Saturday, October 7, 2017

MAKALAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi (Abdul Chaer, 1995: 14-18). Sebagai sebuah sistem, bahasa pada dasarnya memberi kendala pada penuturnya. Dengan demikian, bahasa pada gilirannya pantas diteliti, karena kendala-kendala yang dihadapi oleh penutur suatu bahasa memerlukaan penanganan dan pencerahan. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai tanggung jawab keilmuan kepada peserta didik dalam memberikan kaidah berbahasa yang baik dan benar. Materi pembelajaran yang disajikan hendaknya mencerminkan kazanah bahasa Indonesia yang selaras dan sejalan dengan perkembangan peradaban rakyat Indonesia. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sebaiknya juga melakukan pengkajian terhadap berbagai persoalan terhadap perkembangan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Salah satu bidang pengkajian bahasa Indonesia yang cukup menarik adalah bidang tata bentukan atau morfologi. Bidang ini menarik untuk dikaji karena perkembangan kata-kata baru yang muncul dalam pemakaian bahasa sering berbenturan dengan kaidah-kaidah yang ada pada bidang tata bentukan ini. Oleh karena itu perlu dikaji ruang lingkup tata bentukan ini agar ketidaksesuaian antara kata-kata yang digunakan oleh para pemakai bahasa dengan kaidah tersebut tidak menimbulkan kesalahan sampai pada tataran makna. Jika terjadi kesalahan sampai pada tataran makna, hal itu akan mengganggu komunikasi yang berlangsung. Bila terjadi gangguan pada kegiatan komunikasi maka gugurlah fungsi utama bahasa yaitu sebagai alat komunikasi. Hal ini tidak boleh terjadi.

Salah satu gejala dalam bidang tata bentukan kata dalam bahasa Indonesia yang memiliki peluang permasalahan dan menarik untuk dikaji adalah proses morfofonemik atau morfofonemis. Permasalahan dalam morfonemik cukup variatif, pertemuan antara morfem dasar dengan berbagai afiks sering menimbulkan variasi-variasi yang kadang membingungkan para pemakai bahasa. Sering timbul pertanyaan dari pemakai bahasa, manakah bentukan kata yang sesuai dengan kaidah morfologi. Dan, yang menarik adalah munculnya pendapat yang berbeda dari ahli bahasa yang satu dengan ahli bahasa yang lain. Fenomena itulah yang menarik bagi kami untuk melakukan pengkajian dan memaparkan masalah tentang pengertian morfologi.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengajukan rumusan masalah sebagai berikut :
1) Apa pengertian dari morfologi?
2) Apa hakikat morfem?
3) Apa yang dimaksud dengan morf dan alomorf?
4) Apa itu kata dasar?
















BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian Morfologi
Morfologi adalah membicara seluk beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan –perubahan bentuk kata terhadap golong –golongan dan arti kata atau morfologi mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan –perubahan bentuk kata itu,baik fungsi gramatika maupun fungsi semantic (ramlan ,1983:16-17).

Morfologi atau morfemik adalah telaah. Morfologi dapat dibagi menjadi dua tipe analisis yaitu :
1.MorfologI Sinkronik
2. Morfologi diakronik

Morfologi sinkronik adalaha suatu analisis linear, yang mempertanyakan apa-apa yang merupakan komponen leksikal dan komponen sintaktik kata-kata dan bagaimana cara nya komponen-komponen tersebut menambahkan, mengurangi, atau mengatur kembali dirinya didalam berbagai ragam konteks. Morfologi sinkronik tidak ada keterkaitan atau tidak menaruh perhatian pada sejarah asal usul kata dalam bahasa kita.

Morfologi diakronik menelaah secara asal usul kata dan mempermasalahkan mengapa misalkan pemakaian kata kini berbedadengan pemakaian kata pada masa lalu. ( Hendry Guntur Tarigan, hal 4).

Morfologi merupakan satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. Dalam bab morfologi ini akan dibicarakan seluk beluk morfem itu, bagaimana cara menetukan sebuah bentuk adalah morfem atau bukan, morfem-morfem itu berproses menjadi kata, yaitu satuan terkecil dalam taksis. Karena dalam proses morfomis atau proses morfologis itu akan terlibat juga persoalan fonologi, maka akan dibicarakan juga proses yang disebut morfofonemik, atau proses morfofonologi atau morfonologi. ( Abdul Chaer, hal 146).

Morfologi ialah suatu disiplin ilmu atau cabang ilmu bahasa yang khusus mempelajari tentang morfem dan susuna maupun bentuk kata.

Dari pembicaraan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa “Morf-morf yang beraneka ragam yang mewakili satu morfem disebut alomorf;morf dan alomorf merupakan satuan-satuan etik, sedangkan morfem-morfem merupakan satuan-satuan emik” (Elson dan Pickett,1962 : 26-7).

B. Hakikat Morfem
-          Morfem ialah suatu bentuk bahasa terkecil yang mengandung arti atau mendukung arti itu menurut ( Teheru Kasada Bratatmaja hal 11 )
-          Morfem adalah unsur yang terkecil yang secara individual mengandung pengertian dalam ujaran sesuatu bahasa ( Hockett, 1958: 123 )
-          Morfempun dapat di batasi secara negative misalnya “ suatu bentuk linguistic yang tidak mempunyai hubungan secara fonetik-semantik dengan bentuk yang lain dari bentuk sederhana atau morfem”. ( Bloomfueld, 1955:161).

Morfem terbagi menjadi dua macam yaitu:
1.      Morfem sekmental, ialah morfem yang tidak mengalami perubahan kelas kata.
Morfem sekmental ada dua macam yauitu
-          Morfem bebas, ialah morfem yang dapat berdiri sendiri.
Jenis morfem bebas terbagi menjadi dua golongan yaitu terdiri satu kata dan dua suku kata atau lebih.
-          Morfem terikat, ialah morfem yang belum dapat berdiri sendiri, atau tidak dapat berdiri sendiri.
Jenis morfem terikat Afiks atau imbuhan
Bentuk afiks atau imbuhan yang lain
2.      Morfem suprasegmental, morfem yang mengalami perubahan kata atau perpindahan kelas kata. ( T.Heru Kasida Brataatmaja hal 11/12/48 )

Morfem ialah tata bahasa tradisional tidak mengenal konsef maupun istilah morfem, sebab morfem bukan merupakan satuan dalam sintaksis, dan tidak semua morfem mempunyai makna secara filosofis . Konsep morfem baru di perkenalkan oleh kauh strukturalis pada awal abad ke 20 ini.

C. Identifikasi Morfem
Untuk menentukan sebuah satuan bentuk adalah morfem atau bukan, kita harus membandingkan bentuk tersebut di dalam kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain. Sebagai contoh kita ambil bentuk [ kedua ], dalam ujaran di atas,dengan demikian bentuk ke pada daftar di atas, karena merupakan bentuk terkecil yang berulang-ulang dan mempunyai makna yang sama, bisa di sebut sebagai sebuah morfem.

D. Morf dan Alomorf
Sudah disebutkan bahwa morfem adalah bentuk yang sama, yang terdapat berulang-ulang dalam satuan bentuk yang lain. Bentuk-bentuk itu adalah me-pada melihat dan mearasa, mem-pada membawa dan membantu, men-pada mendengar dan menduda, meny-pada menyanyi dan menyikat, meng-pada menggali dan menggoda itu sebuah morfem atau bukan, sebab meskipun maknanya sama tetapi bentuknya tidak persis sama.

Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama itu disebut alomorf. Alomorf adalah perwujutan konkret ( di dalam pertuturan ) dari sebuah morfem.

Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum di ketahui semua bentuknya.
Sehubungan dengan Alomorf me-,mem-,men-,meni-,meng-.dan menge-. Diatas muncul masalah : apa nama morfem untuk alomorf-alomorf itu ? dalam tata bahasa tradisional nama yang digunakan adalah awalan me-, dengan penjelasan, awalan me-.  ini akan mendapatkan sengau sesuai dengan lingkungannya. Dalam buku tata bahasa Indonesia dipilih alomorf meng- sebagai nama morfem itu, dengan alasan alomorf meng-, paling banyak distribusinya.



E. Kata Dasar
Kata dasar adalah satuan terkecil yang menjadi asal atau permulaan suatu kata kompleks. Contohnya kata bersandaran,dan selanjutnya memperoleh afiks ber- menjadi bersandarannya. Contoh lain ialah kata berkemauan, yang terbentuk dari kata dasar mau yang mendapatkan afiks ke-an  menjadi kemauan, seterusnya mendapat afiks ber-  menjadi berkemauan.

Dasar kata adalah satuan yang lebih besar atau lebih kompleks. Kita ambil contoh kata bersandaran tadi, yang terbentuk dari kata sandaran dengan afiks ber-, seterusnya kata sandaran terbentuk dari kata dengan afiks-an. Kata berkelanjutan terbentuk dari dasar kata kelanjutan terbentuk dari kata dasar lanjut dengan afiks ke-an.





BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Morfologi adalah membicara seluk beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan –perubahan bentuk kata terhadap golong –golongan dan arti kata atau morfologi mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan –perubahan bentuk kata itu,baik fungsi gramatika maupun fungsin semantic. Untuk menentukan sebuah satuan bentuk adalah morfem atau bukan, kita harus membandingkan bentuk tersebut di dalam kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain.

Kata dasar adalah satuan terkecil yang menjadi asal atau permulaan suatu kata kompleks. Contohnya kata bersandaran,dan selanjutnya memperoleh afiks ber- menjadi bersandarannya. Contoh lain ialah kata berkemauan, yang terbentuk dari kata dasar mau yang mendapatkan afiks ke-an  menjadi kemauan, seterusnya mendapat afiks ber-  menjadi berkemauan.

2 comments:

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD

    PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD      BAB I PENDAHULUAN   A.  ...