BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pada tahun 467
sebelum Masehi, Korax seorang Yunani dan muridnya Teisios menerbitkan sebuah
buku yang pertama tentang retorika. Tetapi retorika sebagai seni kepandaian
berbicara. Sudah ada pada sejarah lebih dahulu. Di dalam makalah ini penulis
akan menjelaskan sejarah retorika dari masa ke masa. Di bawah ini akan
dibeberkan perkembangan ilmu retorika secara garis besar yang berawal pada
zaman Yunani kuno dan berlanjut pada abad pertengahan hingga dewasa ini.
1.2 Rumusan
Masalah
2.1
Bagaimana perkembangan sejarah retorika pada Zaman Yunani-Kuno?
2.2
Bagaimana perkembangan sejarah retorika pada Zaman Romawi Kuno?
2.3
Bagaimana gambaran sejarah pada Abad Pertengahan?
2.4
bagaimana perkembangan sejarah retorika pada Zaman Modern?
2.5
Bagaimana perkembangan sejarah retorika yang terjadi di Indonesia?
1.3 Tujuan
Penulisan
Untuk mengetahui
lebih jelas sejarah retorika dari masa ke masa.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Zaman Yunani Kuno
Unsur-unsur
ilmu retorika sudah dikembangkan di Yunani, sebelum buku yang ditulis oleh
Korax dan TEISIOS diterbitkan. Sejak abad ke 7 sampai ke 5 sebelum Masehi,
sudah ada ahli-ahli pidato terkenal dalam kerajaan Yunani Kuno seperti: SOLON
(640-560); PEISISTRATOS (600-527) dan THENUSTOKLES (525-640).
Seorang
politikus dan negarawan yang juga menjadi seorang ahli pidato yang terkenal
dari zaman ini adalah PERIKLES (500-429). Para pengagumnya mengatakan bahwa
dewi-dewi seni berbicara yang memiliki daya tarik memukau bertakhta di atas
lidahnya. PERIKLES sebagai seorang ahli pidato tidak akan dilupakan oleh bangsa
Yunani, berkat sebuah pidato yang diucapkannya bagi para pahlawan THUKYDIDES.
Sekitar akhir abad ke-5 Masehi, muncul lagi beberapa ahli pidato yang sangat
dikagumi seperti ALKIBIADES THERAMENES dan KRITIOS.
Pada
mulanya para ahli pidato di Yunani hanya berbicara di ruangan pengadilan tetapi
sudah memperhatikan bahwa kepandaian berbicara berguna untuk memimpin negara,
maka orang mulai menyusunnya dan disebut retorika, sehingga mudah dipelajari.
Usaha ini dijalankan pada mulanya di daerah koloni Yunani di Sisilia, dimanapun
kekuasaan tiran mulai punah dan dimana kebebasan berbicara mulai dijunjung
tinggi. Usaha yang sama segera dikembangkan di kota Athena dan di seluruh
kerajaan Yunani. Sejak abad ke 5 mulai didirikan sekolah-sekolah retorika di
dalam wilayah-wilayah yang berkebudayaan helenistis. Dengan ini retorika
menjadi salah satu bidang ilmu yang diajarkan kepada generasi muda yang
dipersiapkan untuk memimpin negara. Retorika dalam abad-abad ini menjadi salah
satu bidang ilmu yang menyaingi filsafat. Ia menjadi kesenian untuk membina dan
memimpin manusia. Beberapa ahli pidato pada masa ini adalah GORGIAS dari
Leontinoik (485-380) PROTAGORAS dari Abdera (480-410) dan THRASYMACHUS dari Kalsedon
(300-200). Selain itu muncul juga ahli-ahli pidato lain yang terkenal seperti
SOCRATES (470-399). Menurut SOCRATES, yang juga ahli filsafat, retorika adalah
seni untuk membawakan dan menyampaikan pengetahuan yang sudah ada secara
meyakinkan. Retorika harus mencari kebenaran dan bukannya mempermainkan
kata-kata kosong. Seorang muridnya bernama ARISTOTELES (384-322). Ia sangat
menghargai retorika sebagai partner yang otonom dari dialektika ia mengarang
sebuah buku retorika yang terkenal dan masih memiliki pengaruh yang kuat
terhadap retorika dewasa ini. Ahli pidato terbesar sepanjang masa dari zaman
yunani kuno adalah DEMOSTHENES (384-322). Dia adalah putra seorang Yunani yang
menikah dengan wanita Skyth. Tentang DEMOSTHENES dikatakan bahwa ia mengalami
tekanan batin yang berat dan rasa takut yang besar. Tetapi berkat latihan yang
tabah, ia dapat mengatasi segala kesulitan itu, sehingga akhirnya manjadi
seorang retor yang terkenal. Setelah meninggal, warga kota Athena mendirikan
satu tugu dan sebuah patung untuk memperingati dia. Pada tugu itu tertulis,
“Hai DEMOSTHENES, andaikan engkau memiliki cukup kuasa, seperti kebijakanmu,
maka tak pernah raja Makedonia akan menjadi penguasa bangsa yunani.” Setelah
yunani dikuasai bangsa Makedonia dan Romawi, maka berakhirlah masa kejayaan
ilmu retorika yunani kuno. Retorika hanya masih merupakan ilmu yang dipelajari
dibangku-bangku sekolah.
2.2 Zaman Romawi Kuno
Setelah
kerajaan Romawi menguasai Yunani, terjadilah kontak antara kaum cendikiawan
Romawi dan Yunani. Orang-orang Romawi mempelajari kebudayaan bangsa Yunani ,
terutama ilmu kepandaian berbicara yang tengah berkembang di Yunani. Oleh
karena itu, pelajaran tentang ilmu retorika mulai diberikan di sekolah-sekolah.
Apabila ada murid yang berbakat dalam hal berpidato, maka sesudah mereka
dibekali pengetahuan teoretis tentang retorika, mereka disuruh mengunjungi
tempat-tempat pengadilan dimana mereka sendiri langsung menyaksikan bagaimana
sebuah pidato dibawakan secara bebas oleh seorang ahli di depan pengadilan dan
di depan publik. Berdasarkan pengalaman praktis ini, para murid melengkapi
petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh gurunya di sekolah. Orang-oraang Romawi
yang terkenal dalam ilmu retorika adalah:
CATO SENIOR (234-149)
Ia menjadi
terkenal lewat pidatonya yang mengajak rakyat kekaisaran Romawi untuk
membinasakan kota Cartago di Afrika Utara. Judul pidato itu Carhago delenda est. Dalam perkembangan
selanjutnya, pengaruh para retor dari Yunani yang hidup dan bekerja di Kota Roma
menjadi sangat besar diantara kaum muda yang ingin mempelajari ilmu retorika.
Hal ini mencemaskan golongan konservatif di kota Roma. Mereka berpendapat bahwa
orang-orang Yunani dapat mempengaruhi dan memperlemah pendidikan dan mental
kaum muda. Oleh karena itu, di bawah pemerintahan Konsulat FANNIUS dan MESALLA
(161), Senat mengeluarkan satu keputusan untuk mengusir ahli filsafat dan
retorika yang berkebangsaan Yunani dari kota Roma. Cato adalah salah seorang
yang secara tegas menyokong kebijaksanaan Senat ini.
Tetapi
keinginan kaum muda untuk mempelajari filsafat dan retorika tidak dapat
dibendung. Sekitar abad ke-2 sebelum Masehi, akhirnya pemerintah Romawi
memanggil kembali para retor Yunani ke Kota Roma. Sejak saat itu mereka
mendirikan sekolah-sekolah retorika, dimana orang Yunani menjadi guru. Dengan
cara ini pengaruh helenistis mulai merembes di kalangan orang Romawi. Sedangkan kaum muda dari Roma sering pergi ke
Yunani, terutama ke kota Arthena dan pulau Rhodos, untik mempelajari ilmu
filsafat dan retorika. Sejak saat ini, ilmu retorika berkembang pesat di dalam
seluruh kekaisaran Romawi. Ilmu retorika menjadi salah satu ilmu pengetahuan
yang dipelajari oleh orang Romawi dengan penuh semangat. Di kota Roma orang
mulai sadar bahwa iolmu retorika adalah salah satu wadah untuk menguasai massa.
2.3 Abad Pertengahan
Sajak abad
pertama mulailah titik balik dalam bidang ilmu retorika. Wejangan-wejangan
religius seperti khotbah mylai berkembang jaya. Sejak masa awalnya kekristenan
selalu dimaklumkan melalui kata-kata dan khotbah, sehingga dalam berhadapan
dengan tantangan dari kebudayaan helenistis, ia dapat bertahan. Pendirinya
Yesus Dari Nazaret yang hidup sekitar tahun 7 sebelum Masehi sampai 30 sesudah
masehi, adalah seorang pewarta yang memiliki daya tarik dan daya sugesti yang
mempesona; meskipun Ia sendiri berbicara dalam bahasa Aramis, yang pada waktu
itu menjadi bahasa pergaulan di Palestina. Dalam usaha menyebarluaskan ajaran
Yesus, para pengikut-Nya ikut mengembangkan ilmu kepandaian berbicara lewat
khotbah-khotbah yang dibawakan. PAULUS dari Tarsus sekitar (5-64 M), adalah
seorang warga negara Romawi, yang menguasai baik ilmu pengetahuan klasik maupun
talmud, memperluas ajaran YESUS DARI NAZARET melalui khotbah-khotbah yang
terbaik dalam kesusastraan dunia. Paulus sendiri adalah seorang pengkhotbah
terkenal dalam sejarah dunia. Dalam abad-abad berikutnya, ketika kekristenan
semakin meluas, muncul banyak retor di kalangan orang kristen. Mereka adalah
bapak-bapak Gereja turut mengembangkan ilmu kepandaian berbicara lewat
khotbah-khotbah di dalam Gereja. Beberapa nama yang terkenal adalah:
LACTANTIUS, hidup
sekitar tahun 260-320. Ia digelari
CICERO-nya orang kristen.
Victorianus, yang hidup
sekitar tahun 350, adalah seorang pembela dan guru ilmu retorika.
Seorang
bapak Gereja yang terkenal adalah AURELIUS AGUSTINUS (354-430). Sebelum
bertobat menjadi kristen,dia adalah profesor ilmu retorika di kota Milan.
Agustinus adalah seorang pengotbah terkenal pada zamannya, baik di afrika utara
maupun di seluruh ke kaisaran ROMAWI.HIRONIMUS dari Striden(348-420)adalah
bapak gereja yang paling terdidik dia pada mulanya adalah pengagum CICERO lalu
menjadi pertapa seluruh hidupnya dibaktikan untuk pemakluman sabdi allah lewat
tulisan dan kotbah.
YOHANES CHRISOSTOMUS
dari konstaptinopel (344-407) dia dijuluki ‘mulut emas”.YOHANES CHRISOSTOMUS
adalah bapak gereja yunani terbesar.Menurut dia,seni berbicara adalah medium
untuk merebut hati pendengar dan mempengaruhi jiwa mereka.Sepanjang abad
pertengahan, ilmu retorika pada umumnya dikembangkan dan dimajukan di dalam
biara-biara dalam bentuk seni berkotbah. Di sekitar perang salib, kepandaian
berbicara dan berkotbah di salah gunakan.Ahli-ahli kotbah seperti PAUS URBANUS
ke dua, ST.
Dilain
pihak golongan Muslim yang mendapat ajaran fanatik dari Nabi Muhamad juga
mengembangkan dan ikut menyalah gunakan kepandaian berbicara dan khotbah.
Sekitar akhir pertengahan ilmu berkhotbah berkembang pesat di bawah Ordo
Dominikan. Pengkhotbah terkenal dari Ordo ini adalah SAVONAROLA (1452-1498). Ia
sangat terampil dalam menggunakkan dialektika dan logika.
Selama abad
pertengahan ilmu retorika mencapai titik dalamnya. Penyelidikan dan pendelaman
ilmu retorika ditekan, sehingga perkembangan lanjut yang kreatif menjadi
kerdil. Selain itu ilmu retorika,
kepandaian berbicara pada zaman ini, juga sering disalahgunakandi dalam gereja.
2.4 Zaman Renaisans dan Humanisme
Diantara
abad ke-14 dan ke-16 berkembanglah Renaisans di Italia. Sejalan dengan
perkembangan ini, muncul juga suatu pemahaman baru terhadap zaman Romawi-Yunani
Kuno, sehingga ilmu retorikapun dikembangkan kembali. Perkembangan baru ini
didorong oleh kaum Republik, pimpinan pemerintahan dan para Kaisar di Italia.
Seperti halnya kaum Sofis di Yunani, kelompok humanis berpindah dari satu
Universitas ke Universitas yang lain untuk memberikan ceramah mengenai zaman
Romawi-Yunani Kuno. Karya tulis menulis
berkembang pesat. Ahli-ahli pidato membawakan ceramah dimana-mana, menyiapkan
pidato, menulis surat, mengadakan diskusi dan debat, mengajar anak-anak tentang
teknik berbicara dan menulis buku-buku komentar mengenai ahli-ahli pidato dari
zaman kuno. Juga diterbitkan buku-buku mengenai ilmu retorika, dialektika, seni
sastra, filsafat dan pendidikan. Beberapa tokoh dari zaman ini:
POGIO
BRACCIOLINI (1380-1459). Dia adalah seorang philolog dan pengumpul karya
tulisan dari zaman kuno. FALLA (1407-1457)adalah seorang profesor ilmu retorika
di kota Pafila ia berjasa karena menghidupkan kembali peranan ilmu retorika
seperti pada zaman kuno. Dia juga melihat pentingnya dialektika dan retorika
sebagai sungguh-sungguh ilmu filsafat.
PHILIP
MELANCHTHON (1497-1560) dia adalah profesor bahasa Yunani di kota Wittenberg.
Sebagai
reaksi terhadap gerakan reformasi di Eropa, muncul gerakan anti reformasi yang
dipelopori oleh pater-pater Yesuit. Dimana-mana dihidupkan kembali kepandaian
berkhotbah dari mimbar-mimbar Gereja. Yang terkenal dari kelompok anti
reformasi adalah pendiri Yesuit, IGNATIUS DARI LOYOLA (1491-1556) dan PETRUS
KANISIUS (1521-1597) misionaris daerah-daerah yang berbahasa Jerman.
2.5 ZAMAN MODERN
Pertemuan
orang Eropa dengan Islam dalam Perang Salib menimbulkan Renaissance.
Renaissance mengantarkan kita kepada retorika modern. Yang membangun jembatan,
menghubungkan Renaissance dengan retorika modern adalah Roger Bacon
(1214-1219). Ia bukan saja memperkenalkan metode eksperimental, tetapi juga
pentingnya pengetahuan tentang proses psikologis dalam studi retorika.
Ia
menyatakan, “.. kewajiban retorika ialah menggunakan rasio dan imajinasi untuk
menggerakkan kemauan secara lebih baik”.. . Rasio, imajinasi, kemauan adalah
fakultas-fakultas psikologis yang kelak menjadi kajian utama ahli retorika
modern. Aliran pertama retorika dalam masa modern, yang menekankan proses
psikologis, dikenal sebagai aliran epistemologis. Epistemologi membahas “teori
pengetahuan”; asal-usul, sifat, metode, dan batas-batas pengetahuan
manusia. Para pemikir epistemologis berusaha mengkaji retorika klasik dalam
sorotan perkembangan psikologi kognitif (yakni, yang membahas proses mental).
Aliran retorika modern kedua dikenal
sebagai gerakan belles lettres (Bahasa Prancis: tulisan yang indah).
Retorika belletris sangat mengutamakan keindahan bahasa, segi-segi estetis
pesan, kadang-kadang dengan mengabaikan segi informatifnya. Hugh Blair
(1718-1800) menulis Lectures on Rhetoric and Belles Lettres. Di sini ia
menjelaskan hubungan antara retorika, sastra, dan kritik. Ia memperkenalkan
fakultas citarasa (taste), yaitu kemampuan untuk memperoleh kenikmatan dari
pertemuan dengan apa pun yang indah. Karena memiliki fakultas citarasa, Anda senang
mendengarkan musik yang indah, membaca tulisan yang indah, melihat pemandangan
yang indah, atau mencamkan pidato yang indah. Citarasa, kata Blair, mencapai
kesempurnaan ketika kenikmatan inderawi dipadukan dengan rasio, ketika
rasio dapat menjelaskan sumber-sumber kenikmatan.
Aliran pertama (epistemologi) dan
kedua (belles lettres) terutama memusatkan perhatian mereka pada persiapan
pidato pada penyusunan pesan dan penggunaan bahasa. Aliran ketiga disebut
gerakan elokusionis justru menekankan teknik penyampaian pidato. Gilbert
Austin, misalnya memberikan petunjuk praktis penyampaian pidato, Pembicara
tidak boleh melihat melantur. Ia harus mengarahkan matanya langsung kepada
pendengar, dan menjaga ketenangannya. Ia tidak boleh segera melepaskan seluruh
suaranya, tetapi mulailah dengan nada yang paling rendah, dan mengeluarkan
suaranya sedikit saja; jika ia ingin mendiamkan gumaman orang dan
mencengkeram perhatian mereka”. James Burgh, misal yang lain, menjelaskan 71
emosi dan cara mengungkapkannya.
Dalam perkembangan, gerakan
elokusionis dikritik karena perhatian dan kesetiaan yang berlebihan pada
teknik. Ketika mengikuti kaum elokusionis, pembicara tidak lagi berbicara dan
bergerak secara spontan. Gerakannya menjadi artifisial. Walaupun begitu, kaum elokusionis
telah berjaya dalam melakukan penelitian empiris sebelum merumuskan
“resep-resep” penyampaian pidato. Retorika kini tidak lagi ilmu berdasarkan
semata-mata otak-atik otak atau hasil perenungan rasional saja.
Retorika, seperti disiplin yang lain,
dirumuskan dari hasil penelitian empiris.
Pada abad kedua puluh, retorika mengambil manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan modern khususnya ilmu-ilmu perilaku seperti psikologi dan sosiologi. Istilah retorika pun mulai digeser oleh speech, speech communication, atau oral communication, atau public speaking.
Pada abad kedua puluh, retorika mengambil manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan modern khususnya ilmu-ilmu perilaku seperti psikologi dan sosiologi. Istilah retorika pun mulai digeser oleh speech, speech communication, atau oral communication, atau public speaking.
2.5
PERKEMBANGAN RETORIKA DI INDONESIA
Untuk membuat gambaran yang jelas
dan sistematis tentang ilmu retorika di Indonesia masa lampau bukan
pekerjaan yang mudah. Kesulitannya adalah masalah informasi yang akurat, dan
buku-buku yang menjelaskan kehidupan masa lampau sangat sedikit. Referensi yang
lengkap juga susah ditemukan. Yang dapat diamati dan dipahami adalah kegiatan
bertutur pada upacara-upacara adat. Kebudayaan lisan yang diwariskan secara
turun temurun oleh nenek moyang. Misalnya pada upacara-upacara adat. Ucapan
saat meminang, pernikahan, kelahiran dan kematian merupakan warisan budaya itu.
Masing-masing suku bangsa di Indonesia memiliki cara sendiri. Cara bernegosiasi
antara dua suku menggambarkan kemampuan berbicara saat itu. Dari sinilah
retorika klasik di Indonesia dimulai.
Sejarah perkembangan retorika di
Indonesia tidak terlepas dari sejarah Indonesia itu sendiri. Sejak abad ke-16
masa penjajahan Belanda terdapat tokoh-tokoh retorika Indonesia yang menjadi
delegasi-delegasi pada konferensi. Sebagai wakil Indonesia tentu saja delegasi
itu memiliki kemampuan berunding. Disitulah ilmu retorika terpakai.
Perkembangan retorika saat ini bukan
hanya sedekar alat atau sarana komunikasi agar sampai pada arah dan maksud
tujuan, namun ilmu yang dikembangkan oleh filsuf terkenal dimasa Yunani kuno ini telah menjadi tuntutan profesi
syarat utama kepemimpinan dan bahkan menjadi sebuah profesi tunggal seperti
jubir (juru bicara), moderator, pembawa acara, dan sebagainya.
Bila ditelaah dengan budaya kebangsaan kita, kebesaran negara ini juga diisi
oleh orang yang memahami ilmu Retorika ini seperti tokoh-tokoh kemerdekaan,
tokoh-tokoh kependidikan, dan tokoh-tokoh pengisi kemerdekaan.
Tercatat beberapa tokoh yang
terkenal dengan kemampuan berbahasanya. Tokoh itu antara lain H. Agus Salim
yang berasal dari Sumatera Barat. H.Agus Salim adalah manusia yang serba bisa,
penerjemah, ahli syiar, sastrawan, diplomat, filsuf dan ulama. Agus Salim
dikenal di kalangan cendikiawan luar negeri sebagai jenius di bidang bahasa
yang mampu menulis dan berbicara dalam banyak bahasa asing. Meskipun beliau
mahir berbahasa asing, Agus Salim justru menunjukkan kecintaannya terhadap
bahasa Indonesia di sidang Dewan rakyat (volksraad) sehingga menggegerkan
Belanda.
Ahli pidato Indonesia yang sangat
terkenal adalah seperti yang diungkapkan dalam awal tulisan ini yaitu Ir.
Soekarno. Ir. Soekarno di kenal di seluruh dunia. Memang suatu anugrah
Tuhan kepada beliau. Kemampuan pidato yang luar biasa dimilikinya. Suasan
hening tercipta karena orang tidak ingin melewatkan setiap yang diucapkannya.
Ketika berpidato Bung Karno tidak pernah membaca naskah. Pidato beliau bisa
membuat pendengarnya terpengaruh dan terbiasa mengikuti apa yang beliau
sampaikan. Salah satu pidato beliau yang terkenal yang berjudul “nawaksara”.
Ahli retorika Indonesia yang lainnya
adalah Buya Hamka (1908-1981). Seorang ulama, aktivis politik dan seorang
penulis terkenal. Kemampuan menulis yang didapatnya secara otodidak telah
mengharumkan namnya sampai ke dunia internasional. Otodidaknya tidak saja di bidang
tulis menulis, tetapi juga di berbagai ilmu seperti filsafat, sastra, sejarah,
sosial dan politik. Kelebihan lain yang dimiliki adalah mahir berbahasa Arab.
Selain itu beliau juga mahir berpidato. Untuk mengasah kemampuan pidato beliau
bertukar pikiran dengan HOS Cokroaminoto, Raden Mas Suryoparonoto.
Seorang orator yang terkenal dengan
ketajaman kata-katanya adalah Bung Tomo (1920-1981). Pahlawan asal
Surabaya ini membangkitkan semangat rakyat Surabaya yang diserang habis-habisan
oleh tentara NICA. Sutomo dikenal karena seruan-seruan pembukanya dalam siaran
radio yang berapi-api. Tahun 1970 ia kembali berbeda pendapat dengan pemerintahan
orde baru. Ia berbicara keras terhadap pemerintahan Soeharto. Akhirnya ia
ditahan karena kritiknya yang pedas itu.
Cikal bakal ilmu komunkasi di
Indonesia saat ini adalah ilmu retorika. Retorika telah diajarkan di perguran
tinggi. Bahkan saat ini telah ada jurusan ilmu komunikasi. Selain
perkembangannya sebagai ilmu komunikasi, retorika juga diajarkan di
pesantren-pesantren. Telah banyak pesantren di Indonesia yang mencetak
pendakwah terkenal yang mempunyai banyak massa. Di pesantren itu dipelajari
latihan berpidato atau memberi khotbah. Ustad yang terkenal dengan dakwahnya
yang menyentuh antara lain Abdullah Gymnastiar, KH. Zainuddin MZ, Yusuf Masyur,
dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam
sejarah retorika ada beberapa proses perkembangan ilmu retorika dari zaman ke
zaman. Secara sistematis ilmu retorika ini terjadi di Yunani.
No comments:
Post a Comment