Wednesday, April 5, 2017

Rangkuman Buku Bimbingan Konseling Karya Dr. Fenti Hikmawati, M.Si.

Judul : Bimbingan Konseling
Pengarang : Dr. Fenti Hikmawati, M.Si

     BAB 1
                                PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN
                                               DAN KONSELING
A.   Pengertian Bimbingan dan Konseling
1.     Pengertian Bimbingan
            Bimbingan merupakan salah satu bidang dan program dari pendidikan, dan program ini di tujukan untuk membantu mengobtimalkan perkembangan siswa.
2.     Pengertian konseling
           Konseling sebenarnya merupakan salah satu teknik atau layanan didalam bimbingan, konseling merupakan salah satu teknik dalam bimbingan, tetapi merupakan teknik inti atau teknik kunci.
          Menurut Leona E.Tylor, ada lima karakteristik atau sekaligus prinsip-prinsip konseling, yaitu sebagai berikut
a.     Konseling tidak sama dengan pemberian nasehat(advicement)
b.     Konseling mengusahakan perubahan-perubahan yang fundamental yang berkenaan dengan pola-pola hidup
c.      Konseling lebih menyangkut sikap dari pada perbuatan atau tindakan
d.     Konseling lebih berkenaan dengan penghayatan emosional dari pada pemecahan intelektual.
e.      Konseling juga menyangkut juga klien dengan orang lain.
B.   Tahap Studi Kelayakan
      Studi kelayakan ini mengacu pada semua refleksi tentang alasan mengapa diperlukan suatu program dan kebutuhan siswa apa yang dapat dipenuhi melalui program itu,
Beberapa hal yang perlu di analisis dalam studi kelayakan, seperti karakteristik diri klien, kebudayaan setempat serta kestrategisan lokasi, hal ini hendaklh di perkuat dengan setting riset yang valid.
                                               
Adapun hal-hal sebagai pijakan untuk mempraktikan layanan BK, pada intinya adalah:                                                                                                                                        
1.     Melakukan penelaahan kebutuhan untuk mengukur dan keinginan, laku sikap, kepercayaan , serta tingkah objek BK.
2.     Menentukan kebutuhan pokok objek BK yang akan dilayani.
3.     Memilih prioritas layanan dan subjek sasaran tertentu untuk memenuhi kebutuhan objek BK.
C.   Tahap penyusunan Tujuan  Program Bimbingan dan Konseling
          Tujuan program BK tidak lain ialah agar kegiatan Bimbingan dan Konseling disekolah dapat terlaksana dengan lancar, efektif dan efesien, dan hasil-hasilnya dapat dinilai, tujuan sekolah pada umumnya juga akan lebih menegakkan akuntabilitas bimbingan dan konseling disekolah .
D.   Tahap Menentukan Lingkup program
            Tahap ini merupakan tahap yang memberikan layanan-layanan pada program bimbingan dan konseling, Pada program umum lingkup ini mencangkup seluruh bidang layanan bimbingan dan konseling yang dapat diberikan.
          Lingkup program umum bimbingan dan  konseling dapat mencangkup bidang-bidang,sebagai berikut
1.     Bimbingan pribadi: layanan pengembangan kemampuan mengatasi masalah-masalah pribadi dan kepribadian,berkenaan dengan aspek-aspek intelektual, efektif ,dan fsikomotorik.
2.     Bimbingan sosial: layanan  pengembangan dan kemampuan dan mengatasi masalah sosial, dalam kehidupan keluarga, sekolah dan masyarakat.
3.     Bimbingan belajar: layanan mengoptimalkan perkembangan dan mengatasi masalah dan proses pembelajaran bersama guru dan belajar mandiri baik dirumah maupun disekolah.
4.     Bimbingan karier: layanan merencanakan dan mempersiapkan pengembangan karier.



E.    Tahap Konsultasi Usulan Program Bimbingan dan Konseling
          Agar layanan bimbingan dan konseling diterima diberbagai pihak, ada baiknya program bimbingan dan konseling yang telah tertuang dalam perencanaan atau blue print perlu di konsultasikan oleh berbagai pihak baik ahli konselor atau pejabat-pejabat dalam masyarakat.
 Selain itu, ada berbagai cara yang dapat ditempuh oleh institusi penyelenggara program bimbingan dan konseling, seperti;
1.     Menjelaskan secara lisan kepada berbagai pihak yang berkepentingan.
2.     Menggunakan perangkat-perangkat yang ada pada lembaga, misalnya kontak kritik dan saran, kolom saran jika tersedia layanan website atau e-mail , serta cara-cara lain yang menunjang keefektifan dalam kerja.
F.    Tahap Penyediaan Fasilitas
         Penyediaan fasilitas bimbingan dan konseling selain merupakan kewajiban juga harus diimbangi dengan pencitraan fasilitas itu sendiri sebgai tempat yang “baik”. Selain itu, harus diperhatikan juga dalam fasilitas yang frofesional, meliputi:
1.     Tata letak lokasi;
2.     Simbol, dekorasi ruangan, aksesoris, dan sebagainya.
G.   Tahap Penyediaan Anggaran Biaya
        Penganggaran biaya merupakan hal yang cukup sensitif dan cukup rumit untuk diterapkan dan terkadang sulit untuk dirasionalisasikan. Oleh karena itu, harus ada beberapa pendekatan dalam menetapkan anggaran biaya, menurut Ridwan (2004) ada tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam penganggaran program bimbingan dan konseling, yaitu
1.     Pendekatan subjektif : yaitu pendekatan ini didasarkan atas pengalaman-pengalaman terdahulu.
2.     Pendekatan tugas : yaitu setiap satuan layanan dan kegiatan pendukungnya telah berisi tujuan dan hasil-hasil yang hendak di capai, dan dietribusi tugas untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
3.     Pendekatan normatip : yaitu konselor menawarkan layanan unggulan kepada siswa, maka dalam penyusunan anggaran, konselor sekolah sebaiknya mengarahkan perhatian pada optimalisasi perkembangan siswa.


H.   Tahap implementasi program bimbingan dan konseling
 Implementasi program adalah tahap melaksanakan semua jenis layanan dan kegiatan yang sudah dirancang, program jangkah panjang merupakan program umum yang akan dicapai dalam jangkah waktu yang relatif lama, program ini menjadi program umum tahunan. Dalam implementasi program bimbingan dan konseling, para konselor dan guru pembimbing memegang peranan yang sangat penting, mereka merupakan ujung tombak pelaksana program.
Pemberian layanan bimbingan dan konseling membutuhkan kerja sama, kekompakan, saling pengertian, saling membantu, dan saling menunjang diantara para pelaksananya.
Hubungan dan kerja sama antar konselor atau guru pembimbing juga dipengaruhi oleh kepedulian dan kepemimpinan kepala sekolah, kepala sekolah yang memiliki perhatian dan kepedulian yang tinggi, akan mendukung, mendorong, dan memfasilitasi semua kegiatan layanan bimbingan dan konseling.
Keberhasilan implementasi program bimbingan dan konseling juga membutuhkan dukungan sarana-prasarana, instrumen dan bahan yang memadai, komonikasi dan kerja sama antartim BK dan antara tim BK dengan jurusan-jurusan di lembaga pendidikan tinggi  keguruan (LPTK) dapat membantu memudahkan mendapatkan instrumen dan bahan yang diperlukan dalam pelaksana program bimbingan dan konseling.



                                                                 


BAB 2
                            HAL-HAL YANG PERLU MENDAPAT PERHATIAN
                                    DALAM PENYUSUNAN  PROGRAM BK
A.   Arah Kegiatan Bimbingan dan Konseling
1.     Kegiatan bimbingan dan konseling diarahkan kepada:
·        Terpenuhnya tugas-tugas perkembangan peserta didik dalam setiap tahap perkembangan mereka.
·        Dalam upaya mewujudkan tugas-tugas perkembangan itu, kegiatan bimbingan dan konseling itu mendorong peserta didik mengenal diri dan lingkungan, mengembangkan diri dan sikap posisi mengembangkan arah karier dan masa depan.
·        Kegiatan bimbingan dan konseling meliputi bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karier
2.     Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
Secara konkret diarahkan kepada pengembangan berbagai kompetensi peserta didik.
B.   Unsur-Unsur Program Bimbingan dan Konseling
 Unsur-unsur yang hendaknya di perhatikan dan menjadi isi program bimbingan dan konseling disekolah adalah:
1.     Jumlah siswa yang di bimbing
2.     Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan
3.     Unsur bimbingan dan konselingis






a.     Bidang-bidang bimbingan
b.     Jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling
c.      Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
4.     Volume kegiatan bimbingan dan konseling
5.     Unsur layanan terhadap siswa
6.     Setiap kali kegiatan bimbingan dan konseling kurang lebih sekitar dua jam.
7.     Pada semester pertama diwajibkan dilaksanakannya layanan orientasi

C.   Program Menyeluruh Bimbingan dan Konseling
Program bimbingan dan konseling secara menyeluruh idealnya disusun berturut-turut mulai dari semester pertama kelas satu sampai dengan semester enam kelas tiga. Program-program tersebut merupakan kesinabungan dinamis dari yang pertama sampai dengan ke enam. Sementara jika kondisi yang demikian itu belom tercapai, hendaknya para guru pembimbing masing-masing menyusun program bimbingan dan konseling mulai dari semester pertama untuk kelas-kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
Dalam praktek lebih lanjut, penyusunan program semester (mulai dari semester pertama) disusun berdasarkan pengalaman guru pembimbing dalam melaksanakan program-program harian, mingguan, dan bulanan.
D.   Kompetinsi dan Sasaran Layanan Bimbingan dan Konseling
 Langkah-langkah penjabaran kompetinsi yang hendak di kembangkan melalui kegiatan bimbingan dan konseling yang selanjutnya diikuti perumusan materi pengembangan masing-masing kompetinsi tersebut.




                                     

                                BAB 3
             PENERAPAN BK DI SEKOLAH
A.   Fungsi dsn Tujuan BK di Sekolah
Fungsi dari bimbingan dan konseling di sekolah diantaranya:
1.     Fungsi pemahaman
2.     Fungsi freventif
3.     Fungsi pengembangan
4.     Fungsi penyembuhan
5.     Fungsi penyaluran
6.     Fungsi adaftasi
7.     Fungsi penyesuaian
8.     Fungsi perbaiakan
9.     Fungsi fasilitasi
10.                        Fungsi pemeliharaan
 Tujuan pelayanan bimbingan disekolah ialah agar konseli dapat:
1.     Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembanagn karier serta kehidupannya ddi masa yang akan datang;
2.     Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin;
3.     Menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, serta lingkungan kerjanaya;
4.     Mangatasi hmbatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan sekolah, masyarakat maupun lingkugan kerja.
B.   Pelayanan BK di sekolah
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosia, kegiatan belajar serta perencanaan dan pengembangan karier pelayanan bimbingan dan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik,
                                          
secara individual, kelompok dan atau klasikal sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendikan sekolah/madrasah dan kondisi, serta peluang-peluang yang dimililiki.
C. Peran Guru Dalam Pelaksanaan BK
Dalam kedudukan ebagai personel pelaksanaan proses pembelajaran bk di sekolah guru memiliki posisi lebih strategis. dibanding dengan guru pembimbing atu konselor, misalnya guru lebih sering berinteraksi dengan siswa secara langsung.
Ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh seorang guru, ketika ia diminta mengambil bagian dalam penyelenggaraan program bimbingan disekolah.
1.     Guru sebagai informatory
2.     Guru sebagai fasilitator
3.                 Guru sebagai mediator
4.     Guru sebagai kolaborator
Penyelenggaraan melibatkan personel sekolah lainnya agar lebih berperan sesuai batas-batas kewenangan dan tanggung jawab, personel mencangkup: kepala sekolah, wakil kepala sekolah, koordinator bimbingan dan konseling , guru pembimbing, guru wali kelas, dan staf /tata usaha/administrasi.
D.               Penanganan Siswa Bermasalah di Sekolah
Penanganan siswa bermasalah melalui dua pendekatan yaitu:
Pertama: Pendekatan disiplin yaitu: merunjuk pada aturan dan ketentuan (tata tertib) yang berlaku disekolah serta sangsinya,

                                      
 sebagai sala satu komponen organisasi sekolah, aturan (tata tertib) siswa beserta sangsinya memang perlu di tegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi terjadinya berbagai penyimpangan perilaku siswa.
Kedua: pendekata melalui bimbingan dan konseling yaitu: berbeda dengan pendekatan disiplin yang memungkinkan pemberian sangsi untuk menghasilkan efek jerah, penanganan siswa bermasalah melalui bimbingan konseling sama sekali tidak menggunakan bentuk sangsi apapun, tetapi lebih mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya di antara konselor dan siswa yang bermasalah sehinggga setahap demi setahap siswa tersebut dapat memahami dan menerima diri dan lingkungannya, serta mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik.
E.    Langkah-langkah Pelaksanaan BK Sekolah
1.     Identifikasi Masalah
Pada langkah ini hendaknya diperhatikan guru adalah mengenal gejalah-gejalah awal dari suatu masalah yang di hadapi siswa.
2.     Diadonis
Pada langkah diagonis yang dilakukan adalah menetapkan “masalah” berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya masalah.
3.     Pragnosis
Langkah pragnosis ini pembimbing menetapkan alternatif tindakan-tindakan yang akan diberikan, selanjutnya melakukan perencanaan mengenai jenis dan bentuk masalah apa yang sedang dihadapi individu.


                  
4.     Pemberian Bantuan
Langkah pemberian bantuan ini dilaksanakan dengan berbagai pendekatan dan teknik pemberian bantuan,
pada tahap awal diadakan pendekatan secara pribadi pembimbing mengajak siswa menceritakan masalahnya.
5.     Evaluasi dan Tindak Lanjut
Evaluasi dapat dilakukan selama proses pemberian bantuan berlangsung sampai pada akhir pemberian bantuan pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai teknik, seperti melalui wawancara, angket, observasi, diskusi, dokumentasi dan sebagainya.

                                                             BAB 4
                           UNSUR PENUNJANG KEGIATAN BK DI SEKOLAH
A.   Faktor Eksternal
Faktor in meliputi aspek-aspek sosial dan nonsosial, fakto sosial adalah faktor manusia, baik yang secara langsung  (bertatap muka atau berkomonikasi langsung) maupun kehadirannya secara tidak langsung.
Adapun faktor nonsosial adalah keadaan suhu udara (panas dingin), waktu (pagi,siang,malam), suasana lingkungan (sepi,bising atau ramai), keadaan tempat (kualitas gedung, luas ruangan, kebersihan, ventilasi dan kelengkapan mebel, kelengkapan atau fasilitas belajar.
Jadi jelas bahwa dalam kegiatan belajar banyak masalah-masalah yang timbul terutama yang dirasakan oleh siswa mandiri. Sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membantu siswa agar mereka berhasil dalam belajar.
Layanan yang bersifat preventif di antaranya dengan pemberian layanan informasi sebagai berikut:

                                     
1.     Sikap dan kebiasaan belajar yang positif;
2.     Cara membaca buku yang preventif;
3.     Cara membuat catatan pelajaran;
4.     Cara mengikuti kegiatan belajar di dalam dan di luar kelas;
5.     Cara belajar kelompok;
6.     Teknik menyusun laporan;
B.   Faktor internal
Ada beberapa faktor yang hendaknya dipenuhi agar dapat belajar dapat berhasil, yakni meliputi fisik dan psikis. Faktor fisik, diantaranya: nutrisi (gizi makanan), kesehatan dan keberfungsian fisik (terutama pancaindra). Kekurangan nutrisi dapat mengakibatkan kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, dan kurang bisa konsentrasi.
Menurut W.H Burton (yusuf, 1992) faktor internal yang mengakibatkan kesulitan belajar adalah sebagai berikut.
1.     Ketidakseimbangan mental atau gangguan fungsi mental.
2.     Gangguan fisik.
3.     Gangguan fisik.
4.     Gangguan emosi.
B.   Karakteristik Klien
Klie adalah semua individu yang diberi bantuan profesional oleh seorang konselor atas permintaan dia sendiri atau orang lain. Klien yang datang atas kemauannya sendiri karena dia membutuhkan bantuan.
Shertzer and stone (1987) mengemukakan bahwa keberhasilan dan kegagalan proses konseling ditentukan oleh tiga hal yaitu:
1.     Kepribadian Klien
kepribadian klien cukup menentukan keberhasilan proses konseling. Aspek-aspek kepribadian klien adalah sikap, emosi, intlektual, dan motivasi. Seorang klien yang cemas akan tampak pada prilakunya dihadapan konselor.


                                     
2.     Harapan klien
Harapan klien mengandung makna adanya kebutuhan yang tinggi terpenuhi melalui proses konseling. Shertzer dan stone (1980) mengemukakan, bahwa harapan klien adalah agar proses konseling dapat menghasilkan solusi persoalan pribadi mereka.
3.     Pengalaman dan Pendidikan Kien
Pengalaman dan pendidikan klien sangat menentukan keberhasilan proses konseling sebab dengan pengalaman dan pendidikan tersebut klien akan mudah menggali dirinya. Sehingga upaya pemecahan masalah makin terarah.
Setelah kita memehami klien, mak kita akan memahami pula macam-macam klien diantaranya:
a.     Klien Sukarela
Artinya, klien yang hadir diruang konseling atas kesadaran sendiri.
b.     Klien Terpaksa
Artinya, klien yang kehadirannya di ruang konseling bukan atas keinginannya sendiri. Dia datang atas dorongan orang tua, teman, dan wali kelas.
c.      Klien Enggan
Salah satu bentuk klien enggan adalah yang banyak bicara. Klien ini enggan untuk di bantu. Dia hanya senang berbincang –bincang dengan konselor tanpa ingin menyelesaikan masalahnya.
d.     Klien Bermusuhan
Klien yang bermasalah cukup serius bisa menjelma menjadi klien bermusuhan.


                            
e.      Klien Krisis
Seorang klien krisis adalah jika seorang mendapati musibah seperti kematian (orang tua, pacar atau istri, anak yang dicintainya), kebakaran rumah, diperkosa, dan sebagainya yang dihadapkan pada konselor untuk diberi bantuan agar dia menjadi stabil dan mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang baru (musibah tersebut).
C.   Konselor Pendidikan
Konselor pendidokan adalah konselor yang bertugas dan bertanggung jawab memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik di satuan pendidikan.
1.     Latar Belakang Diperlukannya Konselor Pendidikan
Pertama: Kehidupan demokrasi yaitu: guru tidak lagi menjadi pusat dan siswa tidak lagi menjadi peserta yang fasif dalam kegiatan pendidikan.
Kedua: Perkembangan norma hidup: masyarakat berubah secara dinamis. Demikian pula dengan norma yang ada di dalamnya.
Ketiga: Perkembangan industri: seiring dengan perkembangan teknologi yang cepat, industri juga berkembang dengan pesat.
2.     Bidang Layanan
Bidang layanan konselor pendidikan disekolah adalah:
a.     Bimbingan pribadi sosial, yaitu untuk mewujudkan pribadi yang takwa, mandiri, dan bertanggung jawab.
b.     Bimbingan karier, yaitu untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan.
c.      Bimbingan belajar, yaitu untuk mewujudkan pribadi pekerja yang produktif.
3.     Jenis Layanan
Jenis layanan yang diberikan kepada peserta didik  disekolah meliputi:
                            

                                                           1.      Layanan orientasi
                                                           2.      Layanan informasi
                                                           3.      Layanan bimbingan penempatan dan penyaluran
                                                           4.      Layanan bimbingan belajar
                                                           5.      Layanan bimbingan konseling individual
                                                           6.      Layanan bimbingan konseling kelompok
4.     Fungsi Layanan
Fungsi layanan konselor pendidikan di sekolah adalah:
a.     Pemahaman
b.     Pencegahan
c.      Perbaikan
d.     Pemeliharaan
5.     Dasar Hukum
Berdasarkan keputusan bersama Menteri Pendidikan dan kebudayaan dengan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 0433/p/1993 dan Nomor 25/1993, penghargaan jam kerja konselor ditetapkan 36 jam per minggu dengan beban tugas meliputi penyusunan program (dihargai 12 jam), pelaksanaan layanan (18 jam), dan evaluasi (6 jam), konselor yang membimbing 150 orang siswa dihargai 18 jam, selebihnya dihargai sebagai bonus kelebihan jam dengan ketentuan tersendirinya
Sikap konselor terhadap kepercayaan, nilai penerimaan, dan pemahaman, ditandai dengan beberapa karakteristik, yaitu:
a.     Pemahaman diri(self-knowledge)
b.     Kompetwn
c.      Kesehatan psikologi
d.     Dapat dipercaya (trusworthiness)
e.      Jujur (honesty)
f.       Kekuatan (strength)
g.     Bersikap hangat

h.     Actives responsiveness
i.       Sabar (patience)
j.       Kepekaan (sensitivity)
k.     Kesadaran holistik (Holistic Awareness)

                       



BAB 5
KONSELOR DALAM PROSES BIMBINGAN
DAN KONSELING
A.  Konsep Dasar
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal. Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan prilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungssi atau manfaat individu dan lingkungannya.
Bimbingan dan konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks adegan mengajar yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi.
B. Tanggung Jawa dan kualifikasi Konselor
Tanggung jawab konselor adalah untuk menstimulasi diskusi dan sesekali menyimpulkan apa yang telah di bicarakan dan memberikan pengarahan supaya pembicaraan tidak melangkah terlalu jauh dari topik.
C. Kompetinsi Kepribadian Sebagai Individu, Sosial, Budaya dan Religi
Setiap konselor sekolah selalu mengacu pada standar kompetensi idonesia (SKKI) dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling.
Kompetinsi merupakan hasil konstruksi kemampuan (kompose skill) sehingga seseorang mampu:

                                     
1.     Melaksanakan pekerjaan sesuai peran, posisi atau profesi;
2.     Menstransfer ke tugas dan situasi baru; serta
3.     Melanjutkan studi dan mencapai kedewasaan diri

Kompetinsi kedewasaan adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa dan menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia, subkompetensi dan indikatornya (SKKI), adalah sebagai berikut:
a.     Menampilkan keutuhn kepribadian konselor
b.     Berprilaku etik dan profesional

D.   Karakteristik Konselor yang Mempengaruhi Bimbingan Konseling
Beberapa karakteristik konselor yang terkait dengan konseling adalah:
1.     Pengetahuan mengenai diri sendiri (self knowledge)
2.     Kompetensi
3.     Kesehatan psikologis yang baik
4.     Dapat dipercaya (trustworthiness)
5.     Kejijuran (honest)
6.     Kekuatan atau daya (strength)
7.     Kehangatan (warmth)
8.     Pendengar yang aktip (active responsiveness)
9.     Kesabaran (patience)
10.                        Kepekaan (sensitivity)
11.                        Kebebasan
12.                        Kesadaran holistik atau utuh
E.    Kompetensi Profesi
Kompetensi profesi adalah kemapuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan pendidik membimbing peserta didik yang memenuhi standar kompetensi yang di tetapkan dalam Standar Pendidikan Nasional.

                                     
F.    Perbedaan Konselor Efektif dan Non-Efektif
Dalam proses konseling, seorang konselor dituntut untuk dapat menunjukkan  perilakunya secara efektif, baik perilaku verbal maupun nonverbal.
                 
                             BAB 6
             HARAPAN DAN TUJUAN
       BIMBINGAN DAN KONSELING
A.   Harapan Terbimbing/Konseli
Untuk menumbuhkan pengharapan kepada konseli merupakan hal yang penting untuk dilakukan konselor, namun, pada kenyataannya, seringkali pengharapan yang diberikan oleh konselor adalah pengharapan semu. Maka dari itu penting bagi konselor untuk membedakan pengharapan semu dan pengharapan sejati.
Ciri-ciri pengharapan semu adalah:
1.     Didasari oleh pemikiran manusia tentang apa yang menyenagkan dan yang sangat diinginkan.
2.     Didasari oleh penyangkalan terhadap realita.
3.     Didasari oleh satu pemikiran yang gaib dan mistis.
Ciri-ciri pengharapan sejati adalah:
1.     Pengharapan sejati dibuat berdasarkan pengharapan yang baik.
2.     Pengharapan sejati adalah buah keselamatan sejati.
3.     Pengharapan sejati itu realistis.
4.     Pengharapan sejati harus diperbaharui setiap hari.
5.     Pengharapan sejadi adlah soal kehendak.
6.     Pengharapan sejati adalah didasari oleh adanya pengetahuan.


B.   Tujuan Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan untuk peserta didik baik individu/kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar dan karier.
Menurut sudrajat (2008) bahwa pelayanan BK di sekolah diarahkan pada ketercapaian tujuan pendidikan dan tujuan dilaksanakan konseling.
Winkle (2005:32) mengemukakan  bahwa tujuan pelayanan BK yaitu supaya orang perorangan atau kelompok orang yang dilayani menjadi mampu menghadapi tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas mewujudkan kesadaran dan kebebasan itu dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana serta mengambil beraneka tindakan penyesuaian diri secara memadai.
Selajutnya menurut prayitno dan Erman Amti (2004:114) mengemukakan bahwa tujuan umum bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya,(seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi) serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.
Selain tujuan-tujuan diatas, tujuan pelayanan bimbingan ialah konseli dapat:
1.     Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier serta kehidupannya dimasa yang akan datang;
2.     Mengembangkan seluru potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin;
3.     Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kerjanya;
4.     Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dalam lingkunagn pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.



                                                            BAB 7
                                        KLASIFIKASI DAN KLARIFIKASI
                                                   TUJUAN BK
A.   Klarifikasi Tujuan Bimbingan Konseling
1.     Tujuan bimbingan konseling yang terkait aspek pribadi sosial konseli adalah:
·        Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;
·        Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain;
·        Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan;
·        Memiliki pemahaman tentang pemahaman diri secara objektif dan konstruktif;
2.     Tujuan bimbingan konseling yang terkait aspek kademik (belajar) adalah:
·        Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar;
·        Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif;
·        Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat;
·        Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif;
·        Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan;
·        Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian;







3.     Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait aspek karier adalah:
·        Memiliki pemahaman diri (kemampuan bakat, minat dan kepribadian)
·        Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi tentang dunia karier;
·        Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja;
·        Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran)
·        Memiliki kemampuan untuk membentuk indentitas karier, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan;
B.   Klarifikasi Tujuan Bimbingan Konseling
Konselor adalah seorang yang berusaha memahami permasalahan yang terjadi antara pihak yang bermasalah dan berusaha membangun jembatan antara pihak yang bermasalah tersebut.
Adapun persamaan tujuan antara klien dan konselor adalah:
1.     Tercapainya kondisi hubungan yang positif dan kondusif diantara para klien, yaitu pihak-pihak yang berselisih.
2.     Difokuskan kepada perubahan atau kondisi awal menjadi kondisi baru dalam hubungan antara pihak-pihak yang bermasalah.









                                                             BAB 8
                                            BENTUK DAN PENDEKATAN
                                       DALAM BIMBINGAN KONSELING
            Dalam hal ini sangat diperlukan bimbingan, dan perlu ada pendekatan dalam bimbingan tersebut. Ada tiga macam pendekatan, yaitu (Syaiful Bahri Djamaraah Zain.2002:61):
1.     Bimbingan Preventif
Pendekatan bimbingan ini menolong seseorang sebelum seseorang menghadapi masalah.
2.     Bimbingan Kuratif atau Korektif
Pendekatan ini pembimbing menolong seseorang jika orang itu menghadapi masalah yang cukup berat hingga tidak dapat diselesaikan sendiri.
3.     Bimbingan perseveratif
Bimbingan ini bertujuan meningkatkan sudah baik, yang mencangkup sifat dan sikap yang menguntungkan tercapainya penyesuaian diri dan terhadap lingkungan.
Bimbingan ini dapat dilakukan secara individual dan kelompok, sehingga ada pendekatan individu dan pendekatan kelompok, yaitu:
1.     Pendekatan individu
Pendekatan bimbingan individu dilakukan dengan pendekatan perseorangan. Tiap orang dicoba didekati, dipahami dan ditolong secara perorangan.


                                     

2.     Pendekatan kelompok
Pendekatan bimbingan kelompok diberikan oleh pembimbing per kelompok. Beberapa orang bermasalah sama, atau yang dapat memperoleh manfaat dari pembimbingan kelompok.

                                   



BAB 9
                          PERSIAPAN PELAKSANAAN
                         BIMBINGAN DAN KONSELING
Ada tiga hal yang harus dilakukan oleh seorang konselor dalam memulai proses konseling yaitu:
1.     Kesiapan untuk bimbingan dan konseling
Kesiapan merupakan kondisi yang harus dipenuhi sebelim klien membuat hungungan konseling. Kesiapan klien untuk ini ditentukan oleh berbagai faktor yaitu: (1) motivasi untuk memperoleh bantuan , (2) pengetahuan klien tentang konseling, (3) kecakpan intelektual, (4) tingkat tingkatan terhadap masalah dan dirinya sendiri, (5) harapan-harapan terhadap peranan konselor, (6) sistem pertahanan dirinya.
2.     Metode penyiapan klien
Untuk mencari kesiapan  klien dalam konseling, dapat ditemouh metode-metode sebagai berikut.
a.     Melalui pembicaraan denagan berbagai pihak/lembaga mengenai topikp-topik masalah dan pelayanan konseling yang diberikan.
b.     Menciptakan iklim kelembagaan yang merangsang untuk meminta bantuan.
c.      Menghubungi sumber-sumber referal misalnya dari organisasi sekolah, guru, dan sebagainya.
d.     Memberikan informasi kepada klien tertentu tentang dirinya dan prospeknya.
e.      Melalui proses pendidikan itu sendiri.
f.       Teknik-teknik survei terhadap masalah-masalah klien.
g.     Orientasi pra-konseling.
3.     Riwayat Kasus
Riwayat kasus adalah suatu kumpulan informasi yang sistematis tentang kehidupan klien sekarang dan masa lalu.
Bentuk-bentuk riwayat kasus yang dapat dibuat dalam berbagai bentuk, yaitu:
a.     Riwayat konseling psikoterapeutik, yaitu lebih memusatkan kepada masalah-masalah psikoterapeutik dan diperoleh melalui wawancara konseling.
b.     Catatan komulatif, yaitu sistem catatan tentang berbagai aspek yang menggambarkan perkembangan seseorang.
c.      Biografi dan Autobiografi.
d.     Tulisan-tulisan yang dibuat kasus sebagai dokumen pribadi.
e.      Grafik waktu tentang kehidupan kasus.
4.     Psikodiagnosis
Dalam bidang medis, diagnosis mempunyai arti sebagai proses, yaitu memeriksa gejala, pemeriksaan sebab-sebab, mengadakan observasi, menempatkan gejala-gejala dalam katagori, dan memperkirakan usaha-usaha peyembuhan.
5.     Penggunaan Tes dalam psikodiagnosis
Penggunaan tes dalam psikodiognostik dimaksudkan untuk memperoleh data kepribadian klien melalui sempel, perilaku dalam situasi yang standar, sehingga diperoleh data terapeutik. Penggunaan tes dalam dalam psikodiagnostik di dasarkan kepada asumsi bahwa kepribadian sebagai suatu yang dinamis dan dapat diukur melalui sempel perilakunya.
Penggunaan tes dalam psikodiagnostik berfungsi untuk:
a.     Menyeleksi data yang diperlukan bagi konseling;
b.     Meramalkan keberhasilan konseling;
c.      Memperoleh informasi yang lebih terperinci;
d.     Merumuskan diagnostik yang lebih tepat.






                               BAB 10
             TEKNIK-TEKNIK HUBUNGAN
     ANTARA KONSELOR DENGAN KLIEN
A.   Teknik-teknik Hubungan
1.     Teknik Rapport
“Teknik rapport” mempunyai makna sebagai suatu kondisi saling memahami dan mengenali tujuan bersama. Tujuan utama teknik rapport adalah untuk menjembatani huhungan antara konselor dengan klien, sikap penerimaan bagi minat yang mendalam terhadap klien dan masalahnnya.
Beberapa teknik yang digunakan untuk mencapai rapport, antara lain, melalui:
a.     Pemberian salam yang menyenangkan;
b.     Topik pembicaraan yang sesuai;
c.      Susunan ruangan yang menyenangkan;
d.     Sikap yang ditandai dengan, (a) kehangatan emosi, (b) realisasi tujuan bersama, (c) menjamin kerahasiaan, (d) kesadaran terhadap hakikat klien secara alamiah.
1.     Refleksi perasaan
Refleksi perasaan merupakan suatu usaha konselor untuk menyatakan dalam bentuk kata-kata yang segar dan sikap yang esensial (perlu).
                   24
Refleksi perasaan akan mengalami kesulitan jika:
a.     Stereotipe dari konselor;
b.     Konselor tidak dapat mengatur waktu;
c.      Konselor tidak tepak memilih perasaan;
d.     Konselor tidak mengetahui isi perasaan yang direfleksikan;
e.      Konselor tidak dapat menemukan perasaan;
f.       Konselor menambah arti perasaan;
g.     Konselor menggunakan bahasa yang kurang tepat;
Manfaat refleksi  perasaan dalam proses konseling adalah:
a.     Membantu individu untuk merasa dipahami secara mendalam;
b.     Klien merasa bahwa perasaan  menyebabkan tingkah laku;
c.      Memusatkan evaluasi pada klien;
d.     Memberi kekuatan untuk memilih;
e.     Memperjelas cara berpikir klien;
f.       Menguji kedalaman motif-motif klien
2.     Teknik-teknik penerimaan
Teknik penerimaan merupakan cara bagaimana konselor melakukan tindakan agar klien merasa diterima dalam proses konseling
3.     Teknik menstrukturkan
Adalah proses penetapan batasan oleh konselor tentang hakikat, batas-batas dan tujuan proses konseling konseling pada umumnya, dan hubungan tertentu pada umumnya.
4.     Diam sebagai suatu teknik
Dalam suatu proses konseling keadaan “diam” (tidak bersuara) dapat merupakan suatu teknik hubungan konseling.
5.     Teknik-teknik memimpin
Pengguanaan istilah memimpin dalam proses konseling mempunyai dua arti. Pertama, menunjukkan keadaan dimana konselor berada di depan atau di samping pikiran klien.
6.     Memberikan jaminan
Hakikat memberikan jaminan ini adalah semacam pemberian ganjaran di masa yang akan datang. Metode ini dapat mencocokkan istem kepercayaan klien, dapat mengurangi rasa cemas.
7.     Keterampilan mengakhiri
Keterampilan mengakhiri wawancara konseling merupakan teknik hubungan dalam proses konseling. Mengakhiri wawancara, dapat dilakukan dengan cara:
a.     Mengatakan bahwa waktu sudah habis;
b.     Merangkum isi pembicaraan;
c.      Menunjukkan kepada pertemuan yang akan datang;
d.     Berdiri;
e.      Isyarat gerak tangan;
f.       Menunjukkan catatan-catatan singkat;
g.     Memberikan tugas-tugas tertentu.
B.   Masalah-masalah Khusus tentang Hubungan
    Dalam proses konseling, terdapat tiga kondisi yang bisa membantu atau menghambat proses konseling tergantung bagaimana hal itu dinyatakan dan ditangani. Ketiga kondisi tersebut adalah:
1.    Pemindahan
2.    Pemindahan balik
3.    Resistensi atau penolakan.

                                                     



BAB 11
                              TEKNIK-TEKNIK INTERPRETASI DALAM BK
A.  Hakikat Interpretasi
       Untuk melaksanakan teknik-teknik hubungan dalam proses konseling, diperlukan suatun teknik membantu klien untuk mengembangkan tilikan. Interpretasi dapat diartikan sebagai suatu usaha konselor untuk memberitahukan suatu arti kepada klien.
       Data yang harus diinterpretasikan klien dalam konseling dapat digolongkan menjadi dua katagori dan masing-masing katagori mempunyai cara interpretasi yang berbeda. Katagori pertama adalah data yang dijabarkan dari data eksternal (data objektif), misalnya hasil tes. Hasil suatu tes dapat disampaikan dan di jelaskan kepada klien secara statistik. Katagori yang kedua adalah data yang dijabarkan dari data interpersonal yang dihasilkan selama proses konseling. Interpretasi data ini bertujuan unntuk membuat klien lebih menyadari hubungan diantara pengalaman-pengalaman pribadinya dan membuat perasaan dan tindakannya menjadi lebih berarti secara sadar.
B.   Teknik Interpretaasi
Secara terapeutik interpretasi merupakan tahap terakhir dari suatu tahap berkelanjutan yang dimulai dari refleksi perasaan. Tahap-tahap interpretasi tsb adalah:
1.     Refleksi perasaan, yaitu dimana konselor tidak pergi lebih jauh dari apa yang telah dinyatakan klien.
2.     Klarifikasi, yaitu menjelaskan apa yang telah tersirat dan apa yang telah dikatakan klien.
3.     Refleksi, yaitu konselor memberikan penilaian terhadap apa yang tersirat dalam kesadaranya.
4.     Konfrontasi, yaitu konselor membawa kepada perhatian cita-cita dan perasaan klien yang tersirat tetapi tidak disadari.
                                                                        27
5.     Interprestasi, yaitu konselor memperkenalkan konsep-konsep, hubungan, dan pertalian baru yang berakar dalam pengalaman klien.


C.   Tipe-tipe interprestasi
Karl Meningger memberikan diskripsi mengenai berbagai tipe interpretasi berdasarkan urutan waktu dalam psikoterapi. Tipe-tipe tersebut adalah:
1.     Interpretasi persiapan;
2.     Interpretasi rill (isi);
3.     Interpretasi resistensi:
4.     Interpretasi pemindahan;
5.     Interpretasi ulangan;
D.  Metode interpretasi
Sebelum sampai pada penggunaan metode interpretasi, terlebih dahulu konselor hendaknya telah mengetahui secara jelas hal-hal sebagai berikut: (1) apa yang diinterpretasikan, (2) kapan interpretasi, dan (3) kriteria yang digunakan terhadap interpretasi yang memadai.
Adapun metode-metode umum metode interpretasi adalah:
a.     Pendekatan tentatif, yaitu metode yang memberikan interpretasi sementara (tentatif) terhadap suatu masalah.
b.     Asosiasi bebas, yaitu dengan memberikan kebebasan interpretasi kepada klien berdasarkan asosiasi yang terjadi secara bebas kepada klien.
c.      Interpretasi dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang lunak atau halus, baik yang berupa kata-kata atau kalimat. Dengan metode ini resistensi klien dapat di munimalkan.
d.     Pertanyaan-pertanyaan interpretatif, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat merangsang interpretasi.
   Selanjutnya hendaknya diperhatikan pula beberapa kemungkinan reaksi klien terhadap interpretasi yaitu: (1) menerima, (2) acuh tak acuh, (3) menolak, (4) protes.


                  

                                                           BAB 12
                                TES PDIKOANALISIS DALAM PENERAPAN BK
A.   Konsep Pokok
1.     Srtuktur kepribadian
Menurut freud, kepribadian terdiri dari tiga sistem yaitu id, ego, dan super ego.
Id adalah aspek biologis yang merupakan sistem kepribadian yang asli. Id berfunsi menghindari diri dari ketidak senangan dan mencari atau menjadikan kesenangan dan kepuasan.
Ego adalah aspek psikologis yang timbul kutuhan karena kebutuhan organisme untuk berhubungan dengan dunia kenyataan. Ego mereduksikan ketegangan yang timbul dalam ogganisme sampai ada benda nyata yang sesuai.
Super ego merupakan aspek sosiologis yang mencerminkan nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat yang ada dalam kerpribadian individu. Super ego mengutamakan kesempurnaan dan kesenangan dan yang pokok apakah sesuatu itu salah, dan pantas atau tidak, susilah atau tidak.
2.     Dinamika Kepribadian
Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu didistribusiakanserta digunakan oleh id, ego, dan super ego,.oleh karena itu energi terbatas, maka terjdi semacam persaingan dalam menggunakan energi tersebut
3.     Perkembangan kepribadian
Kepribadian menurut freud mulai terbentuk pada tahun-tahun pertama dimasa kanak-kanak. Kepribadian berkembang sehubungan dengan empat macam pokok sebagai sumber ketegangan, yaitu: (1) proses pertumbuhan psikilogis (kedewasaan); (2) frustasi; (3) konflik; (4) ancaman.
Cara atau metode yang digunakan oleh individu untuk mengatasi frustasi, konflik atau kecemasan adalah dengan identifikasi, pemindahan sublimasi, mekanisme pertahanan ego dan perubahan insting-insting.
4.     Gangguan jiwa
Psikoanalisis membedakan dua macam gejala gangguan jiwa yaitu:
a.     Psikoneurose dan psikose. Disebabkan oleh kegagalan ego untuk mrngontrol dorongan id, karena ego tidak berhasil memperoleh kesepakatan.
b.     Psikose dikelompokan menjadi dua macam, yaitu psikose fungdional dan psikose organik.
B.   Proses konseling
Tujuan psikoanalitik adalah untuk membentuk kembali struktur kepribadian individu dengan membuat yang tidak sadar menjadi sadar pada diri klien
Suatu karakteristik konseling psikoanalisis adalah bahwa terapi atau analisis bersifat anonim (tak dikenal) dan bertindak sangat sedikit menunjukkan pengalaman dan perasaannya, sehingga dengan demikian kita akan memantulkan perasaannya pada konselor.
C.   Teknik-teknik Terapi
Teknik-teknik dalam psikoanalisis digunakan untuk meningkatkan kesadaran mendapatkan tilekan intelektual kedalam perilaku klien,
                                               
memahami gejala-gejala yang nampak. Ada lima teknik dasar dalam psikoanalisis:
1.     Asosiasi bebas
2.     Interpretasi
3.     Analisis mimpi
4.     Analisis dan interpretasi resistensi
5.     Analisis dan interpretasi transferensi
D.   Kritik dan konstribus
Beberapa kritik terhadap psikoanalisis adalah:
1.     Pandangan yang terlalu deterministik  dinilai dari terlalu merendahkan martabat manusia.
2.     Terlalu banyak menekankan kepada pengalaman masa kanak-kanak.
3.     Terlalu meminimalkan rasionalitas.
4.     Perilaku ditentukan oleh energi psikis.
5.     Penyembuhan dalam psikoanalisis terlalu bersifat rasional dalam pendekatannya.
6.     Data penelitian empiris kurang banyak mendukung sistem psikoanalisis.



                                    BAB 13
TEORI YANG BERPUSAT PADA KLIEN DALAM PELAKSANAAN BK
A.   Konsep Pokok
Pendekatan konseling atau yang berpusat pada klien menekankan pada kevakapan klien untuk menentukan isu yang pentng bagi dirinya dan pemecahan masalah pada dirinya. Konsep pokok yang mndasari konseling yang berpusat pada klien adalah hal yang menyangkut konsep-konsep mengenai diri, aktualisasi diri, teori kepribadian, dan hakikat kecemasan.
.
B.   Proses Konseling
Pendekatan kepada klien menggunakan sedikit teknik, akan tetapi menekankan sikap konselor, teknik dasar adalah mencakup, mendengar, dan menyimak secara aktip, refleksi, klarifikasi, “being here” bagi klien. Konseling berpusat pada klien tidak menggunakan tes diagnostik, interpretasi, studi kasus, dan kuesioner untuk memperoleh informasi.
C.   Kritik dan konstribusi
Beberapa kritik terhadap konseling berpusat kepada klien antara lain:
1.     Terlalu menekankan kepada aspek afektip;
2.     Penggunaan informasi untuk membantu klien;
3.     Tujuan untuk setiap klien;
4.     Tujuan ditetapkan oleh klien;
5.     Meskipun terbukti bahwa konseling “client-centered” diakui efektif, tapi bukti tidak cukup sistematik dan lengkap.
6.     Sulit bagi konselor untuk benar-benar bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal.
Beberapa konstribusi yang diberikan antara lain:
a.     Pemusatan pada klien dan bukan konselor dalam konseling
b.     Identifikasi dan penekanan hubungan konseling sebagai wahana utama dalam mengubah kerpibadian.
c.      Lebih menekankan pada siakap konselor dari pada teknik.
d.     Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuantitatif.
e.      Penekanan emosi, perasaan, dan afektif dalam konseling.

                                                              BAB 14
                    TEORI APLIKASI TINGKAH LAKU DALAM PELAKSANAAN BK
A.   Aplikasi Teoro Behavioristik dalam Proses Belajar Mengajar
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respons.seseorang telah dianggap belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.
Menurut teri ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi diantara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak bisa diamati.
B.   Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar
Teori behavioristik sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekadar hubungan stimulus dan respons.
Kelebihan teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir linier, konvergen, tidak kreatif, dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukkan atau snapping, yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.


                            

                              BAB 15
     TEORI GESTALT DALAM PENERAPAN BK
Teori gestalt adalah suatu terapi eksistensial yang menekankan kesadaran disini dan sekarang. Fokus utamanya adalah pada apa dan bagaimana tingkah laku dan pada peran urusan yang tk selesai dari masa lampau yang menghambat kemampuan individu untuk bisa berfungsi secara efektif.
A.   Konsep pokok
Peris mengatakkan bahwa konsep kepribadian yang dinyatakan oleh freud tidak sempurna sebab freud tidak merumuskan lawan super ego atu kata hati dengan jelas dan nyata. Peris menyebut super ego itu top dog sebagai lawan dari under dog, super ego menyangkut kebenaran, kesempurnaan, dan top dog menghukum individu dengan keharusan, keinginan, dan ketakutan akan ancaman. Sedangkan under dog menguasai individu dengan penekanan yang baik serta jeadaan mempertahankan diri.
B.   Proses kpnseling
Tujuan utama konseling gestalt adalah untuk meningkatkan pertumbuhan klien dan membantu klien mengembangkan potensi manusiawinya.
Ciri-ciri spesifik teoti gestalt:
1.     Pendekatan konfronatif dan aktip
2.     Menangani masa lampau dengan menggunakan aspek-aspek masa lampau yang relevan pada saat sekarang
3.     Menggunakan hubungan dan pengungkapan perasaan-perasaan langsung dan menghindari intlektualisasi abstrak tentang masalah-masalah klien.

4.     Memberikan perhatian terhadap pesan-pesan nonverbal dan pesan-pesan tubuh.
5.     Menolak dan mengakui ketidakberdayaan sebagai alasan untuk tidak berubah.
C.   Kritik dan konstribusi
Kritik yang disampaikan pada gestalt adalah antara lain:
1.     Terminologi yang digunakan cenderung “idiosyncretic” kepada sistem.
2.     Sedikit bukti empiris penelitian terhadap efektivitas terapi.

                              BAB 16
PSIKOTERAPI DENGAN NILAI-NILAI AGAMA
A.   Dinamika kepribadian menurut psikologi islami
1.     Kepribadian amarah (Nafs al-Ammarah)
Kepribadian amarah adalah kepribadian yang cenderung pada tabiat jasat dan mengejar pada prinsip-prinsip kenikmatan (pleasure principle). Kepribadian amarah adalah kepribadian yang dipengaruhi oleh dorongan-dorongan bawah sadar manusia. Kepribadian amarah dapat beranjak ke kepribadian yang baik apabila telah diberi rahmat oleh Allah Swt.
2.     Kepribadian Lawwamah (Nafs al-Lawwamah)
Kepribadian lawwamah adalah kepribadian yang telah memperoleh cahaya kalbu. Kepribadian lawwamah merupakan kepribadian yang didominasi oleh akal, akal apabila telah diberi percikan nur kalbu maka fungsinya menjadi baik,
3.     Kepribadian Muthmainnah (Nafs al- Muthmainah)
Kepribadian muthmainnah adalah kepribadian yang telah diberi kesempurnaan nur kalbu, sehingga dapat meninggalkan sifat-sifat yang baik. Kepribadian muthmainnah merupakan atas sadar atau supra-kesadaran manusia, dengan orientasi kepribadian ini adalah teosentris.
B.   Psikoterapi Berwawasan Islam
Prawitasari menjelaskan tentang tujuan psikoterapi secara lebih spesifik meliputi beberapa aspek kehidupan manusia antara lain:
1.     Memperkuat motivasi untuk melakukan hal-hal yang benar;
2.     Mengubah struktur kognitif;
3.     Mengurangi tekanan emosi melalui pemberian kesempatan untuk mengekpresikan pearasaan yang dalam;
4.     Membantu klien mengembangkan potensinya;
5.     Mengubah kebiasaan dan membentuk tingkah laku baru;
6.     Meningkatkan pengetahuan dan kapasitas untuk mengambil keputusan;
7.     Meningkatkan pengetahuan diri dan insight;
8.     Meningkatkan hubungan antar pribadi;
9.     Mengubah lingkungan sosial individu;
10.                        Mengubah proses sistematik;
11.                        Mengubah status kesadaran untuk mengembangkan kesadaran, kontrol, dan kreativitas diri;
C.   Bentuk psikoterapi berwawasan islam
Menurut Abdul Mujib dan jusuf Mudzakir (2001) psikologi dalam islam yang dapat menyembuhkan semua aspek psikopatologi, baik bersifat duniawi, akhirati maupun penyakit manusia moderen adalah sebagaimana diungkapkan daari Ali Abi Thalib sebagai berikut.
Obat hati itu ada lima macam:
1.     Membaca al-Quran sambil mencoba memahami artinya,
2.     Melakukan sholat malam;
3.     Bergaul dengan orang yang baik atau sholeh;
4.     Memperbanyak shaum atau puasa,
5.     Zikir malam hari yang lama,
                                                            BAB 17
                                         PERANAN AGAMA DALAM BK
A.   Peranan Agama dalam Tujuan BK
Peranan konseling disekolah/madrasah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karier.
Tujuan bimbingan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah:
1.     Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar.
2.     Memilki sikap dan kebiasaan belajar yang positif,
3.     Memiliki motif yang timggi untuk belajar yang efektif,
4.     Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif
5.     Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan,
6.     Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian,
B.   Peranan Agama terhadap Kualitas Konselor dan Klien BK
Kompetensi pembimbing dalam bimbingan konseling adalah:
1.     Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani,
2.     Menguasai landasan teoritik bimbingan konseling melengkapi,
3.     Menyelenggarakan bimbingan konseling yang memandirikan
C.   Peranan Agama terhadap Pendekatan Metode, dan teknik dalam BK
1.     Konseling direktip;
2.     Konseling nondirektif;
3.     Konseling eklektik,
Dalam pelaksanaan bimbingan konseling, pribadi muslim tersebut memiliki ketangguhan pribadi tentunya dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.     Selalu memiliki prinsip landasan dan prinsip dasar, yaitu beriman kepada allah swt.
2.     Memiliki prinsip kepercayaan, yaitu beriman kepada malikat.
3.     Memiliki prinsip kepemimpinan, yaitu beriman kepada Nabi dan Rarulnya.
4.     Selalu memiliki prinsip pembelajaran, yaitu berprinsip kepada Al-Quran Al Karim.
5.     Memiliki prinsip masa depan, yaitu beriman kepada “Hari Kemudian.
6.     Memiliki prinsip keteraturan, yaitu beriman kepada “Ketentuan Allah”.
D.   Peranan Agama terhadap Lingkungan BK
Konseli sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Perkembangan konseli tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial, perubaghan lingkungan yang di duga mempengaruhi gaya hidup, dan kesenjangan perkembangan tersebut, diantaranya pertumbuhan jumlah penduduk yang cepat, pertumbuhan kota-kota, kesenjangan tingkat sosial masyarakat, revolusi, teknologi informasi, pergeseran fungsi atau struktur keluarga, dan perubahan struktur dari agraris ke industri.
                                               



No comments:

Post a Comment

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD

    PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD      BAB I PENDAHULUAN   A.  ...