BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG MASALAH
Negara Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai
sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia
tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan nasional difungsikan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini mulai marak
dibicarakan mengenai pendidikan karakter.
Selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan
karakter ini pun diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam meningkatkan derajat
dan martabat bangsa Indonesia. Pembentukan karakter itu dimulai dari fitrah yang diberikan Tuhan, yang kemudian membentuk jati diri dan prilaku. Dalam prosesnya sendiri
fitrah yang alamiah ini sangat dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan, sehingga lingkungan memilki peranan yang cukup besar dalam
membentuk jati diri dan prilaku.
Tidak hanya pendidikan karakter saja
Pengutamaan penggunaan bahasa Indonesia juga menjadi Salah satu pondasi utama
dalam meningkatkan derajat dan martabat bangsa. Fungsi dari bahasa Indonesia
dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional adalah sebagai lambang kebanggan
nasional. Di samping fungsinya sebagai lambang identitas nasional, bahasa
Indonesia juga berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa dan sarana komunikasi
antarsuku dan anatar budaya bangsa. Dari ketiga fungsi tersebut, fungsi yang
terakhir disebutkan merupakan fungsi yang kelihatan jelas dan tidak banyak
menimbulkan persoalan. Dari fungsi yang ketiga itu, bangsa Indonesia
menunjukkan kebanggaannya dan yang sekaligus membedakannya dengan bangsa –
bangsa yang lain.
Gerakan
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) selain merupakan kelanjutan dan
kesinambungan dari Gerakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa Tahun 2010 juga
merupakan bagian integral Nawacita. Gerakan PPK menempatkan nilai karakter
sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan para
pelaku pendidikan. Ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan
membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK.
Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah Religius, Nasionalis,
Mandiri, Gotong Royong, Integritas.
B. RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa
yang dimaksud Karakter dalam Perspektif Pendidikan?
2.
Bagaimana
urgensi pendidikan berkarakter di Madrasah?
3.
Bagaimana
peranan guru dalam pendidikan berkarakter di Madrasah?
C. TUJUAN
1.
Untuk
mengetahui apa yang dimaksud Karakter dalam Perspektif Pendidikan.
2.
Untuk
Mengetahui Urgensi Pendidikan Berkarakter Di Madrasah.
3.
Untuk
Mengetahui Peranan Guru Dalam Pendidikan Berkarakter Di Madrasah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KARAKTER
DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN
Secara harfiah karakter
artinya “kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi. Dalam
kamus Psikologi dinyatakan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari
titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang yang biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relative tetap. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan,
dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan
adat istiadat.[1]
Pendidikan karakter kini memang
menjadi isu utama pendidikan. Selain menjadi bagian
dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter ini pun
diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam meningkatkan derajat dan martabat
bangsa Indonesia. Di lingkungan Kemdiknas
sendiri, pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan di seluruh jenjang
pendidikan yang dibinannya. Pembentukan karakter itu
dimulai dari fitrah yang diberikan Tuhan, yang
kemudian membentuk jati diri dan prilaku. Dalam prosesnya sendiri fitrah yang alamiah ini sangat dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan, sehingga lingkungan memilki peranan yang cukup besar dalam
membentuk jati diri dan prilaku. Sekolah dan masyarakat sebagai bagian dari lingkungan memiliki peranan yang sangat penting, oleh karena itu setiap sekolah dan masyarakat harus memiliki pendisiplinan dan kebiasaan
mengenai karakter yang akan dibentuk. Para pemimpin dan tokoh masyarakat juga harus mampu memberikan suri teladan mengenai karakter yang akan dibentuk
tersebut.
B. URGENSI
PENDIDIKAN BERKARAKTER DI MADRASAH.
Pemerintah melalui Kementerian
Pendidikan Nasional sudah mencanangkan penerapan pendidikan karakter untuk
semua tingkat pendidikan dari SD/MI hingga Perguruan Tinggi. Munculnya gagasan program pendidikan karakter dalam dunia
pendidikan di Indonesia dapat dimaklumi, sebab selama ini dirasakan proses pendidikan ternyata belum
berhasil membangun manusia Indonesia yang berkarakter. Banyak yang menyebut bahwa pendidikan telah gagal membangun karakter. Banyak lulusan sekolah dan
sarjana yang pandai dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi mentalnya
lemah, penakut, dan perilakunya tidak terpuji. [2]
Pembangunan karakter
perlu dilakukan oleh manusia. Senada dengan hal tersebut, Ellen G. White dalam Sarumpaet
mengemukakan bahwa pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang
pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa
dari sistem pendidikan yang benar. Pendidikan rumah tangga maupun pendidikan
dalam sekolah, orang tua dan guru tetap sadar bahwa pembangunan tabiat yang
agung adalah tugas mereka. Menurut Mochtar Buchorimengatakan pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai
secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan
nilai secara nyata. Permasalahan pendidikan karakter yang selama ini ada di sekolah perlu segera dikaji dan dicari altenatif-alternatif solusinya serta perlu
dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan.[3]
Banyak hasil
penelitian yang membuktikan bahwa karakter seseorang dapat mempengaruhi
kesuksesan seseorang. Di antaranya berdasarkan
penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan
seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard
skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft
skill). Penelitian ini mengungkapkan bahwa
kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan
sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia
bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill
daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan
karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Sementara itu Ratna Megawangi (2007) dalam bukunya “Semua Berakar Pada Karakter” mencontohkan bagaimana
kesuksesan Cina dalam menerapkan pendidikan karakter sejak awal tahun 1980-an. Menurutnya pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui
proses knowing the good, loving the good, and acting
the good (suatu proses pendidikan yang
melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik, sehingga berakhlak mulia).[4]
C. PERANAN
GURU DALAM PENDIDIKAN BERKARAKTER DI MADRASAH.
Membangun peradaban sebuah
bangsa pada hakikatnya adalah pengembangan watak dan karakter manusia unggul
dari sisi intelektual, spiritual, emosional, dan fisikal yang dilandasi oleh
fitrah kemanusiaan. Fitrah adalah titik tolak kemuliaan manusia, baik sebagai
bawaan seseorang sejak lahir atau sebagai hasil proses pendidikan. Nelson Black
dalam bukunya yang berjudul “Kapan Sebuah Bangsa Akan Mati” menyatakan bahwa nilai-nilai akhlak,
kemanusiaan, kemakmuran ekonomi, dan kekuatan budaya merupakan sederet faktor
keunggulan sebuah masyarakat yang humanis.[5]
Sebaliknya kebejatan sosial
dan budaya merupakan faktor penyebab kemunduran sebuah peradaban. Pada Kongres Pendidikan se-Indonesia yang digelar di Yogyakarta bulan
Oktober 1949, almarhum Ki Hadjar Dewantaradari Taman Siswa mengatakan bahwa hidup haruslah diarahkan pada kemajuan, keberadaban, budaya dan persatuan,
dan masyarakat seharusnya tidak menolak elemen-elemen yang datang dari peradaban asing.
Ini adalah demi mendorong proses pertumbuhan dan pemerkayaan yang lebih lanjut
bagi kehidupan nasional serta secara mutlak untuk
menaikkan martabat kebanggaan bangsa Indonesia.[6]
Terlepas dari persoalan
kuantitatif maupun kualitatif tersebut, dalam
konteks pembangunan sektor pendidikan, guru merupakan pemegang peran yang amat
sentral dalam proses pendidikan. Upaya meningkatkan
profesionalisme para pendidik adalah suatu keniscayaan. Guru harus mendapatkan
program-program pelatihan secara tersistem agar tetap memiliki profesionalisme
yang tinggi dan siap melakukan adopsi inovasi. Guru juga harus mendapatkan ” Reward
” (tanda jasa), penghargaan dan kesejahteraan yang layak atas pengabdian dan
jasanya, sehingga setiap inovasi dan pembaruan dalam bidang pendidikan dapat diterima
dan dijalaninya dengan baik. Di sinilah kemudian karakteristik pendidikan guru
memiliki kualitas ketika menyajikan bahan pengajaran kepada subjek didik.
Kualitas seorang guru dapat diukur dari segi moralitas, bijaksana, sabar dan
menguasai bahan pelajaran ketika beradaptasi dengan subjek didik. Sejumlah
faktor itu membuat dirinya mampu menghadapi masalah-masalah sulit, tidak mudah
frustasi, depresi atau stress secara positif, dan tidak destruktif.
Dalam karakter pendidikan guru penting sekali
dikembangkan nilai-nilai etika dan estetika inti seperti kepedulian, kejujuran,
keadilan, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap diri dan orang lain bersama
dengan nilai-nilai kinerja pendukungnya seperti ketekunan, etos kerja yang
tinggi, dan kegigihan sebagai basis karakter yang baik. Guru harus berkomitmen
untuk mengembangkan karakter peserta didik berdasarkan nilai-nilai Yang
dimaksud serta mendefinisikannya dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dalam
kehidupan sekolah sehari-hari. Yang terpenting adalah semua komponen sekolah bertanggung jawab terhadap standar-standar perilaku
yang konsisten sesuai dengan nilai-nilai inti.[7]
Seseorang dapat dikatakan
berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki
masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya. Demikian juga
seorang pendidik dikatakan berkarakter, jika memiliki nilai dan keyakinan yang
dilandasi hakikat dan tujuan pendidikan serta digunakan sebagai kekuatan moral
dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Dengan demikian pendidik yang berkarakter, berarti telah memiliki kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral,
seperti sifat kejujuran, amanah, keteladanan, ataupun sifat-sifat lain yang
harus melekat pada diri pendidik. Pendidik yang berkarakter kuat tidak hanya
memiliki kemampuan mengajar dalam arti sempit (transfer pengetahuan/ilmu), melainkan juga harus memiliki kemampuan
mendidik dalam arti luas (keteladanan sehari-hari).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Membangun peradaban sebuah
bangsa pada hakikatnya adalah pengembangan watak dan karakter manusia unggul
dari sisi intelektual, spiritual, emosional, dan fisikal yang dilandasi oleh
fitrah kemanusiaan. Pendidikan karakter adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan
kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders)
harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi
kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan
atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas,
pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan
lingkungan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Kemendiknas,Pembinaan
Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama.Jakarta.Departemen Pendidikan Nasional.2010.
Ratna Megawangi.Semua Berakar Pada Karakter.Jakarta: FE-UI,
2007.
Adian Husaini. 2010. Perlukah
Pendidikan Berkarakter. Dikutip dari http://insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=133perlukahpendidikan-berkarakter&catid=1%3Aadian-husaini&Itemid=23. Diakses pada hari Sabtu tanggal 9 Mei 2017 pukul 09.20 WIB.
Mochtar Buchori. 2007. Pendidikan Karakter dan Kepemimpinan Kita. Dikutip dari www.tempointeraktif.com/hg/kolom/…/kol,20110201-315,id.html diakses 10 Mei 2017 pukul 11.50 WIB.
http://akhmadsudrajat.Wordpress
.com/…/pendidikan-karakter-di-smp/.
http://alenmarlissmpn1gresik.
wordpress.com/2010/10/03/manfaat-karakteristik-pendidikan-bagi-guru-untuk
membangun-peradaban-bangsa/
[1]Adian Husaini. 2010. Perlukah Pendidikan
Berkarakter. Dikutip dari http://insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=133perlukahpendidikan-berkarakter&catid=1%3Aadian-husaini&Itemid=23. Diakses
pada hari
Sabtu tanggal 9 Mei 2017 pukul 09.20
WIB.
[2]Kemendiknas, Pembinaan
Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional., 2010), h. 28.
[3]Mochtar Buchori. 2007. Pendidikan Karakter dan Kepemimpinan Kita. Dikutip
dari www.tempointeraktif.com/hg/kolom/…/kol,20110201-315,id.html diakses
10 Mei 2017 pukul 11.50 WIB.
[5] Dikutip dari
http://alenmarlissmpn1gresik.wordpress.com/2017.
[6] Dalam http://alenmarlissmpn1gresik.
wordpress.com/2010/10/03/manfaat-karakteristik-pendidikan-bagi-guru-untuk membangun-peradaban-bangsa/
No comments:
Post a Comment