Saturday, October 7, 2017

PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL (PKP) UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER ( NHT) SD

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Dengan peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak, sebab keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh keberhasilan sumber daya manusia yang berkualitas yang hanya dapat dihasilkan melalui pendidikan yang berkualitas pula.

Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan khususnya untuk memacu penguasan ilmu pengetahuan dan teknologi, kiranya perlu disempurnakan kegiatan pembelajaran terutama pada pelajaran matematika yang merupakan dasar dari sebuah ilmu. Kenyataan sekarang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum berhasil menguasai sepenuhnya pengetahuan matematika maupun aplikasinya dalam kehidupan sehari – hari. Hal ini terjadi diduga karena dalam proses pembelajaran, guru menerapkan cara – cara pembelajaran matematika yang tidak disukai oleh siswa. Akibatnya banyak siswa tidak menyenangi pelajaran matematika yang menurut mereka merupakan pelajaran yang sulit.








Jadi, cara pembelajaran guru tidak cocok bagi siswa adalah cara pembelajaran guru yang tidak menyenangkan, kurang variasi dan monoton sehingga menumbuhkan rasa bosan pada siswa dalam mengikuti pelajaran dan ini berpengaruh pada rendahnya nilai matematika pada mereka serta aktivitas belajar dan hasil belajar para siswa. 

Dari hasil observasi, SD Negeri 1 Kaliawi Bandar Lampung diperoleh bahwa, nilai rata – rata matematika siswa kelas IV  masih tergolong cukup, namun belum bisa dikatakan baik, yaitu 6,5 . Tetapi jika dibandingkan dengan ketentuan kurikulum tentang ketuntasan belajar yaitu kelas dikatakan tuntas dalam belajar jika ada 85% siswa memperoleh nilai diatas 6,5 maka siswa SD Negeeri 1 Kaliawi Bandar Lampung kelas IV  dapat dikatakan belum tuntas belajar.  

Dari pengamatan secara langsung aktivitas belajar dan hasil belajar siswa kelas IV  hanya mencapai 20% atau kira – kira sekitar 5 – 7 siswa yang aktif mengetahui pelajaran ini berarti tidak semua siswa kelas IV  aktif dalam kegiatan pembelajaran. 

Strategi pembelajaran yang digunakan adalah model Teacher – Directed Strategis yang termasuk ke dalam strategi ini antara lain ceramah, bertanya jawab, dan drill atau pemberian tugas. Strategi seperti ini memang sudah cukup variatif karena hanya menggunakan satu metode saja dalam pembelajaran tetapi menggunakan beberapa metode. Namun, dilihat dari nilai rata – rata siswa Teacher – Directed Strategis belum bisa membantu guru untuk lebih memberdayakan siswa dan meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar matematika siswa menjadi lebih baik hal ini mungkin disebabkan metode yang digunakan membuat pelajaran berjalan membosankan, siswa menjadi pasif karena tidak berkesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang diajarkan, selain itu mungkin dapat menyebabkan siswa menjadi “belajar menghafal” yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian. Dengan kata lain penggunaan metode – metode seperti di atas tidak dapat menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi bermakna.  

Berdasarkan observasi yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran yang diterapkan pada kelas IV SD Negeri 1 Kaliawi Bandar Lampung masih terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) menjadi pilihan utama dalam strategi belajar untuk itu diperlukan sebuah strategi belajar “baru” yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta – fakta tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri sehingga siswa akan belajar banyak dan dapat mengingatnya dalam waktu yang lama, serta menjadikan belajar siswa lebih optimal.

Pemilihan belajar kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) mempunyai beberapa keuntungan yang saling menutupi kekurangan pada kedua belah pihak. Keuntungannya adalah bahwa materi yang diajarkan dapat dilakukan tahap demi tahap yang dapat diadaptasikan dalam kelompok tersebut. Belajar dengan menyisipkan kemampuan mendemostarikan pengetahuan dan keterampilan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), dan tahap berikutnya memberikan latihan terbimbing dilanjutkan dengan melihat kemampuan pemahaman materi dan memberikan umpan balik terhadap kemampuan daya serap siswa dalam kelompok tersebut.

Pembelajaran yang melibatkan langsung para siswa akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pengalaman dan penemuannya sendiri. Kegiatan belajar yang dirancang dengan baik diharapkan akan memberikan tingkat efektifitas yang tinggi, baik ditinjau dari segi kelancaran proses belajar mengajar maupun pencapaian penguasaan konsep dan keterampilan oleh peserta didik.

Proses pembelajaran yang berlangsung harus melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam proses pembelajaran tersebut dan tingkat efektifitas suatu kegiatan belajar mengajar dapat diketahui melalui evaluasi mendalam dan menyeluruh.

Pemancingan masalah yang dikemukakan perlu berangkat dari realitas kehidupan untuk ditarik dalam pemahaman konsep matematika, prinsip dan prosedur matematika, selanjutnya diaplikasikan lebih mendalam dalam konteks pemecahan masalah dalam kehidupan dengan menggunakan matematika. Hal ini merupakan inti yang dikembangkan. dalam pembelajaran yang dikenal dengan istilah realistic mathematic dengan menggabungkan model pembelajaran kooperati tipe Numbered Heads Together ( NHT)

Berdasarkan kondisi tersebut maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian dengan judul: “ Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Dalam Mata Pelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together ( NHT) SD Negeri 1 Kaliawi Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018”.

1.2   Identifikasi Masalah
Masalah adalah suatu rangkaian langkah – langkah yang digunakan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan – pertanyaan tertentu. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.2.1    Kemampuan siswa kelas IV  SD Negeri 1 Kaliawi Bandar Lampung dalam pelajaran matematika masih belum bisa dikatakan baik atau belum tuntas dalam belajar,
1.2.2    Hasil Pembelajaran yang diterapkan pada siswa masih rendah,
1.2.3    Metode pembelajaran matematika siswa masih kurang bermakna,
1.2.4    Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran masih kurang baik. 



1.3   Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan penulis, baik kemampuan, waktu, dana, dan prasarana yang menunjang penelitian, maka penulis membatasi masalah pada JudulUpaya Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV  Dalam Mata Pelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) SD Negeri 1 Kaliawi Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018”.

1.4   Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa kelas IV  dalam mata pelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) SD Negeri 1 Kaliawi Bandar Lampung tahun pelajaran 2017/2018 “.

1.5   Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.5.1`    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan apakah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat miningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Kaliawi Bandar Lampung.


1.5.2    Kegunaan Penelitian
1)      Menginformasikan kemampuan siswa sebelum penerapan belajar kelompok dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap hasil belajar matematika.
2)   Menginformasikan peningkatan aktivitas belajar matematika dengan penerapan belajar kelompok dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap hasil belajar matematika.
3) Menginformasikan kemampuan hasil belajar metematika siswa dengan penerapan belajar kelompok dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).  
1.6  Ruang Lingkup Penelitian 
Ruang Lingkup Penelitian ini adalah:
1.6.1Subyek penelitian
Siswa kelas IV SD Negeri 1 Kaliawi Bandar Lampung tahun pelajaran 2017/2018.
1.6.2.   Objek Penelitian
Upaya meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar kelompok dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
1.6.3.  Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada masa belajar semester ganjil pada tahun pelajaran 2017/2018.

1.6.4Tempat Penelitian 
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 1 Kaliawi Bandar Lampung.






































BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTISIS 

2.1  Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan tingkat kemampuan berpikir peserta didik. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Ahmad Nur (2000;113), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain.








Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.   

Menurut Ahmad Nur (2000;113), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1.      Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2.      Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3.      Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
4.      Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5.      Setiap anggota kelompok (siswa) berbagai kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6.      Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sedangkan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif menurut Wina Sanjaya (2011;242), mengutip dalam buku Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan menuliskan bahwa :
1.      Siswa dibentuk dalam kelompok kecil, yaitu antara empat sampai enam orang dalam setiap kelompok . 
2.      Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
3.      Penghargaan (reward) lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.
Sedangkan pendapat Slavin (1995;242) mengemukakan dua alasan, pertama  bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.
Hal yang menarik dari pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peran diri sendiri maupun teman lain.
2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Pembelajaran kooperatif adalah mengacu pada metode pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Pembelajaran kooperatif umumnya melibatkan kelompok yang terdiri dari 4 sampai 6 siswa dengan kemapuan yang berbeda dan ada pula yang menggunakan kelompok dengan ukuran yang berbeda – beda. Banyak macam – macam pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam proses pembelajaran salah satu model pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan dalam proses belajar mengajar yaitu tipe Numbered Heads Together (NHT) yang dikembangkan oleh Russ Frank. Menurut Slavin (2014:130) “dalam teknik ini guru meminta siswa duduk berkelompok-kelompok. Masing-masing anggota diberi nomor. Setelah selesai, guru memangil nomor (baca anggota) untuk mempersentasikan hasil diskusinya. Guru tidak memberitahukan nomor berapa yang akan presentasi selanjutnya. Begitu seterusnya hingga semua nomor terpanggil. Pemanggilan secara acak ini akan memastikan semua siswa benar-benar terlibat dalam diskusi tersebut”. ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok. Untuk melibatkan banyak siswa dalam memperoleh materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran, NHT adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari,mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.



2.1.3 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads          Together (NHT)
Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mengutamakan adanya kerja sama dalam kelompok dan menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Spencer Kagan dalam Ibrahim (2000:28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercantum dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe Numbered Heads Together (NHT) yaitu :
(1)     Hasil belajar akademik struktural bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas – tugas akademik,
(2)     Pengakuan adanya keragaman bertujuan agar siswa dapat menerima teman – temannya yang mempunyai berbagai latar belakang,
(3)     Pengembang keterampilan sosial bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) menunjuk pada konsep Spencer Kagan dalam Ibrahim (2000:29) dengan tiga langkah yaitu :
(a)    Siswa dibagi dalam kelompok. Masing – masing siswa dalam kelompok diberi nomor,
(b)   Guru memberikan tugas/ pertanyaaan dan masing – masing kelompok mengerjakannya lalu berdiskusi untuk menemukan jawaban,
(c)    Guru memanggil salah satu nomor kelompok. Dengan nomor yang dipanggil mempersentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka lalu guru bersama para siswa/i menyimpulkan hasil kerja sama para siswa/i tersebut. 
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahin (2000:18) antara lain adalah :
1.      Rasa harga diri lebih tinggi
2.      Memperbaiki kehadiran
3.      Menerima terhadap individu menjadi lebih besar
4.      Perilaku memnggagu menjadi lebih kecil
5.      Konflik antara pribadi berkurang
6.      Pemahaman yang lebih mendalam
7.      Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
8.      Hasil belajar lebih tinggi. Sumber: https://herdy07.wordpress.com

2.1.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), adalah:
1.      Meningkatkan prestasi belajar siswa mampu meperdalam pemahaman siswa,
2.      Menyenangkan siswa dalam belajar,
3.      Mengembangkan sikap kepemimpinan siswa,
4.      Mengembangkan rasa ingin tahu siswa,
5.      Meningkatkan rasa percaya diri siswa,
6.      Mengembangkan rasa saling memiliki,
7.      Serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan.
Kelemahan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), adalah:
1.      Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah,
2.      Proses diskusi dapat berjalan lancar jika ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai,
3.      Pengelompokan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda – beda serta membutuhkan waktu khusus.
Berdasarkan kajian teori di atas, maka yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam penelitian ini adalah pembelajaran dimana siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil berdasarkan pertimbangan tertentu. Numbered Heads Together (NHT) atau kepala bernomor diperkenalkan oleh Spencer Kagan (2014:18), Ridwan Abdulah Sani (2014:188) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.   Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2.   Guru memberi tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3.   kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya mengetahui jawabannya.
4.   Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
5.   Tanggapan dari teman yang lain ditampung, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6.   Kesimpulan.
Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) adalah model pembelajaran yang membantu siswa memahami materi yang disampaikan guru secara berkelompok. Di mana perwakilan dari masing-masing kelompok memahami informasi dari kelompok lain dan disampaikan kembali kepada anggota kelompoknya. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang dilaksanakan.
2.2 Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar dapat terjadi dari proses yang sangat informal sampai dengan yang sangat formal, dari bahan materi yang sangat sederhana sampai bahan materi yang sangat rumit. Aktivitas belajar dapat terjadi dari proses yang alamiah sampai proses yang ilmiah dan aktivitas sebagai suatu kegiatan atau kesibukan. Nasution (2006:15) menambahkan bahwa aktivitas merupakan keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-keduanya harus dihubungkan.
Menurut Sudirman (2008:13), faktor yang mempengaruhi belajar pada pokoknya mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Faktor yang mempengaruhi belajar adalah:
1).  Faktor indogin, ialah faktor yang datang dari pelajar atau mahasiswa sendiri. Faktor ini meliputi:
      a) Faktor biologis (faktor yang bersifat jasmaniah)
      b) Faktor psychologis (faktor yang bersifat rohaniah)
2). Faktor exogin, ialah faktor yang datang dari luar pelajar atau mahasiswa faktor ini meliputi :
      a) Faktor lingkungan keluarga.
      b) Faktor lingkungan sekolah.
      c) Faktor lingkungan masyarakat.
Aktivitas belajar sendiri banyak sekali macamnya, sehingga para ahli mengadakan klasifikasi. Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2004:101) menggolongkan aktivitas siswa dalam belajar sebagai berikut:
1)    Visual Activities, meliputi kegiatan seperti membaca, memperhatikan (gambar, demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain).
2)    Oral Activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.
3)    Listening Activities, seperti: mendengarkan uraian, percakapan diskusi, musik dan pidato.
4)    Writing Activitie, seperti: menulis cerita, menulis karangan, menulis laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman.
5)    Drawing Activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6)    Motor Activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstuksi, model, mereparasi, bermain dan berternak.
7)    Mental Activities, seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.
8)    Emotional Activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, bergairah, berani, tenang dan gugup.
Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas yang dimaksudkan disini penekanannya adalah pada siswa sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak terciptanya situasi belajar aktif. Indikator aktivitas belajar siswa yang dimaksud antara lain: (1) memperhatikan penjelasan guru; (2) mengajukan pendapat; (3) menanggapi pendapat teman; (4) berdiskusi dengan anggota kelompok; (5) bertanya kepada guru; (6) mencatat hasil diskusi kelompok.
2.3 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar dari sisi guru, tindak mengajar yang diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan hasil yang diperolehnya setelah berakhirnya proses belajar. Darmansyah (2006:13) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil penelitian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Pendapat Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajr menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakn indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Sedangkan menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindakan belajar mengajar dan biasanya ditunjukakan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu kompetensi dasar. Keberhasilan siswa dalam belajar dapat dijadikan indikator untuk menentukan keberhasilan siswa, baik atau buruknya hasil belajar siswa diharapkan dapat memperbaiki hasil belajar siswa pada materi berikutnya.
Pendapat  Hamalik (2004:139), fakto-faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa adalah:
1.      Faktor yang bersumber pada lingkungan sekolah.
2.      Faktor yang bersumber pada diri sendiri.
3.      Faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga.
4.      Faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat.
Robert Gagne (dalam Djiwandono, 2002:219) meninjau hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa dan juga meninjau proses belajar menuju ke hasil belajar, sebagai berkut :  
1.  Informasi verbal.
2.  Kemampuan intelektual.
3.  Pengaturan kegiatan kognitif.
4.   Sikap.
5.  Keterampilan motorik.





2.3.1 Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (SD)
Ruang lingkup matematika di sekolah dasar meliputi mata pelajaran metematika pada satuan pendidikan sekolah dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1).     Bilangan,
2).   Geometri,
3).    Pengolahan data (Depdiknas, 2006).
Cakupan bilangan antara lain bilangan dan angka, perhitungan dan perkiraan. Cakupan geometri antara lain bangun dua dimensi, tiga dimensi, tranformasi dan simetri, lokasi dan susunan berkaitan dengan koordinat. Cakupan pengukuran berkaitan dengan perbandingan kuantitas suatu obyek, penggunaan satuan ukuran dan pengukuran.
2.3.2   Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (SD)
Tujuan pembelajaran matematika di SD bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1).  Memahami Konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan    mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efektif, dan tepat dalam pemecahan masalah
2).  Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3).  Memacahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model metematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4). Mengomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5).  Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari metematika sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Selain tujuan umum yang menekankan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta memberikan tekanan pada keterampilan dalam penerapan metematika juga memuat tujuan khusus matematika SD yaitu: (1) menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan sehari-hari; (2) menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika; (3) mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut; (4) membentuk sikap logis, kritik, cermat,kreatif dan disiplin.
2.4. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)                    
Dengan menerapkan strategi pembelajaran PTK dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) maka seorang siswa akan selalu terlibat secara langsung dalam pelajaran, sehingga dengan keterlibatan  materi yang dibahas akan selalu teringat dalam pemikirannya dan konsep yang harus dikuasai siswa akan mudah diterimanya hal ini sesuai dengan prinsip learning by doing yang menyatakan bahwa pembelajaran akan cepat dikuasai dengan siswa tersebut ikut aktif dalam pembelajaran.
Bertolak dari pemikiran bahwa membawa siswa aktif dalam pembelajaran akan memudahkan siswa menerima konsep yang harus dikuasainya maka secara otomatis langkah membawa siswa aktif dalam belajar ini merupakan suatu langkah yang efektif untuk menyampaikan suatu materi ajar.

Gambar 1
               Diagram kerangka berpikir              


 2.5 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian pada kajian teori yang telah dipaparkan maka dapat disusun hipotesis tindakan sebagai berikut: ‘’Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat  meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Kaliawi Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018’’ 

No comments:

Post a Comment

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD

    PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD      BAB I PENDAHULUAN   A.  ...