BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teluk betung adalah kawasan kota tua di Bandar lampung yang pada masa
colonial belanda merupakan onder adfeling yaitu satu wilayah administrasif yang
di perintah oleh seseorang kontrolir kebangsaan belanda. Pada tahun 1911 teluk betung atau yang pada masa tersebut di kenal dengan
telok betong menjadi ibukota keresidenan lampung. Teluk betung di kenal sebagai
kawasan perdeganganstrategis sejak tahun 1839. Posisinya yang terletak persis
di bibir pantai menjadi sebagai area berdirinya pelabuhan nelayan. Keberadaan
pelabuhan ini menjadi awal berkembangnya kawasan teluk betung menjadi pusat
perdagangan yang mendatangkan banyak pendatang dari berbagai daerah dan latar
belakang budaya dari seluruh penjuru nusantara yang bertujuan untuk berdagang
Seiring dengan itu, sector perdagangan di teluk betung meluas sampai
kesektor sandang. Pangan dan hiburan. Tempat berlangsungnya aktivitas
perdagangan tersebut bernama pasar teluk. Pasar teluk merupakan deretan
bangunan pertokoan dan terkoneksi
langsung dengan pelabuhan, pasar ikan dan pemukiman nelayanposisi tersebut
menjadikan kawasan pasar teluk sebagai kawasan yang strategis dalam masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan berbalanja’
Kawasan pasar teluk betung pada masa kejayaannya berkembang menjadi pusat
pemukiman multi-etnis. Latar belakang budaya masyarakat sekitar yanmg datang
dari seluruh penjuru negeri maupun macanegara menjadi cirri khas komunitas yang
berada di kawasan pasar teluk. Dengan adanya phenomena multi-etnis tersebut,
masyarakat sekitar kawasan pasar teluk juga di kenal sebagai masyarakat yang
rukun dan keberagaman. P[otensi keberagaman ini juga menciptakan lahirnya aneka
kuliner dari beberapa etnius budaya masyarakat tersebut yanmg pada akhirnya
menjadi panagan yang di cari oleh para wisatawan.
1.2 Masalah
Dewasa ini sering
kita jumpai dikehidupan sehari-hari banyak sekali di kalangan masyarakat yang
sudah tidak lagi menggunakan budayanya. Mereka pada umumnya menirukan
kebudayaan kebarat-baratan. Maka dari itu disini kami sebagai pemakalah ingin
mengkaji tentang sejarah pecinannya kota Bandar Lampung yang berada di lingkungan
kita.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat dari
penelitian ini yaitu untuk mengetahui awal mulanya pecinaannya kota Bandar lampung dan menarik minat mahasiswa untuk mengetahui lebih banyak tentang pecinaannya kota Bandar
lampung di
lingkungan tempat cetya avalokitesvara (kwan im thong) di daerah gudang
agen teluk betung.
1.4 Rumusan
Masalah
1.4.1
Seperti apa awal mulanya Po Heng datang ke Bandar lampung ?
1.4.2
Bagaimana sejarah awal mula munculnya pecinaannya kota
Bandar lampung ?
1.5 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas maka tujuan
penelitan ini adalah untuk mengetahui seperti apakah awal mulanya
pecinaanya kota Bandar lampung
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
1.6.1
Ruang Lingkup Ilmu
Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup
Antropologi Sejarah Lokal.
1.6.2
Ruang Lingkup Objek
Ruang lingkup objek penelitian ini adalah
menganalisis mengenai pecinaanya kota Bandar lampung.
1.6.3 Ruang
Lingkup Waktu
Waktu dalam penelitian ini yaitu dilakukan
pada tanggal 04 mei 2018.
1.6.4 Ruang
Lingkup Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di cetya avalokitesvara
(Kwan Im Thong )di daerah gudang agen teluk betung.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Tokoh
Tokoh adalah pelaku cerita. Setiap tokoh memiliki watak
atau karakter. Watak atau karakter setiap tokoh berbeda-beda. Adapun penokohan
adalah cara pengarang menampilkan tokoh-tokoh dan watak-wataknya dalam cerita.
Watak tokoh dalam cerita dijelaskan pengarang secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung, pengarang menjelaskan nama tokoh beserta gambaran
fisik, kepribadian, lingkungan kehidupan, jalan pikiran, dan proses berbahasa.
Watak tokoh dapat juga dijelaskan secara tidak langsung, misalnya melalui
percakapan/dialog, digambarkan oleh tokoh lainnya, reaksi dari tokoh lain,
pengungkapan kebiasaan tokoh, jalan pikiran, atau tindakan saat menghadapi
masalah. Tokoh yang akan di kaji disini adalah tokoh PO HENG.
2.2 PO HENG
Po Heng
adalah seseorang yang berasal dari Tiongkok,
Po Heng merupakan orang Cina pertama yang menginjakan kaki di Bandar Lampung. Awal mulanya pada saat itu penduduk Lampung merasakan
perlindungan dan berkah dari Kwan Im Phu Sha, maka mereka membuat Altar di
rumah masing-masing untuk mengadakan puja bakti pada Kwan Im Phu Sha yang
welas Asih.
Sekitaran tahun 1850 Po Heng
yang berasal dari Tiongkok Hok Kian Hai Ting membawa Patung/Rupang Kwan Im Phu
Sha, pada saat itu banyak yang simpatis yang datang untuk melihat dan mengusulkan untuk umum, maka saat itu di dirikanlah
Cetya Avalokitesvara (Kwan Im Thong) di Gaerah Gudang agen (pinggir laut) Teluk
Betung. Banyak masyarakat yang datang melakukan persembahayangan dan puja
bhakti memohon berkah dan keselamatan pada saat itu.
BAB III
METODE
PENELITIAN
3.1 Metode Yang Digunakan
Ditinjau dari jenis
datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Adapun jenis
pendekatan penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu
penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang
berdasarkan data-data. Sasaran
penelitian kualitatif utama
ialah manusia, artefak, peninggalan-peninggalan peradaban
kuno dan lain sebagainya. Penelitian kualitatif
dipandang lebih sesuai
untuk mengetahui lebih dalam
tentang pecinnannya kota
Bandar Lampung itu
sendiri. Oleh karena
itu peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif sebagai metode dalam meneliti pecinannya kota Bandar
Lampung bagi mahasiswa.
3.2 Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah seorang yang terlibat dalam penelitian dan
keadaannya menjadi sumber data penelitian. Dalam menentukan subyek penelitian
kuantitatif yang bersifat subyektif. Oleh karena itu, penulis perlu memiliki
sumber informasi tentang siapa yang pantas dan layak menjadi subyek penelitian.
Subyek penelitian disini penulis tentukan dari data yang penulis ambil dari tempat penelitian.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1
Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah
suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap
suatu objek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara
sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. Dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara turun langsung ke suatu tempat seperti ke daerah gudang
agen/teluk betung yang daerah temapt Awal mulanya Pecinannya Kota Bandar Lampung. Observasi ini berguna untuk mendapatkan
serta membantu dalam menjawab segala pertanyaan mengenai pecinannya kota
Bandar Lampung
3.3.2
Wawancara Mendalam
Wawancara merupakan
teknik pengumpulan data dalam metode survei yang menggunakan pertanyaan secara
lisam kepada responden atau subjek penelitian. Dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah di persiapkan dan
dilakukan secara langsung dan lebih mendalam terhadap pihak-pihak yang
bersangkutan. Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi
yang detail dan terpercaya dari informan yang di wawancara oleh peneliti.
3.3.3
Dokumentasi
Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan
cara mengalir atau mengambil data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi
yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini dokumentasi diperoleh
melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari informan yang bersangkutan. Dalam
penelitian ini data yang di hasilkan berupa foto dan video mengenai informasi
tentang Pecinannya Kota
Bandar lampung
tersebut. Serta catatan-catatan selama penelitian ini berlangsung.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Sejarah Pecinannya Kota Bandar Lampung
Dahulu kala banyak penduduk lampungyang merasakan
dari perlindungan
dan berkah dari
Kwan Im Phu Sha, maka mereka membuat Altar di rumah masing-masing untuk
mengadakan puja bakti pada Kwan Im Phu Sha yang welas asih.
Sekitaran tahun 1850 Po Heng yang
berasal dari Tiongkok hok kian hai ting membawa patung/rupang Kwan Im Phu Sha,
pada saat itu banyak yang simpatis yang datang untuk melihat dan mengusulkan untuk umum, maka saat itu di
dirikanlah Cetya Avalokitesvara (Kwan Im Thong) di daerag gudang agen (pinggir
laut). Banyak masyarakat yang datang
melakukan persembahayangan dan puja bhakti memohon berkah dan keselamatan.
Pada tahun 1883 gunung
Krakatau meletus, terjadinya banjir besar kurang lebih 3 hari 3 malaam. Pada saat
itu keluraga Po Heng yang tinggaldi Cetya tersebut tidak membawa harta
bendannya melaikan hanya menyalamatkan patung/rupang Kwan Im Phu Sha san Siacai
Liong Li membawanya ke tanjakan atas, dahulunya tanjakan tersebut di namakan
tanjakan residen. Po Heng membangun kembali sebuah Cetya tetapi tidak di
ketahui alamatnya. Kkemudian pada tahun 1896 atas ususlan masyarakat di kampong
China di dirikan Vihara Kwan Im Thong, setelah itu jalan tersebut oleh
pemerintah setempat di namakan sebagai jalan ketenteng. Izin bangunan vihara
pada jaman Belanda di keluarkan pada tanggal 1 Oktrober 1898. Masyarakat ramai
mengunjungi Vihara tersebut karenamereka percaya pada perlindungan Kwan Im Phu
Sha yang penuh dengan Welas Asih dan Kasih Sayang. Masyarakat Tiong Hoa pada saat
itu menusulkan adanya Biksu Sangha yang membimbing mereka.
Pada tahun 1972 beberapa orang
dari Vihara tersebut di utus ke Tiongkok Hokkin Po Thain Lam San Shaolin Kong
Hwa Tan Si. Dari Shaolin Kong Hwa diutus Biksu SEK TE THI ke Lampung untuk membimbing
dan membina umat serta memimpin upacara sembahayang di Vihara. Setelah
kehadiran beliau dalamwaktu beberapa lama, banyak umat yang datang semakin
ramai, sehingga Cetya tidak dapat memedahai untuk menampun g umat yang
melaksanakan puka bhakti dan persembahyangan. Maka Cetya Kwan Im Thong di
bangun menjadi lebih besar kemudian dig anti namanya menjadi Vihara THAI HIN
BIO sampai saat ini.
Setalah kurang lebih 10 tahun
Biksu Sek Tek Thai di Vihara Thay Hie Bio mengajarkan Buddha Dhamma,
dikerenakan usia sudah lanjut dan kesehatan yang semakin menurun, maka beliau
meminta di utus kembali seseorang Biksu dari Tongkok yang bernama SEK GUAN LIN
untuk membatu beliau. Pada tahun 1963 Vihara Thay Hin Bio direnovasi kembali
karena umat umat yang melakuka persembahyangan semakin ramai sehingga tempat
tidak mencukupi. Renovasi ini selesai pada tahun 1967. Setelah Biksu Sek Guan
LIN wafat, Vihara Thay Hin Bio mengalami kekosongan seseorang Biksu. Kemudian
selang beberapa bulan, umat Buddha memint bantuan kepada Biksu SEK TEK YONG
dari Bandung. Jasa Biksu Sek Tek young sangat besar, selain menyebarkan Dhaerma
beliau juga menganjurkan di lakukan pembacaan Parrita dan sutra (Liam Keng).
Beliau juga berjasa dalam pembangunan Krematorium (tempat pengkremasan jenazah)
di lempasing.
Pada tangga 30 september 1979
Biksu sek Guan Lin wafat, setelah wafat kepempin dan pembinaan umat di Vihara
Thay hin Bio sementara di laksanakan oleh Romo Tji Tjong Fuk dan Romo Tjoa Kee
Sun. tidak lama kemudianRomo Tjing FUK dan Romo Kee Sun menghubungi Sangha
Agung Indonesia memohon Biksu untuk pembinaan dan pegembangan Buddha Dharma
Pada tahun 1980 sangha agung
Indonesia mengutus anggotanya Biksu SEK WAN BENG (Jina Surya) keVIhara Thay Hin
Bio> BIksu Sek Wan Beng dikenal ramah dan penyanyang di mana semua umat
sangat senang dan bahagia dengan kehadiran beliau. Pada tahun 1985Biksu Sek Wab
Beng Wafat karena sakit. Setelah beliau wafat, yayasan Thay Hin Bio meminta
kepada Romo Tjoa Kee Sun (Adi Surya) untuk mengurus dan memimpin upacara keagamaan
Biddha sampai dengan tahun 2012. Setelah Romo Tjoe Kee Sun mengundurkan diri
pada tahun 2013, pengelolahan Vihara lamngsung di laksankan dan diawasi
langsung oleh yayasan VBihara Thay Hin Bio yang kemudian penmyelanggaraan
kegiatan sehari-hari Vihara ditunjuk Bapak Stefanus sulistio sebagai ketua
Vihara sampai saat ini.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Daerah Teluk Betung Bandar
Lampung adalah daerah yang dikenal memiliki populasi masyarakat keturunan cina
paling banyak di Provinsi Lampung, oleh sebab itu banyak masyarakat mengenal
daerah Teluk Betung sebagai kawasannya orang China.
Orang China yang pertama kali
menginjakkan kaki di daerah ini adalah Po Heng yang berasal dari Tiongkok. Semakin
lama populasi orang keturunan China semakin banyak hingga sekarang. Aktivitas
orang keturunan di sana adalah sebagai pedagang dan pengusaha.
5.2 Saran
Sebagai generasi muda, diharapkan kita tidak melupakan
sejarah dan lebih memperdalam tentang sejarah dan seluk beluk yang ada di
provinsi Lampung.
No comments:
Post a Comment