Thursday, September 29, 2016

MAKALAH PENULISAN ILMIAH (BAHASA DALAM KARANGAN ILMIAH)



MAKALAH PENULISAN ILMIAH
BAHASA DALAM KARANGAN ILMIAH

Dosen Pengampu : Dr. Wahono, S.Pd., M.Pd.


 Disusun oleh :

KELOMPOK 9

  • Harliana Tri Ramdani          151210051
  • Indah Ika Noviyanti              151210056
  • Intan Wulandari                   151210060
  • Silfana Rosa                           151210119
  • Silvia Arista                           151210118













SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
( STKIP-PGRI ) BANDAR LAMPUNG
2016/2017



 


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah penulisan ilmiah.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Wahono, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah ”Penulisan Ilmiah” yang telah membimbing penulis hingga selesainya penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Bandar Lampung, 28  September 2016
Penulis



(Kelompok 9)






ii
 








DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL.................................................................................   i
KATA PENGANTAR..............................................................................   ii
DAFTAR ISI..............................................................................................   iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................   1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................   1
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................   1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ragam Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah............................   2
2.2 Fungsi dan Kedudukan Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah....................   3
2.3 Ragam Bahasa Ilmiah dalam Karya Tulis Ilmiah...................................   3
2.4 Penggunaan Ejaan Dalam Karya Ilmiah................................................   7
2.4.1 Etika dan Kode Etik Penulisan Karya Ilmiah.....................................   7
2.4.2 Bahasa dan Tanda Baca......................................................................   8
2.4.3 Masalah Teknis Yang Perlu Diperhatikan...........................................   11

BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ...............................................................................................   18

DAFTAR PUSTAKA


iii
 

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Selama ini, kita jarang yang tahu untuk apa membaca, baik membaca buku fiksi, nonfiksi, jurnal bahkan karya tulis ilmiah.  Pada bahasan selanjutnya akan dipaparkan perihal Bahasa Karya tulis Ilmiah, sebab “bahasa” dalam karya tulis ilmiah berkedudukan sebagai bahasa komunikasi antara penutur dengan pendengar atau penulis dengan pembaca.
Karya tulis ilmiah sebagai wahana melatih mengungkapkan pikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis memerlukan bahasa penyambung atau pengantar yang sesuai, disinilah letak fungsi bahasa karya tulis ilmiah. Bahasa karya tulis ilmiah juga banyak ragamnya dan memiliki struktur atau penyusunan yang tidak jauh dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, hanya saja nampak lebih sistematis dan metodologis.
Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah bertujuan untuk menyampaikan suatu hal, gagasan (pendapat), ide kepada orang lain agar dapat memahaminya. Tanpa peran bahasa Karya Tulis Ilmiah tidak dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berpikir modern.

1.2    Rumusan Masalah
1.2.1        Apa Pengertian Ragam Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah?
1.2.2        Apa saja fungsi dan kedudukan bahasa dalam karya tulis ilmiah?
1.2.3        Apa saja ciri-ciri dalam bahasa tulis ilmiah?
1.2.4        Bagaimana penggunaan ejaan dalam karya ilmiah?

1.3    Tujuan Penulisan
1.3.1        Mengetahui definisi Ragam Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah.
1.3.2        Mengetahui fungsi dan kedudukan bahasa dalam karya tulis ilmiah.
1.3.3        Mengetahui ciri-ciri dalam bahasa tulis ilmiah.
1.3.4        Mengetahui penggunaan ejaan dalam karya ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ragam Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah
Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif antara manusia. Dalam berbagai macam situasi, bahasa dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan pembicaraan kepada pendengar atau penulis kepada pembaca. Setiap situasi tersebut memungkinkan seseorang memilih variasi bahasa yang akan digunakannya. Istilah yang dipergunakan untuk menunjuk salah satu dari sekian variasi pemakaian bahasa disebut ragam bahasa. Ragam bahasa yang beraneka ragam itu masih tetap disebut “Bahasa Indonesia” karena masing-masing berbagi teras atau intisari bersama yang umum.
Istilah ragam bahasa disejajarkan dengan variasi. Seperti halnya jika orang mengatakan bahwa modelnya sangat beragam, di dalamnya terkandung maksud bahwa modelnya sangat bervariasi. Adanya ragam atau variasi mengimplikasikan bahwa dari berbagai ragam atau variasi itu terdapat satu model yang menjadi acuan. Dengan demikian, bagaimanapun model variasinya pastilah terdapat intisari atau ciri-ciri umum yang sama.
Pemilihan terhadap salah satu ragam bahasa dipengaruhi oleh faktor kebutuhan pembicara atau penulis akan alat komunikasi yang sesuai dengan situasi. Tidak tepat kiranya apabila komunikasi di pasar menggunakan ragam bahasa seperti yang digunakan dalam rapat dinas. Demikian pula misalnya, komunikasi antar penumpang dengan abang tukang becak berbeda dengan antar menteri dalam sidang kabinet.
Secara spesifikasi ragam bahasa ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuannya. Ragam bahasa ilmiah dapat juga diartikan sebagai sarana verbal yang efektif, efisien, baik, dan benar. Ragam ini wajib digunakan untuk mengomunikasikan proses kegiatan dan hasil penalaran ilmiah.



2.2 Fungsi dan Kedudukan Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah
Fungsi dan kedudukan bahasa karya tulis ilmiah sangatlah penting untuk menunjang kredibilitas  suatu karya ilmiah. Kedudukan bahasa karya tulis ilmiah yaitu sebagai bahasa komunikasi.
Dari cara menggunakan bahasa itu, tentu saja bahasa difungsikan sebagai mestinya. Fungsi itu meliputi fungsi aktif, fungsi pasif, dan fungsi respektif.
1.      Fungsi aktif adalah penggunaan bahasa untuk berkomunikasi secara aktif dengan pengguna atau pemakai bahasa lainnya (interlocutor). Contoh: untuk proses belajar mengajar dan menulis surat.
2.      Fungsi pasif adalah penggunaan bahasa yang tidak melibatkan orang lain di dalam kegiatan tersebut. Contoh : menghitung, mengutuk, menggumam, atau berdo’a.
3.      Fungsi respektif adalah penggunaan bahasa yang tidak melibatkan alat ucap, melainkan menggunakan penalaran untuk memahami ide orang lain. Akan tetapi pemakai bahasa  tidak hanya diam, melainkan memberikan respons yang tampak maupun yang tidak tampaki
2.3       Ragam Bahasa Ilmiah dalam Karya Tulis Ilmiah
Bahasa tulis ilmiah merupakan perpaduan ragam bahasa tulis dan ragam bahasa ilmiah. Ragam bahasa tulis memiliki ciri (1) kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat, (2) pembentukan kata diiakukan secara sempurna, (3) kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap, dan (4) paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu (kohesif dan koheren). Selain itu, hubungan antargagasan terlihat jelas, rapi, dan sistematis. Ragam bahasa ilmiah memiliki ciri cendekia, lugas, jelas, formal, objektif,  konsisten, dan bertolak dari gagasan (Basuki, dkk. 1995). Paparan berikut akan mengupas ciri—ciri tersebut dengan pijakan ciri bahasa ilmiah.
Cendekia
Bahasa tulis ilmiah bersifat cendekia. Artinya, bahasa ilmiah itu mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis. Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat. Sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca. Kalimat-kalimat yang digunakan mencerminkan ketelitian yang objektif. Apabila sebuah kalimat digunakan untuk mengungkapkan dua buah gagasan yang memiliki hubungan kausalitas, dua gagasan beserta hubungannya itu harus tampak secara jelas dalam kalimat yang mewadahinya. Di samping itu, kecendekiaan juga berhubungan dengan  kecermatan memilih kata. Suatu kata dipilih secara cermat apabila kata itu tidak mubazir, tidak rancu, dan bersifat /idiomatis.
Lugas
Bahasa tulis ilmiah digunakan untuk menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas  dan tepat. Oleh karena itu, setiap gagasan hendaknya diungkapkan secara langsung sehingga makna yang ditimbulkan oleh pengungkapan itu adalah makna lugas. Dengan  paparan yang lugas kesalah pahaman dan kesalahan menafsirkan isi kalimat akan terhindarkan. Penulisan  yang bernada sastra perlu  dihindari (Basuki, 1994). Penulisan  yang bernada sastra cendarung tidak mengungkapkan sesuatu secara langsung (lugas).
Jelas
Artikel ilmiah ditulis dalam rangka mengkomunikasikan gagasan kepada pembaca. Sehubungan dengan  hal tersebut, kejelasan gagasan yang disampaikan perlu  mendapat perhatian. Gagasan akan mudah dipahami apabila dituangkan dalam bahasa yang jelas. Gagasan akan mudah dipahami apabila hubungan gagasan yang satu dan yang lainnya jelas. Ketidakj elasan pada umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang. Dalam kalimat panjang, hubungan antargagasan menjadi  tidak jelas. Oleh sebab  itu, dalam artikel  ilmiah disarankan tidak digunakan kalimat yang terlalu panjang. Untuk membentuk kalimat yang memiliki gagasan yang jelas  diperlukan kiat khusus. Gagasan yang akan dituangkan ditata secara sistematis. Dengan  tataan itu dapat ditentukan apakah sebuah gagasan dituangkan dalam sebuah kalimat atau dalam sejumlah kalimat. Jika gagasan itu cukup dituangkan dalam sebuah kalimat, tidak perlu gagasan itu dituangkan dalam sejumlah kalimat. Sebaliknya, apabila sebuah gagasan tidak cukup diungkap dalam sebuah kalimat, jangan dipaksa diungkap dalam sebuah kalimat.
Bertolak dari Gagasan
Bahasa ilmiah digunakan dengan  orientasi gagasan. Itu berarti, penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal-hal yang diungkapkan tidak pada penulis. Akibatnya, pilihan kalimat yang lebih cocok adalah kalimat pasif, sehingga kalimat aktif dengan  penulis sebagai palaku perlu  dihindari.
Formal
Artikel ilmiah merupakan salah satu bentuk komunikast ilmiah. Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan bahasa dalam artikel ilmiah dapat dilihat pada lapis kosa kata, bentukan kata, dan kalimat. Untuk memilih kata yang formal diperlukan kecermatan agar terhindar dari pemakaian kata informal.
Artikel ilmiah termasuk kategori paparan yang bersifat teknis. Kosa kata yang digunakan cenderung mengarah pada kosa kata ilmiah teknis. Kosa kata ilmiah teknis digunakan pada kalangan khusus, yang jarang dipahami oleh masyarakat umum. Untuk itu, dalam memilih kosa kata dalam menulis artikel ilmiah, perlu kecermatan agar tidak mengarah pada kata ilmiah populer. Ciri formal bahasa tulis ilmiah juga tampak pada bentukan kata. Bentukan kata yang formal adalah bentukan kata yang lengkap dan utuh sesuai dengan aturan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Bentukan kata yang tidak formal pada umumnya terjadi karena pemberian imbuhan yang tidak lengkap, proses pembentukannya tidak mengikuti aturan, atau karena proses pembentukannya mengikuti bahasa lain.
Keformalan kalimat dalam artikei ilmiah ditandai oleh (1) kelengkapan unsur wajib (subjek dan predikat), (2) ketepatan panggunaan kata fungsi atau kata tugas, (3) kebernalaran isi, dan (4) tampilan esai formal. Sebuah kalimat dalam artikel  ilmiah satidak-tidaknya memiliki subjek dan predikat. Ciri kedua penulisan  kalimat dalam artikel  ilmiah adalah ketepatan panggunaan kata fungsi atau kata tugas. Setiap  kata tugas memiliki fungsi yang berbeda. Oleh sebab  itu, ketapatan pamakaian kata tugas dalam menulis artikel ilmiah perlu mendapat perhatian. Ciri ketiga penulisan  kalimat artikel ilmiah adalah kebernalaran isi. Isi kalimat dapat diterima nalar (akal) sehat. Sebuah kalimat dapat dikatakan memiliki kebernalaran isi apabila gagasan yang disampaikan dapat dinalarkan (dapat ditarima akal sehat) dan hubungan antargagasan dalam kalimat dapat diterima akal sahat (Supamo, dkk, 1998). Perhatikan  gagasan yang disampaikan pada contoh berikut . Ciri ketiga kalimat artikel  ilmiah adalah tampilan esai formal. Cara itu menuntut pengungkapan gagasan dilakukan secara utuh dalam bentuk kalimat. Rincian gagasan atau potongan gagasan dalam kalimat diintegrasikan secara langsung dalam kalimat.
Objektif
Bahasa ilmiah barsifat objektif. Untuk itu, upaya yang dapat ditempuh adalah menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak pengembangan kalimat dan menggunakan kata dan struktur kalimat yang mampu menyampaikan gagasan secara objektif. Terwujudnya sifat objektif tidak cukup dengan  hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak. Sifat objektif juga diwujudkan dalam panggunaan kata. Kata-kata yang menunjukkan sifat subjektif tidak digunakan.  Kata-kata yang menunjukkan sikap ekstrim dapat memberi kesan subjektif dan emosional. Kata-kata seperti harus, wajib, tidak mungkin tidak, pasti, dan selalu perlu  dihindari.
Ringkas Dan Padat
Selain ringkas dalam bahasa tulis ilmiah direalisasikan dengan  tidak adanya unsur-unsur bahasa yang tidak diperlukan (mubazir). Itu berarti menuntut kehematan dalam panggunaan bahasa ilmiah. Semantara itu, ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan  unsur-unsur bahasa itu. Karena  itu, jika gagasan yang terungkap, sudah mamadai dengan  unsur bahasa yang terbatas tanpa pamborosan, ciri kepadatan sudah terpanuhi. Dengan demikian, ciri ringkas dan padat tidak dapat dipisahkan.
Konsisten
Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara konsisten. Sekali sebuah unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah digunakan sesuai dengan  kaidah, itu semua selanjutnya digunakan secara konsisten. Sebagai contoh, kata tugas untuk digunakan untuk mengantarkan tujuan dan kata tugas bagi mengantarkan objek (Suparno, 1998). Selain itu, apabila pada bagian awal uraian telah terdapat singkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama), pada uraian selanjutnya digunakan singkatan SMP tersebut.
Menggunakan Ejaan yang Benar
Bahasa Indonesia saat ini telah memiliki kaidah penulisan  (ejaan) yang telah dibakukan, yaitu Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempumakan yang biasa dikenal dengan  EYD.
Kaidah ejaan tersebut tertuang dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, edisi yang disempurnakan, (Surat Kaputusan Mandikbud, Nomor0543a/U/ 87, tanggal 9 September, 1987). Aturan itulah yang berlaku dalam penulisan  hal-hal yang bersifat formal, termasuk di dalamnya adalah penulisan  artikel  ilmiah. Pada bagian ini hanya dipaparkan sejumlah prinsip yang perlu mendapat perhatian dalam menulis artikel  ilmiah. Prinsip-prinsip umum pemakaian ejaan tersebut dikemukakan sebagai berikut  (Basuki dan Hasan, 1996).
1.      Setiap kata, baik kata dasar maupun kata jadian, ditulis terpisah dengan kata lainnya, kecuali kata yang tidak dapat berdiri sendiri.(diberi garis bawah)
Contoh: kursi, belajar, praanggan, suprastruktural
2.      Jarak antarkata dalam paparan hanya satu ketukan. Tidak perlu menambah jarak antarkata dalam rangka meratakan margin kanan. Margin kanan sebuah artikel tidak harus lurus.
Contoh salah: Pelatihan ini sangat     menyenangkan.
3.      Setiap kata ditulis rapat, tidak ada jarak antarhuruf dalam sebuah kata.
Contoh salah: P E M B A H A S A N
2.4 Penggunaan Ejaan Dalam Karya Ilmiah
2.4.1    Etika dan Kode Etik Penulisan Karya Ilmiah
Etika dan kode etik yang lazim ditumbuhbudayakan dalam penulisan karya ilmiah harus diikuti.Hak cipta dan paten dari segi hukum harus diikuti dan difahami  dengan baik.Penulis harus memahami etika penulisan karya ilmiah secara baik.Kode etik adalah norma-norma yang telah diterima dan diakui oleh masyarakat dan citivitas akademik perlu diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah.Norma ini berkaitan dengan pengutipan, perujukan, perijinan terhadap bahan yang digunakan, dan penyebutan sumber data ataupun informan.

2.4.2 Bahasa dan Tanda Baca
Bahasa tulisan dapat dimengerti dengan baik bila kalimat-kalimat yang telah ditulis sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Tandabaca berperan penting dalam bahasa tulisan. Tanda baca yang tidak lengkap dapatmenyebabkan isi tulisan sulit dimengerti. Oleh karena itu dalam bab ini dibahasaturan-aturan penulisan tanda baca, kata-kata serta judul-judul yang menjadimateri dalam tulisan tersebut.
1.      Penulisan Tanda Baca
Tanda baca  titik (.), titik dua (:), titik koma (;),  tanda seru (!), persen (%), dan tanda tanya (?) diketik rapat dengan huruf yang mendahuluinya.
·        Tidak Baku
Sampel dipilih secara acak .
Jumlahnya sekitar 10 %
Adapun asumsi-asumsi yang digunakan adalah :
·       Baku
Sampel dipilih secara acak.
Jumlahnya sekitar 10%.
Adapun asumsi-asumsi yang digunakan adalah:
Tidak ada spasi (jarak) antara kata di dalam kurung dengan tanda kurungdan tanda kutip.
·       Tidak Baku
Kelima kelompok  “ sepadan ”.
Kesalahan ( error ) dapat diabaikan.
·         Baku
Kelima kelompok  “sepadan”.
Kesalahan (error) dapat diabaikan.
Tanda sama dengan (=), lebih besar (>), lebih kecil(<), tambah (+), kurang (-), kali (x), dan bagi (:) diketik dengan spasi satu ketukan sebelum dan sesudahnya.
·         Tidak Baku    
P=0,01 S:T=Y
A>B    C
A+B=C
·         Bentuk Baku
P = 0,01           S : T = Y
A > B C < G
A + B = C

Jika dalam penulisan persamaan dengan menggunakan word processor seperti Microsoft Office, maka persamaan-persamaan diketik dengan equation editor yang secara otomatis sudah memberikan jarak yang cukup untuk tanda sama dengan, lebih kecil, lebih besar, tambah, kurang, kali dan bagi. Konsistensi dalam penggunaan simbol sangat penting dipertahankan dalam penulisan.Bila symbol ditulis dengan huruf miring maka penjelasan dalam teksnya juga harus ditulis dengan huruf miring.Berikut ini diberikan contoh hasil persamaan yang ditulis dengan equation editor dalam Microsoft Office.

A+ B = C
x = a2 + c
D > 4 b2 − 4abc

2.      Penulisan Kata
Penulisan kata dapat dikelompokkan atas kata dasar, kata turunan, kata ulang, kata gabungan, kata depan, partikel, dan kata ganti.

3.      Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis satu kesatuan.
Contoh:
Buku ini buku baru
Kelas itu penuh sesak
Siswa sedang makan nasi
4.      Kata Turunan
Kata turunan adalah kata dasar yang telah berubah karena mendapatkan imbuhan baik itu awalan, sisipan, dan akhiran.Kata dasar tersebut telah dirangkai dengan imbuhan-imbuhan itu.Dari contoh-contoh ini diharapkan dapat mengingat kembali aturan- aturan yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
berkembang biak
melipatgandakan
memberitahukan
berwisata
belajar

5.      Kata Ulang
Bentuk kata ulang harus ditulis lengkap dengan kata hubung. Contoh: pura-pura, mata-mata, hura-hura, mondar-mandir, sayur-mayur, undang undang, kupu-kupu, lauk-pauk.

6.      Kata Depan
Kata depan, di, ke, dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.

7.      Kata Ganti
       Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata-kata yang mengikutinya. –ku, –mu dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

8.      Partikel
Partikel –lah, –kah, –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya kecuali untuk kata-kata yang telah dianggap terpadu benar seperti meskipun, adapun, kendatipun, maupun, sungguhpun, andaipun, biarpun, bagaimanapun, dan kalaupun.

9.      Penulisan Judul
       Penulisan judul yang umum digunakan dalam penulisan karya ilmiah sangat penting untuk diuraikan di sini.Dengan demikian keseragaman dalam tulisan karya ilmiah yang diatur dengan panduan ini dapat diperoleh. Judul Bagian dan Sampul Depan Laporan Judul Bagian ditulis dengan gaya penulisan semua huruf kapital. Bila terdiri atas beberapa baris, maka baris pertama paling panjang dan baris berikutnya lebih pendek serta ditulis dengan gaya di tengah-tengah.

10.    Penyingkatan Kata
Tulis penuh semua singkatan seperti: dan lain lain, dan sebagainya, dan seterusnya (bukan ditulis dengan cara ini: dll., dsb., dst.). Penyingkatan suatu istilah dapat diberlakukan, bila memang istilah tersebut panjang dan terlalu sering muncul dalam teks.Untuk penyingkatan ini, kepanjangan istilah tersebut harus dimuculkan pertama kali ketika istilah tersebut pertama kalinya disebutkan dalam teks.

11.    Penggunaan dan Penulisan Istilah Asing
Sesuai dengan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, istilahistilah keilmuwan ataupun teknik yang telah dibakukan sebaiknya digunakan dengan benar. Istilah-istilah asing yang sudah punya pandaan dalam bahasa Indonesia, sebaiknya penggunaan istilah Indonesia yang diutamakan.

2.4.3 Masalah Teknis Yang Perlu Diperhatikan
1.      Ukuran kertas
Karya tulis ilmiah umumnya mengggunakan kertas jenis HVS (60-80 gram) putih dengan ukuran kuarto (215 x 280 mm, jangan keliru dengan ukuran kertas A4 yaitu 210 x 297 mm) .

2.      Mesin tulis
Mesin tulis yang digunakan hendaknya memakai pika 10 (dalam satu inci dapat diketik 10 karakter).       Pengetikan dapat juga dilakukan memakai komputer, tetapi pemilihan huruf seyogyanya hanya Courier 12 (Contoh huruf Courier 12) di samping itu hasil cetakannya (print out) hendaknya tidak berbentuk titik-titik (dot matric) melainkan berbentuk seperti huruf pada mesin tulis biasa. Dalam istilah komputer disebut NLQ (Near Letter Quality) atau LQ (Letter Quality).

3.      Pita dan karbon
Pita maupun karbon yang digunakan hendaknya dalam keadaan baik:, sehingga menghasilkan cetakan yang jelas dan tidak kabur.

4.      Margin/pias (batas pinggir pengetikan)
Batas pengetikan adalah 4 cm untuk tepi kiri, 2,5 cm untuk tepi kanan, 4 cm untuk tepi atas dan 3 cm untuk tepi bawah. Nomor bab diketik 6,5 cm dari tepi atas dan judul bab dimulai 8 cm dari tepi atas.

5.      Pemisahan/pemenggalan kata
Pemenggalan kata ditandai dengan garis penghubung pada suku kata sebelumnya. Garis penghubung tidak ditempatkan di bawah suku kata yang dipenggal. Seorang penulis juga harus memperhatikan adanya awalan atau akhiran dari sebuah kata yang dipenggal.

6.      Spasi/kait
Jarak antara baris dengan baris mempergunakan spasi rangkap (dua spasi). Sedangkan untuk catatan kaki, bibliografi dan kutipan langsung yang lebih dari empat baris dipergunakan spasi rapat (satu spasi).Apabila awal alinea (paragraf dimulai dari pias paling kiri (tidak menjorok masuk ke dalam 5-7 ketikan), maka jarak antar alinea 3-4 spasi. Tetapi jika awal alinea dimulai dengan menjorok/masuk ke dalam sebanyak 5-7 ketikan, rnaka jarak antar alinea tetap dengan spasi ganda (2 spasi). Sedangkan jarak antara judul bab dan naskah dipakai 3-4 spasi.

7.      Nomor halaman
Halaman pendahuluan ditandai dengan angka Romawi kecil, sedangkan halaman-hataman selanjutnya menggunakan nomor dengan angka Arab. Nomor halaman dapat dicantumkan pada tengah halaman sebelah bawah atau sudut kanan atas.

8.      Judul
Judul bab ditulis di bagian tengah atas dengan huruf kapital dan tidak digaris bawahi atau tidak ditulis di antara tanda kutip. Judul bab juga tidak diakhiri dengan tanda titik.

9.      Huruf miring
Huruf miring berfungsi menggantikan garis bawah. Huruf miring biasanya digunakan untuk:
a.       Penekanan sebuah kata atau kalimat;
b.      Menyatakan judul buku atau majalah;
c.       Menyatakan kata atau frasa asing.

10.  Penulisan angka
Untuk menuliskan angka dalam karangan, perlu diperhatikan ketentuan penulisan sebagai berikut:
a.       Bilangan di bawah seratus, yang terdiri dari satu atau dua kata, bilangan seratus dan kelipatannya, seribu dan kelipatannya ditulis dengan huruf;
b.      Bilangan terdiri dari tiga kata atau lebih, ditulis dengan angka;
c.       c.       Bilangan pecahan biasanya ditulis dengan huruf,      kecuali pecahan dari bilangan yang besar;
d.      Persentase tetap ditulis dengan angka;
e.       Nomor telepon, nomor jalan, tanggal dan nomor halaman ditulis dengan angka;
f.       Angka tidak boleh dipergunakan untuk mengawali sebuah kalimat.

11.  Penulisan kutipan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah, seorang penulis sering meminjam pendapat, atau ucapan orang lain yang terdapat pada buku, majalah, bahkan bunyi pasal dalam peraturan perundang-undangan. Untuk itu seorang penulis harus memperhatikan prinsip-prinsip mengutip, yaitu:
a.       Tidak mengadakan pengubahan naskah asli yang dikutip. Kalaupun perlu mengadakan pengubahan, maka seorang penulis harus memberi keterangan bahwa kutipan tersebut telah diubah. Caranya adalah dengan memberi huruf tebal, atau memberi keterangan dengan tanda kurung segi empat;
b.      Bila dalam naskah asli terdapat kesalahan, penulis dapat memberikan tanda [sic!] langsung di belakang kata yang salah. Hal itu berarti bahwa kesalahan ada pada naskah asli dan penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan tersebut;
c.       Apabila bagian kutipan ada yang dihilangkan, penghilangan itii dinyatakan dengan cara membubuhkan tanda elipsis (yaitu dengan tiga titik). Penghilangan bagian kutipan tidak boleh mengakibatkan perubahan makna asli naskah yang dikutip

Cara mengutip:
a.      Kutipan langsung terdiri dari tiga baris atau kurang
Cara menulis kutipan langsung yang panjangnya sampai dengan tiga baris, adalah sebagai berikut:
1)      kutipan diintegrasikan dengan naskah;
2)      jarak antara baris dengan baris dua spasi;
3)      kutipan diapit dengan tanda kutip;
4)      akhir kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi ke atas. (Lihat contoh pada lampiran 1, halaman 19)

b.      Kutipan langsung terdiri lebih dari tiga baris
Sebuah kutipan langsung yang terdiri lebih dari tiga baris, ditulis sebagai berikut:
1)      kutipan dipisahkan dari naskah dengan jarak 3 spasi;
2)      jarak antara baris dengan baris satu spasi;
3)      kutipan bisa diapit tanda kutip, bisa juga tidak;
4)      akhir kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi ke atas;
5)      seluruh kutipan diketik menjorok ke dalam antara 5-7 ketikan;

c.       Kutipan tidak langsung
Dalam kutipan tidak langsung penulis tidak mengutip naskah sebagaimana adanya, melainkan mengambil sari dari tulisan yang dikutip.
Cara menulis kutipan seperti ini adalah sebagai berikut:
1)      kutipan diintegrasikan dengan naskah;
2)      jarak antara baris dua spasi;
3)      kutipan tidak diapit dengan tanda kutip;
4)      akhir kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi ke atas.

12.  Penulisan sumber kutipan
Seorang penulis yang mengutip pendapat orang lain harus mencantumkan sumber kutipan yang bersangkutan.

Ada tiga cara penulisan sumber kutipan, yaitu:
a.      American Psycological Associations Manual (APA)
Mencantumkan langsung sumber kutipan di akhir kutipan yang ditulis dalam tanda kurung.
Contoh: (Soerjono Soekanto, 1983: 23), artinya:
Kutipan tersebut diambil dari buku karangan Soerjono Soekanto yang terbit tahun 1983 pada halaman 23.
Dalam penulisan sumber semacam ini, tidak mudah untuk langsung menemukan dari sumber mana/apa kutipan tersebut diambil. Pembaca sulit mengetahui judul buku yang dikutip. Seyogyanya pada setiap akhir bab dibuat daftar pustaka. Adapun cara menu­liskan Daftar Pustaka dengan cara ini ialah, 1) nama pengarang; 2) tahun terbit; 3) judul; 4)cetakan/edisi; 5) nama kota; 6) nama penerbit.

b.      Modern Language Associations Handbook (MLA):
Memberi nomor urut pada setiap akhir kutipan, kemudian menulis sumber kutipannya di akhir bab, pada lembar khusus yang disebut "Catatan" Cara menuliskan sumber kutipan sama seperti menulis pada Catatan Kaki.

c.       Chicago Manual of Style (Kate L. Turabian):
Cara yang lazim adalah dengan memberikan nomor unit kutipan, kemudian sumber kutipan ditulis pada kaki halaman diawali dengan nomor urut kutipan. Sumbe:r kutipan dipisahkan dari naskah dengan garis lurus sepanjang lima belas ketikan, diapit oleh ruang kosong masing-masing empat kait (spasi).

Catatan kaki diketik menjorok ke dalam 5-7 ketikan dan dilanjutkan pada baris berikutnya dimulai pada margin kiri dengan jarak satu spasi, sedangkan jarak antara baris terakhir satu catatan dengan baris pertama catatan kaki berikutnya, dua spasi. Keuntungan cara penulisan sumber kutipan dengan catatan kaki ialah, jika pada suatu ketika penulis ingin membandingkan dengan sumber lain, atau penulis ingin mene­rangkan suatu tulisan yang bukan menjadi konteks penulisan. Apabila menerangkan sesuatu langsung pada naskah dianggap akan mengganggu kesinambungan tulisan, maka dengan catatan kaki keterangan tentang sesuatu tersebut dapat dilakukan. Hal itu tidak akan mengganggu naskah dimaksud.

13. Penulisan daftar pustaka
Daftar pustaka atau bibliografi merupakan suatu daftar yang memuat pustaka yang dipergunakan sebagai acuan dalam karya tulis yang disusun. Daftar pustaka dari suatu karya akan berguna bagi orang lain yang mempunyai perhatian, minat atau bidang keahlian yang sama dengan penulis karya tulis tersebut.
Daftar pustaka selain dapat dipakai untuk menilai kebenaran tulisan atau pendapat yang dikutip, juga dapat memperluas pengetahuan orang lain akan bahan bacaan yang ada kaitannya dengan pokok bahasan dalam tulisan tersebut.

Cara menyusun penulisan deskripsi daftar pustaka, baik untuk model MLA maupun Turabian sama, yaitu: 1) nama pengarang; 2) judul; 3) cetakan/edisi; 4) nama kota; 5) nama penerbit; dan 6) tahun terbit (Lihat contoh pada lampiran 3, halaman 23­-24). Sedangkan untuk APA (Lihat contoh pada lampiran 2, halaman 21-22) dan yang telah diterangkan di muka.

Penyusunan daftar pustaka dilakukan menurut urutan abjad (alfabetis) nama pengarang. Dalam hal ini penulisan nama pengarang dibalik susunannya, yaitu dimulai dengan nama keluarga diikuti tanda baca koma. Nama keluarga di sini termasuk nama orang tua atau nama suami. Bagi pengarang yang tidak mempunyai nama keluarga, maka penulisan nama diawali dengan menuliskan nama terakhir pengarang tersebut.
Jarak antara baris adalah satu spasi, sedangkan jarak antara satu sumber dengan sumber yang lainnya dua spasi. Pengetikan dimulai pada margin kiri dan baris selanjutnya diketik menjorok ke dalam 3-5 ketikan.

Bila ada lebih dari satu pustaka yang dikarang oleh seorang pengarang yang sama, maka nama pengarang tersebut tidak perlu diulang. Pengulangan nama pengarang dapat diganti dengan membubuhkan sebuah garis panjang, sepanjang 5-7 ketikan yang diakhiri dengan sebuah titik. Selanjutnya data bibliografi ditulis seperti biasa. Namun perlu diperhatikan bahwa urutan penulisan karya pengarang tersebut dilakukan secara kronologis menurut tahun diterbitkannya karya-karya tersebut.






BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara spesifikasi ragam bahasa ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuannya. Ragam bahasa ilmiah dapat juga diartikan sebagai sarana verbal yang efektif, efisien, baik, dan benar. Ragam ini wajib digunakan untuk mengomunikasikan proses kegiatan dan hasil penalaran ilmiah.
Fungsi dan kedudukan bahasa karya tulis ilmiah sangatlah penting untuk menunjang kredibilitas  suatu karya ilmiah. Kedudukan bahasa karya tulis ilmiah yaitu sebagai bahasa komunikasi.
Bahasa tulisan dapat dimengerti dengan baik bila kalimat-kalimat yang telah ditulis sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Tandabaca berperan penting dalam bahasa tulisan. Tanda baca yang tidak lengkap dapatmenyebabkan isi tulisan sulit dimengerti. Oleh karena itu dalam bab ini dibahasaturan-aturan penulisan tanda baca, kata-kata serta judul-judul yang menjadimateri dalam tulisan tersebut.















DAFTAR PUSTAKA

https://pendyrafadigital.blogspot.com
Dra. Hj. Endang Rumaningsih, M.Hum., Cermat dan Terampil Berbahasa Indonesia, Semarang: RaSAIL, 2013, hlm. 170-171
Setiawan Djuharie, Suherli, Panduan menulis Karya Tulis Ilmiayah, Bandung: Yrama Widya, 2001, hlm. 30-31

No comments:

Post a Comment

TINDAK TUTUR LOKUSI DALAM FILM 'TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK' DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA

  TINDAK TUTUR LOKUSI DALAM FILM 'TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK' DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA   BAB I PEND...