Thursday, October 12, 2017

MAKALAH SEMANTIK (TANDA, LAMBANG, KONSEP, DEFINISI, PENAMAAN & PENDEFINISIAN)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Semantik merupakan salah satu cabang linguistik yang berada pada tataran makna. Verhaar, dalam Pateda (2010:7) mengatakan bahwa semantik adalah teori makna atau teori arti ( Inggris semantics kata sifatnya semantic yang dalam Bahasa Indonesia dipadankan dengan kata semantik sebagai nomina dan semantis sebagai ajektiva). Kata semantik disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik ynag mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya, (Chaer, 1995 :2). Dalam mata kuliah semantik ini beberapa ruang lingkup yang akan dibahas adalah berbagai masalah makna dalam linguistik. Salah satunya adalah pembahasan mengenai tanda dan lambang.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai pengertian, tanda, lambang, konsep dan definisi, penamaan dan pendefinisian serta beberapa kaidah umum dalam studi semantik. Dengan demikian diharapkan dapat memberikan penjelasan tentang perbedaan tanda, lambang, konsep, definisi, penamaan,dan pendefinisian serta dapat menambah pengetahuan para pembaca mengenai studi semantik.

1.2  Rumuan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Tanda?
2.      Apa yang dimaksud dengan Lambang?
3.      Apa yang dimaksud dengan Konsep?
4.      Apa itu definisi?
5.      Apa itu Penamaan?
6.      Apa itu pendefinisian?

1.3  Tujuan Pembahasan
Tujuan yang akan dicapai dalam pembahasan makalah ini adalah agar para pembaca dapat mengetahui dan mengerti Tanda, Lambang, Konsep, Definisi, Penamaan dan Pendefinisian. Selain itu, apabila para pembaca membaca makalah ini maka pembaca akan mengetahui definisi ataupun pengertian dari Tanda, Lambang, Konsep, Definisi, Penamaan dan Pendefinisian serta contohnya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tanda
      Tanda menurut KBBI  adalah  yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu. Tanda atau sign dapat dikatakan sebagai substitusi (penggantian) untuk hal lain. Oleh karena itu, tanda memerlukan interpretasi.
      Teori tanda mengalami perkembangan, dan kemudian dikenal dengan teori semiotik yang dikenal atas tiga cabang, yaitu (a) semantik, (b) sintaksis, dan (c) pragmatik. Semantik berhubungan dengan makna tanda-tanda, sintaksis berhubungan dengan kombinasi atau gabungan tanda-tanda, sedangkan pragmatik berhubungan dengan asal-usul, pemakaian, dan akibat pemakaian tanda-anda di dalam tingkah laku berbahasa.
Ada beberapa cara pengelompokan tanda. Berdasarkan sumber atau asal-usulnya, tanda dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
Tanda yang ditimbulkan oleh alam yang diketahui manusia karena pengalaman, misalnya:
a)      Hari mendung adalah tanda akan segera turun hujan,
b)      Asap membumbung adalah tanda adanya kebakaran,
c)      Petir adalah tanda hujan akan turun lebat;

Tanda yang ditimbulkan oleh binatang yang diketahui manusia dari suara binatang tersebut, misalnya:
a.       Anjing menggonggong adalah tanda ada orang yang masuk halaman rumah,
b.      Ayam berkokok adalah tanda hari mulai pagi;
c.       Tanda yang ditimbulkan oleh manusia.
Tanda yang ditimbulkan oleh manusia dibedakan menjadi dua jenis yaitu, bersifat verbal dan bersifat nonverbal. Tanda yang bersifat verbal adalah tanda-tanda yang digunakan sebagai alat komunikasi, diihasilkan oleh alat bicara, sedangkan tanda bersifat nonverbal adalah tanda-tanda yang dihasilkan selain dari alat bicara manusia.
Berikut contoh tanda yang bersifat nonverbal melalui gerakan anggota badan (body gesture) atau dikenal dengan istilah bahasa isyarat dan yang bersifat nonverbal melalui suara atau bunyi. Contoh tanda yang bersifat nonverbal melalui  gerakan anggota badan, yaitu:
a)      acungan jempol sebagai tanda hebat atau bagus,
b)      anggukan sebagai tanda hormat atau  pernyataan ya,
c)      gelengan kepala sebagai tanda pernyataan tidak atau bukan.

Contoh tanda yang bersifat nonverbal melalui suara atau bunyi, yaitu:
a)      siulan sebagai tanda gembira, panggilan,
b)      jeritan sebagai tanda sakit, ada bahaya, permintaan pertolongan,
c)      batuk kecil sebagai tanda ingin berkenalan, ada orang lewat.

Tanda-tanda dapat dibagi menjadi 2 :
1.      tanda yang sistematis
2.      tanda yang tidak sistematis

Tanda yang dimbulkan oleh anggota badan termasuk tanda yang tidak sistematis, sedangkan tanda-tanda berupa rambu-rambu lalu-lintas termasuk tanda yang sistematis. Dikatakan sistematis karena tanda-tanda tersebut bergerak secara sistematis, misalnya warna merah bermakna berhenti, warna hijau bermakna silakan jalan, dan warna kuning bersiap untuk melanjutkan perjalanan.
Tanda dapat pula dibedakan berdasarkan indera yang digunakan sebagai dasar acuan. Berdasarkan hal ini, tanda terbagi menjadi tiga jenis, yakni:
1.       auditif  (indera pendengaran), misalnya beduk sebagai tanda tibanya waktu   sholat; sirene sebagai tanda ada orang terkena musibah (sakit atau meninggal), bel sebagai tanda ada tamu yang hendak masuk ke rumah;
2.       visual (berhubungan dengan indera penglihatan), misalnya rambu lalu-lintas;
3.       audio-visual (berhubungan dengan penglihatan dan pendengaran), misalnya ambulans yang membunyikan sirene dan lampu merah yang berputar-putar di atasnya sebagai tanda minta diberi jalan agar bisa segera sampai ke tujuan (rumah sakit atau tempat pemakaman).

Tanda berbeda dengan simbol atau lambang. Perbedaannya terlatak pada hubungannya dengan kenyataan. Tanda memilki hubungan langsung dengan kenyataan, sedangkan lambang atau simbol tidak memiliki hubungan langsung dengan kenyataan. Misalnya, papan yang berbentuk bulat bercat putih dan di tengahnya terdapat lintangan berwarna merah yang dipasang pada sebuah patok di satu di antara sudut jalan adalah tanda yang bermakna bahwa jalan itu dilarang untuk dimasuki kendaraan. Orang-orang yang melihat tanda tersebut tidak akan memasuki jalan yang dikenakan tanda itu. Disamping itu, tanda lebih bersifat universal. Artinya, siapa pun orangnya, dari mana pun ia berasal, ia akan tahu makna tanda tersebut tanpa harus mempelajari bahasa suatu negara tersebut, sedangkan simbol atau lambang tidak bersifat universal karena seseorang akan dapat memahami suatu lambang kalau ia menguasai bahasa dari lambang atau simbol yang digunakan.

2.2     Lambang
Lambang atau simbol
Lambang memiliki pengertian sebagai sesuatu seperti tanda (lukisan, tulisan, perkataan) yang menyatakan suatu hal, yang mengandung suatu makna tertentu. Chaer mengemukakan (2013: 37) bahwa lambang sebenarnya juga adalah tanda. Hanya bedanya lambang tidak memberi tanda secara langsung, melainkan melalui sesuatu yang lain. Misalnya warna merah pada bendera Sang Merah Putih merupakan lambang “keberanian”, dan warna putih merupakan lambang “kesucian”. Gambar padi dan kapas pada burung Garuda Pancasila melambangkan”keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Lambang atau simbol merupakan tanda yang bersifat konvensional yang dihasilkan manusia melalui alat ucapnya. Menurut Plato dalam Prawirasumantri (1998: 24) bahwa lambang atau simbol adalah kata dalam suatu bahasa, sedangkan makna adalah objek yang kita hayati di dunia yang berupa rujukan oleh lambang tersebut. Seperti kata Odgen dan Ridchard (1972: 9) dalam Chaer (2013: 38) bahwa lambang ini bersifat konvensional , perjanjian; tetapi ia dapat diorganisasi, direkam dan dikomunikasikan.

Bunyi-bunyi bahasa atau satuan bahasa sebenarnya termasuk lambang sebab sifatnya konvensional. Untuk memahami makna atau yang diacu oleh bunyi-bunyi bahasa itu kita harus mempelajarinya. Tanpa memepelajarinya, orang Inggris tidak akan tahu bahwa dalam bahasa Indonesia adalah ‘table’ dalam bahasanya.

2.3  Konsep
‘Konsep’ merupakan istilah yang diajukan Lyons sebagai pengganti istilah ‘thought’ atau ‘reference’. Istilah ‘konsep’ sebenarnya sama dengan istilah ‘makna’. Jika kita berbicara tentang konsep atau makna, kita tidak bisa mengabaikan keberadaan dua unsure dasar dalam sistem tanda yang secara langsung memiliki hubungan dengan konsepatau makna, yaitu:
1.      Signifiant yaitu unsur abstrak yang terwujud dalam lambang atau simbol,
2.      Signifikantor yaitu yang dengan adanya makna dalam lambang atau simbol itu mampu mengadakan penjulukan, melakukan proses berfikir, dan mengadkan konseptualisasi.
Lambang atau  simbol adalah satuan bahasa yang berupa kata atau kalimat; acuan atau referent adalah objek, peristiwa, fakta atau proses di dalam dunia pengalaman manusia, sedangkan konsep atau pikiran atau reference adalah apa yang ada dalam benak kita tentang objek yang ditunjukan oleh lambang atau simbol.
Antara konsep dan lambang terdapat hubungan timbale balik. Misalnya, kata ‘’rokok’ yang diujarkan oleh seorang penutur dapat menyebabkan penanggap tutur memikirkan kata tersebut. Demikian pula si penutur. Dengan konsepnya dia memakai lambang “r-o-k-o-k’ untuk mengacu pada objek yang sama. Dengan  kata lain, sebelum seseorang mengatakan suatu lambang, di dalam benaknya sudah ada konsep (makna). Kemudian lambang itu dimaknai oleh si penanggap tutur.
Setiap lambang atau simbol yang berupa kata mempunyai konsep. Konsep dapat dikenali dalam keberadaanya sendiri (lepas atau bebas konteks) atau melalui relasi dengan satuan bahasa lainnya (terikat konteks). Kata berkonsep yang bebas konteks terbagi menjadi dua bagian, yaitu yang acuannya dapat dihindari dan yang acuannya tidak dapat dihindari. Dengan demikian, ada tiga kelompok kata yang dimanfaatkan untuk kegiatan komunikasi, yaitu:
1.      kata yang berkonsep, bebas konteks, acuannya dapat dihindari; ‘kursi’, ‘anggur’, ‘lemari’, ‘kuda’;
2.      kata yang berkonsep, bebas konteks, acuannya tidak dapat dihindari: ‘demokrasi’, ‘sakit’, ‘panjang’;
3.       kata yang berkonsep, tetapi harus terikat konteks: ‘yang’, ‘tetapi’, ‘dan’, ‘karena’.

Kata Konsep berasal dari bahasa latin conceptum, yang artinya sesuatu yang dipahami.
konsep adalah suatu hal umum yang menjelaskan atau menyusun suatu peristiwa, objek, situasi, ide, atau akal pikiran dengan tujuan untuk memudahkan komunikasi antar manusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir lebih baik.

Pengertian Konsep Menurut Para Ahli atau Pakar
1.      Soedjadi (2000:14) menyatakan bahwa pengertian konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata.  
2.      Bahri (2008:30) menyatakan bahwa pengertian konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek-objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tak berperaga. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata (lambang bahasa).
3.      Singarimbun dan Effendi (2009) menyatakan bahwa pengertian konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan barbagai fenomena yang sama.” Konsep merupakan suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang dirumuskan. Dalam merumuskan kita harus dapat menjelaskannya sesuai dengan maksud kita memakainya.

2.4 Definisi
Definisi adalah  suatu pernyataan mengenai ciri-ciri penting suatu hal, dan biasanya lebih kompleks dari pengertian, makna, atau pengertian suatu hal. Ia sering dieja definasi walaupun ejaan itu adalah salah.
Definisi adalah suatu batasan atau arti, bisa juga dimaknai kata, frasa, atau kalimat yang mengungkapkan makna, keterangan, atau ciri utama dari orang, benda, proses, atau aktivitas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi ialah rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembicaraan atau studi.
Definisi juga diartikan sebagai uraian pengertian yang berfungsi membatasi objek, konsep, dan keadaan berdasarkan waktu dan tempat suatu kajian.[1] Definisi merupakan usaha para ilmuwan untuk membatasi fakta dan konsep.

Ciri-ciri definisi
Suatu arti/makna kata tidak bisa langsung disebut sebagai definisi, karena definisi mempunyai ciri-ciri khusus.Adapun arti/makna kata bisa diartikan sebagai definisi jika terdapat unsur kata atau istilah yang didefinisikan, atau lazim disebut definiendum.Selanjutnya, di dalam arti tersebut harus terdapat unsur kata, frasa, atau kalimat yang berfungsi menguraikan pengertian, lazim disebut definiens, dan tentunya juga harus ada pilihan katanya.
Pilihan kata tersebut ialah di mana definiens dimulai dengan kata benda, didahului kata ada-lah.Misalnya kalimat Cinta adalah perasaan setia, bangga, dan prihatin dan kalimat Mahasiswa adalah pelajar di perguruan tinggi.
Yang kedua, definiens dimulai dengan selain kata benda umpamanya kata kerja atau didahului kata yaitu. Sebagai contoh Setia yaitu merasa terdorong untuk mengakui, memahami, menerima, menghargai, menghormati, mematuhi, dan melestarikan.[1] Kemudian, definiens juga diharuskan memberi pengertian rupa atau wujud diawali kata merupakan, seperti kalimat Mencintai merupakan tindakan terpuji untuk mengakhiri konflik.
Adapun yang terakhir ialah bahwa definiens merupakan sebuah sinonim yang didahului kata ialah.Misalnya Pria ialah laki-laki.

Klasifikasi definisi
1.      Definisi nominal
Definisi nominal berupa pengertian singkat. Definiens pada definisi jenis ini terbagi menjadi ada tiga macam.Pertama, sinonim atau padanan, seperti kata manusia yang bersinonim dengan kata orang, maka jika ditulis hasilnya adalah Manusia]] ialah orang.Selanjutnya terkait dengan terjemahan dari bahasa lain, contohnya Kinerja ialah performance. Asal usul sebuah kata dalam definisi nominal juga merupakan hal yang penting, contoh: Psikologi berasal dari kata "psyche" berarti jiwa, dan "logos" berarti ilmu, psikologi ialah ilmu jiwa.

2.      Definisi formal
Definisi formal disebut juga definisi [[terminologis, yaitu definisi yang disusun berdasarkan logika formal yang terdiri tiga unsur.[1] Struktur definisi ini berupa "kelas", "genus", "pembeda" (deferensiasi).Ketiga unsur tersebut harus tampak dalam definiens.Struktur formal diawali dengan klarifikasi, diikuti dengan menentukan kata yang akan dijadikan definiendium, dilanjutkan dengan menyebut genus, dan diakhiri dengan menyebutkan kata-kata atau deskripsi pembeda. Pembeda harus lengkap dan menyeluruh sehingga benar-benar menunjukkan pengertian yang sangat khas dan membedakan pengertian dari kelas yang lain.Contoh kalimat yang merupakan definisi formal adalah Mahasiswa adalah pelajar di perguruan tinggi.
Definisi formal mempunyai syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar sesuai dengan aturan yang ada.Di antaranya, fefiniendium dan definiens bersifat koterminus, mempunyai makna yang sama.Kemudian, definiendium dan definiens bersifat konvertabel, dapat ditukarkan tempatnya dan definiens tidak berupa sinonim, padanan, terjemahan, etimologi, bentuk populer, atau pengulangan definiendium.Perbandingannya:
•     Manusia adalah orang yang berakal budi (salah)
•     Manusia adalah insan yang berakal budi (salah)
•     Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna (benar)
Selanjutnya definiens bukanlah kiasan, perumpamaan, atau pengandaian. Contonya kalimat Manusia adalah bagaikan hewan yang tidak pernah merasa puas (salah), kata bagaikan dalam kalimat ini merupakan sesuatu yang tidak dibenarkan dalam definisi formal. Contoh yang benar berada dalam kalimat Manusia adalah ciptaan Tuhan yang diperintahkan untuk beribadah kepada-Nya.
Syarat berikutnya yaitu definiens menggunakan makna pararel dengan definiendium, tidak menggunakan kata dimana, yang mana, jika, misalnya, dan lain-lain, definiens juga harus menggunakan bentuk positif, bukan kalimat negatif; tanpa kata negatif; tidak, bukan.Misalnya bentuk kalimat negatif Pendidikan kewarganegaraan "tidak lain" adalah pembinaan pelajar agar menjadi warga negara yang baik sehingga mampu hidup bersama dalam masyarakat, baik sebagai anggota keluarga, masyarakat, maupun warga negara, sedang yang benar adalah Pendidikan kewarganegaraan adalah pembinaan pelajar agar menjadi warga negara yang baik sehingga mampu hidup bersama dalam keluarga, masyarakat, dan negara.
Lagi, pembeda (deferiansi)pada definiens harus mencukupi sehingga menghasilkan makna yang tidak bisa (samar)dengan kelas yang lain. Hal ini bisa ditemukan dalam kalimat Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna, tidak benar jika hanya dikatakan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan.

3.      Definisi operasional
Definisi operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan pedoman untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, misalnya penelitian. Oleh karena itu, definisi ini disebut juga definisi kerja karena dijadikan pedoman untuk melaksanakan suatu penelitian atau pekerjaan tertentu. Definisi ini disebut juga definisi subjektif karena disusun berdasarkan keinginan orang yang akan melakukan pekerjaan.
Yang merupakan ciri-ciri definisi operasional ialah mengacu pada target pekerjaan yang dicapai, berisi pembatasan konsep, tempat, dan waktu, dan bersifat aksi, tindakan, atau pelaksanaan suatu kegiatan.

4.      Definisi paradigmatis
Definisi paradigmatis/personal bertujuan untuk mempengaruhi pola berpikir oranglain. Definisi jenis ini disusun berdasarkan pendapatan nilai-nilai tertentu.
Ada empat ciri-ciri definisi paradigmatis, yakni; disusun berdasarkan paradigma (pola pikir) nilai-nila tertentu, berfungsi untuk mempengaruhi sikap, perilaku, atau tindakan orang lain, bertujuan agar pembaca mengubah sikap sesuai dengan definisi, berhubungan dengan nilai-nilai tertentu, misalnya: bisnis, etika, budaya, ajaran, falsafah, tradisi, adat istiadat, pandangan hidup.
Adapun fungsi definisi paradigmatis dapat dikategorikan menjadi empat bagian: pertama, untuk mengembangkan pola berpikir; kedua, mempengaruhi sikap pembaca atau pendengar; ketiga, mendukung argumentasi atau pembuktikan dan memberikan efek persuasif.

5.      Definisi luas
Definisi luas adalah batasan pengertian yang sekurang-kurangnya terdiri atas satu paragraf. Definisi ini diperlukan pada konsep yang rumit yang tidak dapat dijelaskan dengan kalimat pendek.
Ciri-cirinya adalah dalam definisi tersebut hanya berisi satu gagasan yang merupakan definiendium, tidak menggunakan kata kias, setiap kata dapat dibuktikan atau diukur kebenarannya, dan menggunakan penalaran yang jelas.
Contohnya dalam kalimat berikut Konsep ketahanan nasional tidak dapat hanya didefinisikan dengan kemampuan dinamik suatu bangsa yang berisikan keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dari luar maupun dalam, langsung tidak langsung yang membahayakan identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara untuk mencapai tujuan nasional.Karena itu konsep tersebut harus diberi definisi luas agar diketahui perkembangan konsep, unsur-unsurnya, pengembangannya di dalam semua aspek kehidupan bangsa dan negara.
Teknik-Teknik menyusun definisi
Tehnik-tehnik menyusun definisi bisa dikualifikasikan berdasarkan dua macam arti, yakni arti intensional dan arti ekstensional.

6.      Definisi ekstensional atau denotatif
Dengan menunjukkan kelas yang ditunjukan oleh definiendium, maka suatu definisi ekstensional akan bisa menetapkan arti dari suatu kata . Paling tidak ada tiga cara menunjukkan anggota-anggota dari suatu kelas, yaitu menunjuk pada mereka, menamai mereka secara individual, menamai mereka menurut kelompok.  Misalnya kalimat Kursi adalah ini dan ini dan ini- seraya Anda menunjuk ke arah sejumlah kursi satu per satu.

7.      Definisi intensional
Suatu definisi menentukan arti suatu kata dengan menunjukkan kualitas-kualitas atau ciri-ciri yang terkandung dalam kata itu.  Sebagai contoh kalimat Es adalah air yang membeku.

2.5  Penamaan
Penamaan dan pendefinisian adalah dua buah proses pelambangan suatu konsep untuk mengacu kepada sesuatu referen yang berada di luar bahasa. Penamaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti proses, cara, perbuatan menamakan. Sementara oleh Kridalaksana diartikan (1993), sebagai proses pencarian lambang bahasa untuk menggambarkan objek konsep, proses, dan sebagainya; biasanya dengan memanfaatkan perbendaharaan yang ada; antara lain dengan perubahan-perubahan makna yang mungkin atau dengan penciptaan kata atau kelompok kata.
Nama merupakan kata-kata yang menjadi label setiap makhluk, benda, aktivitas, dan peristiwa di dunia. Anak-anak mendapat kata-kata dengan cara belajar, dan menirukan bunyi-bunyi yang mereka dengar untuk pertama kalinya. Nama-nama itu muncul akibat dari kehidupan manusia yang kompleks dan beragam, alam sekitar manusia berjenis-jenis.
Dalam pembicaraan mengenai hakikat bahasa ada dikatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer. Maksudnya, antara suatu satuan bahasa sebagai lambang, misalnya kata dengan sesuatu benda atau hal yang dilambangkannya bersifat sewenang-wenang tidak ada hubungan “wajib” di antara keduanya. Oleh karena itu, misalnya, kita tidak dapat menjelaskan mengapa binatang berkaki dua, bersayap dan berbulu, dan biasanya dapat terbang disebut dalam bahasa Indonesia dengan nama (burung) dan buka nama lain, misal (ngurub), atau (bungur). Lagi pula andaikata ada hubungannya antara lambang dengan yang dilamangkannya itu, tentu orang Inggris tidak akan menyembutnya (bird), orang Arab menyebutnya (Thoir). Tentu mereka semua akan menyebutnya juga (burung), sama dengan orang Indonesia.
            Plato di dalam suatu percakapan yang berjudul “cratylos” menyatakan bahwa lambang itu adalah kata di dalam suatu bahasa, sedangkan makna adalah objek yang dihayati di dunia nyata berupa rujukan, acuan, atau sesuatu yang ditunjuk oleh lambang itu. Oleh karena itu, lambang-lambang atau kata-kata itu tidak lain daripada nama atau label yang dilambangkannya, mungkin berupa benda, konsep, aktivitas, atau peristiwa.
Penamaan atau pemberian nama adalah soal konvensi atau perjanjian belaka di antara sesama anggota statu masyarakat bahasa. (Aristoteles)
Antara suatu satuan bahasa sebagai lambang, misalnya kata, dengan sesuatu yang dilambangkannya bersifat sewenang-wenang dan tidak ada hubungan “wajib” di antara keduanya. Jika sebuah nama sama dengan lambang untuk sesuatu yang dilambangkannya, berarti pemberian nama itu pun bersifat arbitrer, tidak ada hubungan wajib sama sekali.
Misalnya antara kata dengan benda yang diacunya yaitu seekor binatang yang biasa dikendarai atau dipakai menarik pedati, tidak bisa dijelaskan sama sekali. Lagi pula andaikata ada hubungannya antara lambang dengan yang dilambangkannya itu, tentu orang Jawa tidak akan menyebutnya , orang Inggris tidak akan menyebutnya , dan orang Belanda tidak akan menyebutnya . Tentu mereka semuanya akan menyebutnya juga , sama dengan orang Indonesia.
Walaupun demikian, secara kontemporer kita masih dapat menelurusi sebab-sebab atau peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya penamaan atau penyebutan terhadap sejumlah kata yang ada dalam leksikon bahasa Indonesia.
·         Peniruan Bunyi
Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata yang terbentuk sebagai hasil peniruan bunyi. Maksudnya, nama-nama benda atau hal tersebut dibentuk berdasarkan bunyi dari benda tersebut atau suara yang ditimbulkan oleh benda tersebut.
Misalnya, binatang sejenis reptil kecil yang melata di dinding disebut cecak karena bunyinya “cak, cak, cak-“. Begitu juga dengan tokek diberi nama seperti itu karena bunyinya “tokek, tokek”. Contoh lain meong nama untuk kucing, gukguk nama untuk anjing, menurut bahasa kayak-kanak, karena bunyinya begitu.
Kata-kata yang dibentuk berdasarkan tiruan bunyi ini disebut kata peniru bunyi atau onomatope.

·         Penyebutan Bagian
Penamaan suatu benda atau konsep berdasarkan bagian dari benda itu, biasanya berdasarkan ciri khas yang dari benda tersebut dan yang sudah diketahui umum.
Misalnya kata kepala dalam kalimat Setiap kepala menerima bantuan bersa 10 kg. Bukanlah dalam arti „kepala“ itu saja, melainkan seluruh orangnya sebagai satu kesatuan (pars pro toto, menyebut sebagian untuk keseluruhan).
Contoh lainnya yaitu kata Indonesia dalam kalimat Indonesia memenangkan medali emas di olimpiade. Yang dimaksud adalah tiga orang atlet panahan putra (tótem pro parte, menyebut keseluruhan untuk sebagian.)


·         Penyebutan Sifat Khas
Penyebutan sifat khas adalah penamaan sesuatu benda berdasarkan sifat yang khas yang ada pada benda itu yang hampir sama dengan pars pro toto. Gejala ini merupakan peristiwa semantik karena dalam peristiwa ini terjadi transposisi makna dalam pemakaian yakni perubahan dari kata sifat menjadi kata benda. Di sini terjadi perkembangan yaitu berupa ciri makna yang disebut dengan kata sifat itu mendesak kata bendanya karena sifatnya yang amat menonjol itu; sehingga akhirnya, kata sifatnya itulah yang menjadi nama bendanya. Umpamanya, orang yang sangat kikir lazim disebut si kikir atau si bakhil. Yang kulitnya hitam disebut si hitam, dan yang kepalanya botak disebut si botak.
Di dalam dunia politik dulu ada istilah golongan kanan dan golongan kiri. Maksudnya, golongan golongan kanan untuk menyebut golongan agama dan golongan kiri untuk menyebut golongan komunis.

·         Penemu dan Pembuat
Nama benda dalam kosa kata bahasa Indonesia yang dibuat berdasarkan nama penemunya, nama pabrik pembuatnya, atau nama dalam peristiwa sejarah disebut dengan istilah appelativa.
Nama-nama benda yang berasal dari nama orang, antara lain, kondom yaitu sejenis alat kontrasepsi yang dibuat oleh Dr. Condom; mujahir atau mujair yaitu nama sejenis ikan air tawar yang mula-mula ditemukan dan diternakan oleh seorang petani yang bernama Mujair di Kediri, Jawa Timur. Selanjutnya, dalam dunia ilmu pengetahuan kita kenal juga nama dalil, kaidah, atau aturan yang didasarkan pada nama ahli yang membuatnya. Misalnya, dalil arkhimides, hukum kepler, hukum van der tunk, dan sebagainya.
Nama orang atau nama pabrik dan merek dagang yang kemudian menjadi nama benda hasil produksi itu banyak pula kita dapati seperti aspirin obat sakit kepala, ciba obat sakit perut, tipp ex koreksi tulisan, miwon bumbu masak, dan lain sebagainya.

Dari peristiwa sejarah banyak juga kita dapati nama orang atau nama kejadian yang kemudian menjadi kata umum. Misalnya kata boikot, bayangkara, laksamana, Lloyd, dan sandwich. Pada mulanya kata bayangkara adalah nama pasukan pengawal keselamatan raja pada zaman Majapahit. Lalu, nama ini kini dipakai sebagai nama korps kepolisian R.I. Kata laksamana yang kini dipakai sebagai nama dalam jenjang kepangkatan pada mulanya adalah nama salah seorang tokoh dalam wiracarita Ramayana. Laksamana adik Rama dalam cerita itu memang terkenal sebagai seorang pahlawan. Kata boikot berasal dari nama seorang tuan tanah di Iggris Boycott, yang karena tindakannya yang terlalu keras pada tahun 1880 oleh perserikatan tuan tanah Irlandia tidak diikutsertakan dalam suatu kegiatan dikatakan orang itu diboikot, diperlakukan seperti tuan Boycott. Kaat Llyoid seperti yang terdapat pada nama perusahaan pelayaran seperti Djakarta Lloyd dan Rotterdamse Lloyd diturunkan dari nama seorang pengusaha warung kopi di kota London pada abad XVII, yaitu Edward Lloyd. Warung kopi itu banyak dikunjungi oleh para pelaut dan makelar perkapalan. Maka dari itu namanya dipakai sebagai atribut nama perusahaan pelayaran yang searti dengan kata kompeni atau perserikatan, khususnya perserikatan pelayaran.

Kata Sandwich, yaitu roti dengan mentega dan daging didalamnya, berasal dari nama seorang bangsawan Inggris Sandwich. Dia seorang penjudi berat, yang selalu membawa bekal berupa roti seperti di atas agar dia bisa tetap sambil tetap bermain.

·         Tempat Asal
Sejumlah nama benda dapat ditelusuri berasal dari nama tempat asal benda tersebut. Misalnya kata magnit berasal dari nama tempat Magnesia; kata kenari, yaitu nama sejenis burung, berasal dari nama pulau kenari di Afrika; kata sarden atau ikan sarden, berasal dari nama pulau Sardinia di Italia; kata klonyo berasal dari au de Cologne artinya air dari kuelen, yaitu nama kota di Jerman Barat.
Banyak juga nama piagam atau prasasti yang disebut berdasarkan nama tempat penemuannya seperti piagam kota Kapur, prasasti kedudukan bukit, piagam Telaga Batu dan piagam Jakarta.
Selain itu ada juga kata kerja yang dibentuk dari nama tempat, misalnya, didigulkan yang berarti di buang ke Digul di Irian jaya; dinusakambangkan, yang berarti di bawa atau dipenjarakan di pulau Nusakambangan.

·         Bahan
Ada sejumlah benda yang namanya diambil dari nama bahan pokok benda itu. Misalnya, karung yang dibuat dari goni yaitu sejenis serat tumbuh-tumbuhan yang dalam bahasa latin disebut Corchorus capsularis, disebut juga goni atau guni.
Contoh lain, kaca adalah nama bahan. Lalu barang-barang lain yang dibuat dari kaca seperti kaca mata, kaca jendela, dan kaca spion. Bambu runcing adalah nama sensata yang digunakan rakyat Indonesia dalam perang kemerdekaan dulu. Bambu runcing dibuat dari bambu yang ujungnya diruncingi sampai tajam. Maka di sini nama bahan itu, yaitu bambu, menjadi nama alat sensata itu.

·         Keserupaan
Dalam praktek berbahasa banyak kata yang digunakan secara metaforis. Artinya kata itu digunakan dalam suatu ujaran yang maknanya dipersamakan atau diperbandingkan dengan makna leksikaldari kata itu.
Misalnya kata kaki pada frase kaki meja dan kaki kursi dan ciri “terletak pada bagian bawah”.contoh lain kata kepala pada kepala kantor, kepala surat dan kepala meja. Disini kata kepala memiliki kesamaan makna dengan salah satu komponen makan leksikal dari kata kepala itu, yaitu “bagian yang sangat penting pada manusia” yakni pada kepala kantor, “terletak sebelah atas” yakni pada kepala surat, dan “berbentuk bulat” yakni pada kepala paku. Malah kemudian, kata-kata seperti kepala ini dianggap sebagai kata yang polisemi, kata yang memiliki banyak makna.

·         Pemendekan
Penamaan yang didasarkan pada hasil penggabungan unsur-unsur huruf dan beberapa suku kata yang digabungkan menjadi satu. Misalnya rudal untuk peluru kendali, iptek untuk ilmu pengetahuan dan teknologi, dan tipikor untuk tindak pidana korupsi. Kata-kata yang terbentuk sebagai hasil pemendekan ini lazim disebut akronim.

·         Penamaan Baru
Penamaan baru dibentuk untuk menggantikan kata atau istilah lama yang sudah ada karena kata atau istilah lama yang sudah ada dianggap kurang tepat, kurang rasional, tidak halus atau kurang ilmiah.
Misalnya, kata pariwisata untuk menggantikan kata turisme, darmawisata untuk piknik, dan karyawan untuk mengganti kata kuli atau buruh. Penggantian kata gelandangan menjadi tuna wisma, pelacur menjadi tunasfusila, dan buta huruf menjadi tuna aksara adalah karena kata-kata tersebut dianggap kurang halus; kurang sopan menurut pandangan dan norma sosial. Proses penggantian nama atau penyebutan baru masih akan terus berlangsung sesuai dengan perkembangan pandangan dan norma budaya yang ada di dalam masyarakat.

2.6    Pendefinisian
Pendefinisaian adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk mengungkapkan dengan kata-kata akan suatu benda, konsep, proses, aktivitas, peristiwa, dan sebagainya. Berdasarkan taraf kejelasannya, definisi diklasifikasikan menjadi 5 yaitu:

1. Definisi Sinonimis
Suatu kata didefinisikan dengan sebuah kata lain yang merupakan sinonim dari kata tersebut. Contoh: kata ayah didefinisikan dengan kata bapak. Ketidakjelasan definisi ini adalah karena definisi yang diberikan bersifat berputar balik (circum of means).

2. Definisi Formal
Dalam definisi formal ini, konsep atau ide yang akan didefinisikan itu disebutkan terlebih dahulu sebuah ciri umumnya, lalu disebutkan pula sebuah ciri khusus yang menjadi pembeda dengan konsep atau ide lain yang sama ciri umumnya. Misalnya kata bis konsep/ide ciri umum Ciri khusus bis kendaraan umum dapat memuat banyak penumpang Ciri khusus yang menjadi pembeda ini dapat berupa salah satu unsur yang terdapat pada konsep yang didefinisikan itu, seperti unsur kuantitas (misalnya banyak penumpang pada definisi bis), atau juga unsur tujuan, bahan, kegunaan, kerja, kualitas, dan sebagainya.
Definisi formal ini pada taraf tertentu memang sudah cukup jelas, tetapi pada taraf yang lebih jauh seringkali tidak memuaskan. Umpamanya definisi bis di atas yang dikatakan adalah kendaraan umum dan dapat memuat banyak penumpang. Definisi itu belum bisa menjelaskan bedanya bis dengan kereta api dan pesawat terbang.
Kelemahan definisi formal di atas dapat diatasi dengan pendefinisian yang lebih luas, yaitu dengan membuat definisi logis dan definisi ensiklopedis.

3. Definisi Logis
Definisi logis mengidentifikasi secara tegas objek, ide atau konsep yang didefinisikan itu sedemikian rupa, sehingga objek tersebut berbeda secara nyata dengan objek-objek lain. Definisi logis ini biasa terdapat dalam buku-buku pelajaran, dan karena itu sifatnya (agak) ilmiah. Contoh: air adalah zat cair yang jatuh dari awan sebagai hujan, mengaliri sungai, menggenangi danau dan lautan, meliputi dua pertiga bagian dari permukaan bumi, merupakan unsur pokok dari kehidupan, campuran oxida hidrogen H2O, tanpa bau, tanpa bau, tanpa rasa dan tanpa warna, tetapi tampak kebiru-biruan pada lapisan yang tabal, membeku pada suhu nol derajat Celsius, mendidih pada suhu 100 derajat Celsius, mempunyai berat jenis maksimum pada 4 derajat Celsius.

4. Definisi Ensiklopedis
Definisi ensiklopedis lebih luas lagi dari definisi logis sebab definisi ensiklopedis ini menerangkan secara lengkap dan jelas serta cermat akan segala sesuatu yang berkenaan dengan kata atau konsep yang didefinisikan. Contoh:air adalah persenyawaan hidrogen dan oksigen, terdapat di mana-mana, dan dapat berwujud: (1). Gas, seperti uap air; (2). Cairan, seperti air yang sehari-hari dijumpai; (3). Padat, seperti es dan salju. Air merupakan zat pelarut yang baik sekali dan paling muarh, terdapat di alam dalam keadaan tidak murni. Air murni berupa cairan yang tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Pada suhu 4 derajat celcius air mencapai maksimum berat jenis; dan 1 cm3 beratnya 1 gram. Didinginkan sampai nol derajat celcius atau 32 derajat farenheit, air berubah menjadi es yang lebih ringan daripada air. Air mengembang sewaktu membeku. Bila dipanaskan sampai titik didih (100 derajat celcius atau 212 derajat fahrenheit), air berubah menjadi uap. Air murni bukanlah konduktor yang baik. Dia merupakan persenyawaan dua atom hydrogen dan satu atom oksigen; rumus kimianya H2O. Kira-kira 70% dari permukaan bumi tertutup air. Manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan memerlukan air untuk hidup. Tenaga air mempunyai arti ekonomi yang besar.

5. Definisi Batasan/ Definisi Operasional
Jenis definisi lain banyak dibuat dan digunakan orang adalah definisi yang sifatnya membatasi (di sini kita sebut juga definisi batasan). Definisi ini dibuat orang untuk membatasi konsep-konsep yang akan dikemukakan dalam suatu tulisan atau pembicaraan. Oleh karena itu, sering juga disebut definisi operasional. Definisi ini hanya digunakan untuk keperluan tertentu, terbatas pada suatu topik pembicaraan, umpamanya:
Yang dimaksud dengan air dalam tulisan ini adalah zat cair yang merupakan kebutuhan hidup manusia sehari-hari, seperti untuk makan, untuk minum, mandi, dan cuci.
Yang dimaksud dengan air dalam pembahasan ini adalah segala zat cair yang terdapat di dalam tumbuh-tumbuhan, baik yang ada di dalam batang (seperti air tebu), maupun yang ada di dalam buah.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tanda menurut KBBI  adalah  yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu. Tanda atau sign dapat dikatakan sebagai substitusi (penggantian) untuk hal lain. Oleh karena itu, tanda memerlukan interpretasi.
Lambang memiliki pengertian sebagai sesuatu seperti tanda (lukisan, tulisan, perkataan) yang menyatakan suatu hal, yang mengandung suatu makna tertentu.
‘Konsep’ merupakan istilah yang diajukan Lyons sebagai pengganti istilah ‘thought’ atau ‘reference’.
Definisi adalah  suatu pernyataan mengenai ciri-ciri penting suatu hal, dan biasanya lebih kompleks dari pengertian, makna, atau pengertian suatu hal. Ia sering dieja definasi walaupun ejaan itu adalah salah.
Penamaan dan pendefinisian adalah dua buah proses pelambangan suatu konsep untuk mengacu kepada sesuatu referen yang berada di luar bahasa. Penamaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti proses, cara, perbuatan menamakan.

Pendefinisaian adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk mengungkapkan dengan kata-kata akan suatu benda, konsep, proses, aktivitas, peristiwa, dan sebagainya.










DAFTAR PUSTAKA

Pateda, Mansur. 1986. Semantik Leksikal. Ende-Flores: Nusa Indah.
Sulistyowati. 2002. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: CV. Buana Raya.
Prawirasumantri, Abud.,dkk. 1998. Semantik Bahasa Indonesia:  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Yakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Verhaar, J. W. M. 1999. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: UGM Press

No comments:

Post a Comment

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD

    PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD      BAB I PENDAHULUAN   A.  ...