Nama : Dina Sita
Sintanis
NPM : 15110026
A. Pengertian Psikoanalisis
Psikoanalisis adalah suatu sistem dalam psikologi yang
berasal dari penemuan-penemuan Freud dan menjadi dasar dalam teori Psikologi
yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik. Psikoanalisis memandang jiwa
manusia sebagai ekspresi dari adanya dorongan yang menimbulkan konflik.
Psikoanalisis sebagai teori dari psikoterapi berasal
dari uraian Freud bahwa gejala neurotik pada seseorang timbul karena
tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang ada kaitannya dengan
ingatan yang ditekan, ingatan yang mengenai hal-hal yang traumatik dari
pengalaman seksual pada masa kecil. Psikoanalisis sering juga disebut dengan
Psikologi Dalam, karena pendekatan ini berpendapat bahwa segala tingkah laku
manusia bersumber pada dorongan yang terletak jauh di dalam alam
ketidaksadaran. Selain itu, Psikoanalisis banyak digunakan secara bergantian
dengan istilah Psikodinamik, karena menekankan pada dinamika atau gerak dorong
mendorong antara alam ketidaksadaran dan alam kesadaran, dimana alam ketidaksadaran mendorong
untuk ke dalam alam kesadaran (Alwisol, 2004, p. 17).
Freud menjelaskan istilah Psikoanalisis dalam arti
yang berbeda-beda. Salah satu penjelasan yang terkenal terdapat dalam sebuah artikel
yang ia tulis pada tahun 1923. Pada artikel tersebut ia membedakan tiga arti
Psikoanalisis, yaitu :
·
Istilah Psikoanalisis
dipakai untuk menunjukkan suatu metode penelitian terhadap proses-proses psikis
(misalnya mimpi) yang sebelumnya hampir tidak terjangkau oleh penelitian para
ilmiah.
·
Istilah ini juga
menunjukkan suatu teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis yang dialami
oleh pasien neurosis. Teknik pengobatan ini bertumpu pada metode penelitian
tadi.
·
Istilah yang sama juga
dipakai pula dalam arti luas lagi, untuk menunjukkan seluruh pengetahuan
psikologis yang diperoleh melalui metode dan teknik tersebut diatas. Dalam arti
terakhir kata Psikoanalisis mengacu pada suatu ilmu yang dimana Freud merupakan
penemuan yang betul-betul baru.
Aliran Freudian memandang manusia sebagai makhluk deterministik. Menurut Freud,
tingkah laku manusia ditentukan oleh kekuatan irasional, motivasi bawah sadar (unconsiousness
motivation), dorongan (drive) biologis dan insting, serta kejadian psikoseksual
selama enam tahun pertama kehidupan (Thompson, et. al., 2004, p. 77;Corey, 1986, p. 12). Insting merupakan
pusat dari pendekatan yang dikembangkan Freud. Walaupun Freud pada
dasarnya menggunakan istilah libido yang mengacu pada energi seksual, ia
mengembangkan istilah ini menjadi insting seluruh energi kehidupan.
Insting-insting ini bertujuan sebagai pertahanan hidup
dari individu dan manusia, berorientasi pada pertumbuhan, perkembangan dan
kreativitas. Freud memasukkan tingkah
laku yang bertujuan mendapatkan kesenangan dan menghindari kesakitan merupakan libido (Corey,
1986, p. 12). Freud percaya bahwa dorongan seksual dan agresif
adalah kekuatan yang menentukan tingkah laku manusia (Corey, 1986, p. 12).
Insting hidup (Life instincts), untuk mempertahankan hidup, berorientasi pada
pertumbuhan, perkembangan, dan kreativitas. Semua tindakan bertujuan memperoleh
kesenangan dan menghindari rasa sakit. Selanjutnya, Freud melihat individu pada
dasarnya adalah setan
(evil) dan korban (victim) dari insting yang harus menyeimbangkan dengan
kekuatan sosial untuk memberikan struktur dimana individu dapat berfungsi.
Untuk mencapai keseimbangan, individu harus memiliki pemahaman mendalam tentang
kekuatan yang memotivasi mereka bertingkah laku (Thompson, et. al., 2004, p.
77).
Menurut teori Psikoanalisis, konsep dasar manusia
berputar sekitar psychic determinism dan unconcius mental proceseses. Psychic
determinism berarti bahwa fungsi mental atau kehidupan mental merupakan
manifestasi logis yang secara terus menerus dari hubungan kausatif antara
keduanya. Menurut Freud, tidak satupun peristiwa terjadi secara kebetulan, semuanya memiliki sebab dan akibat
dari peristiwa yang terjadi. Selanjutnya, unconsious mental process adalah apa
yang ada dalam pikiran dan tubuh yang tidak kita ketahui, dibawah level
kesadaran, sehingga sering kali manusia tidak mengerti perasaan dan tingkah
lakunya sendiri (Thompson, et. al., p. 78)
Ferud percaya bahwa konflik yang tidak terpecahkan,
represi, dan free floating anxiety (kecemasan) pada umumnya berjalan bersamaan. Kesakitan dan konflik tidak
dapat diselesaikan pada level kesadaran karena ditekan, dikubur dan dilupakan
ke level unconciusness (ketidaksadaran), sehingga untuk menyelesaikan
masalahnya hanya dapat dilakukan dengan membuka konflik awal. Hal ini dapat
dilakukan dengan memanggil kembali ingatan dan mengintegrasikan ingatan yang
telah ditekan dengan fungsi
kesadaran individu yang memberikan simtom untuk sembuh dari free-floating anxiety (Thompson, et. al., 2004,
p. 78).
C. Teknik Konseling
Psikoanalisis
1. Asosiasi bebas, yaitu mengupayakan klien untuk menjernihkan atau
mengikis alam pikirannya dari alam pengalaman dan pemikiran sehari-hari
sekarang, sehingga klien mudah mengungkapkan pengalaman masa lalunya. Klien
diminta mengutarakan apa saja yang terlintas dalam pikirannya. Tujuan teknik
ini adalah agar klien mengungkapkan pengalaman masa lalu dan menghentikan emosi-emosi
yang berhubungan dengan pengalaman traumatik masa lalu. Hal ini disebut juga
katarsis.
2. Analisis mimpi, klien diminta untuk mengungkapkan tentang berbagai
kejadian dalam mimpinya dan konselor berusaha untuk menganalisisnya. Teknik ini
digunakan untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan. Proses
terjadinya mimpi adalah karena pada waktu tidur pertahanan ego menjadi lemah
dan kompleks yang terdesak pun muncul ke permukaan. Menurut Freud, mimpi ini
ditafsirkan sebagai jalan raya mengekspresikan keinginan-keinginan dan
kecemasan yang tak disadari.
3. Interpretasi, yaitu mengungkap apa yang terkandung di balik apa
yang dikatakan klien, baik dalam asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan
transferensi klien. Konselor menetapkan, menjelaskan dan bahkan mengajar klien
tentang makna perilaku yang termanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas,
resitensi dan transferensi.
4. Analisis resistensi, resistensi berati
penolakan, analisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap
alasan-alasan terjadinya penolakannya (resistensi). Konselor meminta perhatian
klien untuk menafsirkan resistensi
5. Analisis transferensi. Transferensi adalah
mengalihkan, bisa berupa perasaan dan harapan masa lalu. Dalam hal ini, klien
diupayakan untuk menghidupkan kembali pengalaman dan konflik masa lalu terkait
dengan cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan yang oleh klien dibawa ke masa
sekarang dan dilemparkan ke konselor. Biasanya klien bisa membenci atau
mencintai konselor. Konselor menggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonim,
dan pasif agar bisa terungkap tranferensi tersebut.
NAMA :
Intan Phitaloka SP.
NPM :
15110108
A.
Pengertian Pendekatan
Psikoanalisis
Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat
tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi, berorientasi untuk
berusaha membantu individu untuk mengatasi ketegangan psikis
yang bersumber pada rasa cemas dan rasa terancam yang
berlebih-lebihan (anxiety). Menurut pandangan Freud,
setiap manusia didorong oleh kekuatan-kekuatan irasional di dalam dirinya
sendiri, oleh motif-motif yang tidak disadari dan oleh
kebutuhan-kebutuhan alamiah yang bersifat biologis dan naluri.
Psikoanalisis merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat
psikologis dengan cara-cara fisik. Psikoanalisis jelas terkait dengan
tradisi Jerman yang menyatakan bahwa pikiran adalah wujud yang aktif,
dinamis dan bergerak dengan sendirinya.Psikoanalisis merupakan psikologi
ketidaksadaran. Perhatiannya tertuju kearah bidang motivasi, emosi, konflik,
mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter. Psikoanalisa dahulu lahir bukan dari
psikologi melainkan dari kedokteran, yakni kedokteran bidang sakit jiwa. Tokoh
utama psikoanalisa ialah Sigmund Freud (1896).
B.
Hakikat Manusia
dalam Psikoanalisis
Freud memandang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik,
mekanistik, dan reduksionistik. Di mana manusia dideterminasi oleh
kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan
dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah, dan oleh peristiwa-pristiwa
psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama dari kehidupan. Freud
menekankan peran naluri-naluri yang bersifat bawaan dan biologis, ia juga
menekankan pada naluri seksual dan impuls-impuls agresif. Menurutnya tujuan
segenap kehidupan adalah kematian, kehidupan ini adalah tidak lain jalan
melingkar ke arah kematian.
Berdasarkan dari teori yang dikembangkan Freud, prinsip-prinsip
psikonalisis tentang hakikat manusia didasarkan pada asumsi-asumsi :
a. Pengalaman masa kanak-kanak
mempengaruhi perilaku pada masa dewasa
b. Proses mental yang tidak
disadari mengintegrasi perilaku-perilaku
c. Pada dasarnya manusia
memiliki kecenderungan mengembangkan diri melalui dorongan libido dan
agresivitasnya sejak lahir
d. Secara umum perilaku manusia
bertujuan untuk meredakan ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan
e. Kegagalan dalam pemenuhan
kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis
f.
Apa yang terjadi pada seseorang saat ini dihubungkan pada
sebab-sebab di masa lampaunya dan memotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan di
masa yang akan datang
g. Latihan pengalaman di masa
kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa dewasa dan diulangi dalam
transferensi selama proses terapi.
C.
Teknik- teknik Konseling
Ada lima teknik dasar dari konseling psikoanalisis yaitu:
1. Asosiasi Bebas
Yaitu klien diupayakan untuk menjernihkan atau mengikis alam
pikirannya dari alam pengalaman dan pemikirannya sehari-hari, sehingga klien
mudah mengungkapkan pengalaman masa lalunya.
2. Interpretasi
Yaitu teknik yang digunakan oleh konselor untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien.
Yaitu teknik yang digunakan oleh konselor untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien.
3. Analisis Mimpi
Yaitu suatu teknik untuk membuka hal-hal yang tak disadari
dan memberi kesempatan klien untuk menilik masalah-masalah yang belum
terpecahkan.
4. Analisis Resistensi
Analisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien
terhadap alasan-alasan terjadinya resistensi.
5. Analisis Transferensi
Konselor mengusahakan agar klien mengembangkan
transferensinya agar terungkap neurosisnya terutama pada usia selama lima tahun
pertama hidupnya.
NAMA : Meilinda Darma Putri
NPM : 15110055
A. Pengertian
Pendekatan Psikoanalisis
Corey mengatakan
bahwa psikoanalisis merupakan teori pertama yang muncul dalam psikologi
khususnya yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik,
kemudian disusul oleh behaviorisme dan humanitis. Psikoanalisis diciptakan oleh
Sigmund Freud pada tahun 1986.
Pada kemunculannya,
teori Freud ini banyak mengundang kontroversi, eksplorasi, penelitian dan
dijadikan landasan berpijak bagi aliran lain yang muncul kemudian. Mulanya Freud
menggunakan teknik hipnosis untuk menangani pasiennya. Tetapi teknik ini
ternyata tidak dapat digunakan pada semua pasien.
Dalam
perkembangannya, Freud menggunakan teknik asosiasi bebas (free
association)yang kemudian menjadi dasar dari psikoanalisis. Teknik ini
ditemukan ketika Freud melihat beberapa pasiennya tidak dapat dihipnotis atau
tidak memberi tanggapan terhadap sugesti atau pertanyaan yang mengungkap
permasalahan klien. Selanjutnya, Freud mengembangkan lagi teknik baru yang
dikenal sebagai analisis mimpi.
Menurut Willis,
pengertian psikoanalisis meliputi tiga aspek penting yaitu :
1.
Sebagai metode
penelitian proses-proses psikis
2.
Teknik untuk
mengobati gangguan-gangguan psikis
3.
Sebagai teori
kepribadian
Letak keunggulan
psikoanalisis dalam konseling menurut Freud adalah sangat efektif untuk
menyembuhkan klien atau pasien yang histeria, cemas, obsesi neurosis. Namun
demikian kasus-kasus sehari-hari dapat juga digunakan pendekatan psikoanalisis
ini untuk mengatasinya.
B. Hakikat Manusia dalam Pandangan Psikoanalisis
Gnothi
Seauthon…! Kenalilah dirimu…! Motto ini telah mengusik para filusuf untuk
mencoba memahami dirinya. Konon, motto inilah yang mendorong berkembangnya ilmu
filsafat di Yunani. Dan ternyata hingga saat ini pun masih relevan
Psikologi
sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia telah melahirkan banyak
teori-teori tentang manusia, tetapi empat pendekatan yang paling dominan dan
berpengaruh adalah : Psikoanalisis, Behaviorisme, Psikologi Kognitif, dan
Psikologi Humanistis. Psikoanalisis melukiskan manusia sebagai
makhlik yang digerakkan oleh keinginan-keinginan terpendam (Homo Volens).
Di
sisi lain, menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan
irrasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri
psikoseksual tertentu pada masa enam tahun pertama dalam kehidupannya.
Pandangan ini menunjukkan bahwa aliran teori Freud tentang sifat manusia pada
dasarnya adalah deterministik. Namun demikian menurut Gerald Corey yang
mengutip perkataan Kovel, bahwa dengan tertumpu pada dialektika antara sadar
dan tidak sadar, determinisme yang telah dinyatakan pada aliran Freud luluh.
Lebih jauh Kovel menyatakan bahwa jalan pikiran itu adalah ditentukan, tetapi
tidak linier. Ajaran psikoanalisis menyatakan bahwa perilaku seseorang itu
lebih rumit dari pada apa yang dibayangkan pada orang tersebut.
Di
sini, Freud memberikan indikasi bahwa tantangan terbesar yang dihadapi manusia
adalah bagaimana mengendalikan dorongan agresif itu. Bagi Sigmund Freud, rasa
resah dan cemas seseorang itu ada hubungannya dengan kenyataan bahwa mereka
tahu umat manusia itu akan punah. Dan struktur kepribadian Dalam teori
psikoanalitik, struktur kepribadian manusia itu terdiri dari id, ego dan superego.
Id adalah
komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal, dimana sistem
kerjanya dengan prinsip kesenangan “pleasure principle”. Ego adalah
bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana, dimana sistem kerjanya pada
dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan dengan dunia dalam untuk
mengatur dorongan-dorongan idagar tidak melanggar nilai-nilai superego. Superego adalah
bagian moral dari kepribadian manusia, karena ia merupakan filter dari sensor
baik- buruk, salah- benar, boleh- tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego.
C. Teknik Konseling
Psikoanalisis
Teknik spesifik yang
digunakan Freud dalam Psikoterapi adalah asosiasi bebas, interpretasi mimpi,
analisis transference, dan analisis resistensi
1.
Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas
maksudnya teknik yang memberikan kebebasan kepada klien untuk mengemukakan
segenap perasaan dan pikirannya yang terlintas pada benak klien, baik yang
menyenangkan maupun tidak.
Asosiasi ini untuk
memudahkan konselor terhadap dinamika psikologis yang terjadi padanya,
sehingga dapat membimbing klien menyadari pengalaman-pengalaman
ketidaksadarannya, dan membuat hubungan-hubungan kecemasannya saat ini dengan
pengalaman masa lampau.
2.
Interpretasi Mimpi
Interpretasi mimpi
merupakan teknik dimana klien mengemukakan segenap mimpinya kepada terapis,
karena fungsi mimpi adalah ekspresi segenap kebutuhan, dorongan, keinginan yang
tidak disadari akan direpresi dan termanifes dalam mimpi. Interpretasi mimpi
maksudnya klien diajak konselor untuk menafsikan mimpi-mimpi yang tersirat dalam
mimpi yang berhubungan dengan dorongan ketidaksadarannya.
3.
Analisis Tranferensi
Transferensi
merupakan bentuk pengalihan segenap pengalaman masa lalunya dalam hubungannya
orang-orang berpengaruh kepada terapis di saat konseling. Dalam
transferensi ini akan muncul perasaan benci, ketakutan, kecemasan dan
sebagainya yang selama ini ditekan di ungkapkan kembali, dengan sasaran
konselor sebagai objeknya. Dalam konteks ini konselor melakukan analisis
pengalaman klien dimasa kecilnya, terutama hal-hal yang menghambat perkembangan
kepribadiannya. Dengan analisis transferensi diharapkan klien dapat mengatasi
problem yang dihadapi hingga saat ini.
4.
Analisis Resistensi
Resistensi merupakan
sikap dan tindakan klien untuk menolak berlangsungnya terapi atau mengungkpkan hal-hal
yang menimbulkan kecemasa. Perilaku ini dilakukan sebagai bentuk pertahanan
diri. Dalam konseling, konselor membantu klien mengenali alasan-alasan klien
melakukan resisitensi sebaiknya dimulai dari hal-hal yang sangat tampak untuk
menghindari penolakan atas interpretasi konselor.
Teknik-teknik
spesifik ini tidak biasa dilakukan dalam hubungan konseling, tetapi lebih
banyak digunakan dalam psikoterapi dalm membantu pasien yang mengalami
psikopatologis.
NAMA : Ari Yuarsa Saputra
NPM : 15110084
A. Pengertian Psikoanalisis
Psikoanalisa adalah merupakan system
filsafat dan system psikologi sekaligus. Sebagai sebuah system filsafat,
psikoanalisa menekankan alam bawah sadar, kekuatan-kekuatan dinamaik, peran
dasar insting, kebutuhan untuk sosialisasi, peran fundamental keluarga, proses
perkembangan, dan pertumbuhan dan kristalisasi kepribadian dalam
pernyataan-pernyataan psikologi dalam. Sebagai sebuah psikologi ia secara
fleksibel dan memadai menyerap banyak kontribusi dari sumber-sumber yang
berbeda.
Psikoanalisa merupakan suatu metode
penyembuhan yang lebih bersifat psikologis dengan cara-cara fisik.
Konsep-konsep psikoanalisa banyak memberikan pengaruh terhadap perkembangan
konseling. Banyak tokoh-tokoh lain yang menjadi pengikut Freud, dan
mengembangkan terapi seperti Carl Jung, Otto Rank, William Reich, Karen Horney,
Adler, Harry Stack Sullivan, dan sebagainya.
Sumbangan-sumbangan utama yang
bersejarah dari teori dan praktek psikoanalitik mencakup: (1) Kehidupan mental
individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman terhadap sifat manusia bisa
diterapkan pada peredaan penderitaan manusia. (2) Tingkah laku diketahui sering
ditentukan oleh faktor-faktor tak sadar. (3) Perkembangan pada masa dini
kanak-kanak memeliki pengaruh yang kuat terhadap kepribadian di masa dewasa.
(4) Teori psikoanalitik menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami
cara-cara yang digunakan individu dalam mengatasi kecemasan dengan mengandaikan
adanya mekanisme-mekanisme yang bekerja untuk menghindari luapan kecemasan. (5)
Pendekatan psikoanalitik telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari
ketaksadaran melalui analisis atas mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan
traferensi-traferensi.
B. Hakikat
Manusia dalam Psikoanalisis
Freud berpendapat
bahwa kepribadian merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur yaitu das
Es, Ich, dan Ueber Ich ( dalam bahasa inggris dinyatakan dengan the Id, Ego,
dan Super Ego), yang masing memiliki aspek, fungsi, prinsip, operasi, dan
perlengkapan diri.
a. Das
Es
Das Es (the Id)
adalah aspek biologis kperibadian yang paling dasar, sistem yang di dalamnya
terdapat naluri-naluri, yang merupakan faktor bawaan. Yang berfungsi untuk
mempertahankan konsentrasi, maksudnya adalah membawa organisme dari keadaan
tidak menyenangka, karena munculnya kebutuha-kebutuhan ke keadaan seperti
semula, yaitu menyenangkan. Prinsip bekerja das Es adalah pleasure principle.
b. Das
Ich
Das Ich atau Ego
merupakan aspek psikologis dari kepribadian yang terbentuk dari hasil interaksi
individu dengan realitas. Adapun proses yang ada pada das Ich adalah proses
sekunder (secondary process). Dengan proses sekudernya tersebut das Ich
memformulasikan rencana bagi pemuasan kebutuhan dan menguji apakah hal itu bisa
dilakukan atau tidak.
c. Das
Ueber Ich
Das Ueber Ich atau
Super Ego adalah aspek sosiologis dari kepribadian, yang isinya berupa
nilai-nilai atau aturan-aturan yang sifatnya normative. Menurut Freud das Ueber
Ich terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai dari figur-figur yang berperan,
berpengaruh, atau berarti bagi individu.
Perkembangn
kepribadian individu menurut freud, di pengaruhi oleh kematangan dan cara-cara
individu mengatasi ketegangan. Kematangan adalah pengaru asli dari dalam diri
manusia. Menurut Freud kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun
kelima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan
struktur dasar itu. Selanjutnya freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian
berlangsung melalui 6 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah
erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhdap rangsangan. 6 fase itu
adalah :
4.
Fase oral (oral stagw) : 0 sampai
18 bulan bagian tubuh yang sensitif terhadap rangsangan dalah mulut.
5.
Fase anal (anal stage) : usia 18
bulan sampai 3 tahun. Pada fase ini bagian tubuh yang sensitif adalah anus.
6.
Fase genital erotik, pada fase ini
anank mencari kepuasan seks pada alat kelaminnya. Dalam fase ini seseorang
terus berkembang sam,pai usia dewasa melalui 3 fase berikutnya.
7.
Fase phalik (phallic stage) :
kira-kira usia 6 sampai pubertas. Bagian tubuh yang sensitif adalah alat
kelamin.
8.
Fase laten (latency stage) :
kira-kira usia 6 sampai pubertas, pada fase ini dorongan seks cenderung
bersifat laten atau tertekan.
9.
Fase genital (genital stage) :
terjadi sejak individu memasuki pubertas dan selanjutnya. Pada masa individu
telah mengalami kematangan pada organ reproduksi.
C. Teknik-teknik Konseling
a.
Penggunaan hubungan sistematik
antara klien dan konselor
Konselor dan terapis
psikoanalisa cenderung untuk bertindak alami terhadap klien mereka. Alasannya
adalah para konselor sedang berusaha untuk mempresentasikan diri mereka sebagai
”layar kosong”, tempat klien dapat memproyeksikan fantasinya atau asumsi yang
terpendam berkenaan dengan hubungan yang amat dekat dengan dirinya. Dengan
menjadi netral dan tidak terikat, maka terapis dapat meyakinkan bahwa perasan
klien terhadap dirinya bukan akibat apa yang dilakukannya. Proses ini disebut
pemindahan (transfered) dan merupakan alat yang sangat berguna dalam terapi
psikoanalisa.
b.
Melakukan identifikasi dan
analisis terhadap penolakan dan pertahanan
Ketika klien membicarakan
permasalahannya terapis mungkin bisa mencatat bahwa si klien mengelak,
memotong, atau mempertahankan diri dari perasaan atau fakta tertentu. Freud
memandang penting untuk mengetahui sumber penolakan tersebut, dan kondisi
tersebut akan menarik perhatian klien apabila terjadi terus menerus.
c.
Asosiasi bebas atau ”katakan
apapun yang muncul dalam pikiran”
Tujuannya adalah untuk membantu
klien membicarakan dirinya sendiri dengan cara yang cenderung tidak
terpengaruhi oleh mekanisme pertahanan diri.
d.
Menganalisis mimpi dan fantasi
Tujuannya adalah untuk
menguji materi yang muncul dari level kepribadian seseorang yang lebih dalam
dan lepas dari pertahanan dirinya.
e.
Interpretasi
Para konselor psikoanalitik
akan menggunakan proses yang digambarkan di atas, yakni transference, mimpi,
asosiasi bebas, dan lain-lain untuk mengumpulkan materi guna melakukan
interpretasi. Melalui penafsiran mimpi, kenangan, dan transference, seorang
konselor berusaha membantu pasiennya utnuk memahami akar permasalahn yang
dihadapinya dan kemudian mendapatkan kontrol yang lebih besar terhadap
permasalahan tersebut serta lebih banyak kebebasan untuk melakukan tindakan
yang berbeda.
f.
Beragam teknik lain
Ketika berhadapan dengan
anak-anak bukanlah suatu hal yang realistis untuk mengharapkan mereka mampu
menuangkan konflik dalam diri mereka ke dalam kata-kata. Sebagai gantinya para
analisis anak menggunakan mainan dan permainan untuk memungkinkan anak
mengeksternalisasi ketakutan dan kekhawatirannya. Beberapa orang terapis yang
menangani orang dewasa juga menemukan hasil yang menggembirakan dengan
menggunakan teknik ekspresif seperti seni, mematung, dan membuat puisi. Teknik
proyeksi seperti Thematic Apperception Test (TAT) juga dapat menghasilkan hal
yang sama. Dan pada akhirnya, para terapi psikodinamik biasanya mendorong para
klien untuk menulis catatan harian atau autobiografi sebagai cara untuk
mengeksplorasi kondisi masa lalu dan masa sekarang mereka.
NAMA : Eky Randy
NPM : 15110033
A.
Pengertian
Psikoanalis
Pendekatan psikoanalis dikembangkan oleh
Sigmund Freud, tingkah laku manusia ditentukan oleh kekuatan irasional,
motivasi bawah sadar (unconsiousness motivation), dorongan (drive) biologis dan
insting, serta kejadian psikoseksual selama 6 th pertama kehidupan (Corey,1986,
p.12). insting merupakan pusat dari pendekatan yang dikembangkan freud. Insting
yang ada bertujuan sebagai pertahanan hidup dari individu dan manusia,
berorientasi pada pertumbuhan, perkembangan dan kreativitas.
Manusia memiliki insting mati (death instincts)
dan insting hidup (life instincts). Insting mati (death instincts) berhubungan
dengan dorongan agresif, menusia memanifestasikan insting mati (death
instincts) melalui tingkah laku seperti keinginan bawah sadar untuk mati atau
untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain. Sedangkan insting hidup (life
instints) untuk mempertahankan hidup, berorientasi pada pertumbuhan,
perkembangan dan kreativitas.
B.
Hakikat Manusia dalam Psikoanalisis
Menurut
kaum psikoanalis tradisional ( dalam Hansen dan Warner 1977 ) manusia di
gerakkan oleh dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instink. Dalam hal ini
individu tidak memegang kendali atas nasibnya sendiri tetapi tingkah lakuknya
tersebut semata – mata di arahkan untuk memenuhi kebutuhan dan instink
biologisnya.
Freud
mengemukakan struktur kepribadian individu terbagi menjadi :
a. Id meliputi 2 instik manusia yaitu : instink seksualitas dan instink
agresi. Fungsi Id yaitu mendorong individu untuk memenuhi kebutuhan dirinya
sepanjang hidupnya.
b. Ego Fungsi kepribadian yang menjembati Id dengan dunia luar
individu.Ego ini berfungsi atas dasar prinsip realitas, mengatur gerak – gerik
id agar dalam memuaskan instinknya selalu memperhatkan lingkungan. Dengan
demikian perwujudan fungsi Id itu menjadi tidak tanpa arah.
c. Super Ego Tumbuh berkat interaksi antara individu dengan lingkungannya,
khususnya lingkungan yang bersifat aturan ( yang meliputi perintah, larangan,
gajaran dan hukuman ), nilai, moral, adat dan tradisi
Dalam
individu tingkah laku, id sebagai penggerak, ego sebagai pengatur dan pengarah
dan super ego sebagai pengawas atau pengontrol.Sedangkan peranan ego dalam
menjembatani id dan super ego dapat di ilhat dalam kaitannya dengan
kecendrungan individu untuk berada dua ekstrim : individu yang didominasi oleh
idnya sehingga tingkah lakunya menjadi impulsive dan individu yang didominasi
oleh suoer egonya sehingga tingkah lakunya menjadi terlalu moralstik sehingga
ego berperan agar individu tidak terjerumus pada salah satu ekstrim.
Kemudian
berkembang paham neo-analitik yang berpendapat bahwa manusia hendakna tidak
secara mudah saja dianggap sebagai binatang yang di gerakkan oleh tenaga dalam
( innate energy ) yang ada pada dirinya. Kaum neo – analis mengakui adanya id,
ego dan super ego namu menekankan pentingnya ego sebagai pusat kepribadian
individu.
C.
Teknik-teknik
konseling psikoanalisis
·
Teknik analisis kepribadian (case
histories)
Dilakukan dengan melihat dinamika dari
dorongan primitif (libido) terhadap ego dan bagaimana super-ego menahan
dorongan tersebut.
Memastikan ego dapat mempertahankan
keseimbangan dorongan id dan super-ego.
Kemudian dicari penyebab jika ego tidak
dapat mempertahankan keseimbangan tersebut.
Pendekatan sejarah kasus, guna melihat
fase perkembangan yang terhambat.
·
Hipnotis (hipnosis)
Tujuanya untuk mengeksplorasi dan
memahami faktor ketidaksadaran penyebab utama masalah.
Konseli diajak melakukan katarsis dengan
memverbalisasikan konflik yang telah ditekan kealam tak sadar.
Hasil tidak bertahan lama karena setelah
sadar penyebab masalah tetap ada dan mengganggu.
·
Asosiasi bebas (free asspciation)
Meminta konseli berbaring rileks.
Kemudian diminta mengasosiasikan
(mengikuti) kata-kata yang diucapkan sendiri atau konselor, dengan menggunakan
kata pertama kali muncul dalam ingatanya tanpa memperdulikan konsekuensi.
Id diminta berbicara, ego dan super-ego
diam.
·
Analisis resistensi
Resistensi dapat berbentuk tingkah laku
yang memiliki komitmen pada pertemuan konseling, tidak menepati janji, menolak
mengingat mimpi, menghalangi pikiran saat asosiasi bebas dan lainya. Analisis
kondisi ini akan membantu konseli berhasil dalam terapi.
·
Analisis tranferensi
Konseli akan menstransfer perasaan
tentang orang yang penting dalam dirinya kepada konselor.
Konselor mendorong tranferensi dan
menginterpretasikan perasaan positif dan negatif yang diekspresikan.
Pelepasan berupa terapeutis, katarsis
emosional.
·
Interpretasi
Konselor membantu konseli memahami
peristiwa dari masa lalu dan sekarang.
Interpretasi menyangkut penjelasan dan
analisis berbagai pikiran, perasaan dan tindakan konseli.
Konselor harus tepat mimilih waktu untuk
menggunakan interpretasi sehingga konseli siap menerima dan mendapat insight.
No comments:
Post a Comment