Saturday, May 12, 2018

STUDI KASUS TENTANG MASYARAKAT PECINAAN DI PROVINSI LAMPUNG

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Teluk betung adalah kawasan kota tua di Bandar lampung yang pada masa colonial belanda merupakan onder adfeling yaitu satu wilayah administrasif yang di perintah oleh seseorang kontrolir kebangsaan belanda. Pada tahun 1911 teluk betung atau yang pada masa tersebut di kenal dengan telok betong menjadi ibukota keresidenan lampung. Teluk betung di kenal sebagai kawasan perdeganganstrategis sejak tahun 1839. Posisinya yang terletak persis di bibir pantai menjadi sebagai area berdirinya pelabuhan nelayan. Keberadaan pelabuhan ini menjadi awal berkembangnya kawasan teluk betung menjadi pusat perdagangan yang mendatangkan banyak pendatang dari berbagai daerah dan latar belakang budaya dari seluruh penjuru nusantara yang bertujuan untuk berdagang
Seiring dengan itu, sector perdagangan di teluk betung meluas sampai kesektor sandang. Pangan dan hiburan. Tempat berlangsungnya aktivitas perdagangan tersebut bernama pasar teluk. Pasar teluk merupakan deretan bangunan pertokoan  dan terkoneksi langsung dengan pelabuhan, pasar ikan dan pemukiman nelayanposisi tersebut menjadikan kawasan pasar teluk sebagai kawasan yang strategis dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan berbalanja’
Kawasan pasar teluk betung pada masa kejayaannya berkembang menjadi pusat pemukiman multi-etnis. Latar belakang budaya masyarakat sekitar yanmg datang dari seluruh penjuru negeri maupun macanegara menjadi cirri khas komunitas yang berada di kawasan pasar teluk. Dengan adanya phenomena multi-etnis tersebut, masyarakat sekitar kawasan pasar teluk juga di kenal sebagai masyarakat yang rukun dan keberagaman. P[otensi keberagaman ini juga menciptakan lahirnya aneka kuliner dari beberapa etnius budaya masyarakat tersebut yanmg pada akhirnya menjadi panagan yang di cari oleh para wisatawan. 
  
1.2  Masalah
Dewasa ini sering kita jumpai dikehidupan sehari-hari banyak sekali di kalangan masyarakat yang sudah tidak lagi menggunakan budayanya. Mereka pada umumnya menirukan kebudayaan kebarat-baratan. Maka dari itu disini kami sebagai pemakalah ingin mengkaji tentang sejarah pecinannya kota Bandar Lampung yang berada di lingkungan kita.

1.3  Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui awal mulanya pecinaannya kota Bandar lampung dan menarik minat mahasiswa untuk mengetahui lebih banyak tentang pecinaannya kota Bandar lampung di lingkungan tempat cetya avalokitesvara (kwan im thong) di daerah gudang agen teluk betung.

1.4  Rumusan Masalah
1.4.1        Seperti apa awal mulanya Po Heng datang ke Bandar lampung ?
1.4.2        Bagaimana sejarah awal mula munculnya pecinaannya kota Bandar lampung ?

1.5  Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas maka tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui seperti apakah awal mulanya pecinaanya kota Bandar lampung

1.6  Ruang Lingkup Penelitian
1.6.1        Ruang Lingkup Ilmu
Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup Antropologi Sejarah Lokal.

1.6.2        Ruang Lingkup Objek
Ruang lingkup objek penelitian ini adalah menganalisis mengenai pecinaanya kota Bandar lampung.

1.6.3    Ruang Lingkup Waktu
Waktu dalam penelitian ini yaitu dilakukan pada tanggal 04 mei 2018.

1.6.4    Ruang Lingkup Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di cetya avalokitesvara (Kwan Im Thong )di daerah gudang agen teluk betung.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1  Tokoh
Tokoh adalah  pelaku cerita. Setiap tokoh memiliki watak atau karakter. Watak atau karakter setiap tokoh berbeda-beda. Adapun penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh-tokoh dan watak-wataknya dalam cerita. Watak tokoh dalam cerita dijelaskan pengarang secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung, pengarang menjelaskan nama tokoh beserta gambaran fisik, kepribadian, lingkungan kehidupan, jalan pikiran, dan proses berbahasa. Watak tokoh dapat juga dijelaskan secara tidak langsung, misalnya melalui percakapan/dialog, digambarkan oleh tokoh lainnya, reaksi dari tokoh lain, pengungkapan kebiasaan tokoh, jalan pikiran, atau tindakan saat menghadapi masalah. Tokoh yang akan di kaji disini adalah tokoh PO HENG.

2.2  PO HENG
Po Heng adalah seseorang yang berasal dari Tiongkok, Po Heng merupakan orang Cina pertama yang menginjakan kaki di Bandar Lampung. Awal mulanya pada saat itu penduduk Lampung merasakan perlindungan dan berkah dari Kwan Im Phu Sha, maka mereka membuat Altar di rumah masing-masing untuk mengadakan puja bakti pada Kwan Im Phu Sha yang welas Asih.
Sekitaran tahun 1850 Po Heng yang berasal dari Tiongkok Hok Kian Hai Ting membawa Patung/Rupang Kwan Im Phu Sha, pada saat itu banyak yang simpatis yang datang untuk melihat  dan mengusulkan untuk umum, maka saat itu di dirikanlah Cetya Avalokitesvara (Kwan Im Thong) di Gaerah Gudang agen (pinggir laut) Teluk Betung. Banyak masyarakat yang datang melakukan persembahayangan dan puja bhakti memohon berkah dan keselamatan pada saat itu.



BAB III
METODE PENELITIAN

3.1  Metode Yang Digunakan
Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data. Sasaran  penelitian  kualitatif  utama  ialah  manusia, artefak,  peninggalan-peninggalan  peradaban  kuno  dan  lain sebagainya. Penelitian  kualitatif  dipandang  lebih  sesuai  untuk  mengetahui lebih dalam tentang pecinnannya kota Bandar Lampung itu sendiri.  Oleh  karena  itu  peneliti menggunakan pendekatan kualitatif sebagai metode dalam meneliti pecinannya kota Bandar Lampung bagi mahasiswa.

3.2  Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah seorang yang terlibat dalam penelitian dan keadaannya menjadi sumber data penelitian. Dalam menentukan subyek penelitian kuantitatif yang bersifat subyektif. Oleh karena itu, penulis perlu memiliki sumber informasi tentang siapa yang pantas dan layak menjadi subyek  penelitian.  Subyek penelitian disini penulis tentukan dari data yang penulis ambil dari tempat penelitian.

3.3  Teknik Pengumpulan Data
3.3.1        Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu objek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. Dalam penelitian ini dilakukan dengan cara turun langsung ke suatu tempat seperti ke daerah gudang agen/teluk betung yang daerah temapt Awal mulanya Pecinannya Kota Bandar Lampung. Observasi ini berguna untuk mendapatkan serta membantu dalam menjawab segala pertanyaan mengenai pecinannya kota Bandar Lampung
3.3.2        Wawancara Mendalam
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survei yang menggunakan pertanyaan secara lisam kepada responden atau subjek penelitian. Dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah di persiapkan dan dilakukan secara langsung dan lebih mendalam terhadap pihak-pihak yang bersangkutan. Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang detail dan terpercaya dari informan yang di wawancara oleh peneliti.

3.3.3        Dokumentasi
Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mengalir atau mengambil data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini dokumentasi diperoleh melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari informan yang bersangkutan. Dalam penelitian ini data yang di hasilkan berupa foto dan video mengenai informasi tentang Pecinannya Kota Bandar lampung tersebut. Serta catatan-catatan selama penelitian ini berlangsung.

  
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1  Sejarah Pecinannya Kota Bandar Lampung
Dahulu kala banyak penduduk lampungyang merasakan dari perlindungan dan berkah dari Kwan Im Phu Sha, maka mereka membuat Altar di rumah masing-masing untuk mengadakan puja bakti pada Kwan Im Phu Sha yang welas asih.
Sekitaran tahun 1850 Po Heng yang berasal dari Tiongkok hok kian hai ting membawa patung/rupang Kwan Im Phu Sha, pada saat itu banyak yang simpatis yang datang untuk melihat  dan mengusulkan untuk umum, maka saat itu di dirikanlah Cetya Avalokitesvara (Kwan Im Thong) di daerag gudang agen (pinggir laut). Banyak masyarakat yang datang melakukan persembahayangan dan puja bhakti memohon berkah dan keselamatan.
Pada tahun 1883 gunung Krakatau meletus, terjadinya banjir besar kurang lebih 3 hari 3 malaam. Pada saat itu keluraga Po Heng yang tinggaldi Cetya tersebut tidak membawa harta bendannya melaikan hanya menyalamatkan patung/rupang Kwan Im Phu Sha san Siacai Liong Li membawanya ke tanjakan atas, dahulunya tanjakan tersebut di namakan tanjakan residen. Po Heng membangun kembali sebuah Cetya tetapi tidak di ketahui alamatnya. Kkemudian pada tahun 1896 atas ususlan masyarakat di kampong China di dirikan Vihara Kwan Im Thong, setelah itu jalan tersebut oleh pemerintah setempat di namakan sebagai jalan ketenteng. Izin bangunan vihara pada jaman Belanda di keluarkan pada tanggal 1 Oktrober 1898. Masyarakat ramai mengunjungi Vihara tersebut karenamereka percaya pada perlindungan Kwan Im Phu Sha yang penuh dengan Welas Asih dan Kasih Sayang. Masyarakat Tiong Hoa pada saat itu menusulkan adanya Biksu Sangha yang membimbing mereka.
Pada tahun 1972 beberapa orang dari Vihara tersebut di utus ke Tiongkok Hokkin Po Thain Lam San Shaolin Kong Hwa Tan Si. Dari Shaolin Kong Hwa diutus Biksu SEK TE THI ke Lampung untuk membimbing dan membina umat serta memimpin upacara sembahayang di Vihara. Setelah kehadiran beliau dalamwaktu beberapa lama, banyak umat yang datang semakin ramai, sehingga Cetya tidak dapat memedahai untuk menampun g umat yang melaksanakan puka bhakti dan persembahyangan. Maka Cetya Kwan Im Thong di bangun menjadi lebih besar kemudian dig anti namanya menjadi Vihara THAI HIN BIO sampai saat ini.
Setalah kurang lebih 10 tahun Biksu Sek Tek Thai di Vihara Thay Hie Bio mengajarkan Buddha Dhamma, dikerenakan usia sudah lanjut dan kesehatan yang semakin menurun, maka beliau meminta di utus kembali seseorang Biksu dari Tongkok yang bernama SEK GUAN LIN untuk membatu beliau. Pada tahun 1963 Vihara Thay Hin Bio direnovasi kembali karena umat umat yang melakuka persembahyangan semakin ramai sehingga tempat tidak mencukupi. Renovasi ini selesai pada tahun 1967. Setelah Biksu Sek Guan LIN wafat, Vihara Thay Hin Bio mengalami kekosongan seseorang Biksu. Kemudian selang beberapa bulan, umat Buddha memint bantuan kepada Biksu SEK TEK YONG dari Bandung. Jasa Biksu Sek Tek young sangat besar, selain menyebarkan Dhaerma beliau juga menganjurkan di lakukan pembacaan Parrita dan sutra (Liam Keng). Beliau juga berjasa dalam pembangunan Krematorium (tempat pengkremasan jenazah) di lempasing.
Pada tangga 30 september 1979 Biksu sek Guan Lin wafat, setelah wafat kepempin dan pembinaan umat di Vihara Thay hin Bio sementara di laksanakan oleh Romo Tji Tjong Fuk dan Romo Tjoa Kee Sun. tidak lama kemudianRomo Tjing FUK dan Romo Kee Sun menghubungi Sangha Agung Indonesia memohon Biksu untuk pembinaan dan pegembangan Buddha Dharma
Pada tahun 1980 sangha agung Indonesia mengutus anggotanya Biksu SEK WAN BENG (Jina Surya) keVIhara Thay Hin Bio> BIksu Sek Wan Beng dikenal ramah dan penyanyang di mana semua umat sangat senang dan bahagia dengan kehadiran beliau. Pada tahun 1985Biksu Sek Wab Beng Wafat karena sakit. Setelah beliau wafat, yayasan Thay Hin Bio meminta kepada Romo Tjoa Kee Sun (Adi Surya) untuk mengurus dan memimpin upacara keagamaan Biddha sampai dengan tahun 2012. Setelah Romo Tjoe Kee Sun mengundurkan diri pada tahun 2013, pengelolahan Vihara lamngsung di laksankan dan diawasi langsung oleh yayasan VBihara Thay Hin Bio yang kemudian penmyelanggaraan kegiatan sehari-hari Vihara ditunjuk Bapak Stefanus sulistio sebagai ketua Vihara sampai saat ini.

  
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Daerah Teluk Betung Bandar Lampung adalah daerah yang dikenal memiliki populasi masyarakat keturunan cina paling banyak di Provinsi Lampung, oleh sebab itu banyak masyarakat mengenal daerah Teluk Betung sebagai kawasannya orang China.
Orang China yang pertama kali menginjakkan kaki di daerah ini adalah Po Heng yang berasal dari Tiongkok. Semakin lama populasi orang keturunan China semakin banyak hingga sekarang. Aktivitas orang keturunan di sana adalah sebagai pedagang dan pengusaha.

5.2 Saran
Sebagai generasi muda, diharapkan kita tidak melupakan sejarah dan lebih memperdalam tentang sejarah dan seluk beluk yang ada di provinsi Lampung. 

No comments:

Post a Comment

TINDAK TUTUR LOKUSI DALAM FILM 'TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK' DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA

  TINDAK TUTUR LOKUSI DALAM FILM 'TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK' DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA   BAB I PEND...