hal-hal yang
dikemukakan pada bagian isi. Pada bagian ini biasanya berisi berbagai hal
tentang penjelasan, alasan-alasan, bukti-bukti yang mendukung, ilustrasi,
angka-angka dan perbandingan, kontras-kontras, bagan- bagan, model, dan humor
yang relevan.
4.
Penutup pidato berisi penegasan
kembali gagasan pokok yang telah dipaparkan dalam sajian isi, harapan, dan
ucapan terima kasih atas partisipasi semua pihak dalam acara sedang
berlangsung. Penutup pidato ini terdiri atas
bagian simpulan dan harapan- harapan. a) Simpulan. Sebuah teks pidato yang baik
harus memuat sebuah kesimpulan. Kesimpulan tersebut dapat disampaikan langsung
oleh orang yang berpidato (tersurat), dapat juga pendengar menafsirkannya
sendiri (tersirat). Jika berpidato di hadapan anak-anak, umumnya simpulan
disampaikan secara langsung sebagai penekanan isi pidato. b) Harapan-harapan.
Dalam sebuah teks pidato, harapan-harapan dari orang yang berpidato pun sangat
penting. Harapan-harapan ini berisi dampak positif yang diharapkan terjadi pada
pendengar pidato setelah mendengarkan pidato yang disampaikan. e. Salam
penutup. Biasanya salam penutup ini dibarengi dengan ucapan terima kasih,
permohonan maaf, dan ditutup dengan salam penutup.
Menurut ada tidaknya persiapan sesuai dengan
cara yang dilakukan waktu persiapan ada empat macam metode pidato:
1.
Impromtu (serta merta) yaitu
membawakan pidato tanpa persiapan dan hanya mengandalkan pengalaman dan
wawasan. Biasanya dalam keadaan darurat tak terduga dan banyak menggunakan
teknik serta merta. Keuntungan dari metode ini komunikasi pembicara dengan
pendengar lebih baik dan tidak memerlukan banyak waktu untuk menghafal.
2.
Ekstemporan yaitu teknik
berpidato dengan menjabarkan materi pidato yang terpola secara lengkap. Maksud
dari terpola yaitu materi yang akan disampaikan harus disiapkan garis-graris
besar isinya dengan menuliskan hal-hal yang dianggap paling penting untuk
disampaikan. Keuntungannya: komunikasi pendengar akan berkurang karena
pembicara beralih kepada usaha untuk mengingat kata-kata yang akan disampaikan
dan gerak serta isyarat dapat diintegrasikan dengan uraian. Kerugiannya:
kata-kata yang akan digunakan dapat dipilih dengan sebaik-baiknya dan pembuatan
naskah membutuhkan waktu lebih lama.
3.
Memoriter merupakan metode
pidato dengan menulis pesan atau gagasan yang akan disampaikan dan kemudian
menghafalkannya kata demi kata.
Kerugiannya:
a.
Pembicara tidak dapat melihat
pendengar dengan baik, karena harus fokus juga kepada naskah pidatonya.
b.
Komunikasi pendengar akan
berkurang karena pembicara tidak berbicara langsung kepada mereka.
c.
Kefasihan terhambat karena
kesukaran memilih kata-kata.
Sedangkan keuntunganya:
a.
Tidak ngawur atau asal-asalan.
b.
Kefasihan dalam berbicara dapat
dicapai.
c.
Pernyataan yang disampaikan
dapat dihemat.
d.
Kata-kata yang digunakan dapat
dipilih dengan sebaik-baiknya.
e.
Manuskrip dapat diperbanyak.
Nilai-nilai yang perlu diperhatikan dalam
berpidato yaitu janganlah menyinggung perasaan orang lain tetapi sebaliknya
berupa menghargai dan membangun optimisme bagi pendengarnya, keterbukaan,
kejujuran, empati, dan persahabatn perlu diusahakan dalam berpidato.
Adapun tata krama dalam berpidato diantarnya:
1.
Jika berpidato di hadapan umum,
hendaknya memperhatikan tiga hal berikut ini:
a. berpakaian
dengan rapi dan bersih, tetapi, tidak bergayapamer dengan memakai perhiasan
atau pakaian yang berlebihan.
b. menggunakan
kata-kata sopan dan jangan memperlihatkan keangkuhan, kesombongan, atau,
kepongahan, tetapi dengan rendah hati.
c. jika
pidato panjang, agar tidak membosankan pendengar hendaknya diselingi humor,
namun humor itu harus sopan.
2.
Jika berpidato di hadapan
wanita atau sebagian besar wanita dan yang berpidato pria, perhatikanlah
kata-kata yang digunakan, hendaknya jangan sampai menyinggung perasaan.
3.
Bila berpidato di hadapan
orang-orang terkemuka, hendaknya mempersiapkan diri dengan sempurna; dengan
demikian keyakinan kita akan tumbuh; selain itu kita tidak perlu merasa rendah
diri.
4.
Jika berpidato di hadapan
sesama golongan, kita harus terbuka dan terus terang dan dapat agak santai,
namun jangan melupakan tata krama.
5.
Jika yang mendengarkan pidato
kita itu pelajar atau mahasiswa, kita harus mampu menyakinkan mereka
argumentasi yang logis.
6.
Jika berpidato di hadapan
pemeluk suatu agama, kita harus menjaga jangan sampai ada satu ucapan pun yang
menyinggung martabat suatu agama.
7.
Jika yang mendengarkan pidato
kita itu masyarakat desa, gunakanlah kata-kata atau kalimat yang sederhana
sehingga pidato kita itu mudah dimengerti.
E. Menulis Naskah Berpidato
Menulis naskah pidato perlu dilakukan apabila
kegiatan pidato yang akan dilakukan memang dipersiapkan sebelumnya. Akan
tetapi, apabila kegiatan berpidato itu dilakukan secara spontan tentu tidak
perlu menulis naskah pidato sebelum kegiatan pidato dilakukan. Menulis naskah
pidato hakikatnya dalah menuangkan gagasan ke dalam bentuk bahasa tertulis yang
siap dilisankan melalui kegiatan berpidato. Pilihan kosa kata dan
kalimat-kalimat serta paragraf dalam menulis naskah pidato sesungguhnya tidak
jauh berbeda apabila dibandingkan dengan kegiatan menulis untuk menghasilkan
naskah lain. Situasi resmi atau kurang resmi akan menentukan pilihan kosa kata
dalam menulis naskah pidato. Dengan demikian, sekalipun naskah pidato itu
merupakan bahan tulis yang akan dilisankan, sehingga konteks kelisanan perlu
diperhatikan.
F. Menyunting Naskah Pidato
Isi, bahasa, dan penalaran dalam naskah pidato
menjadi sasaran penyuntingan. Isinya dicermati kembali apakah telah sesuai
dengan tujuan pidato, calon pendengar, dan kegiatan yang digelar. Selain itu,
isinya juga dipastikan apakah benar, representatif, dan mengandung informasi
yang relevan dengan konteks pidato. Penyuntingan terhadap bahasa diarahkan pada
pilihan kosa kata, kalimat, dan penyusunan paragraf. Ketepatan pilihan kosa
kata, kalimat, dan satuan-satuan gagasan dalam paragraf menjadi perhatian utama
dalam kegiatan penyuntingan ini. Sedangkan penalaran dalam naskah pidato juga
disunting untuk memastikan apakah isi dalam naskah pidato telah dikembangkan
dengan menggunakan penalaran yang tepat, misalnya dengan pola induktif,
deduktif, dan campuran.
G. Menyempurnakan Naskah Pidato
Berdasarkan Suntingan
Menyempurnakan naskah pidato setelah
disunting, baik oleh penulis sendiri maupun orang lain, perlu dilakukan.
Penyempurnaan itu diarahkan kepada aspek isi, bahasa, dan penalaran.
Penyempurnaan aspek bahasa dilakukan dengan mengamati kosa kata yang lebih
tepat dan menyempurnakan kalimat dengan memperbaiki struktur dan gagasannya.
Sementara itu penyempurnaan paragraf dilakukan dengan memperbaiki koherensi dan
kohesi peragraf. Untuk itu, penambahan kalimat, penyempurnaan kalimatatau
penghilangan kalimat perlu dilakuka.
H. Sistematika Berpidato
Secara garis besar sistematika berpidato
adalah seperti berikut ini.
a.
Mengucapkan salam pembuka dan
menyapa hadirin;
b.
Menyampaikan pendahuluan yang
biasanya dilahirkan dalam ucapan terima kasih, atau ungkapan kegembiraan atau
rasa syukur;
c.
Menyampaikan isi pidato yang
diucapkan dengan jelas dengan menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar
dan dengan gaya bahasa yang menarik;
d.
Menyampaikan kesimpulan dari
isi pidato supaya mudah diingat oleh pendengar;
e.
Menyampaikan harapan yang
berisi anjuran atau ajakan kepada pendengar untuk melaksanakan isi pidato; dan
f.
Menyampaikan salam penutup.
I. Teknik Berpidato Yang Efektif
Pidato dapat disampaikan dalam dua cara, yakni
pidato tanpa teks dan pidato dengan membacakan teks. Pidato tanpa teks disebut
juga dengan pidato ekstemporan. Pidato ini dilakukan dengan cara menuliskan
pokok-pokok pikirannya. Kemudian ia menyampaikannya dengan kata-katanya
sendiri. Ia menggunakan catatan itu untuk mengingatkannya tentang urutan dan
ide-ide penting yang hendak disampaikan, metode ekstemporan dianggap paling
baik, karena itu pidato Inilah yang sering digunakan oleh banyak pembicara.
Pidato dengan membacakan teks disebut juga pidato naskah. Dalam hal ini juru
pidato membacakan pidato yang telah dipersiapkannya terlebih dahulu. Pidato
dengan membacakan teks, akan terkesan kaku apabila kita tidak pandai-pandai
dalam menyampaikannya. Apalagi bila kegiatan tersebut tanpa disertai dengan
ekspresi, intonasi suara,dan kesiapan mental yang memadai, pidato yang kita
sampaikan betul-betul tidak menarik. Efektivitas pidato dipengaruhi oleh
beberapa hal, di antaranya pelafalan, intonasi, nada, dan sikap berpidato.
1.
Lafal adalah ucapan bunyi-bunyi
bahasa. Setiap bahasa cenderung mempunyai karakteristik bunyi tertentu, oleh
karena itu ketika berpidato dalam bahasa Indonesia pembicara harus menggunakan
lafal baku yang dimiliki oleh bahasa Indonesia.
2.
Intonasi mempunyai dua fungsi
pokok: Pertama, intonasi menentukan makna kalimat yang kita ucapkan, dengan
intonasi yang berbeda, klausa sama dapat menjadi kalimat berita, tanya, atau
perintah hanya karena perbedaan intonasi kalimat. Berdiri dengan rileks, jangan
tegang atau kaku. Kedua, intonasi dapat mempengaruhi daya persuasi pidato.
Dengan penggunaan intonasi yang tepat pembawa pidato dapat membujuk,
mempengaruhi atau meyakinkan pendengarnya. Oleh karena itu daya tarik pidato
juga sangat ditentukan ketetapan penggunaan intonasinya.
3.
Nada adalah tinggi atau
rendahnya suara ketika berpidato. Kualitas nada biasanya ditentukan oleh cepat
atau lambatnya pita suara bergetar, jika pita suara bergetar cepat maka nada
yang dihasilkan akan tinggi, tetapi jika pita suara bergetar lambat, nada yang
dihasilkan adalah rendah. Dalam proses berpidato nada mempunyai fungsi yang
cukup penting, walaupun dalam bahasa Indonesia nada tidak bersifat distingtif,
tatapi penggunaannya dapat mempengaruhi daya tarik dan efektifitas pidato. Untuk
itu penggunaan nada tertentu dalam pidato tidak bisa sewenang- wenang,
penggunaannya didasari oleh kesadaran akan fungsinya di dalam mengefektifkan
proses penyampaian dan pemahaman pidato. Pidato yang efektif biasanya
menggunakan nada yang bervariasi.Variasi nada ini sejalan dengan beragam
kalimat yang digunakan dalam pidato itu, ketika isi pidato mengajak seseorang
untuk bangkit dari keterpurukan, maka nada tinggi lebih tepat untuk digunakan.
Namun manakala beralih kepada duka cita, maka nada tinggi bukanlah pilihan yang
tepat. Dengan kata lain penggunaan nada yang tinggi atau rendah sangat
ditentukan oleh isi kalimat yang dituturkan serta harus sesuai dengan keadaan.
4.
Sikap merupakan unsur non
bahasa, tetapi sangat mempengaruhi efektifitas pidato, sikap merupakan suatu
bentuk evaluasi atau reaksi seseorang terhadap diri dan lingkungannya. Berikut
ini beberapa bentuk sikap yang baik dilakukan pada saat berpidato :
a. Sopan.
b. Menghargai
pendengar dan menciptakan rasa bersahabat.
c. Pandangan
harus tertuju kepada seluruh pendengar.
d. Hindarkan
gerakan yang dapat mengganggu konsentrasi pendengar.
e. Ciptakan
rasa humor yang sehat.
f. Gunakan
mimik dan gerakan tubuh secara wajar.
J. Faktor Penunjang Keefektifan
Berpidato
Ada empat hal yang perlu diperhatikan agar pidatonya
sukses.
1.
Pembicara dituntut seseorang
yang bermoral. Jika pembicara bermoral tidak baik dan diketahui oleh pendengar,
maka pendengar akan mencemooh.
2.
Pembicara hendaknya sehat
jasmani dan rohani sehingga penampilannya dapat bersemangat, gagah, dan simpatik.
Jangan sekali-kali menunjukkan fisik yang lemah dihadapan khalayak.
3.
Sarana yang diperlukan
hendaknya cukup menunjang, misalnya publikasi; jika pidato disampaikan di
hadapan massa, pengeras suara yang memadai, waktu, dan tempat harus sesuai.
4.
Jika berpidato di hadapan
massa, harus diperhatikan; volume suara, tingkat pengetahuan massa, keadaan
sosial, kebiasaan, adat istiadat, dan agama, waktu berbicara tidak begitu lama,
pembicara harus sabar dan menyesuaikan gaya dengan massa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pidato merupakan kegiatan berbicara atau
berorasi untuk menyatakan pendapat di depan umum.Adapun tujuan dalam berpidato
ialah untuk memberi pemahaman dan informasi kepada orang lain, serta fungsinya
untuk mempermudah komunikasi. Dalam praktiknya pidato disampaikan oleh
seseorang pimpinan pada khalayak ramai. Dalam berpidato ada tata caranya mulai
diawali dengan pembukaan, penyampaian isi dan penutup serta bagaimana kita
bersikap dan berbicara yang baik di muka umum.Metode yang dapat kita gunakan
untuk berpidato diantaranya Impromptu (serta merta), Manuskrip, Memoriter dan
Ekstemporan.
1.
Berpidato merupakan kegiatan
menyampaikan gagasan secara lisan dengan menggunakan penalaran yang tepat serta
memanfaatkan aspek-aspek nonkebahasaan yang dapat mendukung keefisienan dan
keefektifan pengungkapan gagasan kepada orang banyak dalam suatu acara
tertentu.
2.
Pidato yang baik ditandai oleh
kriteria tujuh hal, yaitu:
a)
isinya sesuai dengan kegiatan
yang sedang berlangsung,
b)
isinya menggugah dan bermanfaat
bagi pendengar,
c)
isinya tidak menimbulkan
pertentangan sara,
d)
isinya jelas,
e)
isinya benar dan objektif,
f)
bahasa yang digunakan mudah
dipahami pendengarnya, dan
g)
disampaikan secara santun,
rendah hati, dan bersahabat.
3.
Menurut Gorys Keraf, ada tujuh
langkah yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan pidato yang baik.
a)
Menentukan topik dan tujuan.
b)
Menganalisis pendengar dan
situasi.
c)
Memilih dan menyimpitkan topik.
d)
Mengumpulkan bahan.
e)
Membuat kerangka uraian.
f)
Menguraikan secara mendetail.
g)
Melatih dengan suara nyaring.
4.
Menulis naskah pidato
hakikatnya adalah menuangkan gagasan ke dalam bentuk bahasa tertulis yang siap
dilisankan melalui kegiatan berpidato.
B. Saran
Diharapkan setelah mempelajari dan memahami
makalah ini, mahasiswa dapat mengetahui cara berpidato yang baik, dan
mahasisawa dapat mengembangkan kemampuan berpidato serta diharapkan tampilan
mahasiwa dalam berpidato benar-benar menunjukkan kualitas sebagai insan yang
terpelajar.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Gramedia.
Montefiore, Simon Sebag. 2009. Pidato-pidato yang mengubah dunia.
Surabaya: Erlangga.
No comments:
Post a Comment