Wednesday, September 28, 2016

ARTIKEL TENTANG PSIKOANALISIS

Nama              :  Dina Sita Sintanis
NPM               :  15110026

A.    Pengertian Psikoanalisis
Psikoanalisis adalah suatu sistem dalam psikologi yang berasal dari penemuan-penemuan Freud dan menjadi dasar dalam teori Psikologi yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik. Psikoanalisis memandang jiwa manusia sebagai ekspresi dari adanya dorongan yang menimbulkan konflik.
Psikoanalisis sebagai teori dari psikoterapi berasal dari uraian Freud bahwa gejala neurotik pada seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang ada kaitannya dengan ingatan yang ditekan, ingatan yang mengenai hal-hal yang traumatik dari pengalaman seksual pada masa kecil. Psikoanalisis sering juga disebut dengan Psikologi Dalam, karena pendekatan ini berpendapat bahwa segala tingkah laku manusia bersumber pada dorongan yang terletak jauh di dalam alam ketidaksadaran. Selain itu, Psikoanalisis banyak digunakan secara bergantian dengan istilah Psikodinamik, karena menekankan pada dinamika atau gerak dorong mendorong antara alam ketidaksadaran dan alam kesadaran, dimana alam ketidaksadaran mendorong untuk ke dalam alam kesadaran (Alwisol, 2004, p. 17).

Freud menjelaskan istilah Psikoanalisis dalam arti yang berbeda-beda. Salah satu penjelasan yang terkenal terdapat dalam sebuah artikel yang ia tulis pada tahun 1923. Pada artikel tersebut ia membedakan tiga arti Psikoanalisis, yaitu :
·         Istilah Psikoanalisis dipakai untuk menunjukkan suatu metode penelitian terhadap proses-proses psikis (misalnya mimpi) yang sebelumnya hampir tidak terjangkau oleh penelitian para ilmiah.
·         Istilah ini juga menunjukkan suatu teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis yang dialami oleh pasien neurosis. Teknik pengobatan ini bertumpu pada metode penelitian tadi.
·         Istilah yang sama juga dipakai pula dalam arti luas lagi, untuk menunjukkan seluruh pengetahuan psikologis yang diperoleh melalui metode dan teknik tersebut diatas. Dalam arti terakhir kata Psikoanalisis mengacu pada suatu ilmu yang dimana Freud merupakan penemuan yang betul-betul baru.

Aliran Freudian memandang manusia sebagai makhluk deterministik. Menurut Freud, tingkah laku manusia ditentukan oleh kekuatan irasional, motivasi bawah sadar (unconsiousness motivation), dorongan (drive) biologis dan insting, serta kejadian psikoseksual selama enam tahun pertama kehidupan (Thompson, et. al., 2004, p. 77;Corey, 1986, p. 12). Insting merupakan pusat dari pendekatan yang dikembangkan Freud. Walaupun Freud pada dasarnya menggunakan istilah libido yang mengacu pada energi seksual, ia mengembangkan istilah ini menjadi insting seluruh energi kehidupan.

Insting-insting ini bertujuan sebagai pertahanan hidup dari individu dan manusia, berorientasi pada pertumbuhan, perkembangan dan kreativitas. Freud memasukkan tingkah laku yang bertujuan mendapatkan kesenangan dan menghindari kesakitan merupakan libido (Corey, 1986, p. 12). Freud percaya bahwa dorongan seksual dan agresif adalah kekuatan yang menentukan tingkah laku manusia (Corey, 1986, p. 12). Insting hidup (Life instincts), untuk mempertahankan hidup, berorientasi pada pertumbuhan, perkembangan, dan kreativitas. Semua tindakan bertujuan memperoleh kesenangan dan menghindari rasa sakit. Selanjutnya, Freud melihat individu pada dasarnya adalah setan (evil) dan korban (victim) dari insting yang harus menyeimbangkan dengan kekuatan sosial untuk memberikan struktur dimana individu dapat berfungsi. Untuk mencapai keseimbangan, individu harus memiliki pemahaman mendalam tentang kekuatan yang memotivasi mereka bertingkah laku (Thompson, et. al., 2004, p. 77).

Menurut teori Psikoanalisis, konsep dasar manusia berputar sekitar psychic determinism dan unconcius mental proceseses. Psychic determinism berarti bahwa fungsi mental atau kehidupan mental merupakan manifestasi logis yang secara terus menerus dari hubungan kausatif antara keduanya. Menurut Freud, tidak satupun peristiwa terjadi secara  kebetulan, semuanya memiliki sebab dan akibat dari peristiwa yang terjadi. Selanjutnya, unconsious mental process adalah apa yang ada dalam pikiran dan tubuh yang tidak kita ketahui, dibawah level kesadaran, sehingga sering kali manusia tidak mengerti perasaan dan tingkah lakunya sendiri (Thompson, et. al., p. 78)

Ferud percaya bahwa konflik yang tidak terpecahkan, represi, dan free floating anxiety (kecemasan) pada umumnya berjalan bersamaan. Kesakitan dan konflik tidak dapat diselesaikan pada level kesadaran karena ditekan, dikubur dan dilupakan ke level unconciusness (ketidaksadaran), sehingga untuk menyelesaikan masalahnya hanya dapat dilakukan dengan membuka konflik awal. Hal ini dapat dilakukan dengan memanggil kembali ingatan dan mengintegrasikan ingatan yang telah ditekan dengan fungsi kesadaran individu yang memberikan simtom untuk sembuh dari free-floating anxiety (Thompson, et. al., 2004, p. 78).


C. Teknik Konseling Psikoanalisis
1.      Asosiasi bebas, yaitu mengupayakan klien untuk menjernihkan atau mengikis alam pikirannya dari alam pengalaman dan pemikiran sehari-hari sekarang, sehingga klien mudah mengungkapkan pengalaman masa lalunya. Klien diminta mengutarakan apa saja yang terlintas dalam pikirannya. Tujuan teknik ini adalah agar klien mengungkapkan pengalaman masa lalu dan menghentikan emosi-emosi yang berhubungan dengan pengalaman traumatik masa lalu. Hal ini disebut juga katarsis.
2.      Analisis mimpi, klien diminta untuk mengungkapkan tentang berbagai kejadian dalam mimpinya dan konselor berusaha untuk menganalisisnya. Teknik ini digunakan untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan. Proses terjadinya mimpi adalah karena pada waktu tidur pertahanan ego menjadi lemah dan kompleks yang terdesak pun muncul ke permukaan. Menurut Freud, mimpi ini ditafsirkan sebagai jalan raya mengekspresikan keinginan-keinginan dan kecemasan yang tak disadari.
3.      Interpretasi, yaitu mengungkap apa yang terkandung di balik apa yang dikatakan klien, baik dalam asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien. Konselor menetapkan, menjelaskan dan bahkan mengajar klien tentang makna perilaku yang termanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resitensi dan transferensi.
4.      Analisis resistensi, resistensi berati penolakan, analisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya penolakannya (resistensi). Konselor meminta perhatian klien untuk menafsirkan resistensi
5.      Analisis transferensi. Transferensi adalah mengalihkan, bisa berupa perasaan dan harapan masa lalu. Dalam hal ini, klien diupayakan untuk menghidupkan kembali pengalaman dan konflik masa lalu terkait dengan cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan yang oleh klien dibawa ke masa sekarang dan dilemparkan ke konselor. Biasanya klien bisa membenci atau mencintai konselor. Konselor menggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonim, dan pasif agar bisa terungkap tranferensi tersebut.









NAMA : Intan Phitaloka SP.
NPM    : 15110108

A.     Pengertian Pendekatan Psikoanalisis
Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi, berorientasi untuk berusaha  membantu  individu untuk mengatasi ketegangan psikis  yang bersumber  pada  rasa  cemas dan rasa terancam yang berlebih-lebihan  (anxiety). Menurut pandangan  Freud, setiap  manusia didorong oleh kekuatan-kekuatan irasional di dalam dirinya sendiri, oleh motif-motif yang tidak disadari dan oleh kebutuhan-kebutuhan  alamiah yang  bersifat biologis dan naluri.

Psikoanalisis merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Psikoanalisis jelas terkait dengan tradisi Jerman yang menyatakan bahwa pikiran adalah wujud yang aktif, dinamis dan bergerak dengan sendirinya.Psikoanalisis merupakan psikologi ketidaksadaran. Perhatiannya tertuju kearah bidang motivasi, emosi, konflik, mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter. Psikoanalisa dahulu lahir bukan dari psikologi melainkan dari kedokteran, yakni kedokteran bidang sakit jiwa. Tokoh utama psikoanalisa ialah Sigmund Freud (1896).

B.      Hakikat Manusia dalam Psikoanalisis
Freud memandang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik,  mekanistik, dan reduksionistik. Di mana manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah, dan oleh peristiwa-pristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama dari kehidupan. Freud menekankan peran naluri-naluri yang bersifat bawaan dan biologis, ia juga menekankan pada naluri seksual dan impuls-impuls agresif. Menurutnya tujuan segenap kehidupan adalah kematian, kehidupan ini adalah tidak lain jalan melingkar ke arah kematian.
Berdasarkan dari teori yang dikembangkan Freud, prinsip-prinsip psikonalisis tentang hakikat manusia didasarkan pada asumsi-asumsi :
a.      Pengalaman masa kanak-kanak mempengaruhi perilaku pada masa dewasa
b.      Proses mental yang tidak disadari mengintegrasi perilaku-perilaku
c.       Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan mengembangkan diri melalui dorongan libido dan agresivitasnya sejak lahir
d.      Secara umum perilaku manusia bertujuan untuk meredakan ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan
e.      Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis
f.        Apa yang terjadi pada seseorang saat ini dihubungkan pada sebab-sebab di masa lampaunya dan memotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan di masa yang akan datang
g.      Latihan pengalaman di masa kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa dewasa dan diulangi dalam transferensi selama proses terapi.

C.      Teknik- teknik Konseling
Ada lima teknik dasar dari konseling psikoanalisis yaitu:
1.      Asosiasi Bebas
Yaitu klien diupayakan untuk menjernihkan atau mengikis alam pikirannya dari alam pengalaman dan pemikirannya sehari-hari, sehingga klien mudah mengungkapkan pengalaman masa lalunya.
2.      Interpretasi
Yaitu teknik yang digunakan oleh konselor untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien.
3.      Analisis Mimpi
Yaitu suatu teknik untuk membuka hal-hal yang tak disadari dan memberi kesempatan klien untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan.
4.      Analisis Resistensi
Analisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya resistensi.
5.      Analisis Transferensi
Konselor mengusahakan agar klien mengembangkan transferensinya agar terungkap neurosisnya terutama pada usia selama lima tahun pertama hidupnya.









NAMA             : Meilinda Darma Putri
NPM                : 15110055

A.   Pengertian Pendekatan Psikoanalisis
Corey mengatakan bahwa psikoanalisis merupakan teori pertama yang muncul dalam psikologi khususnya yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik, kemudian disusul oleh behaviorisme dan humanitis. Psikoanalisis diciptakan oleh Sigmund Freud pada tahun 1986.

Pada kemunculannya, teori Freud ini banyak mengundang kontroversi, eksplorasi, penelitian dan dijadikan landasan berpijak bagi aliran lain yang muncul kemudian. Mulanya Freud menggunakan teknik hipnosis untuk menangani pasiennya. Tetapi teknik ini ternyata tidak dapat digunakan pada semua pasien.

Dalam perkembangannya, Freud menggunakan teknik asosiasi bebas (free association)yang kemudian menjadi dasar dari psikoanalisis. Teknik ini ditemukan ketika Freud melihat beberapa pasiennya tidak dapat dihipnotis atau tidak memberi tanggapan terhadap sugesti atau pertanyaan yang mengungkap permasalahan klien. Selanjutnya, Freud mengembangkan lagi teknik baru yang dikenal sebagai analisis mimpi.

Menurut Willis, pengertian psikoanalisis meliputi tiga aspek penting yaitu :
1.    Sebagai metode penelitian proses-proses psikis
2.    Teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis
3.    Sebagai teori kepribadian

Letak keunggulan psikoanalisis dalam konseling menurut Freud adalah sangat efektif untuk menyembuhkan klien atau pasien yang histeria, cemas, obsesi neurosis. Namun demikian kasus-kasus sehari-hari dapat juga digunakan pendekatan psikoanalisis ini untuk mengatasinya.

B.   Hakikat Manusia dalam Pandangan Psikoanalisis
Gnothi Seauthon…! Kenalilah dirimu…! Motto ini telah mengusik para filusuf untuk mencoba memahami dirinya. Konon, motto inilah yang mendorong berkembangnya ilmu filsafat di Yunani. Dan ternyata hingga saat ini pun masih relevan
Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia telah melahirkan banyak teori-teori tentang manusia, tetapi empat pendekatan yang paling dominan dan berpengaruh adalah : Psikoanalisis, Behaviorisme, Psikologi Kognitif, dan Psikologi Humanistis. Psikoanalisis melukiskan manusia sebagai makhlik yang digerakkan oleh keinginan-keinginan terpendam (Homo Volens).
Di sisi lain, menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa enam tahun pertama dalam kehidupannya. Pandangan ini menunjukkan bahwa aliran teori Freud tentang sifat manusia pada dasarnya adalah deterministik. Namun demikian menurut Gerald Corey yang mengutip perkataan Kovel, bahwa dengan tertumpu pada dialektika antara sadar dan tidak sadar, determinisme yang telah dinyatakan pada aliran Freud luluh. Lebih jauh Kovel menyatakan bahwa jalan pikiran itu adalah ditentukan, tetapi tidak linier. Ajaran psikoanalisis menyatakan bahwa perilaku seseorang itu lebih rumit dari pada apa yang dibayangkan pada orang tersebut.
Di sini, Freud memberikan indikasi bahwa tantangan terbesar yang dihadapi manusia adalah bagaimana mengendalikan dorongan agresif itu. Bagi Sigmund Freud, rasa resah dan cemas seseorang itu ada hubungannya dengan kenyataan bahwa mereka tahu umat manusia itu akan punah. Dan struktur kepribadian Dalam teori psikoanalitik, struktur kepribadian manusia itu terdiri dari  id, ego dan superego.
 Id adalah komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal, dimana sistem kerjanya dengan prinsip kesenangan “pleasure principle”. Ego adalah bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana, dimana sistem kerjanya pada dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan dengan dunia dalam untuk mengatur dorongan-dorongan idagar tidak melanggar nilai-nilai superego. Superego adalah bagian moral dari kepribadian manusia, karena ia merupakan filter dari sensor baik- buruk, salah- benar, boleh- tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego.

C.   Teknik Konseling Psikoanalisis
Teknik spesifik yang digunakan Freud dalam Psikoterapi adalah asosiasi bebas, interpretasi mimpi, analisis transference, dan analisis resistensi
1.    Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas maksudnya teknik yang memberikan kebebasan kepada klien untuk mengemukakan segenap perasaan dan pikirannya yang terlintas pada benak klien, baik yang menyenangkan maupun tidak.
Asosiasi ini untuk memudahkan konselor  terhadap dinamika psikologis yang terjadi padanya, sehingga dapat membimbing klien menyadari pengalaman-pengalaman ketidaksadarannya, dan membuat hubungan-hubungan kecemasannya saat ini dengan pengalaman masa lampau.
2.    Interpretasi Mimpi
Interpretasi mimpi merupakan teknik dimana klien mengemukakan segenap mimpinya kepada terapis, karena fungsi mimpi adalah ekspresi segenap kebutuhan, dorongan, keinginan yang tidak disadari akan direpresi dan termanifes dalam mimpi. Interpretasi mimpi maksudnya klien diajak konselor untuk menafsikan mimpi-mimpi yang tersirat dalam mimpi yang berhubungan dengan dorongan ketidaksadarannya.
3.    Analisis Tranferensi
Transferensi merupakan bentuk pengalihan segenap pengalaman masa lalunya dalam hubungannya orang-orang  berpengaruh kepada terapis di saat konseling. Dalam transferensi ini akan muncul perasaan benci, ketakutan, kecemasan dan sebagainya yang selama ini ditekan di ungkapkan kembali, dengan sasaran konselor sebagai objeknya. Dalam konteks ini konselor melakukan analisis pengalaman klien dimasa kecilnya, terutama hal-hal yang menghambat perkembangan kepribadiannya. Dengan analisis transferensi diharapkan klien dapat mengatasi problem yang dihadapi hingga saat ini.
4.    Analisis Resistensi
Resistensi merupakan sikap dan tindakan klien untuk menolak berlangsungnya terapi atau mengungkpkan hal-hal yang menimbulkan kecemasa. Perilaku ini dilakukan sebagai bentuk pertahanan diri. Dalam konseling, konselor membantu klien mengenali alasan-alasan klien melakukan resisitensi sebaiknya dimulai dari hal-hal yang sangat tampak untuk menghindari penolakan atas interpretasi konselor.
Teknik-teknik spesifik ini tidak biasa dilakukan dalam hubungan konseling, tetapi lebih banyak digunakan dalam psikoterapi dalm membantu pasien yang mengalami psikopatologis. 














NAMA  : Ari Yuarsa Saputra
NPM      : 15110084

A.      Pengertian Psikoanalisis
Psikoanalisa adalah merupakan system filsafat dan system psikologi sekaligus. Sebagai sebuah system filsafat, psikoanalisa menekankan alam bawah sadar, kekuatan-kekuatan dinamaik, peran dasar insting, kebutuhan untuk sosialisasi, peran fundamental keluarga, proses perkembangan, dan pertumbuhan dan kristalisasi kepribadian dalam pernyataan-pernyataan psikologi dalam. Sebagai sebuah psikologi ia secara fleksibel dan memadai menyerap banyak kontribusi dari sumber-sumber yang berbeda.

Psikoanalisa merupakan suatu metode penyembuhan yang lebih bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Konsep-konsep psikoanalisa banyak memberikan pengaruh terhadap perkembangan konseling. Banyak tokoh-tokoh lain yang menjadi pengikut Freud, dan mengembangkan terapi seperti Carl Jung, Otto Rank, William Reich, Karen Horney, Adler, Harry Stack Sullivan, dan sebagainya.

Sumbangan-sumbangan utama yang bersejarah dari teori dan praktek psikoanalitik mencakup: (1) Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman terhadap sifat manusia bisa diterapkan pada peredaan penderitaan manusia. (2) Tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor-faktor tak sadar. (3) Perkembangan pada masa dini kanak-kanak memeliki pengaruh yang kuat terhadap kepribadian di masa dewasa. (4) Teori psikoanalitik menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami cara-cara yang digunakan individu dalam mengatasi kecemasan dengan mengandaikan adanya mekanisme-mekanisme yang bekerja untuk menghindari luapan kecemasan. (5) Pendekatan psikoanalitik telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketaksadaran melalui analisis atas mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan traferensi-traferensi.

B.      Hakikat Manusia dalam Psikoanalisis
Freud berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur yaitu das Es, Ich, dan Ueber Ich ( dalam bahasa inggris dinyatakan dengan the Id, Ego, dan Super Ego), yang masing memiliki aspek, fungsi, prinsip, operasi, dan perlengkapan diri.

a.  Das Es
Das Es (the Id) adalah aspek biologis kperibadian yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri-naluri, yang merupakan faktor bawaan. Yang berfungsi untuk mempertahankan konsentrasi, maksudnya adalah membawa organisme dari keadaan tidak menyenangka, karena munculnya kebutuha-kebutuhan ke keadaan seperti semula, yaitu menyenangkan. Prinsip bekerja das Es adalah pleasure principle.
b.  Das Ich
Das Ich atau Ego merupakan aspek psikologis dari kepribadian yang terbentuk dari hasil interaksi individu dengan realitas. Adapun proses yang ada pada das Ich adalah proses sekunder (secondary process). Dengan proses sekudernya tersebut das Ich memformulasikan rencana bagi pemuasan kebutuhan dan menguji apakah hal itu bisa dilakukan atau tidak.
c.  Das Ueber Ich
Das Ueber Ich atau Super Ego adalah aspek sosiologis dari kepribadian, yang isinya berupa nilai-nilai atau aturan-aturan yang sifatnya normative. Menurut Freud das Ueber Ich terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai dari figur-figur yang berperan, berpengaruh, atau berarti bagi individu.
Perkembangn kepribadian individu menurut freud, di pengaruhi oleh kematangan dan cara-cara individu mengatasi ketegangan. Kematangan adalah pengaru asli dari dalam diri manusia. Menurut Freud kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun kelima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu. Selanjutnya freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui 6 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhdap rangsangan. 6 fase itu adalah :
4.       Fase oral (oral stagw) : 0 sampai 18 bulan bagian tubuh yang sensitif terhadap rangsangan dalah mulut.
5.       Fase anal (anal stage) : usia 18 bulan sampai 3 tahun. Pada fase ini bagian tubuh yang sensitif adalah anus.
6.       Fase genital erotik, pada fase ini anank mencari kepuasan seks pada alat kelaminnya. Dalam fase ini seseorang terus berkembang sam,pai usia dewasa melalui 3 fase berikutnya.
7.       Fase phalik (phallic stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas. Bagian tubuh yang sensitif adalah alat kelamin.
8.       Fase laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas, pada fase ini dorongan seks cenderung bersifat laten atau tertekan.
9.       Fase genital (genital stage) : terjadi sejak individu memasuki pubertas dan selanjutnya. Pada masa individu telah mengalami kematangan pada organ reproduksi.

C.      Teknik-teknik Konseling
a.       Penggunaan hubungan sistematik antara klien dan konselor
Konselor dan terapis psikoanalisa cenderung untuk bertindak alami terhadap klien mereka. Alasannya adalah para konselor sedang berusaha untuk mempresentasikan diri mereka sebagai ”layar kosong”, tempat klien dapat memproyeksikan fantasinya atau asumsi yang terpendam berkenaan dengan hubungan yang amat dekat dengan dirinya. Dengan menjadi netral dan tidak terikat, maka terapis dapat meyakinkan bahwa perasan klien terhadap dirinya bukan akibat apa yang dilakukannya. Proses ini disebut pemindahan (transfered) dan merupakan alat yang sangat berguna dalam terapi psikoanalisa.
b.      Melakukan identifikasi dan analisis terhadap penolakan dan pertahanan
Ketika klien membicarakan permasalahannya terapis mungkin bisa mencatat bahwa si klien mengelak, memotong, atau mempertahankan diri dari perasaan atau fakta tertentu. Freud memandang penting untuk mengetahui sumber penolakan tersebut, dan kondisi tersebut akan menarik perhatian klien apabila terjadi terus menerus.
c.       Asosiasi bebas atau ”katakan apapun yang muncul dalam pikiran”
Tujuannya adalah untuk membantu klien membicarakan dirinya sendiri dengan cara yang cenderung tidak terpengaruhi oleh mekanisme pertahanan diri.
d.      Menganalisis mimpi dan fantasi
Tujuannya adalah untuk menguji materi yang muncul dari level kepribadian seseorang yang lebih dalam dan lepas dari pertahanan dirinya.
e.      Interpretasi
Para konselor psikoanalitik akan menggunakan proses yang digambarkan di atas, yakni transference, mimpi, asosiasi bebas, dan lain-lain untuk mengumpulkan materi guna melakukan interpretasi. Melalui penafsiran mimpi, kenangan, dan transference, seorang konselor berusaha membantu pasiennya utnuk memahami akar permasalahn yang dihadapinya dan kemudian mendapatkan kontrol yang lebih besar terhadap permasalahan tersebut serta lebih banyak kebebasan untuk melakukan tindakan yang berbeda.
f.        Beragam teknik lain
Ketika berhadapan dengan anak-anak bukanlah suatu hal yang realistis untuk mengharapkan mereka mampu menuangkan konflik dalam diri mereka ke dalam kata-kata. Sebagai gantinya para analisis anak menggunakan mainan dan permainan untuk memungkinkan anak mengeksternalisasi ketakutan dan kekhawatirannya. Beberapa orang terapis yang menangani orang dewasa juga menemukan hasil yang menggembirakan dengan menggunakan teknik ekspresif seperti seni, mematung, dan membuat puisi. Teknik proyeksi seperti Thematic Apperception Test (TAT) juga dapat menghasilkan hal yang sama. Dan pada akhirnya, para terapi psikodinamik biasanya mendorong para klien untuk menulis catatan harian atau autobiografi sebagai cara untuk mengeksplorasi kondisi masa lalu dan masa sekarang mereka.





NAMA           : Eky Randy
NPM               : 15110033

A.    Pengertian Psikoanalis
Pendekatan psikoanalis dikembangkan oleh Sigmund Freud, tingkah laku manusia ditentukan oleh kekuatan irasional, motivasi bawah sadar (unconsiousness motivation), dorongan (drive) biologis dan insting, serta kejadian psikoseksual selama 6 th pertama kehidupan (Corey,1986, p.12). insting merupakan pusat dari pendekatan yang dikembangkan freud. Insting yang ada bertujuan sebagai pertahanan hidup dari individu dan manusia, berorientasi pada pertumbuhan, perkembangan dan kreativitas.

Manusia memiliki insting mati (death instincts) dan insting hidup (life instincts). Insting mati (death instincts) berhubungan dengan dorongan agresif, menusia memanifestasikan insting mati (death instincts) melalui tingkah laku seperti keinginan bawah sadar untuk mati atau untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain. Sedangkan insting hidup (life instints) untuk mempertahankan hidup, berorientasi pada pertumbuhan, perkembangan dan kreativitas.

B.     Hakikat Manusia dalam Psikoanalisis
Menurut kaum psikoanalis tradisional ( dalam Hansen dan Warner 1977 ) manusia di gerakkan oleh dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instink. Dalam hal ini individu tidak memegang kendali atas nasibnya sendiri tetapi tingkah lakuknya tersebut semata – mata di arahkan untuk memenuhi kebutuhan dan  instink biologisnya.
Freud mengemukakan struktur kepribadian individu terbagi menjadi :
a.       Id meliputi 2 instik manusia yaitu : instink seksualitas dan instink agresi. Fungsi Id yaitu mendorong individu untuk memenuhi kebutuhan dirinya sepanjang hidupnya.
b.      Ego Fungsi kepribadian yang menjembati Id dengan dunia luar individu.Ego ini berfungsi atas dasar prinsip realitas, mengatur gerak – gerik id agar dalam memuaskan instinknya selalu memperhatkan lingkungan. Dengan demikian perwujudan fungsi Id itu menjadi tidak tanpa arah.
c.       Super Ego Tumbuh berkat interaksi antara individu dengan lingkungannya, khususnya lingkungan yang bersifat aturan ( yang meliputi perintah, larangan, gajaran dan hukuman ), nilai, moral, adat dan tradisi

Dalam individu tingkah laku, id sebagai penggerak, ego sebagai pengatur dan pengarah dan super ego sebagai pengawas atau pengontrol.Sedangkan peranan ego dalam menjembatani id dan super ego dapat di ilhat dalam kaitannya dengan kecendrungan individu untuk berada dua ekstrim : individu yang didominasi oleh idnya sehingga tingkah lakunya menjadi impulsive dan individu yang didominasi oleh suoer egonya sehingga tingkah lakunya menjadi terlalu moralstik sehingga ego berperan agar individu tidak terjerumus pada salah satu ekstrim.
Kemudian berkembang paham neo-analitik yang berpendapat bahwa manusia hendakna tidak secara mudah saja dianggap sebagai binatang yang di gerakkan oleh tenaga dalam ( innate energy ) yang ada pada dirinya. Kaum neo – analis mengakui adanya id, ego dan super ego namu menekankan pentingnya ego sebagai pusat kepribadian individu.

C.    Teknik-teknik konseling psikoanalisis
·         Teknik analisis kepribadian (case histories)
Dilakukan dengan melihat dinamika dari dorongan primitif (libido) terhadap ego dan bagaimana super-ego menahan dorongan tersebut.
Memastikan  ego dapat mempertahankan keseimbangan dorongan id dan super-ego.
Kemudian dicari penyebab jika ego tidak dapat mempertahankan keseimbangan tersebut.
Pendekatan sejarah kasus, guna melihat fase perkembangan yang terhambat.
·         Hipnotis (hipnosis)
Tujuanya untuk mengeksplorasi dan memahami faktor ketidaksadaran penyebab utama masalah.
Konseli diajak melakukan katarsis dengan memverbalisasikan konflik yang telah ditekan kealam tak sadar.
Hasil tidak bertahan lama karena setelah sadar penyebab masalah tetap ada dan mengganggu.
·         Asosiasi bebas (free asspciation)
Meminta konseli berbaring rileks.
Kemudian diminta mengasosiasikan (mengikuti) kata-kata yang diucapkan sendiri atau konselor, dengan menggunakan kata pertama kali muncul dalam ingatanya tanpa memperdulikan konsekuensi.
Id diminta berbicara, ego dan super-ego diam.
·         Analisis resistensi
Resistensi dapat berbentuk tingkah laku yang memiliki komitmen pada pertemuan konseling, tidak menepati janji, menolak mengingat mimpi, menghalangi pikiran saat asosiasi bebas dan lainya. Analisis kondisi ini akan membantu konseli berhasil dalam terapi.
·         Analisis tranferensi
Konseli akan menstransfer perasaan tentang orang yang penting dalam dirinya kepada konselor.
Konselor mendorong tranferensi dan menginterpretasikan perasaan positif dan negatif yang diekspresikan.
Pelepasan berupa terapeutis, katarsis emosional.
·         Interpretasi
Konselor membantu konseli memahami peristiwa dari masa lalu dan sekarang.
Interpretasi menyangkut penjelasan dan analisis berbagai pikiran, perasaan dan tindakan konseli.
Konselor harus tepat mimilih waktu untuk menggunakan interpretasi sehingga konseli siap menerima dan mendapat insight.





No comments:

Post a Comment

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD

    PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD      BAB I PENDAHULUAN   A.  ...