MAKALAH PENULISAN
ILMIAH
BAHASA DALAM
KARANGAN ILMIAH
Dosen Pengampu : Dr. Wahono, S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh :
KELOMPOK
9
- Harliana Tri Ramdani 151210051
- Indah Ika Noviyanti 151210056
- Intan Wulandari 151210060
- Silfana Rosa 151210119
- Silvia Arista 151210118
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
( STKIP-PGRI ) BANDAR LAMPUNG
2016/2017
|
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penyusunan
makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini diajukan sebagai salah satu tugas
mata kuliah penulisan ilmiah.
Penulis mengucapkan terimakasih
kepada Bapak Dr. Wahono, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah ”Penulisan
Ilmiah” yang telah membimbing penulis hingga selesainya penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa
mengharapkan kritik dan saran. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua.
Bandar Lampung, 28 September 2016
Penulis
(Kelompok 9)
ii
|
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
KATA PENGANTAR.............................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah ................................................................................. 1
1.3
Tujuan Penulisan.................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ragam Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah............................ 2
2.2 Fungsi dan Kedudukan Bahasa dalam Karya Tulis
Ilmiah.................... 3
2.3 Ragam Bahasa Ilmiah
dalam Karya Tulis Ilmiah................................... 3
2.4 Penggunaan
Ejaan Dalam Karya Ilmiah................................................ 7
2.4.1 Etika dan Kode Etik Penulisan Karya Ilmiah..................................... 7
2.4.2 Bahasa dan Tanda Baca...................................................................... 8
2.4.3 Masalah Teknis Yang Perlu Diperhatikan........................................... 11
BAB III PENUTUP
3.1
Simpulan ............................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
iii
|
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Selama ini, kita jarang yang tahu
untuk apa membaca, baik membaca buku fiksi, nonfiksi, jurnal bahkan karya tulis
ilmiah. Pada bahasan selanjutnya akan dipaparkan perihal Bahasa Karya
tulis Ilmiah, sebab “bahasa” dalam karya tulis ilmiah berkedudukan sebagai
bahasa komunikasi antara penutur dengan pendengar atau penulis dengan pembaca.
Karya tulis ilmiah sebagai wahana
melatih mengungkapkan pikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan
ilmiah yang sistematis dan metodologis memerlukan bahasa penyambung atau
pengantar yang sesuai, disinilah letak fungsi bahasa karya tulis ilmiah. Bahasa
karya tulis ilmiah juga banyak ragamnya dan memiliki struktur atau penyusunan
yang tidak jauh dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, hanya
saja nampak lebih sistematis dan metodologis.
Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah
bertujuan untuk menyampaikan suatu hal, gagasan (pendapat), ide kepada orang
lain agar dapat memahaminya. Tanpa peran bahasa Karya Tulis Ilmiah tidak dapat
berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa
sebagai prasarana berpikir modern.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Apa
Pengertian Ragam Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah?
1.2.2
Apa
saja fungsi dan kedudukan bahasa dalam karya tulis ilmiah?
1.2.3
Apa
saja ciri-ciri dalam bahasa tulis ilmiah?
1.2.4
Bagaimana
penggunaan ejaan dalam karya ilmiah?
1.3
Tujuan Penulisan
1.3.1
Mengetahui
definisi Ragam Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah.
1.3.2
Mengetahui
fungsi dan kedudukan bahasa dalam karya tulis ilmiah.
1.3.3
Mengetahui
ciri-ciri dalam bahasa tulis ilmiah.
1.3.4
Mengetahui
penggunaan ejaan dalam karya ilmiah.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Ragam Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah
Bahasa merupakan alat
komunikasi yang efektif antara manusia. Dalam berbagai macam situasi, bahasa
dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan pembicaraan kepada pendengar atau
penulis kepada pembaca. Setiap situasi tersebut memungkinkan seseorang memilih
variasi bahasa yang akan digunakannya. Istilah yang dipergunakan untuk menunjuk
salah satu dari sekian variasi pemakaian bahasa disebut ragam bahasa. Ragam
bahasa yang beraneka ragam itu masih tetap disebut “Bahasa Indonesia” karena
masing-masing berbagi teras atau intisari bersama yang umum.
Istilah ragam bahasa
disejajarkan dengan variasi. Seperti halnya jika orang mengatakan bahwa
modelnya sangat beragam, di dalamnya terkandung maksud bahwa modelnya sangat
bervariasi. Adanya ragam atau variasi mengimplikasikan bahwa dari berbagai
ragam atau variasi itu terdapat satu model yang menjadi acuan. Dengan demikian,
bagaimanapun model variasinya pastilah terdapat intisari atau ciri-ciri umum
yang sama.
Pemilihan terhadap
salah satu ragam bahasa dipengaruhi oleh faktor kebutuhan pembicara atau
penulis akan alat komunikasi yang sesuai dengan situasi. Tidak tepat kiranya
apabila komunikasi di pasar menggunakan ragam bahasa seperti yang digunakan
dalam rapat dinas. Demikian pula misalnya, komunikasi antar penumpang dengan
abang tukang becak berbeda dengan antar menteri dalam sidang
kabinet.
Secara spesifikasi ragam bahasa ilmiah merupakan ragam
bahasa berdasarkan pengelompokan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang
kegiatan sesuai dengan sifat keilmuannya. Ragam bahasa ilmiah dapat juga
diartikan sebagai sarana verbal yang efektif, efisien, baik, dan benar. Ragam
ini wajib digunakan untuk mengomunikasikan proses kegiatan dan hasil penalaran
ilmiah.
2.2
Fungsi dan Kedudukan Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah
Fungsi dan kedudukan bahasa karya
tulis ilmiah sangatlah penting untuk menunjang kredibilitas suatu
karya ilmiah. Kedudukan bahasa karya tulis ilmiah yaitu sebagai bahasa
komunikasi.
Dari cara menggunakan bahasa itu,
tentu saja bahasa difungsikan sebagai mestinya. Fungsi itu meliputi fungsi
aktif, fungsi pasif, dan fungsi respektif.
1. Fungsi aktif adalah penggunaan bahasa untuk
berkomunikasi secara aktif dengan pengguna atau pemakai bahasa lainnya (interlocutor).
Contoh: untuk proses belajar mengajar dan menulis surat.
2. Fungsi pasif adalah penggunaan bahasa yang tidak
melibatkan orang lain di dalam kegiatan tersebut. Contoh : menghitung,
mengutuk, menggumam, atau berdo’a.
3. Fungsi respektif adalah penggunaan bahasa yang tidak
melibatkan alat ucap, melainkan menggunakan penalaran untuk memahami ide orang
lain. Akan tetapi pemakai bahasa tidak hanya diam, melainkan memberikan
respons yang tampak maupun yang tidak tampaki
2.3 Ragam Bahasa Ilmiah dalam Karya Tulis Ilmiah
Bahasa
tulis ilmiah merupakan perpaduan ragam bahasa tulis dan ragam bahasa ilmiah.
Ragam bahasa tulis memiliki ciri (1) kosa kata yang digunakan dipilih secara
cermat, (2) pembentukan kata diiakukan secara sempurna, (3) kalimat dibentuk
dengan struktur yang lengkap, dan (4) paragraf dikembangkan secara lengkap dan
padu (kohesif dan koheren). Selain itu, hubungan antargagasan terlihat jelas,
rapi, dan sistematis. Ragam bahasa ilmiah memiliki ciri cendekia, lugas, jelas,
formal, objektif, konsisten, dan bertolak dari gagasan (Basuki, dkk.
1995). Paparan berikut akan mengupas ciri—ciri tersebut dengan pijakan ciri
bahasa ilmiah.
Cendekia
Bahasa
tulis ilmiah bersifat cendekia. Artinya, bahasa ilmiah itu mampu digunakan
secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis. Bahasa yang cendekia
mampu membentuk pernyataan yang tepat. Sehingga gagasan yang disampaikan
penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca. Kalimat-kalimat yang
digunakan mencerminkan ketelitian yang objektif. Apabila sebuah kalimat
digunakan untuk mengungkapkan dua buah gagasan yang memiliki hubungan
kausalitas, dua gagasan beserta hubungannya itu harus tampak secara jelas dalam
kalimat yang mewadahinya. Di samping itu, kecendekiaan juga berhubungan dengan
kecermatan memilih kata. Suatu kata dipilih secara cermat apabila kata
itu tidak mubazir, tidak rancu, dan bersifat /idiomatis.
Lugas
Bahasa
tulis ilmiah digunakan untuk menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan
tepat. Oleh karena itu, setiap gagasan hendaknya diungkapkan secara langsung
sehingga makna yang ditimbulkan oleh pengungkapan itu adalah makna lugas.
Dengan paparan yang lugas kesalah pahaman dan kesalahan menafsirkan isi
kalimat akan terhindarkan. Penulisan yang bernada sastra perlu
dihindari (Basuki, 1994). Penulisan yang bernada sastra cendarung
tidak mengungkapkan sesuatu secara langsung (lugas).
Jelas
Artikel ilmiah ditulis dalam rangka mengkomunikasikan gagasan kepada pembaca. Sehubungan dengan hal tersebut, kejelasan gagasan yang disampaikan perlu mendapat perhatian. Gagasan akan mudah dipahami apabila dituangkan dalam bahasa yang jelas. Gagasan akan mudah dipahami apabila hubungan gagasan yang satu dan yang lainnya jelas. Ketidakj elasan pada umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang. Dalam kalimat panjang, hubungan antargagasan menjadi tidak jelas. Oleh sebab itu, dalam artikel ilmiah disarankan tidak digunakan kalimat yang terlalu panjang. Untuk membentuk kalimat yang memiliki gagasan yang jelas diperlukan kiat khusus. Gagasan yang akan dituangkan ditata secara sistematis. Dengan tataan itu dapat ditentukan apakah sebuah gagasan dituangkan dalam sebuah kalimat atau dalam sejumlah kalimat. Jika gagasan itu cukup dituangkan dalam sebuah kalimat, tidak perlu gagasan itu dituangkan dalam sejumlah kalimat. Sebaliknya, apabila sebuah gagasan tidak cukup diungkap dalam sebuah kalimat, jangan dipaksa diungkap dalam sebuah kalimat.
Artikel ilmiah ditulis dalam rangka mengkomunikasikan gagasan kepada pembaca. Sehubungan dengan hal tersebut, kejelasan gagasan yang disampaikan perlu mendapat perhatian. Gagasan akan mudah dipahami apabila dituangkan dalam bahasa yang jelas. Gagasan akan mudah dipahami apabila hubungan gagasan yang satu dan yang lainnya jelas. Ketidakj elasan pada umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang. Dalam kalimat panjang, hubungan antargagasan menjadi tidak jelas. Oleh sebab itu, dalam artikel ilmiah disarankan tidak digunakan kalimat yang terlalu panjang. Untuk membentuk kalimat yang memiliki gagasan yang jelas diperlukan kiat khusus. Gagasan yang akan dituangkan ditata secara sistematis. Dengan tataan itu dapat ditentukan apakah sebuah gagasan dituangkan dalam sebuah kalimat atau dalam sejumlah kalimat. Jika gagasan itu cukup dituangkan dalam sebuah kalimat, tidak perlu gagasan itu dituangkan dalam sejumlah kalimat. Sebaliknya, apabila sebuah gagasan tidak cukup diungkap dalam sebuah kalimat, jangan dipaksa diungkap dalam sebuah kalimat.
Bertolak
dari Gagasan
Bahasa
ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Itu berarti, penonjolan
diarahkan pada gagasan atau hal-hal yang diungkapkan tidak pada penulis.
Akibatnya, pilihan kalimat yang lebih cocok adalah kalimat pasif, sehingga
kalimat aktif dengan penulis sebagai palaku perlu dihindari.
Formal
Artikel ilmiah merupakan salah satu bentuk komunikast ilmiah. Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan bahasa dalam artikel ilmiah dapat dilihat pada lapis kosa kata, bentukan kata, dan kalimat. Untuk memilih kata yang formal diperlukan kecermatan agar terhindar dari pemakaian kata informal.
Artikel ilmiah merupakan salah satu bentuk komunikast ilmiah. Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan bahasa dalam artikel ilmiah dapat dilihat pada lapis kosa kata, bentukan kata, dan kalimat. Untuk memilih kata yang formal diperlukan kecermatan agar terhindar dari pemakaian kata informal.
Artikel
ilmiah termasuk kategori paparan yang bersifat teknis. Kosa kata yang digunakan
cenderung mengarah pada kosa kata ilmiah teknis. Kosa kata ilmiah teknis
digunakan pada kalangan khusus, yang jarang dipahami oleh masyarakat umum.
Untuk itu, dalam memilih kosa kata dalam menulis artikel ilmiah, perlu
kecermatan agar tidak mengarah pada kata ilmiah populer. Ciri formal bahasa
tulis ilmiah juga tampak pada bentukan kata. Bentukan kata yang formal adalah
bentukan kata yang lengkap dan utuh sesuai dengan aturan pembentukan kata dalam
bahasa Indonesia. Bentukan kata yang tidak formal pada umumnya terjadi karena
pemberian imbuhan yang tidak lengkap, proses pembentukannya tidak mengikuti
aturan, atau karena proses pembentukannya mengikuti bahasa lain.
Keformalan
kalimat dalam artikei ilmiah ditandai oleh (1) kelengkapan unsur wajib (subjek
dan predikat), (2) ketepatan panggunaan kata fungsi atau kata tugas, (3)
kebernalaran isi, dan (4) tampilan esai formal. Sebuah kalimat dalam artikel
ilmiah satidak-tidaknya memiliki subjek dan predikat. Ciri kedua
penulisan kalimat dalam artikel ilmiah adalah ketepatan panggunaan
kata fungsi atau kata tugas. Setiap kata tugas memiliki fungsi yang
berbeda. Oleh sebab itu, ketapatan pamakaian kata tugas dalam menulis
artikel ilmiah perlu mendapat perhatian. Ciri ketiga penulisan kalimat
artikel ilmiah adalah kebernalaran isi. Isi kalimat dapat diterima nalar (akal)
sehat. Sebuah kalimat dapat dikatakan memiliki kebernalaran isi apabila gagasan
yang disampaikan dapat dinalarkan (dapat ditarima akal sehat) dan hubungan
antargagasan dalam kalimat dapat diterima akal sahat (Supamo, dkk, 1998).
Perhatikan gagasan yang disampaikan pada contoh berikut . Ciri ketiga
kalimat artikel ilmiah adalah tampilan esai formal. Cara itu menuntut
pengungkapan gagasan dilakukan secara utuh dalam bentuk kalimat. Rincian
gagasan atau potongan gagasan dalam kalimat diintegrasikan secara langsung
dalam kalimat.
Objektif
Bahasa
ilmiah barsifat objektif. Untuk itu, upaya yang dapat ditempuh adalah
menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak pengembangan kalimat dan menggunakan
kata dan struktur kalimat yang mampu menyampaikan gagasan secara objektif.
Terwujudnya sifat objektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan
sebagai pangkal tolak. Sifat objektif juga diwujudkan dalam panggunaan kata.
Kata-kata yang menunjukkan sifat subjektif tidak digunakan. Kata-kata
yang menunjukkan sikap ekstrim dapat memberi kesan subjektif dan emosional.
Kata-kata seperti harus, wajib, tidak mungkin tidak, pasti, dan selalu
perlu dihindari.
Ringkas
Dan Padat
Selain
ringkas dalam bahasa tulis ilmiah direalisasikan dengan tidak adanya
unsur-unsur bahasa yang tidak diperlukan (mubazir). Itu berarti menuntut
kehematan dalam panggunaan bahasa ilmiah. Semantara itu, ciri padat merujuk
pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur bahasa itu.
Karena itu, jika gagasan yang terungkap, sudah mamadai dengan unsur
bahasa yang terbatas tanpa pamborosan, ciri kepadatan sudah terpanuhi. Dengan
demikian, ciri ringkas dan padat tidak dapat dipisahkan.
Konsisten
Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara konsisten. Sekali sebuah unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah digunakan sesuai dengan kaidah, itu semua selanjutnya digunakan secara konsisten. Sebagai contoh, kata tugas untuk digunakan untuk mengantarkan tujuan dan kata tugas bagi mengantarkan objek (Suparno, 1998). Selain itu, apabila pada bagian awal uraian telah terdapat singkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama), pada uraian selanjutnya digunakan singkatan SMP tersebut.
Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara konsisten. Sekali sebuah unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah digunakan sesuai dengan kaidah, itu semua selanjutnya digunakan secara konsisten. Sebagai contoh, kata tugas untuk digunakan untuk mengantarkan tujuan dan kata tugas bagi mengantarkan objek (Suparno, 1998). Selain itu, apabila pada bagian awal uraian telah terdapat singkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama), pada uraian selanjutnya digunakan singkatan SMP tersebut.
Menggunakan Ejaan yang Benar
Bahasa
Indonesia saat ini telah memiliki kaidah penulisan (ejaan) yang telah
dibakukan, yaitu Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempumakan yang biasa dikenal
dengan EYD.
Kaidah
ejaan tersebut tertuang dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan, edisi yang disempurnakan, (Surat Kaputusan Mandikbud,
Nomor0543a/U/ 87, tanggal 9 September, 1987). Aturan itulah yang berlaku dalam
penulisan hal-hal yang bersifat formal, termasuk di dalamnya adalah
penulisan artikel ilmiah. Pada bagian ini hanya dipaparkan sejumlah
prinsip yang perlu mendapat perhatian dalam menulis artikel ilmiah.
Prinsip-prinsip umum pemakaian ejaan tersebut dikemukakan sebagai berikut
(Basuki dan Hasan, 1996).
1. Setiap kata, baik kata dasar maupun kata jadian,
ditulis terpisah dengan kata lainnya, kecuali kata yang tidak dapat berdiri
sendiri.(diberi garis bawah)
Contoh: kursi, belajar, praanggan, suprastruktural
2. Jarak antarkata dalam paparan hanya satu ketukan.
Tidak perlu menambah jarak antarkata dalam rangka meratakan margin kanan.
Margin kanan sebuah artikel tidak harus lurus.
Contoh salah: Pelatihan ini sangat
menyenangkan.
3. Setiap kata ditulis rapat, tidak ada jarak antarhuruf
dalam sebuah kata.
Contoh salah: P E M B A H A S A N
2.4 Penggunaan Ejaan Dalam Karya Ilmiah
2.4.1 Etika dan Kode Etik Penulisan Karya Ilmiah
Etika dan kode etik yang lazim ditumbuhbudayakan dalam penulisan karya
ilmiah harus diikuti.Hak cipta dan paten dari segi hukum harus diikuti dan
difahami dengan baik.Penulis harus memahami etika penulisan karya ilmiah secara
baik.Kode etik adalah norma-norma yang telah diterima dan diakui oleh
masyarakat dan citivitas akademik perlu diperhatikan dalam penulisan karya
ilmiah.Norma ini berkaitan dengan pengutipan, perujukan, perijinan terhadap
bahan yang digunakan, dan penyebutan sumber data ataupun informan.
2.4.2 Bahasa dan Tanda Baca
Bahasa tulisan dapat dimengerti dengan baik bila kalimat-kalimat yang telah ditulis sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dalam
bahasa tersebut. Tandabaca berperan penting dalam bahasa tulisan. Tanda baca
yang tidak lengkap dapatmenyebabkan isi tulisan sulit dimengerti. Oleh karena
itu dalam bab ini dibahasaturan-aturan penulisan tanda baca, kata-kata serta
judul-judul yang menjadimateri dalam tulisan tersebut.
1.
Penulisan Tanda Baca
Tanda baca titik (.), titik dua (:), titik koma
(;), tanda seru (!), persen (%), dan
tanda tanya (?) diketik rapat dengan huruf yang mendahuluinya.
·
Tidak Baku
Sampel dipilih secara acak .
Jumlahnya sekitar 10 %
Adapun asumsi-asumsi yang digunakan adalah :
· Baku
Sampel dipilih secara acak.
Jumlahnya sekitar 10%.
Adapun asumsi-asumsi yang digunakan adalah:
Tidak ada spasi (jarak) antara kata di dalam kurung
dengan tanda kurungdan tanda kutip.
· Tidak Baku
Kelima kelompok
“ sepadan ”.
Kesalahan ( error ) dapat diabaikan.
·
Baku
Kelima kelompok
“sepadan”.
Kesalahan (error) dapat diabaikan.
Tanda sama dengan (=), lebih
besar (>), lebih kecil(<), tambah (+), kurang (-), kali (x), dan bagi (:)
diketik dengan spasi satu ketukan sebelum dan sesudahnya.
·
Tidak Baku
P=0,01 S:T=Y
A>B C
A+B=C
·
Bentuk Baku
P = 0,01 S : T = Y
A > B C < G
A + B = C
Jika dalam penulisan persamaan
dengan menggunakan word processor seperti Microsoft Office, maka
persamaan-persamaan diketik dengan equation editor yang secara otomatis
sudah memberikan jarak yang cukup untuk tanda sama dengan, lebih kecil, lebih
besar, tambah, kurang, kali dan bagi. Konsistensi dalam penggunaan simbol
sangat penting dipertahankan dalam penulisan.Bila symbol ditulis dengan huruf
miring maka penjelasan dalam teksnya juga harus ditulis dengan huruf
miring.Berikut ini diberikan contoh hasil persamaan yang ditulis dengan equation
editor dalam Microsoft Office.
A+ B = C
x = a2 + c
D > 4 b2 − 4abc
2. Penulisan Kata
Penulisan
kata dapat dikelompokkan atas kata dasar, kata turunan, kata ulang, kata
gabungan, kata depan, partikel, dan kata ganti.
3. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar
ditulis satu kesatuan.
Contoh:
Buku ini buku baru
Kelas itu penuh sesak
Siswa sedang makan nasi
4. Kata Turunan
Kata turunan adalah kata dasar
yang telah berubah karena mendapatkan imbuhan baik itu awalan, sisipan, dan
akhiran.Kata dasar tersebut telah dirangkai dengan imbuhan-imbuhan itu.Dari
contoh-contoh ini diharapkan dapat mengingat kembali aturan- aturan yang berlaku dalam
bahasa Indonesia.
Contoh:
berkembang biak
melipatgandakan
memberitahukan
berwisata
belajar
5. Kata Ulang
Bentuk kata ulang harus ditulis
lengkap dengan kata hubung. Contoh: pura-pura, mata-mata, hura-hura,
mondar-mandir, sayur-mayur, undang undang, kupu-kupu, lauk-pauk.
6. Kata Depan
Kata depan, di, ke, dari ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah
dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
7. Kata Ganti
Kata ganti
ku dan kau ditulis serangkai dengan kata-kata yang mengikutinya. –ku, –mu dan
–nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
8. Partikel
Partikel –lah, –kah, –tah ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Partikel pun ditulis terpisah
dengan kata yang mendahuluinya kecuali untuk kata-kata yang telah dianggap
terpadu benar seperti meskipun, adapun, kendatipun, maupun, sungguhpun,
andaipun, biarpun, bagaimanapun, dan kalaupun.
9. Penulisan Judul
Penulisan judul yang umum digunakan dalam penulisan
karya ilmiah sangat penting untuk diuraikan di sini.Dengan demikian keseragaman
dalam tulisan karya ilmiah yang diatur dengan panduan ini dapat diperoleh.
Judul Bagian dan Sampul Depan Laporan Judul Bagian ditulis dengan gaya
penulisan semua huruf kapital. Bila terdiri atas beberapa baris, maka baris
pertama paling panjang dan baris berikutnya lebih pendek serta ditulis dengan
gaya di tengah-tengah.
10. Penyingkatan Kata
Tulis penuh semua singkatan seperti: dan lain lain, dan sebagainya, dan
seterusnya (bukan ditulis dengan cara ini: dll., dsb., dst.). Penyingkatan
suatu istilah dapat diberlakukan, bila memang istilah tersebut panjang dan
terlalu sering muncul dalam teks.Untuk penyingkatan ini, kepanjangan istilah
tersebut harus dimuculkan pertama kali ketika istilah tersebut pertama kalinya
disebutkan dalam teks.
11. Penggunaan dan Penulisan Istilah Asing
Sesuai dengan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional,
istilahistilah keilmuwan ataupun teknik yang telah dibakukan sebaiknya
digunakan dengan benar. Istilah-istilah asing yang sudah punya pandaan dalam
bahasa Indonesia, sebaiknya penggunaan istilah Indonesia yang diutamakan.
2.4.3 Masalah Teknis Yang Perlu
Diperhatikan
1. Ukuran kertas
Karya tulis ilmiah umumnya mengggunakan kertas jenis HVS (60-80 gram) putih
dengan ukuran kuarto (215 x 280 mm,
jangan keliru dengan ukuran kertas A4 yaitu 210 x 297 mm) .
2. Mesin tulis
Mesin tulis yang digunakan hendaknya memakai pika 10 (dalam satu inci dapat diketik 10 karakter). Pengetikan dapat juga dilakukan memakai
komputer, tetapi pemilihan huruf seyogyanya hanya Courier 12 (Contoh huruf
Courier 12) di samping itu hasil cetakannya (print out) hendaknya tidak
berbentuk titik-titik (dot matric) melainkan berbentuk seperti huruf pada mesin
tulis biasa. Dalam istilah komputer disebut NLQ (Near Letter Quality) atau LQ
(Letter Quality).
3. Pita dan karbon
Pita maupun karbon yang digunakan hendaknya dalam keadaan baik:, sehingga
menghasilkan cetakan yang jelas dan tidak kabur.
4. Margin/pias (batas pinggir pengetikan)
Batas pengetikan adalah 4 cm untuk tepi kiri, 2,5 cm untuk tepi kanan, 4 cm
untuk tepi atas dan 3 cm untuk tepi bawah. Nomor bab diketik 6,5 cm dari tepi
atas dan judul bab dimulai 8 cm dari tepi atas.
5. Pemisahan/pemenggalan kata
Pemenggalan kata ditandai dengan garis penghubung pada suku kata
sebelumnya. Garis penghubung tidak ditempatkan di bawah suku kata yang
dipenggal. Seorang penulis juga harus memperhatikan adanya awalan atau akhiran
dari sebuah kata yang dipenggal.
6. Spasi/kait
Jarak antara baris dengan baris mempergunakan spasi rangkap (dua spasi).
Sedangkan untuk catatan kaki, bibliografi dan kutipan langsung yang lebih dari
empat baris dipergunakan spasi rapat (satu spasi).Apabila awal alinea (paragraf
dimulai dari pias paling kiri (tidak menjorok masuk ke dalam 5-7 ketikan), maka
jarak antar alinea 3-4 spasi. Tetapi jika awal alinea dimulai dengan
menjorok/masuk ke dalam sebanyak 5-7 ketikan, rnaka jarak antar alinea tetap
dengan spasi ganda (2 spasi). Sedangkan jarak antara judul bab dan naskah
dipakai 3-4 spasi.
7. Nomor halaman
Halaman pendahuluan ditandai dengan angka Romawi kecil, sedangkan
halaman-hataman selanjutnya menggunakan nomor dengan angka Arab. Nomor halaman
dapat dicantumkan pada tengah halaman sebelah bawah atau sudut kanan atas.
8. Judul
Judul bab ditulis di bagian tengah atas dengan huruf kapital dan tidak
digaris bawahi atau tidak ditulis di antara tanda kutip. Judul bab juga tidak
diakhiri dengan tanda titik.
9. Huruf miring
Huruf miring berfungsi menggantikan garis bawah. Huruf miring biasanya
digunakan untuk:
a.
Penekanan sebuah kata atau kalimat;
b. Menyatakan
judul buku atau majalah;
c.
Menyatakan kata atau frasa asing.
10. Penulisan angka
Untuk menuliskan angka dalam karangan, perlu diperhatikan ketentuan
penulisan sebagai berikut:
a. Bilangan di
bawah seratus, yang terdiri dari satu atau dua kata, bilangan seratus dan
kelipatannya, seribu dan kelipatannya ditulis dengan huruf;
b. Bilangan
terdiri dari tiga kata atau lebih, ditulis dengan angka;
c. c.
Bilangan pecahan biasanya ditulis dengan huruf, kecuali pecahan dari bilangan yang besar;
d. Persentase
tetap ditulis dengan angka;
e. Nomor
telepon, nomor jalan, tanggal dan nomor halaman ditulis dengan angka;
f. Angka tidak
boleh dipergunakan untuk mengawali sebuah kalimat.
11. Penulisan kutipan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah, seorang penulis sering meminjam pendapat,
atau ucapan orang lain yang terdapat pada buku, majalah, bahkan bunyi pasal
dalam peraturan perundang-undangan. Untuk itu seorang penulis harus
memperhatikan prinsip-prinsip mengutip, yaitu:
a. Tidak
mengadakan pengubahan naskah asli yang dikutip. Kalaupun perlu mengadakan
pengubahan, maka seorang penulis harus memberi keterangan bahwa kutipan
tersebut telah diubah. Caranya adalah dengan memberi huruf tebal, atau memberi
keterangan dengan tanda kurung segi empat;
b. Bila dalam
naskah asli terdapat kesalahan, penulis dapat memberikan tanda [sic!] langsung di belakang kata yang
salah. Hal itu berarti bahwa kesalahan ada pada naskah asli dan penulis tidak
bertanggung jawab atas kesalahan tersebut;
c. Apabila
bagian kutipan ada yang dihilangkan, penghilangan itii dinyatakan dengan cara
membubuhkan tanda elipsis (yaitu dengan tiga
titik). Penghilangan bagian kutipan tidak boleh mengakibatkan perubahan
makna asli naskah yang dikutip
Cara mengutip:
a. Kutipan langsung terdiri dari
tiga baris atau kurang
Cara menulis kutipan langsung yang panjangnya sampai dengan tiga baris,
adalah sebagai berikut:
1) kutipan
diintegrasikan dengan naskah;
2) jarak antara
baris dengan baris dua spasi;
3) kutipan
diapit dengan tanda kutip;
4) akhir
kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi ke atas. (Lihat contoh pada lampiran 1, halaman 19)
b. Kutipan langsung terdiri lebih
dari tiga baris
Sebuah kutipan langsung yang terdiri lebih dari tiga baris, ditulis sebagai
berikut:
1) kutipan
dipisahkan dari naskah dengan jarak 3 spasi;
2) jarak antara
baris dengan baris satu spasi;
3) kutipan bisa
diapit tanda kutip, bisa juga tidak;
4) akhir
kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi ke atas;
5) seluruh
kutipan diketik menjorok ke dalam antara 5-7 ketikan;
c.
Kutipan
tidak langsung
Dalam kutipan tidak langsung penulis tidak mengutip naskah sebagaimana adanya,
melainkan mengambil sari dari tulisan yang dikutip.
Cara menulis kutipan seperti ini adalah sebagai berikut:
1) kutipan
diintegrasikan dengan naskah;
2) jarak antara
baris dua spasi;
3) kutipan
tidak diapit dengan tanda kutip;
4) akhir
kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi ke atas.
12. Penulisan sumber kutipan
Seorang penulis yang mengutip pendapat orang lain harus mencantumkan sumber
kutipan yang bersangkutan.
Ada tiga cara penulisan sumber
kutipan, yaitu:
a. American Psycological Associations Manual (APA)
Mencantumkan langsung sumber kutipan di akhir kutipan yang ditulis dalam
tanda kurung.
Contoh: (Soerjono Soekanto, 1983: 23), artinya:
Kutipan tersebut diambil dari buku karangan Soerjono Soekanto yang terbit
tahun 1983 pada halaman 23.
Dalam penulisan sumber semacam ini, tidak mudah
untuk langsung menemukan dari sumber mana/apa kutipan tersebut diambil. Pembaca
sulit mengetahui judul buku yang dikutip. Seyogyanya pada setiap akhir bab
dibuat daftar pustaka. Adapun cara menuliskan Daftar Pustaka dengan cara ini
ialah, 1) nama pengarang; 2) tahun terbit; 3) judul; 4)cetakan/edisi; 5)
nama kota; 6) nama penerbit.
b. Modern
Language Associations Handbook (MLA):
Memberi nomor urut pada setiap akhir kutipan,
kemudian menulis sumber kutipannya di akhir bab, pada lembar khusus yang
disebut "Catatan" Cara menuliskan sumber kutipan sama seperti menulis
pada Catatan Kaki.
c.
Chicago Manual of Style (Kate L. Turabian):
Cara yang lazim adalah dengan memberikan nomor
unit kutipan, kemudian sumber kutipan ditulis pada kaki halaman diawali dengan
nomor urut kutipan. Sumbe:r kutipan dipisahkan dari naskah dengan garis lurus
sepanjang lima belas ketikan, diapit oleh ruang kosong masing-masing empat kait
(spasi).
Catatan
kaki diketik menjorok ke dalam 5-7 ketikan dan dilanjutkan pada baris
berikutnya dimulai pada margin kiri dengan jarak satu spasi, sedangkan jarak
antara baris terakhir satu catatan dengan baris pertama catatan kaki
berikutnya, dua spasi. Keuntungan cara penulisan sumber kutipan dengan catatan
kaki ialah, jika pada suatu ketika penulis ingin membandingkan dengan sumber
lain, atau penulis ingin menerangkan suatu tulisan yang bukan menjadi konteks
penulisan. Apabila menerangkan sesuatu langsung pada naskah dianggap akan
mengganggu kesinambungan tulisan, maka dengan catatan kaki keterangan tentang
sesuatu tersebut dapat dilakukan. Hal itu tidak akan mengganggu naskah
dimaksud.
13. Penulisan daftar pustaka
Daftar pustaka atau bibliografi merupakan suatu daftar yang memuat pustaka
yang dipergunakan sebagai acuan dalam karya tulis yang disusun. Daftar pustaka
dari suatu karya akan berguna bagi orang lain yang mempunyai perhatian, minat
atau bidang keahlian yang sama dengan penulis karya tulis tersebut.
Daftar pustaka selain dapat dipakai untuk menilai kebenaran tulisan atau
pendapat yang dikutip, juga dapat memperluas pengetahuan orang lain akan bahan
bacaan yang ada kaitannya dengan pokok bahasan dalam tulisan tersebut.
Cara menyusun penulisan deskripsi daftar pustaka, baik untuk model MLA
maupun Turabian sama, yaitu: 1) nama
pengarang; 2) judul; 3) cetakan/edisi; 4) nama kota; 5) nama penerbit; dan 6)
tahun terbit (Lihat contoh pada lampiran
3, halaman 23-24). Sedangkan untuk APA (Lihat contoh pada lampiran 2, halaman
21-22) dan yang telah diterangkan di muka.
Penyusunan daftar pustaka dilakukan menurut urutan abjad (alfabetis) nama
pengarang. Dalam hal ini penulisan nama pengarang dibalik susunannya, yaitu
dimulai dengan nama keluarga diikuti tanda baca koma. Nama keluarga di sini
termasuk nama orang tua atau nama suami. Bagi pengarang yang tidak mempunyai
nama keluarga, maka penulisan nama diawali dengan menuliskan nama terakhir pengarang
tersebut.
Jarak antara baris adalah satu spasi, sedangkan jarak antara satu sumber
dengan sumber yang lainnya dua spasi. Pengetikan dimulai pada margin kiri dan
baris selanjutnya diketik menjorok ke dalam 3-5 ketikan.
Bila ada lebih dari satu pustaka yang dikarang oleh seorang pengarang yang
sama, maka nama pengarang tersebut tidak perlu diulang. Pengulangan nama
pengarang dapat diganti dengan membubuhkan sebuah garis panjang, sepanjang 5-7
ketikan yang diakhiri dengan sebuah titik. Selanjutnya data bibliografi ditulis
seperti biasa. Namun perlu diperhatikan bahwa urutan penulisan karya pengarang
tersebut dilakukan secara kronologis menurut tahun diterbitkannya karya-karya
tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Secara spesifikasi ragam bahasa ilmiah
merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokan menurut jenis pemakaiannya
dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuannya. Ragam bahasa ilmiah
dapat juga diartikan sebagai sarana verbal yang efektif, efisien, baik, dan
benar. Ragam ini wajib digunakan untuk mengomunikasikan proses kegiatan dan
hasil penalaran ilmiah.
Fungsi dan kedudukan bahasa karya
tulis ilmiah sangatlah penting untuk menunjang kredibilitas suatu
karya ilmiah. Kedudukan bahasa karya tulis ilmiah yaitu sebagai bahasa komunikasi.
Bahasa tulisan dapat dimengerti dengan baik bila
kalimat-kalimat yang telah ditulis
sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Tandabaca
berperan penting dalam bahasa tulisan. Tanda baca yang tidak lengkap
dapatmenyebabkan isi tulisan sulit dimengerti. Oleh karena itu dalam bab ini
dibahasaturan-aturan penulisan tanda baca, kata-kata serta judul-judul yang
menjadimateri dalam tulisan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
https://pendyrafadigital.blogspot.com
Dra. Hj. Endang
Rumaningsih, M.Hum., Cermat dan Terampil Berbahasa Indonesia, Semarang: RaSAIL,
2013, hlm. 170-171
Setiawan Djuharie,
Suherli, Panduan menulis Karya Tulis Ilmiayah, Bandung: Yrama Widya,
2001, hlm. 30-31
No comments:
Post a Comment