BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa adalah sistem lambang
bunyi yang bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi (Abdul
Chaer, 1995: 14-18). Sebagai sebuah sistem, bahasa pada dasarnya memberi
kendala pada penuturnya. Dengan demikian, bahasa pada gilirannya pantas
diteliti, karena kendala-kendala yang dihadapi oleh penutur suatu bahasa
memerlukaan penanganan dan pencerahan. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
mempunyai tanggung jawab keilmuan kepada peserta didik dalam memberikan kaidah
berbahasa yang baik dan benar. Materi pembelajaran yang disajikan hendaknya
mencerminkan kazanah bahasa Indonesia yang selaras dan sejalan dengan
perkembangan peradaban rakyat Indonesia. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
sebaiknya juga melakukan pengkajian terhadap berbagai persoalan terhadap
perkembangan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Salah satu bidang pengkajian
bahasa Indonesia yang cukup menarik adalah bidang tata bentukan atau morfologi.
Bidang ini menarik untuk dikaji karena perkembangan kata-kata baru yang muncul
dalam pemakaian bahasa sering berbenturan dengan kaidah-kaidah yang ada pada
bidang tata bentukan ini. Oleh karena itu perlu dikaji ruang lingkup tata bentukan
ini agar ketidaksesuaian antara kata-kata yang digunakan oleh para pemakai
bahasa dengan kaidah tersebut tidak menimbulkan kesalahan sampai pada tataran
makna. Jika terjadi kesalahan sampai pada tataran makna, hal itu akan
mengganggu komunikasi yang berlangsung. Bila terjadi gangguan pada kegiatan
komunikasi maka gugurlah fungsi utama bahasa yaitu sebagai alat komunikasi. Hal
ini tidak boleh terjadi.
Salah satu gejala dalam
bidang tata bentukan kata dalam bahasa Indonesia yang memiliki peluang
permasalahan dan menarik untuk dikaji adalah proses morfofonemik atau
morfofonemis. Permasalahan dalam morfonemik cukup variatif, pertemuan antara
morfem dasar dengan berbagai afiks sering menimbulkan variasi-variasi yang
kadang membingungkan para pemakai bahasa. Sering timbul pertanyaan dari pemakai
bahasa, manakah bentukan kata yang sesuai dengan kaidah morfologi. Dan, yang
menarik adalah munculnya pendapat yang berbeda dari ahli bahasa yang satu
dengan ahli bahasa yang lain. Fenomena itulah yang menarik bagi kami untuk
melakukan pengkajian dan memaparkan masalah tentang pengertian morfologi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas, maka penulis mengajukan rumusan masalah sebagai berikut :
1) Apa pengertian dari morfologi?
2) Apa hakikat morfem?
3) Apa yang dimaksud dengan morf dan
alomorf?
4) Apa itu kata dasar?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Morfologi
Morfologi adalah membicara seluk beluk
bentuk kata serta pengaruh perubahan –perubahan bentuk kata terhadap golong
–golongan dan arti kata atau morfologi mempelajari seluk beluk bentuk kata
serta fungsi perubahan –perubahan bentuk kata itu,baik fungsi gramatika maupun
fungsi semantic (ramlan ,1983:16-17).
Morfologi atau morfemik adalah telaah.
Morfologi dapat dibagi menjadi dua tipe analisis yaitu :
1.MorfologI Sinkronik
2. Morfologi diakronik
Morfologi sinkronik adalaha suatu analisis
linear, yang mempertanyakan apa-apa yang merupakan komponen leksikal dan
komponen sintaktik kata-kata dan bagaimana cara nya komponen-komponen tersebut
menambahkan, mengurangi, atau mengatur kembali dirinya didalam berbagai ragam
konteks. Morfologi sinkronik tidak ada keterkaitan atau tidak menaruh perhatian
pada sejarah asal usul kata dalam bahasa kita.
Morfologi diakronik menelaah secara asal
usul kata dan mempermasalahkan mengapa misalkan pemakaian kata kini
berbedadengan pemakaian kata pada masa lalu. ( Hendry Guntur Tarigan, hal 4).
Morfologi merupakan satuan gramatikal
terkecil yang mempunyai makna. Dalam bab morfologi ini akan dibicarakan seluk
beluk morfem itu, bagaimana cara menetukan sebuah bentuk adalah morfem atau
bukan, morfem-morfem itu berproses menjadi kata, yaitu satuan terkecil dalam
taksis. Karena dalam proses morfomis atau proses morfologis itu akan terlibat
juga persoalan fonologi, maka akan dibicarakan juga proses yang disebut
morfofonemik, atau proses morfofonologi atau morfonologi. ( Abdul Chaer, hal
146).
Morfologi ialah suatu disiplin ilmu atau
cabang ilmu bahasa yang khusus mempelajari tentang morfem dan susuna maupun
bentuk kata.
Dari pembicaraan diatas dapat kita tarik
kesimpulan bahwa “Morf-morf yang beraneka ragam yang mewakili satu morfem
disebut alomorf;morf dan alomorf merupakan satuan-satuan etik, sedangkan morfem-morfem
merupakan satuan-satuan emik” (Elson
dan Pickett,1962 : 26-7).
B.
Hakikat Morfem
-
Morfem ialah suatu bentuk bahasa
terkecil yang mengandung arti atau mendukung arti itu menurut ( Teheru Kasada
Bratatmaja hal 11 )
-
Morfem adalah unsur yang terkecil yang
secara individual mengandung pengertian dalam ujaran sesuatu bahasa ( Hockett,
1958: 123 )
-
Morfempun dapat di batasi secara
negative misalnya “ suatu bentuk linguistic yang tidak mempunyai hubungan
secara fonetik-semantik dengan bentuk yang lain dari bentuk sederhana atau
morfem”. ( Bloomfueld, 1955:161).
Morfem terbagi menjadi dua macam yaitu:
1. Morfem
sekmental, ialah morfem yang tidak mengalami perubahan kelas kata.
Morfem sekmental ada dua macam
yauitu
-
Morfem bebas, ialah morfem yang dapat
berdiri sendiri.
Jenis
morfem bebas terbagi menjadi dua golongan yaitu terdiri satu kata dan dua suku
kata atau lebih.
-
Morfem terikat, ialah morfem yang belum
dapat berdiri sendiri, atau tidak dapat berdiri sendiri.
Jenis
morfem terikat Afiks atau imbuhan
Bentuk
afiks atau imbuhan yang lain
2. Morfem
suprasegmental, morfem yang mengalami perubahan kata atau perpindahan kelas
kata. ( T.Heru Kasida Brataatmaja hal 11/12/48 )
Morfem ialah tata bahasa tradisional
tidak mengenal konsef maupun istilah morfem, sebab morfem bukan merupakan
satuan dalam sintaksis, dan tidak semua morfem mempunyai makna secara filosofis
. Konsep morfem baru di perkenalkan oleh kauh strukturalis pada awal abad ke 20
ini.
C.
Identifikasi Morfem
Untuk menentukan sebuah
satuan bentuk adalah morfem atau bukan, kita harus membandingkan bentuk
tersebut di dalam kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain. Sebagai contoh kita
ambil bentuk [ kedua ], dalam ujaran di atas,dengan demikian bentuk ke pada daftar di atas, karena merupakan
bentuk terkecil yang berulang-ulang dan mempunyai makna yang sama, bisa di
sebut sebagai sebuah morfem.
D.
Morf dan Alomorf
Sudah disebutkan
bahwa morfem adalah bentuk yang sama, yang terdapat berulang-ulang dalam satuan
bentuk yang lain. Bentuk-bentuk itu adalah me-pada melihat dan mearasa, mem-pada
membawa dan membantu, men-pada mendengar dan
menduda, meny-pada menyanyi dan menyikat, meng-pada menggali dan
menggoda itu sebuah morfem atau
bukan, sebab meskipun maknanya sama tetapi bentuknya tidak persis sama.
Bentuk-bentuk
realisasi yang berlainan dari morfem yang sama itu disebut alomorf. Alomorf
adalah perwujutan konkret ( di dalam pertuturan ) dari sebuah morfem.
Morf adalah nama
untuk semua bentuk yang belum di ketahui semua bentuknya.
Sehubungan
dengan Alomorf me-,mem-,men-,meni-,meng-.dan
menge-. Diatas muncul masalah : apa nama morfem untuk alomorf-alomorf itu ?
dalam tata bahasa tradisional nama yang digunakan adalah awalan me-, dengan penjelasan, awalan me-. ini akan mendapatkan sengau sesuai dengan
lingkungannya. Dalam buku tata bahasa Indonesia dipilih alomorf meng- sebagai nama morfem itu, dengan
alasan alomorf meng-, paling banyak
distribusinya.
E.
Kata Dasar
Kata dasar adalah satuan terkecil yang
menjadi asal atau permulaan suatu kata kompleks. Contohnya kata bersandaran,dan selanjutnya memperoleh
afiks ber- menjadi bersandarannya. Contoh lain ialah kata
berkemauan, yang terbentuk dari kata dasar mau
yang mendapatkan afiks ke-an menjadi kemauan,
seterusnya mendapat afiks ber- menjadi berkemauan.
Dasar kata adalah satuan yang lebih
besar atau lebih kompleks. Kita ambil contoh kata bersandaran tadi, yang
terbentuk dari kata sandaran dengan afiks ber-, seterusnya kata sandaran
terbentuk dari kata dengan afiks-an. Kata berkelanjutan terbentuk dari dasar
kata kelanjutan terbentuk dari kata dasar lanjut dengan afiks ke-an.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Morfologi adalah membicara seluk beluk
bentuk kata serta pengaruh perubahan –perubahan bentuk kata terhadap golong
–golongan dan arti kata atau morfologi mempelajari seluk beluk bentuk kata
serta fungsi perubahan –perubahan bentuk kata itu,baik fungsi gramatika maupun
fungsin semantic. Untuk menentukan sebuah satuan bentuk adalah morfem atau
bukan, kita harus membandingkan bentuk tersebut di dalam kehadirannya dengan
bentuk-bentuk lain.
Bagus nih
ReplyDeletedaftar pustakanya kk apa?
ReplyDelete