Wednesday, October 11, 2017

MAKALAH PENULISAN AL QURAN


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Secara etimologi Alquran berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan,  atau qur’ananyang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dlammu). Sedangkan secara terminologi (syariat), Alquran adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul Muhammad. Dan menurut para ulama klasik, Alquran sumber agama (juga ajaran) Islam pertama dan utama yang memuat firman-firman (wahyu) Allah, sama benar dengan yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah sedikit demi sediki selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, dari Mekah ke Medinah. Tiada bacaan melebihi Al-qur’an yang dibaca oleh ratusan juta orang yang tidak mengerti artinya dan atau tidak dapat menulis dengan aksaranya.bahkan dihafal huruf demi huruf oleh orang dewasa ,remaja atau anak-anak. Alquran adalah pedoman hidup, petunjuk, pembawa kabar gembira, ancaman, dan segala aturan- aturan hidup manusia yang harus kita baca, pahami, dan kita amalkan.
Berangkat dari pemahaman bahwa ayat-ayat al-quran merupakan petunjuk bagi manusia, maka kami membuat makalah ini sebagai  salah satu wasilah  dalam upaya menjaga kemurnian alquran dengan cara memahami sejarah penulisan Al-qur’an yang benar dan autentik agar tidak ada keraguan untuk mengunakan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup.

B.    Tujuan :
1.       Mengetahui penulisan Al-Quran pada zaman Rasul
2.       Mengetahui penghimpunan Al-Quran pada zaman Abu Bakar
3.       Mengetahui penghimpunan Al-Quran pada zaman Utsman bin Affan
BAB II
PEMBAHASAN

1.      Penulisan AL-Quran pada Zaman Rasul

Sejarah penulisan dan penyusunan dan penyebaran Al-Quran telah bermula dari zaman Rasulullah SAW. Pada zaman ini, penyusunan telah mulai dilakukan oleh para sahabat Rasulullah SAW. Baginda menyuruh sahabat-sahabat agar menulis ayat-ayat Al-Quran pada tulang, pelepah-pelepah, batu, kulit-kulit binatang dan sebagainya. Rasulullah SAW juga menghafal ayat-ayat tersebut dan meminta para sahabat yang lain menghafal ayat-ayat Al-Quran.
Praktik yang biasa berlaku dikalangan para sahabat tentang penulisan Al-qur’an,menyebabkan Nabi Muhammad SAW melarang orang-orang menulis sesuatu darinya kecuali alqur’an, “ dan siapa yang telah menulis sesuatu dariku selain Al-qur’an maka ia harus menghapusnya.
Sahabat-sahabat yang menjadi para penulis wahyu pada masa itu ialah Umar bin Khattab, Uthman bin Affan, Ali bin Abi Talib, Muawiyyah bin Abi Suffian, Zaid bin Thabit dan sebagainya.
Rasulullah SAW melarang para sahabat menulis selain dari pada ayat Al-Quran karena khawatir akan bercampur aduk. Walau bagaimanapun pengumpulan Al-Quran di zaman Rasulullah bukan dalam bentuk mashaf seperti di zaman Saidina Utsman bin Affan karena jika terjadi kekeliruan, ia dapat diatasi langsung oleh Rasulullah.SAW.
Pada masa kehidupan Beliau ( Rosulullah ) seluruh Al-qur’an sudah tersedia dalam bentuk tulisan.




2.      Penghimpunan Al-Quran pada Zaman Saidina Abu Bakar

Selepas Rasulullah SAW wafat, Saidina Abu Bakar dilantik menjadi khalifah yaitu pada tahun ke-11 hijrah. Pada zaman ini terjadi peperangan Riddah antara tentara Islam dan golongan yg murtad. Tidak sedikit tentera Islam yg hafaz Al-Quran telah gugur dalam perang .
Menurut sebuah Riwayat  jumlah yang wafat dari kalangan muslim yang syahid sebanyak 1.000 orang diantara yang syahid  terdapat 70 orang Qori’ dan hafizh al-qur’an dan ada yang berpendapat lebih dari itu. Dan ini menimbulkan kekhawatiran di hati Saidina Abu Bakar akan hilangnya Al-Quran.
Atas saran dan desakan Saidina Umar bin Al-Khattab, Khalifah Abu Bakar mengambil keputusan untuk mengumpulkan/menyusun Al-Quran. Beliau telah memerinthkan Zaid bin Thabit, Ubay bin Kaab, Ali bin Abi Talib dan Uthman bin Affan untuk menjalankan tugas ini.
Khalifah Abu Bakar juga menetapkan bahawa penulisan Al-Quran harus berdasarkan sumber tulisan Al-Quran yg terdapat pada Rasulullah dan sumber hafalan para sahabat. Ayat yg ditulis harus disaksikan oleh dua orang saksi. Pengumpulan Al-Quran selesai dilakukan pada tahun ke-13 hijrah dan dinamakan mushaf. Setelah kematian Khalifah Abu Bakar, Mushaf Al-Quran disimpan oleh Khalifah Umar dan kemudian oleh Hafsah.
Di masa pemerintahan Khalifatur Rasul Abu Bakar ash-Shiddiq R.A, terjadi perang Yamamah yang mengakibatkan  banyak sekali para qurra’/ para huffazh (penghafal al-Qur`an) terbunuh. Akibat peristiwa peperangan tersebut, Umar bin Khaththab merasa khawatir akan hilangnya sebagian besar ayat-ayat al-Qur`an yang ada pada hafalan para suhada’ ( akibat wafatnya para huffazh ). Maka beliau berpikir tentang pengumpulan al-Qur`an yang masih ada di lembaran-lembaran, batu, pelapah kurma,tulang dan pada tempat lain.



Pada dialog dibawah ini mengambarkan proses awal pembukuan Al-qur’an.
Zaid bin Tsabit berkata : Abu Bakar telah mengirim berita kepadaku  tentang korban Perang Ahlul Yamamah. Saat itu Umar bin Khaththab berada di sisinya.Abu Bakar ra berkata:  bahwa Umar telah datang  kepadanya lalu ia berkata: “Sesungguhnya peperangan sengit terjadi di hari Yamamah dan menimpa para qurra’ (para huffazh). Dan aku merasa khawatir dengan sengitnya peperangan terhadap para qurra (sehingga mereka banyak yang terbunuh) di negeri itu. Dengan demikian akan hilanglah sebagian besar al-Qur`an.” Abu Bakar berkata kepada Umar: “Bagaimana mungkin aku melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Rasul saw?” Umar menjawab: “Demi Allah ini adalah sesuatu yang baik.” Umar selalu mengulang-ulang kepada Abu Bakar hingga Allah memberikan kelapangan pada dada Abu Bakar tentang perkara itu. Lalu Abu Bakar berpendapat seperti apa yang dipandang oleh Umar.Zaid bin Tsabit melanjutkan kisahnya. Abu Bakar telah mengatakan kepadaku, “Engkau laki-laki yang masih muda dan cerdas. Kami sekali-kali tidak pernah memberikan tuduhan atas dirimu, dan engkau telah menulis wahyu untuk Rasulullah saw sehingga engkau selalu mengikuti al-Qur`an, maka kumpulkanlah ia.”Demi Allah seandainya kalian membebaniku untuk memindahkan gunung dari tempatnya, maka sungguh hal itu tidaklah lebih berat dari apa yang diperintahkan kepadaku mengenai pengumpulan al-Qur`an. Aku bertanya: “Bagaimana kalian melakukan perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah saw?” Umar menjawab bahwa ini adalah sesuatu yang baik. Umar selalu mengulang-ulang perkataaannya sampai Allah memberikan kelapangan pada dadaku seperti yang telah diberikanNya kepada Umar dan Abu Bakar ra. Maka aku mulai menyusun al-Qur`an dan mengumpulkannya dari pelepah kurma, tulang-tulang, dari batu-batu tipis, serta dari hafalan para sahabat, hingga aku dapatkan akhir surat at-Taubah pada diri Khuzaimah al-Anshari yang tidak aku temukan dari yang lainnya.

surat at-Taubah  ayat: 9 .Artinya:
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olenya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS. At-Taubah [9]: 128)

Pengumpulan al-Qur`an yang dilakukan Zaid bin Tsabit ini tidak berdasarkan hafalan para huffazh saja, melainkan dikumpulkan terlebih dahulu apa yang tertulis di hadapan Rasulullah saw. Lembaran-lembaran Al-Qur`an tersebut tidak diterima, kecuali setelah disaksikan dan dipaparkan di depan dua orang saksi yang menyaksikan bahwa lembaran ini merupakan lembaran yang ditulis di hadapan Rasulullah saw. Tidak selembar pun diambil kecuali memenuhi dua syarat:
1)      Harus diperoleh secara tertulis dari salah seorang sahabat.
2)      Harus dihafal oleh salah seorang dari kalangan sahabat.
Bukti ketelitiannya, hingga pengambilan akhir Surat at-Taubah sempat terhenti karena tidak bisa dihadirkannya dua orang saksi yang menyaksikan bahwa akhir Surat at-Taubah tsb ditulis di hadapan Rasululllah saw, kecuali kesaksian Khuzaimah saja. Para sahabat tidak berani menghimpun akhir ayat tersebut, sampai terbukti bahwa Rasulullah telah berpegang pada kesaksian Khuzaimah, bahwa kesaksian Khuzaimah sebanding dengan kesaksian dua orang muslim yang adil. Barulah mereka menghimpun lembaran yang disaksikan oleh Khuzaimah tersebut.
Demikianlah, walaupun para sahabat telah hafal seluruh ayat al-Qur`an,  namun mereka tidak hanya mendasarkan pada hafalan mereka saja. Akhirnya, rampung sudah tugas pengumpulan al-Qur`an yang sangat berat namun sangat mulia ini. Perlu diketahui, bahwa pengumpulan ini bukan pengumpulan al-Qur`an untuk ditulis dalam satu mushhaf, tetapi sekedar mengumpulkan lembaran-lembaran yang telah ditulis di hadapan Rasulullah saw ke dalam satu tempat.
Lembaran-lembaran al-Qur`an ini tetap terjaga bersama Abu Bakar selama hidupnya. Kemudian berada pada Umar bin al-Khaththab selama hidupnya. Kemudian bersama Ummul Mu`minin Hafshah binti Umar ra sesuai wasiat Umar.



3.      Penghimpunan Al-Quran pada Zaman Utsman bin Affan

Setelah Umar bin khotob wafat jabatan Kholifah digantikan  Amirul Mu`minin Utsman bin Affan ra. Di wilayah-wilayah yang baru dibebaskan, sahabat nabi yang bernama Hudzaifah bin al-Yaman terkejut melihat terjadi perbedaan dalam membaca al-Qur`an. Hudzaifah melihat penduduk Syam membaca al-Qur`an dengan bacaan Ubay bin Ka’ab. Mereka membacanya dengan sesuatu yang tidak pernah didengar oleh penduduk Irak. Begitu juga ia melihat penduduk Irak membaca al-Qur`an dengan bacaan Abdullah bin Mas’ud, sebuah bacaan yang tidak pernah didengar oleh penduduk Syam. Keterlibatan dari fenomena ini adalah adanya peristiwa saling mengkafirkan di antara sesama muslim.  Perbedaan bacaan tersebut juga terjadi antara penduduk Kufah dan Bashrah.
Hudzaifah pun marah. Kedua matanya merah. Hudzaifah berkata, “Penduduk Kufah membaca qiraat Ibnu Mas’ud, sedangkan penduduk Bashrah membaca qiraat Abu Musa. Demi Allah jika aku bertemu dengan Amirul Mu`minin, sungguh aku akan memintanya untuk menjadikan bacaan tersebut menjadi satu.” Sekitar tahun 25 H, datanglah Huzaifah bin al-Yaman menghadap Amirul Mu`minin Utsman bin Affan di Madinah.
Hudzaifah berkata, “Wahai Amirul Mu`minin, sadarkanlah umat ini sebelum mereka berselisih tentang al-Kitab (al-Qur`an) sebagaimana perselisihan Yahudi dan Nasrani.”
Utsman kemudian mengutus seseorang kepada Hafshah agar Hafshah mengirimkan lembaran-lembaran al-Qur`an yang ada padanya kepada Utsman untuk disalin ke dalam beberapa mushhaf, dan setelah itu akan dikembalikan lagi.Hafshah pun mengirimkan lembaran-lembaran al-Qur`an itu kepada Utsman.
Utsman lalu memerintahkan Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin al-‘Ash, dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam untuk menyalinnya ke dalam beberapa mushhaf.


Utsman bertanya :  Siapa yang orang yang biasa menulis?
”Dijawab,              : Penulis Rasulullah saw adalah Zaid bin Tsabit.
Utsman bertanya   : Lalu siapa oang yang paling pintar bahasa Arabnya?
Dijawab                 : Said bin al-‘Ash.
Utsman berkata     : Suruhlah Said untuk mendiktekan dan Zaid untuk 
  menuliskan al-Qur`an.
Saat proses penyalinan mushhaf berjalan, mereka hanya satu kali mengalami kesulitan, yakni adanya perbedaan pendapat tentang penulisan kata “at-Taabuut”.
Seperti diketahui, yang mendiktekannya adalah Said bin al-Ash dan yang menuliskannya adalah Zaid bin Tsabit. Semua dilakukan di hadapan para sahabat. Ketika Said bin al-Ash mendiktekan kata at-Taabuut maka Zaid bin Tsabit menuliskannya sebagaimana ditulis oleh kaum Anshar yaitu at-Taabuuh, karena memang begitulah menurut bahasa mereka dan begitulah mereka menuliskannya. Tetapi anggota tim lain memberitahukan kepada Zaid bahwa sebenarnya kata itu tertulis di dalam lembaran-lembaran al-Qur`an dengan Ta` Maftuhah, dan mereka memperlihatkannya ke Zaid bin Tsabit. Zaid bin Tsabit memandang perlu untuk menyampaikan hal itu kepada Utsman supaya hatinya menjadi tenang dan semakin teguh. Utsman lalu memerintahkan mereka agar kata itu ditulis dengan kata seperti dalam lembaran-lembaran al-Qur`an yaitu dengan Ta` Mahtuhah. Sebab hal itu merupakan bahasa orang-orang Quraisy, lagi pula al-Qur`an diturunkan dengan bahasa mereka. Akhirnya ditulislah kata tersebut dengan Ta` Maftuhah.
Demikianlah, mereka tidak berbeda pendapat selain dari perkara itu, karena mereka hanya menyalin tulisan yang sama dengan yang ada pada lembaran-lembaran al-Qur`an, dan bukan berdasarkan pada ijtihad mereka.
Tertib atau urutan ayat-ayat Al-qur’an  adalah Tauqifi,ketentuan dari Rosulullah,sebagian ulama’ meriwayatkan bahwa pendapat ini adalah ijma’
Setelah mereka menyalin lembaran-lembaran tersebut  ke dalam mushhaf, Utsman segara mengembalikannya kepada Hafshah.
Utsman kemudian mengirimkan salinan-salinan mushhaf ke seluruh wilayah negeri Islam agar orang-orang tidak berbeda pendapat lagi tentang al-Qur`an. Jumlah salinan yang telah dicopy sebanyak tujuh buah.
Tujuh salinan tersebut dikirimkan masing-masing satu copy ke kota Makkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah dan Madinah. Mushhaf inilah yang kemudian dikenal dengan nama Mushhaf Utsmani.
Utsman kemudian memerintahkan al-Qur`an yang ditulis oleh sebagian kaum muslimin yang bertentangan dengan Mushhaf Utsmani yang mutawatir tersebut untuk dibakar. Ali Bin Abi tholib berkata :Demi Allah ,dia tidak melakukan apa-apa dengan pecahan-pecahan ( Mushaf ) kecuali dengan persetujuan kita semua”.
Pada masa pemerintahan Sayidina Ali bin Abi Tolib tidak ada perubahan dan tetap seperti zaman Usman Bin Affan.


















BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Dari uraian diatas sehingga dapat disimpulkan bahwa:
1.      Al-Qur’anul karim merupakan kitab yang autentik sepanjang masa dapat menjadi pedoman hidup kaum muslimin dan membawa kesejahteran dunia akhirat
2.      Sejarah penulisan Al-qur’an sangat panjang dan berliku namun demikian tidak mengurasi keaslian Al-qur’an itu sendiri tanpa ada keraguan sedikitpun
3.      Motivasi yang tinggi bagi umat islam untuk tetap mempelajari, menghafalkan dan mengamalkan Al-qur’an sebagai perisai dalam menghadapi perkembangan zaman.














DAFTAR PUSTAKA

Mujtahid. 2014. Sejarah Penulisan Al-Qur’an. http://mujtahid269.blogspot.co.id]/2014/07/vbehaviorurldefaultvmlo.html. Diakses pada tanggal 22 September 2017 Pukul 20.24 WIB.

Athaillah.2010. Sejarah Al-Quran.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Shihab, M Quraish.1996.Wawasan Al-Quran. Bandung: Al-Mizan



No comments:

Post a Comment

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD

    PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD      BAB I PENDAHULUAN   A.  ...