Sunday, March 5, 2017

MAKALAH RETORIKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pada tahun 467 sebelum Masehi, Korax seorang Yunani dan muridnya Teisios menerbitkan sebuah buku yang pertama tentang retorika. Tetapi retorika sebagai seni kepandaian berbicara. Sudah ada pada sejarah lebih dahulu. Di dalam makalah ini penulis akan menjelaskan sejarah retorika dari masa ke masa. Di bawah ini akan dibeberkan perkembangan ilmu retorika secara garis besar yang berawal pada zaman Yunani kuno dan berlanjut pada abad pertengahan hingga dewasa ini.

1.2  Rumusan Masalah
2.1 Bagaimana perkembangan sejarah retorika pada Zaman Yunani-Kuno?
2.2 Bagaimana perkembangan sejarah retorika pada Zaman Romawi Kuno?
2.3 Bagaimana gambaran sejarah pada Abad Pertengahan?
2.4 bagaimana perkembangan sejarah retorika pada Zaman Modern?
2.5 Bagaimana perkembangan sejarah retorika yang terjadi di Indonesia?

1.3  Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui lebih jelas sejarah retorika dari masa ke masa.








BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Zaman Yunani Kuno
Unsur-unsur ilmu retorika sudah dikembangkan di Yunani, sebelum buku yang ditulis oleh Korax dan TEISIOS diterbitkan. Sejak abad ke 7 sampai ke 5 sebelum Masehi, sudah ada ahli-ahli pidato terkenal dalam kerajaan Yunani Kuno seperti: SOLON (640-560); PEISISTRATOS (600-527) dan THENUSTOKLES (525-640).
Seorang politikus dan negarawan yang juga menjadi seorang ahli pidato yang terkenal dari zaman ini adalah PERIKLES (500-429). Para pengagumnya mengatakan bahwa dewi-dewi seni berbicara yang memiliki daya tarik memukau bertakhta di atas lidahnya. PERIKLES sebagai seorang ahli pidato tidak akan dilupakan oleh bangsa Yunani, berkat sebuah pidato yang diucapkannya bagi para pahlawan THUKYDIDES. Sekitar akhir abad ke-5 Masehi, muncul lagi beberapa ahli pidato yang sangat dikagumi seperti ALKIBIADES THERAMENES dan KRITIOS.
Pada mulanya para ahli pidato di Yunani hanya berbicara di ruangan pengadilan tetapi sudah memperhatikan bahwa kepandaian berbicara berguna untuk memimpin negara, maka orang mulai menyusunnya dan disebut retorika, sehingga mudah dipelajari. Usaha ini dijalankan pada mulanya di daerah koloni Yunani di Sisilia, dimanapun kekuasaan tiran mulai punah dan dimana kebebasan berbicara mulai dijunjung tinggi. Usaha yang sama segera dikembangkan di kota Athena dan di seluruh kerajaan Yunani. Sejak abad ke 5 mulai didirikan sekolah-sekolah retorika di dalam wilayah-wilayah yang berkebudayaan helenistis. Dengan ini retorika menjadi salah satu bidang ilmu yang diajarkan kepada generasi muda yang dipersiapkan untuk memimpin negara. Retorika dalam abad-abad ini menjadi salah satu bidang ilmu yang menyaingi filsafat. Ia menjadi kesenian untuk membina dan memimpin manusia. Beberapa ahli pidato pada masa ini adalah GORGIAS dari Leontinoik (485-380) PROTAGORAS dari Abdera (480-410) dan THRASYMACHUS dari Kalsedon (300-200). Selain itu muncul juga ahli-ahli pidato lain yang terkenal seperti SOCRATES (470-399). Menurut SOCRATES, yang juga ahli filsafat, retorika adalah seni untuk membawakan dan menyampaikan pengetahuan yang sudah ada secara meyakinkan. Retorika harus mencari kebenaran dan bukannya mempermainkan kata-kata kosong. Seorang muridnya bernama ARISTOTELES (384-322). Ia sangat menghargai retorika sebagai partner yang otonom dari dialektika ia mengarang sebuah buku retorika yang terkenal dan masih memiliki pengaruh yang kuat terhadap retorika dewasa ini. Ahli pidato terbesar sepanjang masa dari zaman yunani kuno adalah DEMOSTHENES (384-322). Dia adalah putra seorang Yunani yang menikah dengan wanita Skyth. Tentang DEMOSTHENES dikatakan bahwa ia mengalami tekanan batin yang berat dan rasa takut yang besar. Tetapi berkat latihan yang tabah, ia dapat mengatasi segala kesulitan itu, sehingga akhirnya manjadi seorang retor yang terkenal. Setelah meninggal, warga kota Athena mendirikan satu tugu dan sebuah patung untuk memperingati dia. Pada tugu itu tertulis, “Hai DEMOSTHENES, andaikan engkau memiliki cukup kuasa, seperti kebijakanmu, maka tak pernah raja Makedonia akan menjadi penguasa bangsa yunani.” Setelah yunani dikuasai bangsa Makedonia dan Romawi, maka berakhirlah masa kejayaan ilmu retorika yunani kuno. Retorika hanya masih merupakan ilmu yang dipelajari dibangku-bangku sekolah.
2.2 Zaman Romawi Kuno
Setelah kerajaan Romawi menguasai Yunani, terjadilah kontak antara kaum cendikiawan Romawi dan Yunani. Orang-orang Romawi mempelajari kebudayaan bangsa Yunani , terutama ilmu kepandaian berbicara yang tengah berkembang di Yunani. Oleh karena itu, pelajaran tentang ilmu retorika mulai diberikan di sekolah-sekolah. Apabila ada murid yang berbakat dalam hal berpidato, maka sesudah mereka dibekali pengetahuan teoretis tentang retorika, mereka disuruh mengunjungi tempat-tempat pengadilan dimana mereka sendiri langsung menyaksikan bagaimana sebuah pidato dibawakan secara bebas oleh seorang ahli di depan pengadilan dan di depan publik. Berdasarkan pengalaman praktis ini, para murid melengkapi petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh gurunya di sekolah. Orang-oraang Romawi yang terkenal dalam ilmu retorika adalah:
CATO SENIOR (234-149)
Ia menjadi terkenal lewat pidatonya yang mengajak rakyat kekaisaran Romawi untuk membinasakan kota Cartago di Afrika Utara. Judul pidato itu Carhago delenda est. Dalam perkembangan selanjutnya, pengaruh para retor dari Yunani yang hidup dan bekerja di Kota Roma menjadi sangat besar diantara kaum muda yang ingin mempelajari ilmu retorika. Hal ini mencemaskan golongan konservatif di kota Roma. Mereka berpendapat bahwa orang-orang Yunani dapat mempengaruhi dan memperlemah pendidikan dan mental kaum muda. Oleh karena itu, di bawah pemerintahan Konsulat FANNIUS dan MESALLA (161), Senat mengeluarkan satu keputusan untuk mengusir ahli filsafat dan retorika yang berkebangsaan Yunani dari kota Roma. Cato adalah salah seorang yang secara tegas menyokong kebijaksanaan Senat ini.
Tetapi keinginan kaum muda untuk mempelajari filsafat dan retorika tidak dapat dibendung. Sekitar abad ke-2 sebelum Masehi, akhirnya pemerintah Romawi memanggil kembali para retor Yunani ke Kota Roma. Sejak saat itu mereka mendirikan sekolah-sekolah retorika, dimana orang Yunani menjadi guru. Dengan cara ini pengaruh helenistis mulai merembes di kalangan orang Romawi.  Sedangkan kaum muda dari Roma sering pergi ke Yunani, terutama ke kota Arthena dan pulau Rhodos, untik mempelajari ilmu filsafat dan retorika. Sejak saat ini, ilmu retorika berkembang pesat di dalam seluruh kekaisaran Romawi. Ilmu retorika menjadi salah satu ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh orang Romawi dengan penuh semangat. Di kota Roma orang mulai sadar bahwa iolmu retorika adalah salah satu wadah untuk menguasai massa.
2.3 Abad Pertengahan
Sajak abad pertama mulailah titik balik dalam bidang ilmu retorika. Wejangan-wejangan religius seperti khotbah mylai berkembang jaya. Sejak masa awalnya kekristenan selalu dimaklumkan melalui kata-kata dan khotbah, sehingga dalam berhadapan dengan tantangan dari kebudayaan helenistis, ia dapat bertahan. Pendirinya Yesus Dari Nazaret yang hidup sekitar tahun 7 sebelum Masehi sampai 30 sesudah masehi, adalah seorang pewarta yang memiliki daya tarik dan daya sugesti yang mempesona; meskipun Ia sendiri berbicara dalam bahasa Aramis, yang pada waktu itu menjadi bahasa pergaulan di Palestina. Dalam usaha menyebarluaskan ajaran Yesus, para pengikut-Nya ikut mengembangkan ilmu kepandaian berbicara lewat khotbah-khotbah yang dibawakan. PAULUS dari Tarsus sekitar (5-64 M), adalah seorang warga negara Romawi, yang menguasai baik ilmu pengetahuan klasik maupun talmud, memperluas ajaran YESUS DARI NAZARET melalui khotbah-khotbah yang terbaik dalam kesusastraan dunia. Paulus sendiri adalah seorang pengkhotbah terkenal dalam sejarah dunia. Dalam abad-abad berikutnya, ketika kekristenan semakin meluas, muncul banyak retor di kalangan orang kristen. Mereka adalah bapak-bapak Gereja turut mengembangkan ilmu kepandaian berbicara lewat khotbah-khotbah di dalam Gereja. Beberapa nama yang terkenal adalah:
LACTANTIUS, hidup sekitar  tahun 260-320. Ia digelari CICERO-nya orang kristen.
Victorianus, yang hidup sekitar tahun 350, adalah seorang pembela dan guru ilmu retorika.
Seorang bapak Gereja yang terkenal adalah AURELIUS AGUSTINUS (354-430). Sebelum bertobat menjadi kristen,dia adalah profesor ilmu retorika di kota Milan. Agustinus adalah seorang pengotbah terkenal pada zamannya, baik di afrika utara maupun di seluruh ke kaisaran ROMAWI.HIRONIMUS dari Striden(348-420)adalah bapak gereja yang paling terdidik dia pada mulanya adalah pengagum CICERO lalu menjadi pertapa seluruh hidupnya dibaktikan untuk pemakluman sabdi allah lewat tulisan dan kotbah.
YOHANES CHRISOSTOMUS dari konstaptinopel (344-407) dia dijuluki ‘mulut emas”.YOHANES CHRISOSTOMUS adalah bapak gereja yunani terbesar.Menurut dia,seni berbicara adalah medium untuk merebut hati pendengar dan mempengaruhi jiwa mereka.Sepanjang abad pertengahan, ilmu retorika pada umumnya dikembangkan dan dimajukan di dalam biara-biara dalam bentuk seni berkotbah. Di sekitar perang salib, kepandaian berbicara dan berkotbah di salah gunakan.Ahli-ahli kotbah seperti PAUS URBANUS ke dua, ST.
Dilain pihak golongan Muslim yang mendapat ajaran fanatik dari Nabi Muhamad juga mengembangkan dan ikut menyalah gunakan kepandaian berbicara dan khotbah. Sekitar akhir pertengahan ilmu berkhotbah berkembang pesat di bawah Ordo Dominikan. Pengkhotbah terkenal dari Ordo ini adalah SAVONAROLA (1452-1498). Ia sangat terampil dalam menggunakkan dialektika dan logika.
Selama abad pertengahan ilmu retorika mencapai titik dalamnya. Penyelidikan dan pendelaman ilmu retorika ditekan, sehingga perkembangan lanjut yang kreatif menjadi kerdil. Selain itu  ilmu retorika, kepandaian berbicara pada zaman ini, juga sering disalahgunakandi dalam gereja.
2.4 Zaman Renaisans dan Humanisme
Diantara abad ke-14 dan ke-16 berkembanglah Renaisans di Italia. Sejalan dengan perkembangan ini, muncul juga suatu pemahaman baru terhadap zaman Romawi-Yunani Kuno, sehingga ilmu retorikapun dikembangkan kembali. Perkembangan baru ini didorong oleh kaum Republik, pimpinan pemerintahan dan para Kaisar di Italia. Seperti halnya kaum Sofis di Yunani, kelompok humanis berpindah dari satu Universitas ke Universitas yang lain untuk memberikan ceramah mengenai zaman Romawi-Yunani Kuno.  Karya tulis menulis berkembang pesat. Ahli-ahli pidato membawakan ceramah dimana-mana, menyiapkan pidato, menulis surat, mengadakan diskusi dan debat, mengajar anak-anak tentang teknik berbicara dan menulis buku-buku komentar mengenai ahli-ahli pidato dari zaman kuno. Juga diterbitkan buku-buku mengenai ilmu retorika, dialektika, seni sastra, filsafat dan pendidikan. Beberapa tokoh dari zaman ini:
POGIO BRACCIOLINI (1380-1459). Dia adalah seorang philolog dan pengumpul karya tulisan dari zaman kuno. FALLA (1407-1457)adalah seorang profesor ilmu retorika di kota Pafila ia berjasa karena menghidupkan kembali peranan ilmu retorika seperti pada zaman kuno. Dia juga melihat pentingnya dialektika dan retorika sebagai sungguh-sungguh ilmu filsafat.
PHILIP MELANCHTHON (1497-1560) dia adalah profesor bahasa Yunani di kota Wittenberg.
Sebagai reaksi terhadap gerakan reformasi di Eropa, muncul gerakan anti reformasi yang dipelopori oleh pater-pater Yesuit. Dimana-mana dihidupkan kembali kepandaian berkhotbah dari mimbar-mimbar Gereja. Yang terkenal dari kelompok anti reformasi adalah pendiri Yesuit, IGNATIUS DARI LOYOLA (1491-1556) dan PETRUS KANISIUS (1521-1597) misionaris daerah-daerah yang berbahasa Jerman.

2.5 ZAMAN MODERN
Pertemuan orang Eropa dengan Islam dalam Perang Salib menimbulkan Renaissance. Renaissance mengantarkan kita kepada retorika modern. Yang membangun jembatan, menghubungkan Renaissance dengan retorika modern adalah Roger Bacon (1214-1219). Ia bukan saja memperkenalkan metode eksperimental, tetapi juga pentingnya pengetahuan tentang proses psikologis dalam studi retorika.
Ia menyatakan, “.. kewajiban retorika ialah menggunakan rasio dan imajinasi untuk menggerakkan kemauan secara lebih baik”.. . Rasio, imajinasi, kemauan adalah fakultas-fakultas psikologis yang kelak menjadi kajian utama ahli retorika modern. Aliran pertama retorika dalam masa modern, yang menekankan proses psikologis, dikenal sebagai aliran epistemologis. Epistemologi membahas “teori pengetahuan”; asal-usul, sifat, metode, dan batas-batas pengetahuan manusia. Para pemikir epistemologis berusaha mengkaji retorika klasik dalam sorotan perkembangan psikologi kognitif (yakni, yang membahas proses mental).
Aliran retorika modern kedua dikenal sebagai gerakan belles lettres (Bahasa Prancis: tulisan yang indah). Retorika belletris sangat mengutamakan keindahan bahasa, segi-segi estetis pesan, kadang-kadang dengan mengabaikan segi informatifnya. Hugh Blair (1718-1800) menulis Lectures on Rhetoric and Belles Lettres. Di sini ia menjelaskan hubungan antara retorika, sastra, dan kritik. Ia memperkenalkan fakultas citarasa (taste), yaitu kemampuan untuk memperoleh kenikmatan dari pertemuan dengan apa pun yang indah. Karena memiliki fakultas citarasa, Anda senang mendengarkan musik yang indah, membaca tulisan yang indah, melihat pemandangan yang indah, atau mencamkan pidato yang indah. Citarasa, kata Blair, mencapai kesempurnaan ketika kenikmatan inderawi dipadukan dengan rasio,  ketika rasio dapat menjelaskan sumber-sumber kenikmatan.
Aliran pertama (epistemologi) dan kedua (belles lettres) terutama memusatkan perhatian mereka pada persiapan pidato pada penyusunan pesan dan penggunaan bahasa. Aliran ketiga disebut gerakan elokusionis justru menekankan teknik penyampaian pidato. Gilbert Austin, misalnya memberikan petunjuk praktis penyampaian pidato, Pembicara tidak boleh melihat melantur. Ia harus mengarahkan matanya langsung kepada pendengar, dan menjaga ketenangannya. Ia tidak boleh segera melepaskan seluruh suaranya, tetapi mulailah dengan nada yang paling rendah, dan mengeluarkan suaranya sedikit saja;  jika ia ingin mendiamkan gumaman orang dan mencengkeram perhatian mereka”. James Burgh, misal yang lain, menjelaskan 71 emosi dan cara mengungkapkannya.
Dalam perkembangan, gerakan elokusionis dikritik karena perhatian dan kesetiaan yang berlebihan pada teknik. Ketika mengikuti kaum elokusionis, pembicara tidak lagi berbicara dan bergerak secara spontan. Gerakannya menjadi artifisial. Walaupun begitu, kaum elokusionis telah berjaya dalam melakukan penelitian empiris sebelum merumuskan “resep-resep” penyampaian pidato. Retorika kini tidak lagi ilmu berdasarkan semata-mata otak-atik otak atau hasil perenungan rasional saja.
Retorika, seperti disiplin yang lain, dirumuskan dari hasil penelitian empiris.
Pada abad kedua puluh,  retorika mengambil manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan modern khususnya ilmu-ilmu perilaku seperti psikologi dan sosiologi. Istilah retorika pun mulai digeser oleh speech, speech communication, atau oral communication, atau public speaking.
2.5    PERKEMBANGAN RETORIKA DI INDONESIA
Untuk membuat gambaran yang jelas dan sistematis tentang ilmu retorika di Indonesia masa lampau bukan pekerjaan yang mudah. Kesulitannya adalah masalah informasi yang akurat, dan buku-buku yang menjelaskan kehidupan masa lampau sangat sedikit. Referensi yang lengkap juga susah ditemukan. Yang dapat diamati dan dipahami adalah kegiatan bertutur pada upacara-upacara adat. Kebudayaan lisan yang diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang. Misalnya pada upacara-upacara adat. Ucapan saat meminang, pernikahan, kelahiran dan kematian merupakan warisan budaya itu. Masing-masing suku bangsa di Indonesia memiliki cara sendiri. Cara bernegosiasi antara dua suku menggambarkan kemampuan berbicara saat itu. Dari sinilah retorika klasik di Indonesia dimulai.
Sejarah perkembangan retorika di Indonesia tidak terlepas dari sejarah Indonesia itu sendiri. Sejak abad ke-16 masa penjajahan Belanda terdapat tokoh-tokoh retorika Indonesia yang menjadi delegasi-delegasi pada konferensi. Sebagai wakil Indonesia tentu saja delegasi itu memiliki kemampuan berunding. Disitulah ilmu retorika terpakai.
Perkembangan retorika saat ini bukan hanya sedekar alat atau sarana komunikasi agar sampai pada arah dan maksud tujuan, namun ilmu yang dikembangkan oleh filsuf terkenal dimasa Yunani kuno ini telah menjadi tuntutan profesi syarat utama kepemimpinan dan bahkan menjadi sebuah profesi tunggal seperti jubir (juru bicara), moderator, pembawa acara, dan sebagainya. Bila ditelaah dengan budaya kebangsaan kita, kebesaran negara ini juga diisi oleh orang yang memahami ilmu Retorika ini seperti tokoh-tokoh kemerdekaan, tokoh-tokoh kependidikan, dan tokoh-tokoh pengisi kemerdekaan. 
Tercatat beberapa tokoh yang terkenal dengan kemampuan berbahasanya. Tokoh itu antara lain H. Agus Salim yang berasal dari Sumatera Barat. H.Agus Salim adalah manusia yang serba bisa, penerjemah, ahli syiar, sastrawan, diplomat, filsuf dan ulama. Agus Salim dikenal di kalangan cendikiawan luar negeri sebagai jenius di bidang bahasa yang mampu menulis dan berbicara dalam banyak bahasa asing. Meskipun beliau mahir berbahasa asing, Agus Salim justru menunjukkan kecintaannya terhadap bahasa Indonesia di sidang Dewan rakyat (volksraad) sehingga menggegerkan Belanda.
Ahli pidato Indonesia yang sangat terkenal adalah seperti yang diungkapkan dalam awal tulisan ini yaitu Ir. Soekarno. Ir. Soekarno di kenal di seluruh dunia. Memang suatu anugrah Tuhan kepada beliau. Kemampuan pidato yang luar biasa dimilikinya. Suasan hening tercipta karena orang tidak ingin melewatkan setiap yang diucapkannya. Ketika berpidato Bung Karno tidak pernah membaca naskah. Pidato beliau bisa membuat pendengarnya terpengaruh dan terbiasa mengikuti apa yang beliau sampaikan. Salah satu pidato beliau yang terkenal yang berjudul “nawaksara”.
Ahli retorika Indonesia yang lainnya adalah Buya Hamka (1908-1981). Seorang ulama, aktivis politik dan seorang penulis terkenal. Kemampuan menulis yang didapatnya secara otodidak telah mengharumkan namnya sampai ke dunia internasional. Otodidaknya tidak saja di bidang tulis menulis, tetapi juga di berbagai ilmu seperti filsafat, sastra, sejarah, sosial dan politik. Kelebihan lain yang dimiliki adalah mahir berbahasa Arab. Selain itu beliau juga mahir berpidato. Untuk mengasah kemampuan pidato beliau bertukar pikiran dengan HOS Cokroaminoto, Raden Mas Suryoparonoto.
Seorang orator yang terkenal dengan ketajaman kata-katanya adalah Bung Tomo (1920-1981). Pahlawan asal Surabaya ini membangkitkan semangat rakyat Surabaya yang diserang habis-habisan oleh tentara NICA. Sutomo dikenal karena seruan-seruan pembukanya dalam siaran radio yang berapi-api. Tahun 1970 ia kembali berbeda pendapat dengan pemerintahan orde baru. Ia berbicara keras terhadap pemerintahan Soeharto. Akhirnya ia ditahan karena kritiknya yang pedas itu.
Cikal bakal ilmu komunkasi di Indonesia saat ini adalah ilmu retorika. Retorika telah diajarkan di perguran tinggi. Bahkan saat ini telah ada jurusan ilmu komunikasi. Selain perkembangannya sebagai ilmu komunikasi, retorika juga diajarkan di pesantren-pesantren. Telah banyak pesantren di Indonesia yang mencetak pendakwah terkenal yang mempunyai banyak massa. Di pesantren itu dipelajari latihan berpidato atau memberi khotbah. Ustad yang terkenal dengan dakwahnya yang menyentuh antara lain Abdullah Gymnastiar, KH. Zainuddin MZ, Yusuf Masyur, dan lain-lain.
















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam sejarah retorika ada beberapa proses perkembangan ilmu retorika dari zaman ke zaman. Secara sistematis ilmu retorika ini terjadi di Yunani.


No comments:

Post a Comment

TINDAK TUTUR LOKUSI DALAM FILM 'TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK' DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA

  TINDAK TUTUR LOKUSI DALAM FILM 'TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK' DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA   BAB I PEND...