MAKALAH PEMBELAJARAN MIKRO
KETERAMPILAN DALAM MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
DAN KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENGUATAN
Dosen Pengampu : Nur Fitria S.Pd., M.Pd.I.
Anggota Kelompok :
Lilis Anjarsari 14150036
Maryono 14150040
Nunun Gemvitha
14150052
Pita Suratika 14150059
Riski Yudhatama
14150069
Selly Yurike 14150072
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA BANDAR LAMPUNG
TP 2016/2017
|
KATA PENGANTAR
Segala puji
bagi Allah karena atas kekuatannya penulis bisa menyelesaikan tugas ini tepat
waktu. Tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini
penulis susun guna memenuhi tugas mata kuliah yang diberikan dosen kepada
penulis. Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan, pengetahuan dan
kemamampuan kritis pembaca.
Penulis
menyadari penulisan makalah ini masih banyak kekeliruan baik dari segi
tatabahasa maupun sistematika penulisannya, oleh sebab itu saran dan kritik
sangat penulis harapkan guna perbaikan penulisan mendatang.
Akhirnya,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, September 2016
Penulis
|
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
KETERAMPILAN DALAM MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARANDAN
KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENGUATAN
A. Keterampilan Membuka dan
Menutup Pelajaran...................................... 1
B. Pengertian Penguatan................................................................................ 11
C. Komponen-Komponen Yang
Terdapat Dalam Pemberian
Penguatan.................................................................................................. 12
D. Prinsip Penggunaan
Penguatan................................................................. 14
E. Cara Penggunaan Pemberian
Penguatan Dalam Pembelajaran................. 17
F. Kelebihan Dalam Pemberian
Penguatan Dalam Pembelajaran.................. 18
G. Kelemahan Dalam Pemberian
Penguatan Dalam Pembelajaran............... 18
PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA
KETERAMPILAN
DALAM MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
DAN
KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENGUATAN
A.
Keterampilan
Membuka dan Menutup Pelajaran
Keterampilan membuka
pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mempersiapkan mental
dan menimbulkan perhatian siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa terpusat pada
hal-hal yang akan dipelajari. Kegiatan membuka pelajaran semacam itu tidak saja
harus dilakukan guru pada awal jam pelajaran tetapi juga pada awal setiap
penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu.
Untuk menyiapkan mental siswa terhadap hal-hal yang akan dipelajari, guru dapat
melakukan usaha-usaha dengan memberi acuan dan membuat kaitan antara materi
pelajaran yang telah dikuasai siswa dengan bahan baru yang akan dipelajari.
Siswa yang mentalnya siap untuk belajar adalah mereka yang telah mengetahui
tujuan pelajaran, mengetahui masalah-masalah pokok yang harus diperhatikan,
mengetahui langkah-langkah kegiatan belajar yang akan dilakukan, dan mengetahui
batas-batas tugas yang harus dikerjakan untuk menguasai pelajaran tersebut.
Untuk menimbulkan perhatian dan motivasi siswa terhadap hal-hal yang akan dipelajari,
guru dapat melakukan usaha-usaha menimbulkan rasa ingin tahu, bersikap hangat
dan antusias, memvariasikan cara mengajarnya, menggunakan alat-alat bantu
mengajar, memvariasikan pola interaksi dalam kelas, dan sebagainya. Siswa yang
perhatian motivasinya telah timbul nampak asyik dalam melakukan tugas, semangat
dan kualitas responnya tinggi, ada pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan,
dan cepat mereaksi terhadap saran-saran guru.
Kegiatan membuka
pelajaran tidak mencakup urut-urutan kegiatan rutin seperti menertibkan siswa,
mengisi daftar hadir, menyampaikan pengumuman, menyuruh menyiapkan alat-alat
pelajaran dan buku-buku yang akan dipakai dan lain sebagainya yang tidak
berhubungan dengan penyampaian materi pelajaran. Kegiatan membuka pelajaran ada
kaitannya langsung dengan penyampaian materi pelajaran.
Kegiatan menutup
pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk me-ngakhiri kegiatan inti
pelajaran. Usaha menutup pelajaran tersebut dimaksudkan untuk memberikan
gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat
pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar
mengajar. Usaha-usaha yang dapat dilakukan guru antara lain adalah merangkum
kembali atau menyuruh siswa membuat ringkasan dan mengadakan evaluasi tentang
materi pelajaran yang baru diberikan. Seperti halnya kegiatan membuka
pelajaran, kegiatan menutup pelajaran ini harus dilakukan guru tidak saja pada
akhir jam pelajaran tetapi juga pada akhir setiap penggal kegiatan dari inti
pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu. Seperti halnya kegiatan
membuka pelajaran, kegiatan menutup pelajaran juga tidak mencakup urut-urutan
kegiatan rutin seperti memberi tugas dirumah, tetapi kegiatan yang ada kegiatan
langsung dengan penyampaian materi pelajaran.
Namun demikian, dalam pembelajaran
guru sering tidak melakukan usaha membuka dan menutup pelajaran tersebut.
Setelah melakukan tugas rutin seperti menenangkan kelas, mengisi daftar hadir,
menyuruh siswa menyiapkan alat-alat pelajaran guru langsung saja masuk pada
kegiatan inti pelajaran. Misalnya guru berkata: “Anak-anak hari ini pak guru
akan mengenalkan macam-macam bangun ruang, bangun ruang adalah ...” Setelah
pelajaran usai guru tidak melakukan usaha menutup pelajaran. Ia langsung
berkata: “Anak-anak waktunya sudah habis, pelajaran ini kita lanjutkan besok.
Selamat siang anak-anak. Selain itu, dalam inti pelajaran yang bermaksud
mengajarkan macam-macam bangun ruang dengan sifat-sifatnya, guru menerangkan
terus sampai selesai tanpa ada usaha merangkum ciri-ciri bangun ruang.
Disamping itu, guru juga tidak melakukan kegiatan membuka pelajaran sebelum
menerangkan pengertian bangun ruang. Prosedur mengajar demikian itu tidak memungkinkan
mental siswa siap untuk menerima pelajaran dan perhatian siswa belum terpusat
pada hal-hal yang akan dipelajari. Sebagai akibatnya adalah siswa akan merasa
bahwa pelajaran yang diterimanya membosankan, tidak bermakna baginya, sukar
dipahami, dan mereka akan tidak berusaha keras untuk memahaminya.
Ada berbagai alasan mengapa guru
tidak melakukan kegiatan membuka dan menutup pelajaran antara lain karena lupa,
tidak ada waktu, atau memang belum mempunyai keterampilan untuk
melaksanakannya. Karena pentingnya fungsi membuka dan menutup pelajaran ini
dalam pembelajaran, maka sangat perlu bagi setiap guru untuk memperoleh
pengalaman serta latihan yang intensif dalam membuka dan menutup pelajaran.
1. Prinsip-prinsip
Penggunaan
Penggunaan keterampilan membuka dan
menutup pelajaran dalam pembelajaran, mempunyai pengaruh positif terhadap
proses dan hasil belajar. Pengaruh positif itu antara lain:
1.
Timbulnya perhatian dan motivasi
siswa untuk menghadapi tugas-tugas yang akan dikerjakan.
2.
Siswa mengetahui dengan pasti
batas-batas tugas yang akan dikerjakan.
3.
Siswa mempunyai gambaran yang jelas
tentang pendekatan-pendekatan yang mungkin diambil dalam mempelajari
bagian-bagian dari suatu mata pelajaran.
4.
Siswa mengetahui hubungan antara
pengalaman-pengalaman yang telah dikuasai dengan hal-hal baru yang akan
dipelajari atau yang masih asing baginya.
5.
Siswa dapat menggabungkan
fakta-fakta, keterampilan-keterampilan atau konsep-konsep yang tercakup dalam
suatu peristiwa, serta
6.
Siswa dapat mengetahui tingkat
keberhasilannya dalam mempelajari pelajaran itu, Sedangkan guru dapat
mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mengajar.
Sebagaimana keterampilan mengajar
lainnya, ada prinsip-prinsip yang mendasari penggunaan komponen keterampilan
membuka dan menutup pelajaran yang harus dipertimbangkan oleh guru.
Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut:
a)
Bermakna
Dalam usaha
menarik perhatian atau memotivasi siswa guru hendaknya memilih cara yang
relevan dengan isi dan tujuan pelajaran. Cara atau usaha yang sifatnya
dicari-cari atau dibuat-buat hendaknya dihindarkan. Ceritera singkat atau
lawakan yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran mungkin sementara bisa
memikat siswa tetapi akan gagal dalam mewujudkan kelangsungan penguasaan
pelajaran.
b)
Berurutan dan berkesinambungan
Aktivitas
yang ditempuh oleh guru dalam memperkenalkan dan merangkum kembali pokok-pokok
penting pelajaran hendaknya merupakan bagian dari kesatuan yang utuh. Dalam
mewujudkan prinsip berurutan dan berkesinambungan ini perlu diusahakan suatu
susunan yang tepat, berhubungan dengan minat siswa, ada kaitannya yang jelas
antara satu bagian dengan bagian lainnya, atau ada kaitannya dengan pengalaman
dan pengetahuan yang telah dimilki siswa.
2. Komponen-Komponen
Keterampilan Membuka Pelajaran
Penerapan keterampilan membuka
pelajaran pada awal suatu jam pelajaran atau pada setiap penggal kegiatan dalam
inti pelajaran, guru harus melakukan kegiatan membuka pelajaran.
Komponen-komponen keterampilan membuka pelajaran itu meliputi: menarik
perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberikan acuan dan membuat kaitan.
Tiap komponen terdiri dari beberapa kelompok aspek dan kegiatan yang saling
berhubungan. Sebagai keterampilan maka sifatnya integratif dan ada beberapa komponen
yang tumpang tindih. Komponen-komponen dan aspek-aspeknya menurut Abimanyu
(1985) adalah sebagai berikut:
1. Menarik
perhatian siswa
Banyak cara yang dapat digunakan guru untuk menarik
perhatian siswa, antara lain seperti berikut:
a)
Gaya mengajar guru.
Guru
hendaknya memvariasikan gaya mengajarnya agar dapat menimbulkan perhatian
siswa. Misalnya guru memilih posisi di kelas dan memilih kegiatan yang berbeda
dari yang biasanya dia kerjakan dalam membuka pelajaran. Kali ini ia berdiri di
tengah-tengah kelas sambil bertanya pada siswa tentang kegiatan siswa di rumah
yang mungkin ada hubungannya dengan materi yang akan diajarkan. Pada kesempatan
lain mungkin guru berdiri di belakang atau di muka kelas lalu bercerita dengan
ekspresi wajah yang meyakinkan dan nada suara yang menunjukkan rasa bangga.
b)
Penggunaan alat bantu mengajar
Guru dapat
menggunakan alat-alat bantu mengajar seperti gambar, model, skema, dan
sebagainya untuk menarik perhatian siswa. Alat-alat bantu mengajar selain dapat
menarik perhatian siswa, dapat pula menimbulkan motivasi dan memungkinkan
terjadi kaitan antara hal-hal yang telah diketahui dengan hal-hal baru yang
akan dipelajari. Misalnya dalam mengajarkan simetri, guru membawa gambar-gambar
kupu-kupu, orang, cecak. Kemudian menunjukkan bangun-bangun datar yang akan
ditentukan sumbu simetrinya
c)
Pola interaksi yang bervariasi
Variasi pola
interaksi guru siswa yang biasa, seperti guru menerangkan siswa mendengarkan,
atau guru bertanya siswa menjawab, hanya dapat menimbulkan rangsangan permulaan
saja. Siswa belum sepenuhnya dapat memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang
akan dipelajari. Oleh karena itu, agar siswa dapat tertarik perhatiannya, guru
hendaknya mengadakan pola interaksi yang bervariasi dalam menyelenggarakan
pembelajaran. Seperti misalnya guru memberi perintah siswa mengerjakan perintah
itu, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, guru atau siswa yang
lainya menjawab pertanyaan itu, siswa berinteraksi dengan siswa lainnya dalam
diskusi kelompok kecil (buzz-groups) atau dalam suatu eksperimen, guru
mengemukakan masalah yang menarik ke seluruh kelas lalu siswa-siswa diminta
mengemukakan pendapat mereka, atau guru menunnjukkan barang yang bisa ditonton
seperti model-model yang ada manfaatnya lalu siswa diminta untuk melihatnya
secara bergiliran baik secara kelompok atau sendiri-sendiri.
2. Menimbulkan motivasi
Salah satu tujuan dari prosedur
membuka pelajaran adalah memilih secara hati-hati hal-hal yang menjadi
perhatian siswa. Hal-hal yang menjadi perhatian siswa itu hendaknya dapat
digunakan untuk menimbulkan motivasi. Dengan adanya motivasi itu, pembelajaran menjadi
dipermudah. Oleh karena itu, guru hendaknya melakukan berbagai cara untuk
menimbulkan motivasi itu. Sedikitnya ada 4 (empat) cara untuk menimbulkan
motivasi, yaitu:
a)
Dengan kehangatan dan keantusiasan.
Guru
hendaknya bersikap ramah, antusias, bersahabat, dan hangat. Sebab sikap yang
demikian itu dapat menimbulkan faktor-faktor dari dalam yang mendorong tingkah
laku dan kesenangan dalam mengerjakan tugas. Siswa akan timbul motivasinya
untuk belajar.
b)
Dengan menimbulkan rasa ingin tahu
Guru dapat
membangkitkan motivasi siswa dengan cara menimbulkan rasa ingin tahu dan
keheranan pada siswa. Misalnya ibu akan membunyikan jari ibu. Satu menit
berikutnya ibu akan membunyikan lagi. Kemudian membunyikan lagi dua menit
sesudah itu, lalu empat menit, delapan menit, enam belas menit dan seterusnya.
Setiap kali ibu melipatduakan menitnya. Berapa kali ibu akan membunyikan jari
tangan ibu selama satu jam. Cara-cara ini sangat baik untuk menimbulkan
motivasi siswa.
c)
Mengemukakan ide yang bertentangan
Untuk
menimbulkan motivasi siswa, guru dapat melontarkan ide-ide yang bertentangan
dengan mengajukan masalah atau kondisi-kondisi dari kenyataan sehari-hari.
Misalnya, guru mengajukan masalah sebagai berikut: “Balok merupakan bangun
dimensi tiga yang mempunyai panjang, lebar dan tinggi, jadi balok termasuk
bangun ruang. Kerucut tidak mempunyai panjang dan lebar tetapi masih termasuk
bangun ruang. Mengapa?”
d)
Dengan memperhatikan minat siswa
Guru dapat
menimbulkan motivasi siswa dengan cara menyesuaikan topik-topik pelajaran yang
diminati siswa. Untuk memperhatikan minat siswa dalam pembelajaran matematika
dapat diberikan contoh sebagai berikut. Meminta siswa membuat dugaan tentang
ukuran suatu benda. Berapa kira-kira banyaknya air yang dapat dimasukkan dalam suatu
drum sampai penuh. Atau contoh lain, berapa kilo berat uang logam sebanyak
seratus rupiah. Contoh-contoh tersebut sangat menarik minat siswa dalam
mengikuti pelajaran.
3. Memberi
acuan (structuring)
Memberi acuan diartikan sebagai
usaha mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkaian alternatif yang
memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang akan
dipelajari dan cara yang hendak ditempuh dalam mempelajari materi pelajaran.
Untuk itu usaha dan cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah:
a)
Mengemukakan tujuan dan batas-batas
tugas.
Guru
hendaknya terlebih dahulu mengemukakan tujuan pelajaran dan batas-batas tugas
yang harus dikerjakan oleh siswa, agar mereka memperoleh gambaran yang jelas
tentang ruang lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari serta tugas-tugas
yang harus dikerjakan. Misalnya, guru pertama-tama berkata, hari ini kita akan
belajar tentang pengumpulan data. Perhatikan alat peraga yang ibu bawa
(timbangan dan meteran). Kumpulkanlah data berat dan tinggi badan teman-temanmu
menggunakan alat peraga tesebut.
b)
Menyarankan langkah – langkah yang
akan dilakukan
Pada
permulaan atau pada saat-saat tertentu selama penyajian pelajaran, siswa akan
terarah usahanya dalam mempelajari materi pelajaran jika guru dapat memberi
saran-saran tentang langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan. Misalnya,
tugas kalian sekarang adalah membuktikan rumus volum kerucut dengan pendekatan
volum tabung. Langkah yang harus kalian kerjakan adalah pertama memasukkan
beras atau pasir ke dalam kerucut, lalu tuangkan beras tersebut ke dalam
tabung, lakukan hal tersebut sampai tabung penuh. Kemudian buatlah kesimpulan
dari kegiatan yang kalian lakukan.
c)
Mengingatkan masalah pokok yang akan
dibahas
Ada beberapa
cara yang dapat dilakukan guru untuk mengingatkan masalah pokok yang akan
dibahas. Misalnya dengan mengingatkan siswa untuk menemukan hal-hal positif
dari sifat-sifat tentang sesuatu konsep, manusia, benda, gambar-gambar, dan
sebagainya. Di samping hal-hal positif, kemudian siswa perlu pula diingatkan
untuk menemukan hal-hal yang negatif, yang hilang atau yang kurang lengkap.
Misalnya guru berkata: Amatilah macam-macam model bangun datar segitiga ini,
jelaskan mengapa ada yang disebut segitiga samakaki, segitiga samasisi, dan segitiga
sembarang, serta ada yang bukan disebut model bangun datar segitiga.
d)
Mengajukan pertanyaan – pertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan guru sebelum mulai menjelaskan materi pelajaran akan mengarahkan
siswa dalam mengantisipasi isi pelajaran yang akan dipelajari. Misalnya,
sebelum menjelaskan cara membagi dua pecahan, guru dapat mengajukan pertanyaan
sebagai berikut, ibu mempunyai setengah loyang kue, kue tersebut akan dibagi
dua sama besar dan akan diberikan pada kedua anaknya, berapa bagiankah kue yang
diterima masing-masing anaknya? Dengan pertanyaan tersebut diharapkan dapat
membantu siswa untuk memahami cara membagi dua pecahan.
4. Membuat
kaitan
Jika guru akan mengajarkan materi
pelajaran yang baru, guru perlu menghubungkannya dengan hal-hal yang telah
dikenal siswa atau dengan pengalaman-pengalaman, minat, dan kebutuhan-kebutuhan
siswa. Hal itulah yang disebut bahan pengait. Contoh usaha-usaha guru untuk
membuat kaitan:
a)
Membuat kaitan antar aspek-aspek
yang relevan dari bidang studi yang telah dikenal siswa. Dalam permulaan
pelajaran guru meninjau kembali sampai seberapa jauh pelajaran yang diberikan
sebelumnya telah dipahami. Caranya, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan
pada siswa, tetapi dapat pula merangkum isi materi pelajaran terdahulu secara
singkat. Misalnya, sebelum mengajarkan pembagian dua pecahan, guru mengulang
kembali bagaimana mengalikan bilangan pecahan.
b)
Guru membandingkan atau
mempertentangkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diketahui. Hal
ini dilakukan jika bahan baru itu erat kaitannya dengan bahan pelajaran yang
telah dikuasai. Misalnya, guru lebih dahulu mengajukan pertanyaan-pertanyaan
untuk mengetahui pemahaman siswa tentang pengurangan dan perkalian bilangan
cacah sebelum mengajarkan pembagian bilangan cacah.
c)
Guru menjelaskan konsep atau
pengertiannya lebih dahulu sebelum menyajikan bahan secara terperinci. Hal ini
dilakukan karena bahan pelajaran yang akan dijelaskan sama sekali baru.
Misalnya, untuk menjelaskan perkalian dua guru terlebih dahulu menjelaskan
jumlah kaki unggas, seperti ayam, itik, burung, sepeda, sepeda motor, dan
sebagainya.
3. Komponen-Komponen
Keterampilan Menutup Pelajaran
Menjelang akhir dari suatu pelajaran
atau pada akhir setiap penggal kegiatan, guru harus melakukan kegiatan menutup
pelajaran. Hal ini harus dilakukan agar siswa memperoleh gambaran yang utuh
tentang pokok-pokok materi pelajaran yang telah dipelajari. Menurut Abimanyu
(1985) cara-cara yang dapat dilakukan guru dalam menutup pelajaran ini adalah
sebagai berikut:
1. Meninjau
Kembali
Menjelang akhir suatu jam pelajaran atau pada akhir
setiap penggal kegiatan, guru meninjau kembali apakah inti pelajaran yang
diajarkan telah dikuasai siswa. Ada dua cara meninjau kembali penguasaan inti
pelajaran itu, yaitu merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan.
a)
Merangkum inti pelajaran.
Pada
dasarnya kegiatan merangkum inti pelajaran ini terdapat sepanjang proses
pembelajaran. Misalnya, pada saat guru selesai menjelaskan ciri-ciri bangun
ruang kubus, atau jika guru membuat kesimpulan secara lisan hasil diskusi yang
ditugaskan pada siswa, setelah selesai sejumlah pertanyaan dijawab oleh siswa,
pada saat menjelang pergantian topik bahasan, dan tentu saja pada saat
pembelajaran akan diakhiri. Selain guru, siswa dapat juga diminta untuk membuat
rangkuman secara lisan. Tetapi jika rangkuman yang dibuat oleh siswa itu salah
atau kurang sempurna, guru harus membetulkan atau menyempurnakan rangkuman itu.
b)
Membuat ringkasan
Cara lain
yang dapat ditempuh untuk memantapkan pokok-pokok materi yang diajarkan adalah
membuat ringkasan. Selain manfaat tersebut, dengan ringkasan itu siswa yang
tidak memiliki buku sumber atau siswa yang lambat belajar dapat mempelajarinya
kembali. Pembuatan ringkasan itu dapat dilakukan oleh guru, dapat pula
dilakukan oleh siswa secara perorangan atau kelompok, dan dapat pula dilakukan
oleh guru dan siswa bersama-sama. Misalnya, setelah pelajaran statistika
tentang pengumpulan dan pengolahan data selesai, siswa diminta membuat
ringkasan cara mengolah data yang telah dikumpulkan siswa melalui percobaan.
Hasil diskusi tersebut ditulis di kertas lebar dan menempelkannya di dinding
atau di papan tulis serta mengemukakan hasil rumusan kelompok itu ke seluruh
kelas untuk memperoleh tanggapan.
2. Mengevaluasi
Salah satu upaya untuk mengetahui apakah siswa sudah
memperoleh wawasan yang utuh tentang suatu konsep yang diajarkan selama satu
jam pelajaran atau sepenggal kegiatan tertentu adalah dengan penilaian. Untuk
maksud tersebut guru dapat meminta siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan secara
lisan atau mengerjakan tugas-tugas.
Bentuk-bentuk evaluasi itu secara terperinci adalah
sebagai berikut:
a)
Mendemonstrasikan keterampilan.
Pada akhir
satu penggal kegiatan siswa dapat diminta untuk mendemonstrasikan
keterampilannya. Misalnya, setelah guru selesai menerangkan konsep matematika,
guru meminta siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis.
b)
Mengaplikasikan ide baru pada
situasi lain
Misalnya,
setelah guru menerangkan penjumlahan dua pecahan lalu siswa disuruh
menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan penjumlahan pecahan.
c)
Mengekspresikan pendapat siswa
sendiri
Guru dapat
meminta siswa untuk memberi komentar tentang keefektifan sesuatu demonstrasi
yang dilakukan guru atau siswa-siswa lain. Misalnya, setelah permainan peran (role-playing)
tentang aritmatika sosial dalam bahasan pengenalan mata uang selesai, lalu
siswa diminta untuk mengemukakan pendapat dan perasaan mereka tentang peran
yang dimainkan.
d)
Soal – soal tertulis
Guru dapat memberikan soal-soal
tertulis untuk dikerjakan siswa. Soal-soal tertulis itu dapat berbentuk uraian,
tes objektif, atau melengkapi lembaran kerja.
B. Pengertian Penguatan
Penguatan adalah respon terhadap suatu perilaku yang
dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Dalam rangka pengelolaan
kelas, dikenal penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif
adalah penguatan yang bertujuan untuk mempertahankan dan memelihara perilaku
positif, sedangkan penguatan negatif merupakan penguatan perilaku dengan cara
menghentikan atau menghapus rangsangan yang tidak menyenangkan. Misalnya dalam
penguatan negatif, guru memberikan sindiran kepada siswa yang tidak
memperhatikan saat guru tersebut menerangkan suatu materi pelajaran.
Manfaat
penguatan bagi siswa, antara lain.
1.
Meningkatnya perhatian dalam
belajar.
2.
Membangkitkan dan memelihara
perilaku.
3.
Menumbuhkan rasa percaya diri.
4.
Memelihara suasana belajar yang
kondusif.
Keterampilan memberikan penguatan merupakan
keterampilan yang harus dikuasai oleh guru karena penguatan yang diberikan
kepada siswa akan membangkitkan semangat dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Semangat siswa yang tinggi akan meningkatkan daya tangkap ilmu sehingga
nantinya tujuan yang ingin dicapai oleh guru dapat diraih dengan baik.
Penguatan
harus dilakukan secara merata kepada siswa yang baik ataupun kurang baik
perilakunya. Guru tidak boleh membeda-bedakan dalam memberikan penguatan.
C. Komponen-Komponen Yang Terdapat Dalam Pemberian
Penguatan
1. Penguatan Verbal
Salah satu bentuk penguatan yang bisa diberikan oleh
guru untuk memotivasi siswa agar berpartisipasi dalam pembelajaran adalah lewat
ucapan. Segala ungkapan kata-kata yang dilontarkan guru untuk menanggapi balik
aktivitas siswa termasuk ke dalam penguatan verbal.Beragam ucapan-ucapan lain
yang bisa dilontarkan guru secara spontan, kata yang digunakan diusahakan
bervariasi agar tetap segar dan bersemangat. Dengan ucapan atau tanggapan
balik tersebut siswa merasa terpuji, dihargai, diberikan perhatian, dan yang
tidak kurang pentingnya adalah siswa merasa bahwa belajar tersebut sangat
bermanfaat bagi dia.
2. Penguatan Non Verbal
Memberikan tanggapan balik yang bertujuan agar siswa
terdorong untuk lebih berprestasi, tidak terbatas dalam bentuk ucapan saja.
Banyak bentuk pemberian penguatan yang dapat dipilih oleh guru, sehingga tidak
membosankan bagi siswa.
Bentuk-bentuk perbuatan tersebut dapat dibedakan dalam
kategori berikut.
a)
Mimik dan gerak badan
Komunikasi
akan berjalan dengan baik apabila dua orang atau lebih yang berinteraksi saling
berhadapan. Selama proses interaksi tersebut dipertahankan agar mimik muka atau
wajah tidak cemberut, dingin, tanpa ekspresi, dan tampilan-tampilan lain yang
menimbulkan kesan tidak simpatik. Selama proses pembelajaran, interaksi antara
siswa dengan guru berlangsung terus menerus selama waktu 2 x 40 menit atau 2 x
45 menit.
Selama
selang waktu yang relatif panjang tersebut diharapkan siswa berpartisipasi
secara aktif dan untuk mempertahankan kondisi positif tersebut guru secara
berkesinambungan memberikan berbagai penguatan. Salah satu bentuk penguatan
tersebut adalah mimik. Senyuman, anggukan, gelengan yang mengisyaratkan rasa
takjub dengan tanggapan siswa, mengangkat kedua alis, acungan jempol, dan
lain-lain. Variasi-variasi tersebut dapat dipilih dan divariasikan guru selama
proses pembelajaran berlangsung.
b)
Mendekati
Setiap siswa
memiliki kecenderungan yang sangat mungkin berbeda dengan temannya. Ada siswa
yang senang dipuji dan dibesarkan hatinya dengan kata-kata manis dan simpatik,
ada siswa yang puas hanya dengan senyuman atau tatapan bangga sesaat dari
gurunya. Tapi ada siswa yang berharap lebih dari itu. Mereka lebih senang kalau
guru berada di sampingnya saat memberikan penguatan.
Tipe siswa
yang lebih suka didekati tersebut. Sebaiknya guru berusaha memenuhi harapan
tersebut. Karena tidak berat bagi guru untuk berpindah dari depan ke tempat
siswa yang baru saja memberi tanggapan atau jawaban dari pertanyaan yang
diberikan, atau memberi penjelasan. Mendekati di sini bukan sekedar berdekatan
secara fisik, tetapi digabung dengan bentuk penguatan yang lain, sehingga tidak
terkesan hambar atau dingin.
c)
Sentuhan
Kontak fisik
atau sentuhan yang diberikan oleh guru suatu kebanggaan tersendiri bagi
sekelompok siswa. Bagi siswa yang sudah memberikan jawaban pertanyaan,
melengkapi jawaban temannya atau memberi penjelasan, tanggapan bahkan kritikan
atau meralat argumentasi temannya, guru dapat memberikan penguatan dengan
menyalami, menepuk-nepuk pundak siswa, membelai kepala siswa atau sentuhan lain
yang membuat siswa bangga dan ingin tampil lebih baik lagi.
d)
Kegiatan yang menyenangkan hati
siswa
Guru yang
profesional berusaha mengenal kecenderungan dan karakter semua siswanya. Guru
berusaha mengetahui hal-hal seperti apa yang lebih disenangi oleh siswa.
Sehingga apabila diberikan suatu tugas, mereka merasa senang melakukannya.
Sehubungan
dengan pemberian penguatan di dalam pembelajaran fisika guru juga dapat memilih
aktivitas yang membuat siswa senang. Misalnya, mengajukan pertanyaan yang
bersifat kompetisi dalam menjawab, memperagakan sesuatu di depan kelas,
mengerjakan latihan berbentuk teka-teki silang, melakukan studi tour, atau
memberikan tugas proyek dan banyak lagi aktivitas lain yang dapat dipilih dan
divariasikan.
Bentuk
kegiatan yang dipilih oleh guru disesuaikan dengan kesenangan siswa di dalam
belajar fisika. Misalnya, apabila kelas tersebut dinominasi oleh siswa yang
senang berolahraga. Pada saat mempelajari gerak dalam bidang, guru membawa
siswa ke lapangan untuk memperagakan berbagai bentuk gerak parabola, gerak
melingkar, ataupun gerak pada bidang miring.
e)
Simbol atau benda
Bentuk lain
dari penguatan non verbal adalah simbol atau pemberian hadiah berbentuk benda.
Misalnya guru mempersiapkan mainan kecil dan lucu atau alat tulis, atau mungkin
hanya permen untuk dibagikan kepada siswa yang berpartisipasi secara aktif di
dalam pembelajaran.
Bagi siswa
yang mendapatkan hadiah, pemberian tersebut akan mendorong dia
untuk tampil lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan siswa yang lain menjadi
lebih bersemangat, juga ingin mendapat hadiah. Karena hadiah tersebut
melambangkan prestasi mereka dalam belajar fisika. Hadiah dapat memberi
kebanggaan dan mendorong semangat mereka untuk lebih baik lagi pada kesempatan
berikutnya.
f)
Penguatan tak penuh
Pada
penguatan ini, siswa yang menyampaikan pendapat yang kurang benar atau tidak
benar tidak langsung disalahkan secara kasar tetapi dengan memberikan penguatan
tetapi tidak penuh, misalnya “Jawabanmu sudah baik, tetapi masih kurang tepat”.
Kemudian guru meminta siswa lain untuk menyempurnakan atau menambahkan sehingga
siswa tadi mengetahui bahwa jawabannya tidak seluruhnya benar, namun juga tidak
salah.
D. Prinsip Penggunaan Penguatan
Supaya penguatan yang diberikan oleh guru tepat
sasaran. Pemberian penguatan di dalam pembelajaran harus memperhatikan beberapa
prinsip pemberian penguatan, sebagai berikut.
a. Hangat dan Antusias
Guru adalah pemberi semangat bagi siswanya. Semangat
tentu saja tidak mampu diberikan oleh orang yang kurang atau tidak bersemangat.
Aktivitas yang bertujuan memberikan semangat tersebut juga tidak akan sampai
pada sasaran, apabila pemberiannya dilakukan tanpa dukungan kehangatan.
Kehangatan yang ditampilkan oleh guru secara psikologis berdampak positif
terhadap siswa. Kehangatan tersebut dapat mencairkan suasana kaku, diam, ramai,
dan tegang menjadi kondusif.
Sikap antusias dalam batas kewajaran atau tidak
berlebihan punya makna sendiri di hati siswa. Melihat gurunya antusias, siswa
yang tadinya malas, mengantuk, capek, atau melakukan aktivitas lain menjadi
tertarik ikut di dalam pembelajaran. Jadi apabila sebelumnya hanya sebagian
siswa yang aktif di dalam pembelajaran, sikap antusias yang ditampilkan guru
dapat menarik yang belum aktif menjadi aktif.
b.
Kebermaknaan
Penguatan yang diberikan oleh guru sangat berarti atau
bermakna bagi siswa. Mereka merasa lebih percaya diri, merasa dihargai, merasa
diperhatikan, merasa berhasil dalam belajar, merasa terpuji dan tersanjung.
Perasaan ini berdampak terhadap mental mereka. Siswa jadi lebih berani mengemukakan
pendapatnya, meningkat rasa ingin tahunya, dan lebih percaya diri. Dengan
demikian diharapkan partisipasinya menjadi lebih baik pada kesempatan
berikutnya.
Bila guru melakukan penguatan secara tepat dan terus
menerus, rasa ingin tahu siswa terpenuhi, akibatnya mereka merasakan bahwa
belajar fisika membuat mereka jadi tahu banyak hal. Apa yang mereka ketahui
tersebut membantu mereka menjawab pertanyaan tentang suatu kejadian, yang
mungkin sebelumnya membuat mereka penasaran atau bingung.
c. Menghindari
respon negatif
Kadangkala siswa kurang baik dalam mengungkapkan buah
pikirannya di dalam kelas atau bahkan bisa jadi pendapat tersebut keliru.
Seorang guru profesional berusaha membesarkan hati siswa dengan tanggapan yang
positif. Tidak langsung menyalahkan atau menghakimi siswa di hadapan
teman-temannya. Contoh.
·
Guru tahu ada siswa yang kurang
memperhatikan pada saat memperagakan. Guru berpikir mungkin si siswa sudah
paham, jadi demonstrasi itu tidak menarik buat dia.
·
Guru menganggap semua siswa sudah
paham dan bersiap untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih
menggunakan jangka sorong.
·
Guru menunjuk siswa yang tadinya
tidak memperhatikan untuk membaca hasil pengukuran dan menyampaikan kepada
teman-temannya.
·
Siswa tersebut tidak tahu cara
membacanya, sehingga kebingungan.
Pada kejadian seperti ini, seorang guru professional
guru tidak langsung menyalahkan atau memarahi siswa karena tidak memperhatikan
sewaktu guru menerangkan pelajaran. Guru bisa menunjuk siswa lain untuk
melaksanakan tugas itu dan siswa tadi disuruh memperhatikan. Kepada siswa yang
menggantikan tugas tadi guru memberi penguatan dan kepada siswa pertama. Guru
memberikan dorongan agar belajar lebih tekun atau lebih serius dari sebelumnya.
Guru tidak perlu mengeluarkan ucapan, “Makanya perhatikan saat saya
menerangkan, jangan sok tahu!!”
Ucapan atau tanggapan negatif dapat merusak kondisi
kelas. Tidak hanya siswa yang mendapat perlakuan tidak enak saja yang
terpengaruh, siswa lain akan ikut terkena dampaknya. Perasaan tenang yang
dirasakan siswa-siswa lain bisa berubah menjadi tertekan, takut, cemas, dan
was-was akan menghantui mereka. Suasana yang tadinya santai dan nyaman bagi
sebagian siswa berubah menjadi menegangkan. Akibatnya mereka tidak konsentrasi
lagi mengikuti pelajaran. Khawatir hal yang sama menimpa mereka.
Siswa yang menerima perlakuan atau tanggapan yang
tidak mengenakan atau bersifat negatif, bukannya akan menjadi bersemangat.
Tetapi malah semakin mundur. Dia malu dengan guru dan teman-temannya. Merasa
diadili, dipersalahkan, dinilai tidak mampu, dan berbagai perasaan lainnya. Ini
dapat berakibat tumbuhnya rasa antipati terhadap guru dan pelajaran fisika dan
menimbulkan ketidaknyamanan dan lebih ekstrim lagi menimbulkan dendam dan rasa
benci. Jadi sebaiknya guru tidak pernah memberikan tanggapan negatif terhadap
siswa. Guru boleh menghukum atau memarahi siswa, tetapi harus dengan santun dan
penuh rasa kasih orang tua kepada siswanya.
d. Pemberian
penguatan dengan segera
Penguatan seharusnya diberikan dengan segera setelah
muncul tingkah laku atau respon dari siswa. Penguatan yang ditunda
pemberiannya, cenderung menyebabkan menjadi kurang efektif. Agar dampak positif
yang diharapkan tidak menurun bahkan hilang, penguatan haruslah diberikan
segera setelah siswa menunjukkan respon yang diharapkan. Dengan kata lain,
tidak ada waktu tunggu antara respon yang ditunjukkan dengan penguatan yang
diberikan.
e. Variasi bentuk penguatan
Proses pembelajaran yang bersifat tatap muka
berlangsung 1 atau 2 jam pelajaran, sekitar 40 atau 45 sampai 80 atau 90
menit. Waktu yang cukup lama untuk menjaga interaksi positif berlangsung secara
terus menerus, atau untuk mempertahankan semangat belajar.
Banyak aktivitas dan tugas yang bisa diberikan guru
selama selang waktu tersebut. Tentu saja beragam pula pertisipasi yang bisa
diberikan oleh siswa. Setiap sumbangan pikiran siswa layak diberikan
penghargaan, semua siswa berhak mendapatkan penguatan. Agar tidak membosankan
dan selalu hidup, guru harus pintar memvariasikan berbagai bentuk penguatan.
Kadang mengatakan bagus, pada kesempatan lain mengacungkan jempol, berikutnya
tersenyum sambil menganggukan kepala, lalu mendekati siswa, begitu seterusnya.
Sehingga ucapan atau tanggapan yang sama tidak keluar berulang-ulang dalam
waktu terbatas.
E. Cara Penggunaan Pemberian Penguatan Dalam
Pembelajaran
Ada dua cara
dalam menggunakan penguatan, antara lain.
a)
Penguatan kepada pribadi tertentu
Penguatan
harus jelas kepada siapa ditujukan. Karena apabila tidak, akan kurang efektif.
Oleh karena itu, sebelum memberikan penguatan, guru terlebih dahulu menyebut
nama siswa yang bersangkutan sambil menatap kepadanya.
b)
Penguatan kepada kelompok
Penguatan
dapat pula diberikan kepada sekelompok siswa, misalnya “Bapak sangat senang
kalian menyelesaikan tugas ini dengan baik”. Dapat juga memberikan sebuah
penghargaan lain.
F. Kelebihan Dalam Pemberian Penguatan Dalam
Pembelajaran
Pemberian penguatan dalam proses pembelajaran
mempunyai beberapa kelebihan atau manfaat apabila dapat dilakukan dengan tepat,
antara lain.
1.
Dapat meningkatkan perhatian dan
motivasi siswa terhadap materi.
2.
Dapat mendorong siswa untuk berbuat
baik dan produktif.
3.
Dapat menumbuhkan rasa kepercayaan
diri siswa itu sendiri.
4.
Dapat meningkatkan cara belajar
siswa menjadi aktif.
5.
Dapat mendorong siswa untuk
meningkatkan belajarnya secara mandiri.
Kelebihan-kelebihan dalam memberikan penguatan
bergantung pada guru yang memberikan penguatan. Apabila guru tersebut sesuai
dalam memberikan penguatan, maka proses pembelajaran akan tercapai secara maksimal.
G. Kelemahan Dalam Pemberian Penguatan Dalam
Pembelajaran
Walaupun pemberian penguatan sifatnya sederhana dalam
pelaksanaannya, namun dapat pula pemberian penguatan yang diberikan kepada
siswa justru membuat siswa enggan belajar karena penguatan yang diberikan tidak
sesuai dengan tindakan yang dilakukan siswa tersebut.
Pemberian penguatan yang berlebihan juga akan
berakibat fatal. Misalnya, pemberian penguatan berupa hadiah secara
terus-menerus dapat mengakibatkan siswa menjadi bersifat materialistis.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keterampilan membuka pelajaran adalah
kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mempersiapkan mental dan menimbulkan
perhatian siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa terpusat pada hal-hal yang akan
dipelajari. Kegiatan membuka pelajaran semacam itu tidak saja harus dilakukan
guru pada awal jam pelajaran tetapi juga pada awal setiap penggal kegiatan dari
inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu.Penguatan
adalah respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali perilaku itu.Pemberian penguatan di dalam pembelajaran
harus memperhatikan beberapa prinsip pemberian penguatan, antara lain
memberikan kehangatan, keantusiasan, kebermaknaan, menghindari respon negatif,
pemberian penguatan dengan segera, dan memvariasikan bermacam-macam bentuk
penguatan.Ada dua cara dalam menggunakan penguatan, antara lain penguatan
kepada pribadi tertentu dan penguatan kepada kelompok.Pemberian penguatan dalam
proses pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan apabila dapat dilakukan dengan
tepat, antara lain dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap
materi, dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif, dapat
menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri, dapat meningkatkan cara
belajar siswa menjadi aktif, dan dapat mendorong siswa untuk meningkatkan
belajarnya secara mandiri.Pemberian penguatan yang diberikan tidak sesuai
dengan tindakan yang dilakukan siswa tersebut akan menyebabkan siswa enggan
belajar. Pemberian penguatan yang berlebihan juga akan berakibat fatal.
DAFTAR PUSTAKA
https://areknerut.wordpress.com/2012/12/30/keterampilan-memberikan-penguatan-dalam-proses-pembelajaran/
https://pendyrafadigital.blogspoot.com
No comments:
Post a Comment