BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Semantik merupakan salah satu cabang
linguistik yang berada pada tataran makna. Verhaar, dalam Pateda (2010:7)
mengatakan bahwa semantik adalah teori makna atau teori arti ( Inggris
semantics kata sifatnya semantic yang dalam Bahasa Indonesia dipadankan dengan
kata semantik sebagai nomina dan semantis sebagai ajektiva). Kata semantik
disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik ynag
mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang
ditandainya, (Chaer, 1995 :2). Dalam mata kuliah semantik ini beberapa ruang
lingkup yang akan dibahas adalah berbagai masalah makna dalam linguistik. Salah
satunya adalah pembahasan mengenai tanda dan lambang.
Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai pengertian, tanda, lambang, konsep dan definisi, penamaan dan
pendefinisian serta beberapa kaidah umum dalam studi semantik. Dengan demikian
diharapkan dapat memberikan penjelasan tentang perbedaan tanda, lambang, konsep,
definisi, penamaan,dan pendefinisian serta dapat menambah pengetahuan para
pembaca mengenai studi semantik.
1.2 Rumuan
masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Tanda?
2. Apa yang dimaksud dengan
Lambang?
3. Apa
yang dimaksud dengan Konsep?
4. Apa
itu definisi?
5. Apa itu Penamaan?
6. Apa
itu pendefinisian?
1.3
Tujuan Pembahasan
Tujuan
yang akan dicapai dalam pembahasan makalah ini adalah agar para pembaca dapat
mengetahui dan mengerti Tanda, Lambang, Konsep, Definisi, Penamaan dan Pendefinisian.
Selain itu, apabila para pembaca membaca makalah ini maka pembaca akan
mengetahui definisi ataupun pengertian dari Tanda, Lambang, Konsep, Definisi, Penamaan dan Pendefinisian serta contohnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tanda
Tanda
menurut KBBI adalah yang menjadi alamat atau yang menyatakan
sesuatu. Tanda atau sign dapat
dikatakan sebagai substitusi (penggantian) untuk hal lain. Oleh karena itu,
tanda memerlukan interpretasi.
Teori tanda mengalami perkembangan,
dan kemudian dikenal dengan teori semiotik yang dikenal atas tiga cabang, yaitu
(a) semantik, (b) sintaksis, dan (c) pragmatik. Semantik berhubungan dengan
makna tanda-tanda, sintaksis berhubungan dengan kombinasi atau gabungan
tanda-tanda, sedangkan pragmatik berhubungan dengan asal-usul, pemakaian, dan
akibat pemakaian tanda-anda di dalam tingkah laku berbahasa.
Ada beberapa cara pengelompokan tanda. Berdasarkan sumber
atau asal-usulnya, tanda dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
Tanda
yang ditimbulkan oleh alam yang diketahui manusia karena pengalaman, misalnya:
a)
Hari mendung adalah tanda akan
segera turun hujan,
b)
Asap membumbung adalah tanda adanya
kebakaran,
c)
Petir adalah tanda hujan akan turun
lebat;
Tanda yang ditimbulkan oleh binatang
yang diketahui manusia dari suara binatang tersebut, misalnya:
a. Anjing menggonggong adalah tanda ada
orang yang masuk halaman rumah,
b. Ayam berkokok adalah tanda hari
mulai pagi;
c. Tanda yang ditimbulkan oleh manusia.
Tanda yang ditimbulkan oleh manusia dibedakan menjadi dua
jenis yaitu, bersifat verbal dan bersifat nonverbal. Tanda yang bersifat verbal
adalah tanda-tanda yang digunakan sebagai alat komunikasi, diihasilkan oleh
alat bicara, sedangkan tanda bersifat nonverbal adalah tanda-tanda yang
dihasilkan selain dari alat bicara manusia.
Berikut contoh tanda yang bersifat nonverbal melalui gerakan
anggota badan (body gesture) atau
dikenal dengan istilah bahasa isyarat dan yang bersifat nonverbal melalui suara
atau bunyi. Contoh tanda yang bersifat nonverbal melalui gerakan anggota badan, yaitu:
a)
acungan jempol sebagai tanda hebat
atau bagus,
b)
anggukan sebagai tanda hormat
atau pernyataan ya,
c)
gelengan kepala sebagai tanda
pernyataan tidak atau bukan.
Contoh tanda yang bersifat nonverbal
melalui suara atau bunyi, yaitu:
a)
siulan sebagai tanda gembira,
panggilan,
b)
jeritan sebagai tanda sakit, ada
bahaya, permintaan pertolongan,
c)
batuk kecil sebagai tanda ingin
berkenalan, ada orang lewat.
Tanda-tanda
dapat dibagi menjadi 2 :
1.
tanda
yang sistematis
2.
tanda
yang tidak sistematis
Tanda
yang dimbulkan oleh anggota badan termasuk tanda yang tidak sistematis,
sedangkan tanda-tanda berupa rambu-rambu lalu-lintas termasuk tanda yang
sistematis. Dikatakan sistematis karena tanda-tanda tersebut bergerak secara
sistematis, misalnya warna merah bermakna berhenti, warna hijau bermakna
silakan jalan, dan warna kuning bersiap untuk melanjutkan perjalanan.
Tanda
dapat pula dibedakan berdasarkan indera yang digunakan sebagai dasar acuan.
Berdasarkan hal ini, tanda terbagi menjadi tiga jenis, yakni:
1.
auditif (indera
pendengaran), misalnya beduk sebagai tanda tibanya waktu sholat; sirene sebagai tanda ada orang
terkena musibah (sakit atau meninggal), bel sebagai tanda ada tamu yang hendak
masuk ke rumah;
2.
visual (berhubungan dengan indera
penglihatan), misalnya rambu lalu-lintas;
3.
audio-visual (berhubungan dengan
penglihatan dan pendengaran), misalnya ambulans yang membunyikan sirene dan
lampu merah yang berputar-putar di atasnya sebagai tanda minta diberi jalan
agar bisa segera sampai ke tujuan (rumah sakit atau tempat pemakaman).
Tanda berbeda dengan simbol atau
lambang. Perbedaannya terlatak pada hubungannya dengan kenyataan. Tanda memilki
hubungan langsung dengan kenyataan, sedangkan lambang atau simbol tidak
memiliki hubungan langsung dengan kenyataan. Misalnya, papan yang berbentuk
bulat bercat putih dan di tengahnya terdapat lintangan berwarna merah yang
dipasang pada sebuah patok di satu di antara sudut jalan adalah tanda yang
bermakna bahwa jalan itu dilarang untuk dimasuki kendaraan. Orang-orang yang
melihat tanda tersebut tidak akan memasuki jalan yang dikenakan tanda itu.
Disamping itu, tanda lebih bersifat universal. Artinya, siapa pun orangnya,
dari mana pun ia berasal, ia akan tahu makna tanda tersebut tanpa harus
mempelajari bahasa suatu negara tersebut, sedangkan simbol atau lambang tidak
bersifat universal karena seseorang akan dapat memahami suatu lambang kalau ia
menguasai bahasa dari lambang atau simbol yang digunakan.
2.2
Lambang
Lambang atau simbol
Lambang memiliki pengertian sebagai
sesuatu seperti tanda (lukisan, tulisan, perkataan) yang menyatakan suatu hal,
yang mengandung suatu makna tertentu. Chaer mengemukakan (2013: 37) bahwa
lambang sebenarnya juga adalah tanda. Hanya bedanya lambang tidak memberi tanda
secara langsung, melainkan melalui sesuatu yang lain. Misalnya warna merah pada
bendera Sang Merah Putih merupakan lambang “keberanian”, dan warna putih
merupakan lambang “kesucian”. Gambar padi dan kapas pada burung Garuda
Pancasila melambangkan”keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Lambang atau simbol merupakan tanda
yang bersifat konvensional yang dihasilkan manusia melalui alat ucapnya.
Menurut Plato dalam Prawirasumantri (1998: 24) bahwa lambang atau simbol adalah
kata dalam suatu bahasa, sedangkan makna adalah objek yang kita hayati di dunia
yang berupa rujukan oleh lambang tersebut. Seperti kata Odgen dan Ridchard
(1972: 9) dalam Chaer (2013: 38) bahwa lambang ini bersifat konvensional ,
perjanjian; tetapi ia dapat diorganisasi, direkam dan dikomunikasikan.
Bunyi-bunyi bahasa atau satuan
bahasa sebenarnya termasuk lambang sebab sifatnya konvensional. Untuk memahami
makna atau yang diacu oleh bunyi-bunyi bahasa itu kita harus mempelajarinya.
Tanpa memepelajarinya, orang Inggris tidak akan tahu bahwa dalam
bahasa Indonesia adalah ‘table’ dalam bahasanya.
2.3 Konsep
‘Konsep’ merupakan istilah yang
diajukan Lyons sebagai pengganti istilah ‘thought’ atau ‘reference’. Istilah
‘konsep’ sebenarnya sama dengan istilah ‘makna’. Jika kita berbicara tentang
konsep atau makna, kita tidak bisa mengabaikan keberadaan dua unsure dasar
dalam sistem tanda yang secara langsung memiliki hubungan dengan konsepatau
makna, yaitu:
1.
Signifiant yaitu unsur abstrak yang terwujud dalam
lambang atau simbol,
2.
Signifikantor yaitu yang dengan adanya makna dalam
lambang atau simbol itu mampu mengadakan penjulukan, melakukan proses berfikir,
dan mengadkan konseptualisasi.
Lambang atau simbol
adalah satuan bahasa yang berupa kata atau kalimat; acuan atau referent adalah objek, peristiwa, fakta
atau proses di dalam dunia pengalaman manusia, sedangkan konsep atau pikiran
atau reference adalah apa yang ada
dalam benak kita tentang objek yang ditunjukan oleh lambang atau simbol.
Antara konsep dan lambang terdapat hubungan timbale balik.
Misalnya, kata ‘’rokok’ yang diujarkan oleh seorang penutur dapat menyebabkan
penanggap tutur memikirkan kata tersebut. Demikian pula si penutur. Dengan
konsepnya dia memakai lambang “r-o-k-o-k’ untuk mengacu pada objek yang sama.
Dengan kata lain, sebelum seseorang
mengatakan suatu lambang, di dalam benaknya sudah ada konsep (makna). Kemudian
lambang itu dimaknai oleh si penanggap tutur.
Setiap lambang atau simbol yang berupa kata mempunyai
konsep. Konsep dapat dikenali dalam keberadaanya sendiri (lepas atau bebas
konteks) atau melalui relasi dengan satuan bahasa lainnya (terikat konteks).
Kata berkonsep yang bebas konteks terbagi menjadi dua bagian, yaitu yang
acuannya dapat dihindari dan yang acuannya tidak dapat dihindari. Dengan
demikian, ada tiga kelompok kata yang dimanfaatkan untuk kegiatan komunikasi,
yaitu:
1.
kata
yang berkonsep, bebas konteks, acuannya dapat dihindari; ‘kursi’, ‘anggur’,
‘lemari’, ‘kuda’;
2.
kata
yang berkonsep, bebas konteks, acuannya tidak dapat dihindari: ‘demokrasi’,
‘sakit’, ‘panjang’;
3.
kata yang berkonsep, tetapi harus
terikat konteks: ‘yang’, ‘tetapi’, ‘dan’, ‘karena’.
Kata Konsep berasal dari bahasa
latin conceptum, yang artinya sesuatu yang dipahami.
konsep adalah
suatu hal umum yang menjelaskan atau menyusun suatu peristiwa, objek, situasi,
ide, atau akal pikiran dengan tujuan untuk memudahkan komunikasi antar manusia
dan memungkinkan manusia untuk berpikir lebih baik.
Pengertian Konsep Menurut Para Ahli atau Pakar
1.
Soedjadi (2000:14) menyatakan bahwa pengertian konsep adalah ide abstrak
yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada
umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata.
2.
Bahri (2008:30) menyatakan
bahwa pengertian konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang
mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi
terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek-objek ditempatkan dalam
golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk
representasi mental tak berperaga. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam
bentuk suatu kata (lambang bahasa).
3.
Singarimbun dan Effendi
(2009) menyatakan
bahwa pengertian konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu,
sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan barbagai fenomena yang sama.” Konsep
merupakan suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang
dirumuskan. Dalam merumuskan kita harus dapat menjelaskannya sesuai dengan
maksud kita memakainya.
2.4 Definisi
Definisi
adalah suatu pernyataan mengenai
ciri-ciri penting suatu hal, dan biasanya lebih kompleks dari pengertian,
makna, atau pengertian suatu hal. Ia sering dieja definasi walaupun ejaan itu
adalah salah.
Definisi
adalah suatu batasan atau arti, bisa juga dimaknai kata, frasa, atau kalimat
yang mengungkapkan makna, keterangan, atau ciri utama dari orang, benda,
proses, atau aktivitas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi ialah
rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok
pembicaraan atau studi.
Definisi
juga diartikan sebagai uraian pengertian yang berfungsi membatasi objek,
konsep, dan keadaan berdasarkan waktu dan tempat suatu kajian.[1] Definisi
merupakan usaha para ilmuwan untuk membatasi fakta dan konsep.
Ciri-ciri definisi
Suatu
arti/makna kata tidak bisa langsung disebut sebagai definisi, karena definisi
mempunyai ciri-ciri khusus.Adapun arti/makna kata bisa diartikan sebagai
definisi jika terdapat unsur kata atau istilah yang didefinisikan, atau lazim
disebut definiendum.Selanjutnya, di dalam arti tersebut harus terdapat unsur
kata, frasa, atau kalimat yang berfungsi menguraikan pengertian, lazim disebut
definiens, dan tentunya juga harus ada pilihan katanya.
Pilihan
kata tersebut ialah di mana definiens dimulai dengan kata benda, didahului kata
ada-lah.Misalnya kalimat Cinta adalah perasaan setia, bangga, dan prihatin dan
kalimat Mahasiswa adalah pelajar di perguruan tinggi.
Yang
kedua, definiens dimulai dengan selain kata benda umpamanya kata kerja atau
didahului kata yaitu. Sebagai contoh Setia yaitu merasa terdorong untuk
mengakui, memahami, menerima, menghargai, menghormati, mematuhi, dan
melestarikan.[1] Kemudian, definiens juga diharuskan memberi pengertian rupa
atau wujud diawali kata merupakan, seperti kalimat Mencintai merupakan tindakan
terpuji untuk mengakhiri konflik.
Adapun
yang terakhir ialah bahwa definiens merupakan sebuah sinonim yang didahului
kata ialah.Misalnya Pria ialah laki-laki.
Klasifikasi definisi
1.
Definisi nominal
Definisi
nominal berupa pengertian singkat. Definiens pada definisi jenis ini terbagi
menjadi ada tiga macam.Pertama, sinonim atau padanan, seperti kata manusia yang
bersinonim dengan kata orang, maka jika ditulis hasilnya adalah Manusia]] ialah
orang.Selanjutnya terkait dengan terjemahan dari bahasa lain, contohnya Kinerja
ialah performance. Asal usul sebuah kata dalam definisi nominal juga merupakan
hal yang penting, contoh: Psikologi berasal dari kata "psyche"
berarti jiwa, dan "logos" berarti ilmu, psikologi ialah ilmu jiwa.
2.
Definisi formal
Definisi
formal disebut juga definisi [[terminologis, yaitu definisi yang disusun
berdasarkan logika formal yang terdiri tiga unsur.[1] Struktur definisi ini
berupa "kelas", "genus", "pembeda"
(deferensiasi).Ketiga unsur tersebut harus tampak dalam definiens.Struktur
formal diawali dengan klarifikasi, diikuti dengan menentukan kata yang akan
dijadikan definiendium, dilanjutkan dengan menyebut genus, dan diakhiri dengan
menyebutkan kata-kata atau deskripsi pembeda. Pembeda harus lengkap dan
menyeluruh sehingga benar-benar menunjukkan pengertian yang sangat khas dan
membedakan pengertian dari kelas yang lain.Contoh kalimat yang merupakan
definisi formal adalah Mahasiswa adalah pelajar di perguruan tinggi.
Definisi
formal mempunyai syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar sesuai dengan
aturan yang ada.Di antaranya, fefiniendium dan definiens bersifat koterminus,
mempunyai makna yang sama.Kemudian, definiendium dan definiens bersifat
konvertabel, dapat ditukarkan tempatnya dan definiens tidak berupa sinonim,
padanan, terjemahan, etimologi, bentuk populer, atau pengulangan
definiendium.Perbandingannya:
• Manusia adalah orang yang berakal budi
(salah)
• Manusia adalah insan yang berakal budi
(salah)
• Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling
sempurna (benar)
Selanjutnya
definiens bukanlah kiasan, perumpamaan, atau pengandaian. Contonya kalimat
Manusia adalah bagaikan hewan yang tidak pernah merasa puas (salah), kata
bagaikan dalam kalimat ini merupakan sesuatu yang tidak dibenarkan dalam
definisi formal. Contoh yang benar berada dalam kalimat Manusia adalah ciptaan
Tuhan yang diperintahkan untuk beribadah kepada-Nya.
Syarat
berikutnya yaitu definiens menggunakan makna pararel dengan definiendium, tidak
menggunakan kata dimana, yang mana, jika, misalnya, dan lain-lain, definiens
juga harus menggunakan bentuk positif, bukan kalimat negatif; tanpa kata
negatif; tidak, bukan.Misalnya bentuk kalimat negatif Pendidikan
kewarganegaraan "tidak lain" adalah pembinaan pelajar agar menjadi
warga negara yang baik sehingga mampu hidup bersama dalam masyarakat, baik
sebagai anggota keluarga, masyarakat, maupun warga negara, sedang yang benar
adalah Pendidikan kewarganegaraan adalah pembinaan pelajar agar menjadi warga
negara yang baik sehingga mampu hidup bersama dalam keluarga, masyarakat, dan
negara.
Lagi,
pembeda (deferiansi)pada definiens harus mencukupi sehingga menghasilkan makna
yang tidak bisa (samar)dengan kelas yang lain. Hal ini bisa ditemukan dalam
kalimat Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna, tidak benar jika
hanya dikatakan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan.
3.
Definisi operasional
Definisi
operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan pedoman untuk melakukan
suatu kegiatan atau pekerjaan, misalnya penelitian. Oleh karena itu, definisi
ini disebut juga definisi kerja karena dijadikan pedoman untuk melaksanakan
suatu penelitian atau pekerjaan tertentu. Definisi ini disebut juga definisi
subjektif karena disusun berdasarkan keinginan orang yang akan melakukan
pekerjaan.
Yang
merupakan ciri-ciri definisi operasional ialah mengacu pada target pekerjaan
yang dicapai, berisi pembatasan konsep, tempat, dan waktu, dan bersifat aksi,
tindakan, atau pelaksanaan suatu kegiatan.
4.
Definisi paradigmatis
Definisi
paradigmatis/personal bertujuan untuk mempengaruhi pola berpikir oranglain. Definisi
jenis ini disusun berdasarkan pendapatan nilai-nilai tertentu.
Ada
empat ciri-ciri definisi paradigmatis, yakni; disusun berdasarkan paradigma
(pola pikir) nilai-nila tertentu, berfungsi untuk mempengaruhi sikap, perilaku,
atau tindakan orang lain, bertujuan agar pembaca mengubah sikap sesuai dengan
definisi, berhubungan dengan nilai-nilai tertentu, misalnya: bisnis, etika,
budaya, ajaran, falsafah, tradisi, adat istiadat, pandangan hidup.
Adapun
fungsi definisi paradigmatis dapat dikategorikan menjadi empat bagian: pertama,
untuk mengembangkan pola berpikir; kedua, mempengaruhi sikap pembaca atau
pendengar; ketiga, mendukung argumentasi atau pembuktikan dan memberikan efek
persuasif.
5.
Definisi luas
Definisi
luas adalah batasan pengertian yang sekurang-kurangnya terdiri atas satu
paragraf. Definisi ini diperlukan pada konsep yang rumit yang tidak dapat dijelaskan
dengan kalimat pendek.
Ciri-cirinya
adalah dalam definisi tersebut hanya berisi satu gagasan yang merupakan definiendium,
tidak menggunakan kata kias, setiap kata dapat dibuktikan atau diukur
kebenarannya, dan menggunakan penalaran yang jelas.
Contohnya
dalam kalimat berikut Konsep ketahanan nasional tidak dapat hanya didefinisikan
dengan kemampuan dinamik suatu bangsa yang berisikan keuletan dan ketangguhan
serta mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi
ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dari luar maupun dalam, langsung
tidak langsung yang membahayakan identitas, integritas, kelangsungan hidup
bangsa dan negara untuk mencapai tujuan nasional.Karena itu konsep tersebut
harus diberi definisi luas agar diketahui perkembangan konsep, unsur-unsurnya,
pengembangannya di dalam semua aspek kehidupan bangsa dan negara.
Teknik-Teknik
menyusun definisi
Tehnik-tehnik
menyusun definisi bisa dikualifikasikan berdasarkan dua macam arti, yakni arti
intensional dan arti ekstensional.
6.
Definisi ekstensional atau
denotatif
Dengan
menunjukkan kelas yang ditunjukan oleh definiendium, maka suatu definisi
ekstensional akan bisa menetapkan arti dari suatu kata . Paling tidak ada tiga
cara menunjukkan anggota-anggota dari suatu kelas, yaitu menunjuk pada mereka,
menamai mereka secara individual, menamai mereka menurut kelompok. Misalnya kalimat Kursi adalah ini dan ini dan
ini- seraya Anda menunjuk ke arah sejumlah kursi satu per satu.
7.
Definisi intensional
Suatu
definisi menentukan arti suatu kata dengan menunjukkan kualitas-kualitas atau
ciri-ciri yang terkandung dalam kata itu. Sebagai contoh kalimat Es adalah air yang
membeku.
2.5 Penamaan
Penamaan
dan pendefinisian adalah dua buah proses pelambangan suatu konsep untuk mengacu
kepada sesuatu referen yang berada di luar bahasa. Penamaan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) berarti proses, cara, perbuatan menamakan. Sementara
oleh Kridalaksana diartikan (1993), sebagai proses pencarian lambang bahasa
untuk menggambarkan objek konsep, proses, dan sebagainya; biasanya dengan
memanfaatkan perbendaharaan yang ada; antara lain dengan perubahan-perubahan makna
yang mungkin atau dengan penciptaan kata atau kelompok kata.
Nama
merupakan kata-kata yang menjadi label setiap makhluk, benda, aktivitas, dan
peristiwa di dunia. Anak-anak mendapat kata-kata dengan cara belajar, dan
menirukan bunyi-bunyi yang mereka dengar untuk pertama kalinya. Nama-nama itu
muncul akibat dari kehidupan manusia yang kompleks dan beragam, alam sekitar
manusia berjenis-jenis.
Dalam
pembicaraan mengenai hakikat bahasa ada dikatakan bahwa bahasa adalah sistem
lambang bunyi yang bersifat arbitrer. Maksudnya, antara suatu satuan bahasa
sebagai lambang, misalnya kata dengan sesuatu benda atau hal yang
dilambangkannya bersifat sewenang-wenang tidak ada hubungan “wajib” di antara
keduanya. Oleh karena itu, misalnya, kita tidak dapat menjelaskan mengapa
binatang berkaki dua, bersayap dan berbulu, dan biasanya dapat terbang disebut
dalam bahasa Indonesia dengan nama (burung) dan buka nama lain, misal (ngurub),
atau (bungur). Lagi pula andaikata ada hubungannya antara lambang dengan yang
dilamangkannya itu, tentu orang Inggris tidak akan menyembutnya (bird), orang
Arab menyebutnya (Thoir). Tentu mereka semua akan menyebutnya juga (burung),
sama dengan orang Indonesia.
Plato di dalam suatu percakapan
yang berjudul “cratylos” menyatakan bahwa lambang itu adalah kata di dalam
suatu bahasa, sedangkan makna adalah objek yang dihayati di dunia nyata berupa
rujukan, acuan, atau sesuatu yang ditunjuk oleh lambang itu. Oleh karena itu,
lambang-lambang atau kata-kata itu tidak lain daripada nama atau label yang
dilambangkannya, mungkin berupa benda, konsep, aktivitas, atau peristiwa.
Penamaan atau
pemberian nama adalah soal konvensi atau perjanjian belaka di antara sesama
anggota statu masyarakat bahasa. (Aristoteles)
Antara suatu
satuan bahasa sebagai lambang, misalnya kata, dengan sesuatu yang
dilambangkannya bersifat sewenang-wenang dan tidak ada hubungan “wajib” di
antara keduanya. Jika sebuah nama sama dengan lambang untuk sesuatu yang
dilambangkannya, berarti pemberian nama itu pun bersifat arbitrer, tidak ada
hubungan wajib sama sekali.
Misalnya antara kata dengan
benda yang diacunya yaitu seekor binatang yang biasa dikendarai atau dipakai
menarik pedati, tidak bisa dijelaskan sama sekali. Lagi pula andaikata ada
hubungannya antara lambang dengan yang dilambangkannya itu, tentu orang Jawa
tidak akan menyebutnya , orang Inggris tidak akan menyebutnya
, dan orang Belanda tidak akan menyebutnya . Tentu
mereka semuanya akan menyebutnya juga , sama dengan orang Indonesia.
Walaupun demikian,
secara kontemporer kita masih dapat menelurusi sebab-sebab atau
peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya penamaan atau penyebutan
terhadap sejumlah kata yang ada dalam leksikon bahasa Indonesia.
·
Peniruan Bunyi
Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata
yang terbentuk sebagai hasil peniruan bunyi. Maksudnya, nama-nama benda atau
hal tersebut dibentuk berdasarkan bunyi dari benda tersebut atau suara yang
ditimbulkan oleh benda tersebut.
Misalnya, binatang sejenis reptil kecil
yang melata di dinding disebut cecak karena bunyinya “cak, cak, cak-“.
Begitu juga dengan tokek diberi nama seperti itu karena bunyinya
“tokek, tokek”. Contoh lain meong nama untuk kucing, gukguk
nama untuk anjing, menurut bahasa kayak-kanak, karena bunyinya begitu.
Kata-kata yang dibentuk berdasarkan tiruan
bunyi ini disebut kata peniru bunyi atau onomatope.
·
Penyebutan Bagian
Penamaan suatu benda atau konsep
berdasarkan bagian dari benda itu, biasanya berdasarkan ciri khas yang dari
benda tersebut dan yang sudah diketahui umum.
Misalnya kata kepala dalam
kalimat Setiap kepala menerima bantuan bersa 10 kg. Bukanlah dalam
arti „kepala“ itu saja, melainkan seluruh orangnya sebagai satu kesatuan (pars
pro toto, menyebut sebagian untuk keseluruhan).
Contoh lainnya yaitu kata Indonesia dalam
kalimat Indonesia memenangkan medali emas di olimpiade. Yang dimaksud
adalah tiga orang atlet panahan putra (tótem pro parte, menyebut keseluruhan
untuk sebagian.)
·
Penyebutan Sifat Khas
Penyebutan sifat khas adalah penamaan
sesuatu benda berdasarkan sifat yang khas yang ada pada benda itu yang hampir
sama dengan pars pro toto. Gejala ini merupakan peristiwa semantik karena dalam
peristiwa ini terjadi transposisi makna dalam pemakaian yakni perubahan dari
kata sifat menjadi kata benda. Di sini terjadi perkembangan yaitu berupa ciri
makna yang disebut dengan kata sifat itu mendesak kata bendanya karena sifatnya
yang amat menonjol itu; sehingga akhirnya, kata sifatnya itulah yang menjadi nama
bendanya. Umpamanya, orang yang sangat kikir lazim disebut si kikir
atau si bakhil. Yang kulitnya hitam disebut si hitam, dan
yang kepalanya botak disebut si botak.
Di dalam dunia politik dulu ada istilah golongan
kanan dan golongan kiri. Maksudnya, golongan golongan
kanan untuk menyebut golongan agama dan golongan kiri untuk menyebut golongan
komunis.
·
Penemu dan Pembuat
Nama benda dalam kosa kata bahasa
Indonesia yang dibuat berdasarkan nama penemunya, nama pabrik pembuatnya, atau
nama dalam peristiwa sejarah disebut dengan istilah appelativa.
Nama-nama benda yang berasal dari nama orang,
antara lain, kondom yaitu sejenis alat kontrasepsi yang dibuat oleh
Dr. Condom; mujahir atau mujair yaitu nama sejenis ikan air
tawar yang mula-mula ditemukan dan diternakan oleh seorang petani yang bernama
Mujair di Kediri, Jawa Timur. Selanjutnya, dalam dunia ilmu pengetahuan kita
kenal juga nama dalil, kaidah, atau aturan yang didasarkan pada nama ahli yang
membuatnya. Misalnya, dalil arkhimides, hukum kepler, hukum van
der tunk, dan sebagainya.
Nama orang atau nama pabrik dan merek dagang yang
kemudian menjadi nama benda hasil produksi itu banyak pula kita dapati seperti
aspirin obat sakit kepala, ciba obat sakit perut, tipp ex koreksi tulisan,
miwon bumbu masak, dan lain sebagainya.
Dari
peristiwa sejarah banyak juga kita dapati nama orang atau nama kejadian yang
kemudian menjadi kata umum. Misalnya kata boikot, bayangkara, laksamana,
Lloyd, dan sandwich. Pada mulanya kata bayangkara adalah
nama pasukan pengawal keselamatan raja pada zaman Majapahit. Lalu, nama ini
kini dipakai sebagai nama korps kepolisian R.I. Kata laksamana yang
kini dipakai sebagai nama dalam jenjang kepangkatan pada mulanya adalah nama
salah seorang tokoh dalam wiracarita Ramayana. Laksamana adik Rama dalam cerita
itu memang terkenal sebagai seorang pahlawan. Kata boikot berasal dari
nama seorang tuan tanah di Iggris Boycott, yang karena tindakannya yang terlalu
keras pada tahun 1880 oleh perserikatan tuan tanah Irlandia tidak diikutsertakan
dalam suatu kegiatan dikatakan orang itu diboikot, diperlakukan seperti tuan
Boycott. Kaat Llyoid seperti yang terdapat pada nama perusahaan pelayaran
seperti Djakarta Lloyd dan Rotterdamse Lloyd diturunkan dari nama seorang
pengusaha warung kopi di kota London pada abad XVII, yaitu Edward Lloyd. Warung
kopi itu banyak dikunjungi oleh para pelaut dan makelar perkapalan. Maka dari
itu namanya dipakai sebagai atribut nama perusahaan pelayaran yang searti
dengan kata kompeni atau perserikatan, khususnya perserikatan pelayaran.
Kata Sandwich,
yaitu roti dengan mentega dan daging didalamnya, berasal dari nama seorang
bangsawan Inggris Sandwich. Dia seorang penjudi berat, yang selalu membawa
bekal berupa roti seperti di atas agar dia bisa tetap sambil tetap bermain.
·
Tempat Asal
Sejumlah nama benda dapat ditelusuri
berasal dari nama tempat asal benda tersebut. Misalnya kata magnit
berasal dari nama tempat Magnesia; kata kenari, yaitu nama sejenis
burung, berasal dari nama pulau kenari di Afrika; kata sarden atau
ikan sarden, berasal dari nama pulau Sardinia di Italia; kata klonyo
berasal dari au de Cologne artinya air dari kuelen, yaitu nama kota di Jerman
Barat.
Banyak juga nama piagam atau prasasti yang disebut
berdasarkan nama tempat penemuannya seperti piagam kota Kapur, prasasti
kedudukan bukit, piagam Telaga Batu dan piagam Jakarta.
Selain itu ada juga kata kerja yang dibentuk dari
nama tempat, misalnya, didigulkan yang berarti di buang ke Digul di Irian jaya;
dinusakambangkan, yang berarti di bawa atau dipenjarakan di pulau
Nusakambangan.
·
Bahan
Ada sejumlah benda yang namanya diambil
dari nama bahan pokok benda itu. Misalnya, karung yang dibuat dari goni yaitu
sejenis serat tumbuh-tumbuhan yang dalam bahasa latin disebut Corchorus
capsularis, disebut juga goni atau guni.
Contoh lain, kaca adalah nama bahan. Lalu
barang-barang lain yang dibuat dari kaca seperti kaca mata, kaca jendela, dan
kaca spion. Bambu runcing adalah nama sensata yang digunakan rakyat
Indonesia dalam perang kemerdekaan dulu. Bambu runcing dibuat dari
bambu yang ujungnya diruncingi sampai tajam. Maka di sini nama bahan itu, yaitu
bambu, menjadi nama alat sensata itu.
·
Keserupaan
Dalam praktek berbahasa banyak kata yang
digunakan secara metaforis. Artinya kata itu digunakan dalam suatu ujaran yang
maknanya dipersamakan atau diperbandingkan dengan makna leksikaldari kata itu.
Misalnya kata kaki pada frase kaki meja
dan kaki kursi dan ciri “terletak pada bagian bawah”.contoh lain kata kepala
pada kepala kantor, kepala surat dan kepala meja. Disini kata kepala memiliki
kesamaan makna dengan salah satu komponen makan leksikal dari kata kepala itu,
yaitu “bagian yang sangat penting pada manusia” yakni pada kepala kantor,
“terletak sebelah atas” yakni pada kepala surat, dan “berbentuk bulat” yakni
pada kepala paku. Malah kemudian, kata-kata seperti kepala ini dianggap sebagai
kata yang polisemi, kata yang memiliki banyak makna.
·
Pemendekan
Penamaan yang didasarkan pada hasil
penggabungan unsur-unsur huruf dan beberapa suku kata yang digabungkan menjadi
satu. Misalnya rudal untuk peluru kendali, iptek untuk ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan tipikor untuk tindak pidana korupsi. Kata-kata yang
terbentuk sebagai hasil pemendekan ini lazim disebut akronim.
·
Penamaan Baru
Penamaan baru dibentuk untuk menggantikan
kata atau istilah lama yang sudah ada karena kata atau istilah lama yang sudah
ada dianggap kurang tepat, kurang rasional, tidak halus atau kurang ilmiah.
Misalnya, kata pariwisata untuk
menggantikan kata turisme, darmawisata untuk piknik,
dan karyawan untuk mengganti kata kuli atau buruh.
Penggantian kata gelandangan menjadi tuna wisma, pelacur menjadi
tunasfusila, dan buta huruf menjadi tuna aksara adalah
karena kata-kata tersebut dianggap kurang halus; kurang sopan menurut pandangan
dan norma sosial. Proses penggantian nama atau penyebutan baru masih akan terus
berlangsung sesuai dengan perkembangan pandangan dan norma budaya yang ada di
dalam masyarakat.
2.6
Pendefinisian
Pendefinisaian
adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk mengungkapkan dengan kata-kata
akan suatu benda, konsep, proses, aktivitas, peristiwa, dan sebagainya.
Berdasarkan taraf kejelasannya, definisi diklasifikasikan menjadi 5 yaitu:
1. Definisi Sinonimis
Suatu kata
didefinisikan dengan sebuah kata lain yang merupakan sinonim dari kata
tersebut. Contoh: kata ayah didefinisikan dengan kata bapak. Ketidakjelasan definisi
ini adalah karena definisi yang diberikan bersifat berputar balik (circum
of means).
2. Definisi
Formal
Dalam definisi
formal ini, konsep atau ide yang akan didefinisikan itu disebutkan terlebih
dahulu sebuah ciri umumnya, lalu disebutkan pula sebuah ciri khusus yang menjadi pembeda dengan konsep atau ide
lain yang sama ciri umumnya. Misalnya kata bis konsep/ide ciri umum Ciri khusus bis kendaraan umum dapat memuat banyak penumpang Ciri khusus yang menjadi pembeda ini dapat
berupa salah satu unsur yang terdapat pada konsep yang didefinisikan itu,
seperti unsur kuantitas (misalnya banyak penumpang pada definisi bis),
atau juga unsur tujuan, bahan, kegunaan, kerja, kualitas, dan sebagainya.
Definisi formal
ini pada taraf tertentu memang sudah cukup jelas, tetapi pada taraf yang lebih
jauh seringkali tidak memuaskan. Umpamanya definisi bis di atas yang
dikatakan adalah kendaraan umum dan dapat memuat banyak penumpang. Definisi itu
belum bisa menjelaskan bedanya bis dengan kereta api dan pesawat
terbang.
Kelemahan definisi
formal di atas dapat diatasi dengan pendefinisian yang lebih luas, yaitu dengan
membuat definisi logis dan definisi ensiklopedis.
3. Definisi Logis
Definisi logis
mengidentifikasi secara tegas objek, ide atau konsep yang didefinisikan itu
sedemikian rupa, sehingga objek tersebut berbeda secara nyata dengan
objek-objek lain. Definisi logis ini biasa terdapat dalam buku-buku pelajaran,
dan karena itu sifatnya (agak) ilmiah. Contoh: air adalah zat
cair yang jatuh dari awan sebagai hujan, mengaliri sungai, menggenangi danau
dan lautan, meliputi dua pertiga bagian dari permukaan bumi, merupakan unsur
pokok dari kehidupan, campuran oxida hidrogen H2O, tanpa bau, tanpa bau, tanpa
rasa dan tanpa warna, tetapi tampak kebiru-biruan pada lapisan yang tabal,
membeku pada suhu nol derajat Celsius, mendidih pada suhu 100 derajat Celsius,
mempunyai berat jenis maksimum pada 4 derajat Celsius.
4. Definisi Ensiklopedis
Definisi
ensiklopedis lebih luas lagi dari definisi logis sebab definisi ensiklopedis
ini menerangkan secara lengkap dan jelas serta cermat akan segala sesuatu yang
berkenaan dengan kata atau konsep yang didefinisikan. Contoh:air adalah
persenyawaan hidrogen dan oksigen, terdapat di mana-mana, dan dapat berwujud:
(1). Gas, seperti uap air; (2). Cairan, seperti air yang
sehari-hari dijumpai; (3). Padat, seperti es dan salju. Air merupakan zat
pelarut yang baik sekali dan paling muarh, terdapat di alam dalam keadaan tidak
murni. Air murni berupa cairan yang tidak berbau, tidak berasa dan tidak
berwarna. Pada suhu 4 derajat celcius air mencapai maksimum berat jenis; dan 1
cm3 beratnya 1 gram. Didinginkan sampai nol derajat celcius atau 32
derajat farenheit, air berubah menjadi es yang lebih ringan daripada air. Air
mengembang sewaktu membeku. Bila dipanaskan sampai titik didih (100 derajat
celcius atau 212 derajat fahrenheit), air berubah menjadi uap. Air murni
bukanlah konduktor yang baik. Dia merupakan persenyawaan dua atom hydrogen dan satu atom oksigen; rumus
kimianya H2O. Kira-kira 70% dari permukaan bumi tertutup air. Manusia,
binatang, dan tumbuh-tumbuhan memerlukan air untuk hidup. Tenaga air mempunyai
arti ekonomi yang besar.
5. Definisi Batasan/ Definisi Operasional
Jenis definisi
lain banyak dibuat dan digunakan orang adalah definisi yang sifatnya membatasi
(di sini kita sebut juga definisi batasan). Definisi ini dibuat orang untuk
membatasi konsep-konsep yang akan dikemukakan dalam suatu tulisan atau
pembicaraan. Oleh karena itu,
sering juga disebut definisi operasional. Definisi ini hanya digunakan
untuk keperluan tertentu, terbatas pada suatu topik pembicaraan, umpamanya:
Yang dimaksud
dengan air dalam tulisan ini adalah zat cair yang merupakan kebutuhan
hidup manusia sehari-hari, seperti untuk makan, untuk minum, mandi, dan cuci.
Yang dimaksud
dengan air dalam pembahasan ini adalah segala zat cair yang terdapat
di dalam tumbuh-tumbuhan, baik yang ada di dalam batang (seperti air tebu),
maupun yang ada di dalam buah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanda menurut KBBI
adalah yang menjadi alamat atau
yang menyatakan sesuatu. Tanda atau sign dapat
dikatakan sebagai substitusi (penggantian) untuk hal lain. Oleh karena itu,
tanda memerlukan interpretasi.
Lambang memiliki pengertian sebagai
sesuatu seperti tanda (lukisan, tulisan, perkataan) yang menyatakan suatu hal,
yang mengandung suatu makna tertentu.
‘Konsep’ merupakan istilah yang diajukan Lyons sebagai
pengganti istilah ‘thought’ atau ‘reference’.
Definisi adalah suatu pernyataan mengenai ciri-ciri penting
suatu hal, dan biasanya lebih kompleks dari pengertian, makna, atau pengertian
suatu hal. Ia sering dieja definasi walaupun ejaan itu adalah salah.
Penamaan dan pendefinisian adalah dua
buah proses pelambangan suatu konsep untuk mengacu kepada sesuatu referen yang
berada di luar bahasa. Penamaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
berarti proses, cara, perbuatan menamakan.
Pendefinisaian
adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk mengungkapkan dengan kata-kata
akan suatu benda, konsep, proses, aktivitas, peristiwa, dan sebagainya.
DAFTAR
PUSTAKA
Pateda, Mansur. 1986. Semantik Leksikal. Ende-Flores: Nusa Indah.
Sulistyowati.
2002. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.
Jakarta: CV. Buana Raya.
Prawirasumantri,
Abud.,dkk. 1998. Semantik Bahasa
Indonesia: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Chaer,
Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Yakarta: Rineka
Cipta
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Verhaar, J. W. M. 1999. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: UGM Press
No comments:
Post a Comment