BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan
mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan
kelangsungan hidup suatu bangsa. Dengan peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu
kebutuhan yang sangat mendesak, sebab keberhasilan pembangunan suatu bangsa
ditentukan oleh keberhasilan sumber daya manusia yang berkualitas yang hanya
dapat dihasilkan melalui pendidikan yang berkualitas pula.
Dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan khususnya untuk memacu penguasan ilmu pengetahuan dan teknologi,
kiranya perlu disempurnakan kegiatan pembelajaran terutama pada pelajaran
matematika yang merupakan dasar dari sebuah ilmu. Kenyataan sekarang
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum berhasil menguasai sepenuhnya
pengetahuan matematika maupun aplikasinya dalam kehidupan sehari – hari. Hal
ini terjadi diduga karena dalam proses pembelajaran, guru menerapkan cara –
cara pembelajaran matematika yang tidak disukai oleh siswa. Akibatnya banyak
siswa tidak menyenangi pelajaran matematika yang menurut mereka merupakan
pelajaran yang sulit.
Jadi, cara pembelajaran guru tidak cocok bagi siswa
adalah cara pembelajaran guru yang tidak menyenangkan, kurang variasi dan
monoton sehingga menumbuhkan rasa bosan pada siswa dalam mengikuti pelajaran
dan ini berpengaruh pada rendahnya nilai matematika pada mereka serta aktivitas
belajar dan hasil belajar para siswa.
Dari hasil observasi, SD Negeri
1 Kaliawi Bandar Lampung diperoleh bahwa, nilai rata – rata matematika siswa
kelas IV masih tergolong cukup, namun
belum bisa dikatakan baik, yaitu 6,5 . Tetapi jika dibandingkan dengan
ketentuan kurikulum tentang ketuntasan belajar yaitu kelas dikatakan tuntas
dalam belajar jika ada 85% siswa memperoleh nilai diatas 6,5 maka siswa SD
Negeeri 1 Kaliawi Bandar Lampung kelas IV
dapat dikatakan belum tuntas belajar.
Dari pengamatan secara langsung
aktivitas belajar dan hasil belajar siswa kelas IV hanya mencapai 20% atau kira – kira sekitar 5
– 7 siswa yang aktif mengetahui pelajaran ini berarti tidak semua siswa kelas
IV aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang
digunakan adalah model Teacher – Directed
Strategis yang termasuk ke dalam strategi ini antara lain ceramah, bertanya
jawab, dan drill atau pemberian tugas. Strategi seperti ini memang sudah cukup
variatif karena hanya menggunakan satu metode saja dalam pembelajaran tetapi
menggunakan beberapa metode. Namun, dilihat dari nilai rata – rata siswa Teacher – Directed Strategis belum bisa
membantu guru untuk lebih memberdayakan siswa dan meningkatkan aktivitas
belajar dan hasil belajar matematika siswa menjadi lebih baik hal ini mungkin
disebabkan metode yang digunakan membuat pelajaran berjalan membosankan, siswa
menjadi pasif karena tidak berkesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang
diajarkan, selain itu mungkin dapat menyebabkan siswa menjadi “belajar
menghafal” yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian. Dengan kata lain
penggunaan metode – metode seperti di atas tidak dapat menjadikan kegiatan
pembelajaran menjadi bermakna.
Berdasarkan observasi yang
diperoleh, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran yang diterapkan pada
kelas IV SD Negeri 1 Kaliawi Bandar Lampung masih terfokus pada guru sebagai
sumber utama pengetahuan, kemudian model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) menjadi
pilihan utama dalam strategi belajar untuk itu diperlukan sebuah strategi
belajar “baru” yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang
tidak mengharuskan siswa menghafal fakta – fakta tetapi sebuah strategi yang
mendorong siswa mengontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri sehingga
siswa akan belajar banyak dan dapat mengingatnya dalam waktu yang lama, serta menjadikan
belajar siswa lebih optimal.
Pemilihan
belajar kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) mempunyai beberapa keuntungan yang
saling menutupi kekurangan pada kedua belah pihak. Keuntungannya adalah bahwa
materi yang diajarkan dapat dilakukan tahap demi tahap yang dapat diadaptasikan
dalam kelompok tersebut. Belajar dengan menyisipkan kemampuan mendemostarikan
pengetahuan dan keterampilan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT),
dan tahap berikutnya memberikan latihan terbimbing dilanjutkan dengan melihat
kemampuan pemahaman materi dan memberikan umpan balik
terhadap kemampuan daya serap siswa dalam kelompok tersebut.
Pembelajaran
yang melibatkan langsung para siswa akan membawa siswa pada pengalaman belajar
yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila
proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pengalaman dan
penemuannya sendiri. Kegiatan belajar yang dirancang dengan baik diharapkan
akan memberikan tingkat efektifitas yang tinggi, baik ditinjau dari segi
kelancaran proses belajar mengajar maupun pencapaian penguasaan konsep dan
keterampilan oleh peserta didik.
Proses
pembelajaran yang berlangsung harus melibatkan siswa sepenuhnya untuk
merumuskan sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator
dan moderator dalam proses pembelajaran tersebut
dan tingkat efektifitas suatu kegiatan belajar mengajar dapat diketahui melalui
evaluasi mendalam dan menyeluruh.
Pemancingan
masalah yang dikemukakan perlu berangkat dari realitas kehidupan untuk ditarik
dalam pemahaman konsep matematika, prinsip dan prosedur matematika, selanjutnya
diaplikasikan lebih mendalam dalam konteks pemecahan masalah dalam kehidupan
dengan menggunakan matematika. Hal ini merupakan inti yang dikembangkan. dalam
pembelajaran yang dikenal dengan istilah realistic
mathematic dengan menggabungkan model
pembelajaran kooperati tipe Numbered Heads Together ( NHT) .
Berdasarkan
kondisi tersebut maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian dengan judul:
“ Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Dalam
Mata Pelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together ( NHT) SD Negeri
1 Kaliawi Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018”.
1.2 Identifikasi
Masalah
Masalah adalah suatu rangkaian
langkah – langkah yang digunakan secara terencana dan sistematis guna
mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan – pertanyaan tertentu. Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai
berikut:
1.2.1 Kemampuan siswa kelas IV SD Negeri 1 Kaliawi Bandar Lampung dalam
pelajaran matematika masih belum bisa dikatakan baik atau belum tuntas dalam
belajar,
1.2.2 Hasil Pembelajaran yang diterapkan pada siswa
masih rendah,
1.2.3 Metode pembelajaran matematika siswa masih
kurang bermakna,
1.2.4 Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran
masih kurang baik.
1.3 Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan penulis, baik kemampuan, waktu, dana,
dan prasarana yang menunjang penelitian, maka penulis membatasi masalah pada Judul “Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil
Belajar Siswa Kelas IV Dalam Mata Pelajaran Matematika dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together (NHT) SD Negeri 1 Kaliawi Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018”.
1.4 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
pembatasan masalah diatas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
“Bagaimanakah peningkatan aktivitas
belajar dan hasil belajar siswa kelas IV dalam mata pelajaran matematika dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT) SD Negeri 1 Kaliawi Bandar
Lampung tahun pelajaran 2017/2018 “.
1.5 Tujuan
dan Kegunaan Penelitian
1.5.1` Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan apakah dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat miningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar
matematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Kaliawi Bandar Lampung.
1.5.2 Kegunaan Penelitian
1) Menginformasikan kemampuan siswa sebelum penerapan
belajar kelompok dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap
hasil belajar matematika.
2) Menginformasikan peningkatan aktivitas
belajar matematika dengan penerapan belajar kelompok dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT) terhadap hasil belajar matematika.
3) Menginformasikan
kemampuan hasil belajar metematika siswa dengan penerapan belajar kelompok
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian ini adalah:
1.6.1. Subyek penelitian
Siswa kelas IV SD Negeri 1 Kaliawi Bandar
Lampung tahun pelajaran 2017/2018.
1.6.2. Objek Penelitian
Upaya meningkatkan aktivitas belajar dan
hasil belajar kelompok dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
1.6.3. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada masa
belajar semester ganjil pada tahun pelajaran 2017/2018.
1.6.4. Tempat Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 1 Kaliawi Bandar Lampung.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTISIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1
Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan
asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan
pendidikan. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam
kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan
rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku
yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan tingkat kemampuan berpikir
peserta didik. Model pembelajaran
kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Ahmad Nur (2000;113), semua model
pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tujuan dan struktur penghargaan.
Struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan pada model
pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta
struktur penghargaan model pembelajaran yang lain.
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil
belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman
dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
Menurut Ahmad Nur (2000;113),
prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1.
Setiap anggota
kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam
kelompoknya.
2.
Setiap anggota
kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan
yang sama.
3.
Setiap anggota
kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara
anggota kelompoknya.
4.
Setiap anggota
kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5.
Setiap anggota
kelompok (siswa) berbagai kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk
belajar bersama selama proses belajarnya.
6.
Setiap anggota
kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi
yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sedangkan ciri-ciri model pembelajaran
kooperatif menurut Wina Sanjaya (2011;242), mengutip dalam buku Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan menuliskan bahwa :
1.
Siswa dibentuk
dalam kelompok kecil, yaitu antara empat sampai enam orang dalam setiap
kelompok .
2.
Kelompok
dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal
dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
3.
Penghargaan (reward) lebih menekankan
pada kelompok dari pada masing-masing individu.
Sedangkan pendapat Slavin (1995;242)
mengemukakan dua alasan, pertama bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan
kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang
lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua,
pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar
berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan
keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan
bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini
memiliki kelemahan.
Hal yang menarik
dari pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan
agar siswa saling berbagi kemampuan, saling memberi kesempatan menyalurkan
kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peran diri
sendiri maupun teman lain.
2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Pembelajaran
kooperatif adalah mengacu pada metode pembelajaran dimana siswa bekerja sama
dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Pembelajaran kooperatif
umumnya melibatkan kelompok yang terdiri dari 4 sampai 6 siswa dengan kemapuan
yang berbeda dan ada pula yang menggunakan kelompok dengan ukuran yang berbeda
– beda. Banyak macam – macam pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam
proses pembelajaran salah satu model pembelajaran kooperatif yang bisa
digunakan dalam proses belajar mengajar yaitu tipe Numbered Heads Together (NHT) yang dikembangkan oleh Russ Frank.
Menurut Slavin (2014:130) “dalam teknik ini guru meminta siswa duduk berkelompok-kelompok.
Masing-masing anggota diberi nomor. Setelah selesai, guru memangil nomor (baca
anggota) untuk mempersentasikan hasil diskusinya. Guru tidak memberitahukan
nomor berapa yang akan presentasi selanjutnya. Begitu seterusnya hingga semua
nomor terpanggil. Pemanggilan secara acak ini akan memastikan semua siswa
benar-benar terlibat dalam diskusi tersebut”. ini cocok untuk memastikan
akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok. Untuk melibatkan banyak siswa
dalam memperoleh materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran, NHT adalah suatu model pembelajaran
yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari,mengolah, dan
melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di
depan kelas.
Dari
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) merupakan
salah satu model pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal.
2.1.3 Pengertian Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mengutamakan
adanya kerja sama dalam kelompok dan menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Spencer Kagan
dalam Ibrahim (2000:28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercantum
dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut. Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran kooperatif dengan tipe Numbered
Heads Together (NHT) yaitu :
(1)
Hasil belajar akademik struktural bertujuan untuk
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas – tugas akademik,
(2)
Pengakuan adanya keragaman bertujuan agar siswa dapat
menerima teman – temannya yang mempunyai berbagai latar belakang,
(3)
Pengembang keterampilan sosial bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa.
Keterampilan
yang dimaksud antara lain berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat
orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan
sebagainya. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) menunjuk pada konsep Spencer Kagan
dalam Ibrahim (2000:29) dengan tiga langkah yaitu :
(a)
Siswa dibagi dalam kelompok. Masing – masing siswa dalam
kelompok diberi nomor,
(b)
Guru memberikan tugas/ pertanyaaan dan masing – masing
kelompok mengerjakannya lalu berdiskusi untuk menemukan jawaban,
(c)
Guru memanggil salah satu nomor kelompok. Dengan nomor
yang dipanggil mempersentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka lalu guru
bersama para siswa/i menyimpulkan hasil kerja sama para siswa/i tersebut.
Ada
beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap siswa yang hasil belajar
rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahin (2000:18) antara lain
adalah :
1.
Rasa harga diri lebih tinggi
2.
Memperbaiki kehadiran
3.
Menerima terhadap individu menjadi lebih besar
4.
Perilaku memnggagu menjadi lebih kecil
5.
Konflik antara pribadi berkurang
6.
Pemahaman yang lebih mendalam
7.
Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
2.1.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran
Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Kelebihan
pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT), adalah:
1.
Meningkatkan
prestasi belajar siswa mampu meperdalam pemahaman siswa,
2.
Menyenangkan
siswa dalam belajar,
3.
Mengembangkan
sikap kepemimpinan siswa,
4.
Mengembangkan
rasa ingin tahu siswa,
5.
Meningkatkan
rasa percaya diri siswa,
6.
Mengembangkan
rasa saling memiliki,
7.
Serta
mengembangkan keterampilan untuk masa depan.
Kelemahan
pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT), adalah:
1.
Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga
dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah,
2.
Proses diskusi dapat berjalan lancar jika ada siswa yang
sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang
memadai,
3.
Pengelompokan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk
yang berbeda – beda serta membutuhkan waktu khusus.
Berdasarkan
kajian teori di atas, maka yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam
penelitian ini adalah pembelajaran dimana siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok
kecil berdasarkan pertimbangan tertentu. Numbered
Heads Together (NHT) atau kepala bernomor diperkenalkan oleh Spencer Kagan
(2014:18), Ridwan Abdulah Sani (2014:188) dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok, setiap
siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2. Guru memberi tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya.
3. kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan
memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya mengetahui jawabannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan
nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain ditampung,
kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6. Kesimpulan.
Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT)
adalah model pembelajaran yang membantu siswa memahami materi yang disampaikan
guru secara berkelompok. Di mana perwakilan dari masing-masing kelompok
memahami informasi dari kelompok lain dan disampaikan kembali kepada anggota
kelompoknya. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran yang dilaksanakan.
2.2 Aktivitas Belajar
Aktivitas
belajar dapat terjadi dari proses yang sangat informal sampai dengan yang
sangat formal, dari bahan materi yang sangat sederhana sampai bahan materi yang
sangat rumit. Aktivitas belajar dapat terjadi dari proses yang alamiah sampai
proses yang ilmiah dan aktivitas sebagai suatu kegiatan atau kesibukan.
Nasution (2006:15) menambahkan bahwa aktivitas merupakan keaktifan jasmani dan
rohani dan kedua-keduanya harus dihubungkan.
Menurut
Sudirman (2008:13), faktor yang mempengaruhi belajar pada pokoknya mempengaruhi
aktivitas belajar siswa. Faktor yang mempengaruhi belajar adalah:
1). Faktor indogin, ialah faktor yang datang dari
pelajar atau mahasiswa sendiri. Faktor ini meliputi:
a) Faktor biologis (faktor yang bersifat
jasmaniah)
b) Faktor psychologis (faktor yang
bersifat rohaniah)
2).
Faktor exogin, ialah faktor yang datang dari luar pelajar atau mahasiswa faktor
ini meliputi :
a) Faktor lingkungan keluarga.
b) Faktor lingkungan sekolah.
c) Faktor lingkungan masyarakat.
Aktivitas
belajar sendiri banyak sekali macamnya, sehingga para ahli mengadakan
klasifikasi. Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2004:101) menggolongkan aktivitas
siswa dalam belajar sebagai berikut:
1)
Visual
Activities, meliputi kegiatan seperti membaca, memperhatikan (gambar,
demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain).
2) Oral
Activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.
3) Listening
Activities, seperti: mendengarkan uraian, percakapan diskusi, musik dan
pidato.
4) Writing
Activitie, seperti: menulis cerita, menulis karangan, menulis laporan, angket,
menyalin, membuat rangkuman.
5) Drawing
Activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6) Motor
Activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstuksi, model,
mereparasi, bermain dan berternak.
7) Mental
Activities, seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis,
melihat hubungan dan mengambil keputusan.
8) Emotional Activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, bergairah,
berani, tenang dan gugup.
Dapat disimpulkan bahwa aktivitas
belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan
siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas yang dimaksudkan disini
penekanannya adalah pada siswa sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran akan berdampak terciptanya situasi belajar aktif. Indikator
aktivitas belajar siswa yang dimaksud antara lain: (1) memperhatikan penjelasan
guru; (2) mengajukan pendapat; (3) menanggapi pendapat teman; (4) berdiskusi
dengan anggota kelompok; (5) bertanya kepada guru; (6) mencatat hasil diskusi
kelompok.
2.3 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar dari sisi guru, tindak mengajar
yang diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa hasil
belajar merupakan hasil yang diperolehnya setelah berakhirnya proses belajar.
Darmansyah (2006:13) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil penelitian
terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Pendapat Hamalik
(2001:159) bahwa hasil belajr menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan
prestasi belajar itu merupakn indikator adanya derajat perubahan tingkah laku
siswa. Sedangkan menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari
suatu interaksi tindakan belajar mengajar dan biasanya ditunjukakan dengan
nilai tes yang diberikan guru.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah
terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan
oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu kompetensi
dasar. Keberhasilan siswa dalam belajar dapat dijadikan indikator untuk
menentukan keberhasilan siswa, baik atau buruknya hasil belajar siswa
diharapkan dapat memperbaiki hasil belajar siswa pada materi berikutnya.
Pendapat
Hamalik (2004:139), fakto-faktor yang
mempengaruhi proses belajar siswa adalah:
1. Faktor yang bersumber pada lingkungan sekolah.
2. Faktor yang bersumber pada diri sendiri.
3. Faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga.
4. Faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat.
Robert
Gagne (dalam Djiwandono, 2002:219) meninjau hasil belajar yang harus dicapai
oleh siswa dan juga meninjau proses belajar menuju ke hasil belajar, sebagai
berkut :
1. Informasi verbal.
2. Kemampuan intelektual.
3. Pengaturan kegiatan kognitif.
4. Sikap.
5. Keterampilan motorik.
2.3.1 Ruang Lingkup Pembelajaran
Matematika di Sekolah Dasar (SD)
Ruang
lingkup matematika di sekolah dasar meliputi mata pelajaran metematika pada
satuan pendidikan sekolah dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1). Bilangan,
2). Geometri,
3). Pengolahan
data (Depdiknas, 2006).
Cakupan bilangan
antara lain bilangan dan angka, perhitungan dan perkiraan. Cakupan geometri
antara lain bangun dua dimensi, tiga dimensi, tranformasi dan simetri, lokasi
dan susunan berkaitan dengan koordinat. Cakupan pengukuran berkaitan dengan
perbandingan kuantitas suatu obyek, penggunaan satuan ukuran dan pengukuran.
2.3.2 Tujuan
Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (SD)
Tujuan
pembelajaran matematika di SD bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai
berikut:
1). Memahami Konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antara konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efektif,
dan tepat dalam pemecahan masalah
2). Menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,
atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3). Memacahkan masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang model metematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh
4).
Mengomunikasikan gagasan dengan symbol,
table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5). Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika
dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam
mempelajari metematika sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
Selain tujuan
umum yang menekankan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta
memberikan tekanan pada keterampilan dalam penerapan metematika juga memuat
tujuan khusus matematika SD yaitu: (1) menumbuhkan dan mengembangkan
keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan sehari-hari; (2)
menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika;
(3) mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih
lanjut; (4) membentuk sikap logis, kritik, cermat,kreatif dan disiplin.
2.4. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Dengan menerapkan strategi pembelajaran
PTK dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) maka seorang siswa akan selalu
terlibat secara langsung dalam pelajaran, sehingga dengan keterlibatan materi yang dibahas akan selalu teringat dalam
pemikirannya dan konsep yang harus dikuasai siswa akan mudah diterimanya hal
ini sesuai dengan prinsip learning by
doing yang menyatakan bahwa pembelajaran akan cepat dikuasai dengan siswa
tersebut ikut aktif dalam pembelajaran.
Bertolak dari pemikiran bahwa membawa
siswa aktif dalam pembelajaran akan memudahkan siswa menerima konsep yang harus
dikuasainya maka secara otomatis langkah membawa siswa aktif dalam belajar ini
merupakan suatu langkah yang efektif untuk menyampaikan suatu materi ajar.
Gambar 1
Diagram kerangka berpikir
2.5
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
uraian pada kajian teori yang telah dipaparkan maka dapat disusun hipotesis
tindakan sebagai berikut: ‘’Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
kelas IV SD Negeri 1 Kaliawi Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018’’
No comments:
Post a Comment