PENGARUH
PENGUASAAN KOSA KATA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Dalam kehidupan
sehari-hari perlu adanya sebuah komunikasi karena dengan adanya komunikasi hal
yang ingin didapatkan akan tercapai salah satunya adalah sebuah informasi.
Dalam komunikasi seseorang perlu mempunyai kosakata, karena dengan kosakata
maka akan terkumpulah sebuah kata yang akan menjadi sebuah kalimat yang akan
terjadi sebuah percakapan yang mana percakapan ini akan menghasilkan sebuah
informasi atau pengetahuan yang belum diketahui. Maka dari itu penting bagi
seseorang untuk menguasai kosa kata.
Salah satu
kemampuan berbahasa seseorang adalah berbicara yang mana berbicara merupakan
sebuah alat untuk berkomunikasi untuk mendapatkan informasi yang ingin
didapatkan. Komunikasi banyak ditemukan dalam segala aspek kehidupan manusia,
tidak terkecuali berpidato. Karena, dengan berpidato seseorang dapat
mandapatkan sebuah informasi, dapat menyampaikan sebuah pendapat dan gagasan
yang ingin disampaikan dan dapat memberikan gambaran tentang suatu hal.
Kualitas keterampilan berbahasa seseorang bergantung kepada kuantitas dan
kualitas kosakata yang dimilikinya, semakin kaya kosakata yang kita miliki,
semakin besar pula kemungkinan kita terampil berbahasa. Keterampilan berpidato
akan lebih baik jika diiringi dengan kemampuan kosakata Ketika memasuki sekolah
menengah kosakata yang dimiliki akan semakin bertambah. Semakin kosakata yang
dimiliki seorang anak, maka akan semakin mudah anak untuk berkomunikasi.
Dengan berpidato
kita dapat memberikan sebuah pemikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukkan
kepada orang banyak, atau kalimat yang disiapkan untuk diucapkan di khalayak,
dengan tujuan agar pendengar dari pidato tadi dapat mengetahui, memahami,
menerima serta diharapkan bersedia melakasanan segala sesuatu yang telah
disampaikan kepada mereka.Kegiatan ini dilakukan tepatnya di Pondok Pesantren
Darul Falah Bandar Lampung. Di pondok pesantren Darul Falah masih terdapat
santri baik putra maupun putri ada saja yang belum terfikir dibenak mereka bahwa
pentingnya berpidato sehingga mereka merasa malu dan muncul ketidak percayaan
diri dalam diri mereka.
Kegiatan
berpidato di Pondok Pesantren Darul Falah dilakukan hanya seminggu sekali, agar
santrinya dapat berbicara dengan lancar/mahir serta dapat melatih seseorang
untuk dapat berinteraksi dengan orang lain secara baik. Berpidato dilakukan
untuk melatih santri agar dapat berani dan tidak malu ketika berbicara didepan
umum.
Mengingat
penting nya kemampuan berbicara seorang santri di depan masyarakat, contohnya
berpidato bagi seorang santri maka
berdasarkan layar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti “ PENGARUH
PENGUASAAN KOSA KATA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SANTRI DARUL FALAH BANDAR
LAMPUNG “
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dindentifikasi berbagai
bentuk permasalahan yang terjadi antara lain sebagai berikut:
1. Santri
belum menyadari pentingnya penguasaan kosakata untuk menunjang kemampuan
berpidato dalam kehidupan sebagai pembekalan diri di era globalisasi saat ini
dan masa yang akan datang
2. Kurangnya
rasa percaya diri santri dalam berpidato.
3. Banyak
santri yang berpidato tidak sesuai dengan cara bagaimana berpidato yang baik
dan penggunaan kosa kata yang baik.
4. Kurangnya
minat santri dalam berpidato.
"Untuk
menghindari luasnya yang akan di bahas, batasan masalah didalam penelitian ini
ialah "Pengaruh Penguasaan Kosakata Terhadap Kemampuan Berpidato Santri
Darul Falah Bandar Lampung"
Berdasarkan
latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Bagaimana
penguasaan kosakata santri Pondok Pesantran Darul Falah?
2. Bagaimana
kemampuan berpidato Santri Pondok Pesantren Darul Falah?
3. Adakah
pengaruh penguasaan kosakata terhadap kemampuan berpidato santri Pondok
Pesantren Darul Falah?
E.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
uraian tersebut maka tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk
mengetahui penguasaan kosakata santri Pondok Pesantran Darul Falah.
2. Untuk
mengetahui kemampuan berpidato Santri Pondok Pesantren Darul Falah
3. Untuk
mengetahui pengaruh penguasaan kosakata terhadap kemampuan berpidato santri
Pondok Pesantren Darul Falah.
F.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan dapat berguna sebagai
sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan.
1. Manfaat bagi
Peneliti
Hasil penelitian
ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti khususnya ilmu pendidikan
yang berkaitan dengan kosakata dan kemampuan berpidato.
Penelitian ini
bertujuan agar dapat memotivasi pendidik maupun calon pendidik untuk mendidik
peserta didik dalam mengembangkan penguasaan kosakata dan kemampuan berpidato
Penelitian ini
diharapkan santri dapat menguasai kosakata untuk membantu kemampuan berpidato
untuk pembekalan diri diera globalisası nanti.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Kajian Pustaka
1.
Pengetian
Kosakata
Dalam kehidupan
sehari-hari seseorang memerluka kosakata untuk menciptakan sebuah kalimat yang
mana kalimat tersebut akan menjadi sebuah alat untuk berkomunikasi. Banyak
sekali kosakata yang harus dikuasai seseorang agar kemunikasi yang dilakukan
dapat berjalan dengan baik.
Kosakata adalah suatu perbendaharaan/kekayaan kata yang dimiliki oleh suatu Bahasa. Dapat kita ketahui bahwa Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima sudah dimuat 127.036 kosakata. (Soedjito & Saryono, 2011:01).
Dalam semua kata
yang termuat dalam kamus dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang mana
digunakan untuk berinteraksi atau berkomunikasi. Kata dalam kamus merupakan
salah satu wujud kekayaan Bahasa Indonesia. Ada beberapa pengertian kosakata
sebagai berikut.
a. Semua
kata yang terdapat dalam suatu bahasa. Kosakata dalam Bahasa Indoensia berarti
semua kata yang ada dalam Bahasa Indonesia.
b. Kekayaan
kata yang dimiliki seseorang atau penulis.
c. Kata-kata
yang digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu, misalnya ekonomi sosial,
matematika, kimia, atau fisika.
d. Daftar
kata yang disusun seperti kamus. Kata-kata tersebut disertai penjelasan secara
singkat (Artati, 2014:03)
Dengan selalu
menggunkan kosakata yang telah dibaca secara perlahan orang tersebut akan
menguasi kosakata. Dalam kehidupan ini jenjang penididkan selalu memperhatikan
tuturkata yang disampaikan, semua itu berkat hadirnya kamus kosakata yang
secara perlahan membuat orang dapat mengetahui kosakata dan tutur kalimat yang
disampaikan lebih tertata
Perlu kita ketahui bahwa kosakata merupakan perkembangan konseptual, merupakan suatu tujuan pendidikan dasar bagi setiap sekolah ataupun perguruan (Tarigan, 2021: 02)
Semakin banyaknya kosakata yang kita miliki maka komunikasi yang dilakukan juga akan semakin baik dan terarah. Dalam kosakata memilik pembagian sebagaimana yang dikatakn ahli berikut:
Penguasaan
kosakata dibagi menjadi dua jenis, yaitu Pertama, penguasaan kosakata bersifat
pasif-reseptif merupakan pemahaman artı kata tanpa disertai kemampuan untuk
menggunakan atas prakarsa sendiri atau hanya mengetahui arti sebuah kata ketika
digunakan orang lain atau disediakan untuk sekedar dipilih, keduapenguasaan
kosakata bersifat aktıf-produktif merupakan pemahaman terhadap arti kata yang
didengar atau dibaca melainkan secara nyata dan atas prakarsa serta penguasaannya
sendirn mampu menggunakan dalam wacana untuk mengungkapkan pikirannya
(Djiwandono, 2011: 126).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahawa kosakata merupakan sebuah kata yang terkumpul menjadi sebuah kalimat yang tersusun seperti kamus yang digunakan untuk komunikasi dan digunakan untuk perkembangan konseptual. Dengan adanya kosakata menusia dapat berinteraksi dengan orang lain, bahkan dapat membuat suatu karya ilmiah dan sebuah novel.
2. Bentuk-bentuk Kosakata
Dalam kehidupan
sehari-hari tentunya kita butuh akan namanya kosakata,
dan didalam
kosakata juga tentu memiliki berbagai macam bentuk yang mana didalam bentuk
tersebut memiliki fungsi tersendiri.
Perlu kita
ketahui bahwa kosakata Bahasa Indonesia dibagi menjadi dua, kosakata aktif dan
kosakata pasif. Kosakata aktif adalah kosakata yang dipergunakan dalam
komunikası sehari-hari baik komunikasi secara lisan maupun tertulis. Sedangkan
kosakata pasif adalah kosakata yang jarang atau hampir tidak pernah
dipergunakan dalam komunikasi (Artati, 2014: 1- 2).
Seseorang dalam menggunakan kotasaka sedikit yang dapat mengetahui mana kosakata yang aktif dan pasif, mereka cenderung menggunakan kosa kata dengan apa yang akan mereka ucapkan saat sedang terjadinya suatu komunikasi
3. Jenis-jenis Kata
Dalam kehidupan
sehari-hari tentunya kita menggunakan macam-macam kata, dimana kata yang
digunakan sesuai dengan kegunaannya.
Jenis-jenis kata
dibagi menjadi empat macam yakni
a. Kata Benda
Kata benda
adalah kata yang mengandung morfem terikat atau imbuhan ke-an, pe-an, pe, an,
dan ke Misalnya perumahan, perbuatan, kecantikan, pelari, jembatan, kehendak,
dan lain-lain. Disamping itu, ada sejumlah kata yang tidak dapat ditentukan
masuk kata benda berdasarkan bentuknya, walaupun kata itu adalah kata benda,
seperti meja, kursi, rumah, pohon, kayu, dan lain-lain. Keraf menjelaskan lebih
lanjut mengenai kedua macam kata benda, baik yang berimbuhan maupun yang tidak
berimbuhan dapat mengandung cirri struktural yang sama dapat diperluas dengan
yang + kata sıfat Misalnya: perumahan yang baruyang mengandung
Segala kata yang
mengandung imbuhan me-, ber-, -kan, di, 1, dicalonkan menjadi kata kerja.
Tetapi disamping itu ada pula sejumlah kata kerja yang tidak mengandung
unsur-unsur itu, tetapi secara tradisional termasuk ke dalam kata kerja.
Misalnya tidur, bangun, pergi, datang, terbang, turun, naik, mandi, makan,
minum, dan lain- lain. Dalam pemberian nama kepada kata kerja ini ada yang
menamakannya dengan kata kerja aus, ada pula yang menamakannya dengan kata
kerja tanggap, itu tidak menjadi persoalan. Yang paling penting adalah kita
mencari ciri-ciri bagi kedua golongan kata kerja ini. Di samping ciri-ciri
bentuknya yang telah dikemukakan di atas, kedua macam kata kerja itu mempunyai
kesamaan struktur dalam kelompok kata.
c. Kata Sifat
Kata sifat
adalah segala kata yang dapat mengambil bentuk se + reduplikasinya, serta dapat
diperluas dengan menambah kata paling, lebih, sekali, adalah kata sifat Dari
segi kelompok kata, kata- kata sifat dapat diterangkan oleh kata paling, lebih,
sekali, misalnya besar sekali, paling besar, lebih besar. Dengan jelas tampak
di sini bahwa kedua prosedur ini harus bekerja sama untuk menentukan jenis
suatu kata, baik pada kata difat, maupun kata benda dan kata kerja. Keraf
menambahkan juga beberapa kelas kata sebagai sub-golongan kata sifat Kata
keterangan sebagiannya termasuk ke dalam kata sifat,seperti dengan nyaring,
dengan cepat, dan sebagainya. Kata bilangan digolongkan dalam kata sifat
sebagai sub-golongan.
d. Kata Tugas
Dari segi
bentuk, umumnya kata tugas sukar sekali mengalami perubahan bentuk. Kata-kata
sepertidengan, telah, dan, tetapi, dan sebagainya tidak bisa mengalami
perubahan. Tetapi di samping itu ada segolongan kata yang jumlahnya sangat
terbatas, walaupun termasuk kata tugas, dapat mengalami perubahan bentuk,
misalnya tidak, sudah dapat berubah menjadi menidakkan, menyudahkan (Aswara,
Rosidın, dan Tisnasari, 2018: 75-76)
Dalam kegiatan sehari-hari kita pasti selalu berbicara baik dengan satu orang mauapun dengan banyak orang. Berbicara didepan banyak orang atau khalayak depat dikatakan sebagai berpidato, dengan berpidato kita dapat menyampaikan informasi yang kita ketahui kepada khalayak
Kita perlu mengetahui bahwa berpidato merupakan kegiatan berbicara di depan banyak orang. Pidato bertujuan untuk menyampaikan pikiran dengan maksud tertentu. Tujuan tersebut akan menentukan cara dan materi yang disampaikan. Oleh karena itu, pastikan tujuan tersebut telah dipahami sebelum berpidato (Triningsih, 2013: 02).
Dengan berpidato kita dapat melatih berbicara, sehingga semakin sering kita berpidato atau berbicara didepan khalayak, maka akan semakin mahir dan lancar setiap kata dan kalimat yang kita ungkapan. Dengan berpidato juga kita dapat memberikan suatu gambaran terkait dengan suatu halKemudian Pidato adalah sebuah kegitan berbicara didepan umum atau berorasi guna menyatakan pendapat atau guna memberikan gambaran tentang suatu hal. Pidato biasanya dibawakan oleh satu orang, lalu memberikan orasi-orasi dan pernyataan tentang suatu hal atau peristiwa yang penting dan patut dibincangkan (Hardini, 2009, 06).
Dengan kita sering melakukan pidato maka keterampilan berbicara kıtapun akan semakin baik dan penguasaan kosakata akan semakin banyak, dan dengan demikina kita dapat dikatakan sebagai orang yang mahir berpidato. Dalam dunia Pendidikan kemampuan pidato sangatlah dibutuhkan selain kita mengajar kıta juga sebagai pendidik akan selalu memberikan motivasi kepada peserta didik. Dari situlah keterampilan berbicara kita akan terlihat dari setiap kata dan kalimat yang diucapkan dan apakah kelimat yang kita ucapkan penuh dengan makna apa terkesan biasa saja Pidato biasanya dilakukan oleh satu orang dengan memberikan pemahaman yang kita miliki dan disampaikan kepada khalayak
5.
Jenis-jenis Berpidato
Mempersiapkan pidato tidak terbatas pada pembuatan naskah dan gagasan yang hendak disampaikan Justru, penyampaian pidato yang baik juga perlu memperhatikan salah satunya jenis-jenis pidato yang akan dibawakan. Dengan memperhatikan hal tersebut kita akan mengetahui jenis pidato apa yang akan digunakan sehingga tujuan pidato dapat disampaikan dengan baik dan khalayak dapat memahami isi dan pidato tersebut, maka dengan ini jenis-jenis pidato dapat dibedakan dengan beberapa hal
Dari empat jenis
pidato tersebut yaitu, impromtu, manuskrips, memoriter, dan ekstemporan adalah
sebagai berikut
a. Impromtu
Pidato ini
biasanya disampaikan pada acara resmi (pesta dan lain-lain) Pidato impromtu
disampaikan tanpa persiapan dan tidak menggunakan naskah
b. Manuskrip
Pidato ini
biasanya menggunakan naskah. Juru pidato membacakan naskah dari awal sampai
akhir
Memoriter
Pidato jenis ini
biasanya juga ditulis kemudian dalam penyampaian diingat kata demi kata.
Langkah-langkah persiapan yang diperlukan lebih banyak terarah kepada usaha
mengingat isi pesan pidato, di persiapan pidato, langkah persiapan fisik,
persiapan materi, persiapan naskah dengan baik
d. Ekstemporan
Pidato ini yang
dikatakan pidato paling baik (dari sudut teori kamunikasi). Pidato ekstemporan
sering digunakan oleh juru pidato/pembicara yang mahir. Dalam penyampaian, juru
pidato tidak menggunakan naskah (teks). Oleh karena itu langkah-langkah
persiapan harus dilakukan dengan baik dan matang (Sabila, 2015: 30-31).
B. Kajian Yang Relevan
Beberapa
penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah
1. Berdasarkan
journal dari Zaky Mubarok dari Fakultas Sastra, Universitas Pamulung yang
berjudul "PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN
BERPIDATO SURVEY PADA SISWA MAN DI JAKARTA"
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kosakata
memiliki paran untuk melatih membaca dan berpidato
Perbedaan pada penelitian yang terdahulu dengan yang
saya teliti adalah terletak pada Variabel X. Penelitian sebelumnya menggunakan
dua Variabel X, yaitu XI Minat Membaca dan X2 Penguasan Kosakata, sedangkan
peneliti hanya menggunakan satu Variabel X yaitu Penguasaan Kosakata.
2. Berdasarkan
journal darı Endang Sulistryaniningsih Program Studi Teknik Informatika,
Universitas Indraprasta PGRI yang berjudul "PENGARUH MINAT MEMBACA DAN
PENGUASAAN KOSAKATA
D.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan
kerangka Berpikir hipotesisnya adalah terdapat pengaruh muhadharah pada
kemampuan berpidato santri Dengan hipotesis penulis dapat menentukan arah
pemecahan masalah dengan menggunakan dugaan sementara.
Rumusan tersebut
untuk mnguji hipotesa sebagai berikut:
a. Ho
(Hipotesis nol) yaitu hipotesis yang dirumuskan dalam bentuk negatif Tidak
terdapat pengaruh antara Penguasaan Kosakta dengan Kemampuan Berpidato Santri
Darul Falah Bandar Lampung
b. Ha
(Hipotesis alternatif) yaitu hipotesis yang menggunakan kalimat positif
Terdapat pengaruh antara Penguasaan Kosakta dengan Kemampuan Berpidato Santri
Darul Falah Bandar Lampung
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan
penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspost facto
yang ditujukan untuk menemukan penyebab yang memungkinkan perubahan perilaku,
gejala atau fenomena yang disebabkan oleh suatu peristiwa, perilaku atau
hal-hal yang menyebabkan perubahan pada variable bebas yang secara keseluruhan
sudah terjadi dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam
penggunaan kosakata terhadap kemampuan berpidato santri Pondok Pesantren Darul
Falah Bandar Lampung
B.
Setting Penelitian
1. Tempat
Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di Pondok Pesantren Darul Falah yang bertempat di JI. WA Rahman,
Kampung Baru, Batu Putuk, Kecamatan Teluk Betung Barat, Bandar Lampung Tempat
ini dipilih karena untuk mencari dan mengetahui pengaruh penguasaan kosakata
terhadap kemampuan berpidato santri Pondok Pesantren Darul Falah Bandar Lampung
2. Waktu
Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di Pondok Pesantren Darul Falah Bandar pada tanggal 23 april 2025
C.
Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi menurut Sugiyono (2017: 117) adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
Berdasarkan pengertian populasi tersebut maka yang menjadi populası pada penelitian ini adalah santri kelas IX yang mendapaptkan nilai rendah terhadap berpidato yaitu berjumlah 30 santri
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2017: 131) dari Rosceo memberrikan saran tentang ukuran sampel penelitian bahwa sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai 500. maka seluruh anggota populasi dijadikan sampel, maka sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 santri.
3. Teknik
Sampling
Dalam proses
pengembilan sampel pada peneltian ini yaitu menggunakan sampel nonprobability
sampling jenis sampel jenuh yang mana merupakan teknik pengambilan sampel yang
tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2017 122). Sehingga dapat diartikan
bahwa jumlah santri yang dijadikan sampel berjumlah 30 santri
D.
Definisi Operasional Variabel
Kegiatan akan
diawali dengan peneliti memberikan tes yaitu dengan memberikan tek pilihan
ganda untuk mengetahui penguasaan kosakata pada santri Setelah itu santri
berpidato didepan kelas mengenai topik/tema yang telah ditentukan.
E.
Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2017: 308) Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang diambil oleh peneliti adalah dengan Tes, Observasi dan dokumentasi.
Sesuai dengan kebutuhan dalam teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan beberapa cara yaitu
a. Tes
Tes pada penelitian ini digunakan agar peneliti memperoleh data mengenai penguasaan kosakata pada santri Darul Falah Bandar Lampung
b. Observasi
(Pengamatan)
Menurut Sugiyono (2017: 314) yang dikemukakan oleh Patton dalam Nasution melalui pengamatan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situaasi social yang diteliti Dalam hal ini dilakukan peneliti untuk memperoleh data mengenai kemampuan berpidato santri Darul Falah Bandar Lampung
c. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan profil sekolah, dan data siswa, serta gambar peserta didik
2. Instrumen
Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono
(2017: 147) Intrumen penelitian prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran
terhadap fenomena sosial maupun alam. Dalam penelitian ini, penulis akan
menggunakan tiga instrument pengumpulan data yaitu
a. Lembar Soal
Test Kosakata.
Tes penguasaan
kosakata dalam penelitian ini disusun berdasarkan indikator menurut Soenardi
Djiwandono (2011) dalam bukunya yang berjudul Tes Bahasa Pegangan Bagi Pengajar
Bahasa. Tes penguasaan kosakata terdiri dari tes penguasaan kosakata yang
bersifat pasif- reseptif dan tes penguasaan kosakata yang bersifat
aktif-produktif.
Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan tes penguasaan kosakata yang bersifat pasif- reseptif karena hanya digunakan untuk mengetahui penguasaan kosakata.
Instrumen penguasaan kosakata dalam penelitian ini berupa tes berbentuk objektif (pilihan ganda) dengan ketentuan jawaban mutlak, yaitu pemberian skor I untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Tes objektif ini digunakan karena lebih praktis baik dalam pelaksanaan maupun pemeriksaan, dan lebih objektif sistem penilaiannya. Instrumen penguasaan kosakata berikut hanya dibatasi pada penguasaan kosakata yang bersifat pasif-reseptif yang diambil dari tes bahasa yang diuraikan oleh Djiwandono dalam buku Tes Bahasa Pegangan bagi Pengajar Bahasa (2011).
b. Lembar
Penilaian Berpidato.
Lembar penilaian
berpidato ini untuk mengetahui kemampuan berpidato santri Pondok Pesantren
Darul Falah Bandar Lampung mengenai tema Malaikat Zabaniah pada buku karya
Al-Imam Asy- Syeikh Abdurrahman Bin Ahmad Al-Qadli, dengan cara santri membuat
kerangka berpidato setelah itu menyampaikan kembali hasil pidato yang telah
dibuat depan kelas.
Tabel.
Pedoman Penilaian Kemampuan Berpidato
No |
Aspek |
|
|
|
|
||
1 |
|
|
|
2 |
|
|
|
3 |
|
|
|
4 |
|
|
|
Kisi kisi
instrumen test kemampuan berpidato
VARIABEL |
SUB VARIABEL |
INDIKATOR |
Skor |
Pelafalan dani intonasi kemampuan
berpidato |
Struktur
/sistematika penukisan pidato |
|
5 |
|
4 |
||
|
3 |
||
|
2 |
||
1 |
Durasi waktu |
Apabila Berpidato Selama 7 Menit |
5 |
Apabila Berpidato Selama 6 Menit |
4 |
||
Apabila Berpidato Selama 5 Menit |
3 |
||
Apabila
Berpidato Selama 4 Menit |
2 |
||
2 |
Penguasaan
materi |
|
5 |
|
4 |
||
|
3 |
||
|
2 |
||
3 |
Gerak gerik
dan mimik |
|
5 |
|
4 |
||
|
3 |
||
|
2 |
F. Validitas dan reabilitas instrumen
1.Uji Validitas
Menurut Sugiyono
(2017: 363) Validitas merupakan derajad ketetapan anatara data yang terjadi
pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti
Menurut Sugiyono
(2017: 363) Validitas merupakan derajad ketetapan anatara data yang terjadi
pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti.
Uji validitas
yang digunakan dalam penelitian ini adalah valıdıtas konstruk (Construct
Falidny). Validitas konstruk merupakan yang terluas cakupannya dibanding dengan
validitas lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk validitas ini dan
validitas kriteria. Uji Validitas menggunakan rumus korelasi Product dengan
bantuan SPSS 16.0
2. Uji
Reliabilitasi
Menurut Sugiyono
(2017: 364) Reabilitas berkenaan dengan derajad konsistensi dan stabililitas
data atau temuan. Dalam menguji reliabilitas digunakan uji konsitensi internal
menggunakan Alpha Cronbach dengan bantuan SPSS 16.0.
Pada pemberian
interprestasi koefisien reliabilitas tes umumnya menggunakan aturan berikut ini
a) Bilamana
tang lebih besar atau dengan dari re maka uji reliabilitasnya memiliki
reliabilitas yang tinggi (reliable)
b) Apabilang
kurang dari rubel maka uji reliabilitasnya dapat dinyatakan belum memiliki
reliabilitas yang tinggi (un-reliabel).
G.
Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat
Analisis
a. Uji
Normalitas
Menurut
Himawanto (2017: 67) Ujı normalitas adalah suatu prosedur yang digunakan untuk
mengetahui apakah data berasal dari populasi berdistribusi normal atau berada
dalam sebaran normal. Populasi yang menyebar secara merata, ada yang bernilai
tinggi, sedang, dan rendah atau tidak ada nilai rendah semua atau tidak ada
nilai tinggi semua disebut berdistribusi normal. Data dikatakan normal apabila
p-value (Sig.) lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima begitu juga sebaliknya
(Rinaldi, Novalia, dan Syazali, 2020: 42) Uji normalitas dengan menggunakan
kolmogorof smirnov pada program SPSS 16.0 dengam taraf yang signifikan 5% atau
0,05.
Uji homogenitas
adalah pengujian mengenai varian dan digunakan untuk mengetahui apakah kedua
kelompok sampel mempunyai varian yang sama atau tidak. Dalam uji homogenitas
digunakan untuk mengetahui varian dari beberapa populasi sama atau tidak
(Bahrudın, 2014 119). Pada uji homogenitas ini peneliti menggunakan uji
homogeneity of variances dengan program SPSS 16.0 pada taraf signifikan 5% atau
0.05.
2.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis
yang digunakan yaitu menggunakan Uji Regresi Linear Sederhana dengan
menggunakan SPSS 16.0, yang mana Uji Regresi merupakan analisis yang bertujuan
untuk menentukan model yang paling sesuai untuk pasangan data serta dapat
digunakan untuk membuat model dan menyelidiki hubungan antar dua variable atau
lebih (Wahyono, 2009: 134).
No comments:
Post a Comment