Wednesday, April 16, 2025

PENGARUH PENGUASAAN KOSA KATA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO

 

PENGARUH PENGUASAAN KOSA KATA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar belakang masalah

Dalam kehidupan sehari-hari perlu adanya sebuah komunikasi karena dengan adanya komunikasi hal yang ingin didapatkan akan tercapai salah satunya adalah sebuah informasi. Dalam komunikasi seseorang perlu mempunyai kosakata, karena dengan kosakata maka akan terkumpulah sebuah kata yang akan menjadi sebuah kalimat yang akan terjadi sebuah percakapan yang mana percakapan ini akan menghasilkan sebuah informasi atau pengetahuan yang belum diketahui. Maka dari itu penting bagi seseorang untuk menguasai kosa kata.

 

Salah satu kemampuan berbahasa seseorang adalah berbicara yang mana berbicara merupakan sebuah alat untuk berkomunikasi untuk mendapatkan informasi yang ingin didapatkan. Komunikasi banyak ditemukan dalam segala aspek kehidupan manusia, tidak terkecuali berpidato. Karena, dengan berpidato seseorang dapat mandapatkan sebuah informasi, dapat menyampaikan sebuah pendapat dan gagasan yang ingin disampaikan dan dapat memberikan gambaran tentang suatu hal. Kualitas keterampilan berbahasa seseorang bergantung kepada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya, semakin kaya kosakata yang kita miliki, semakin besar pula kemungkinan kita terampil berbahasa. Keterampilan berpidato akan lebih baik jika diiringi dengan kemampuan kosakata Ketika memasuki sekolah menengah kosakata yang dimiliki akan semakin bertambah. Semakin kosakata yang dimiliki seorang anak, maka akan semakin mudah anak untuk berkomunikasi.

 

Dengan berpidato kita dapat memberikan sebuah pemikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukkan kepada orang banyak, atau kalimat yang disiapkan untuk diucapkan di khalayak, dengan tujuan agar pendengar dari pidato tadi dapat mengetahui, memahami, menerima serta diharapkan bersedia melakasanan segala sesuatu yang telah disampaikan kepada mereka.Kegiatan ini dilakukan tepatnya di Pondok Pesantren Darul Falah Bandar Lampung. Di pondok pesantren Darul Falah masih terdapat santri baik putra maupun putri ada saja yang belum terfikir dibenak mereka bahwa pentingnya berpidato sehingga mereka merasa malu dan muncul ketidak percayaan diri dalam diri mereka.

 

Kegiatan berpidato di Pondok Pesantren Darul Falah dilakukan hanya seminggu sekali, agar santrinya dapat berbicara dengan lancar/mahir serta dapat melatih seseorang untuk dapat berinteraksi dengan orang lain secara baik. Berpidato dilakukan untuk melatih santri agar dapat berani dan tidak malu ketika berbicara didepan umum.

Mengingat penting nya kemampuan berbicara seorang santri di depan masyarakat, contohnya berpidato bagi seorang santri  maka berdasarkan layar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti “ PENGARUH PENGUASAAN KOSA KATA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SANTRI DARUL FALAH BANDAR LAMPUNG “

 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dindentifikasi berbagai bentuk permasalahan yang terjadi antara lain sebagai berikut:

1.     Santri belum menyadari pentingnya penguasaan kosakata untuk menunjang kemampuan berpidato dalam kehidupan sebagai pembekalan diri di era globalisasi saat ini dan masa yang akan datang

2.     Kurangnya rasa percaya diri santri dalam berpidato.

3. Banyak santri yang berpidato tidak sesuai dengan cara bagaimana berpidato yang baik dan penggunaan kosa kata yang baik.

4.     Kurangnya minat santri dalam berpidato.

 C. Pembatasan Masalah

"Untuk menghindari luasnya yang akan di bahas, batasan masalah didalam penelitian ini ialah "Pengaruh Penguasaan Kosakata Terhadap Kemampuan Berpidato Santri Darul Falah Bandar Lampung"

 D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1.      Bagaimana penguasaan kosakata santri Pondok Pesantran Darul Falah?

2.      Bagaimana kemampuan berpidato Santri Pondok Pesantren Darul Falah?

3.      Adakah pengaruh penguasaan kosakata terhadap kemampuan berpidato santri Pondok Pesantren Darul Falah?

 

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian tersebut maka tujuan dari penelitian ini yaitu:

1.      Untuk mengetahui penguasaan kosakata santri Pondok Pesantran Darul Falah.

2.      Untuk mengetahui kemampuan berpidato Santri Pondok Pesantren Darul Falah

3.      Untuk mengetahui pengaruh penguasaan kosakata terhadap kemampuan berpidato santri Pondok Pesantren Darul Falah.

 

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan.

 2. Manfaat Praktis

1. Manfaat bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti khususnya ilmu pendidikan yang berkaitan dengan kosakata dan kemampuan berpidato.

 2. Manfaat bagi Pendidik

Penelitian ini bertujuan agar dapat memotivasi pendidik maupun calon pendidik untuk mendidik peserta didik dalam mengembangkan penguasaan kosakata dan kemampuan berpidato

 3. Manfaat bagi Santri

Penelitian ini diharapkan santri dapat menguasai kosakata untuk membantu kemampuan berpidato untuk pembekalan diri diera globalisası nanti.

 

 


BAB II

KAJIAN TEORI

 

A.    Kajian Pustaka

1.      Pengetian Kosakata

Dalam kehidupan sehari-hari seseorang memerluka kosakata untuk menciptakan sebuah kalimat yang mana kalimat tersebut akan menjadi sebuah alat untuk berkomunikasi. Banyak sekali kosakata yang harus dikuasai seseorang agar kemunikasi yang dilakukan dapat berjalan dengan baik.

Kosakata adalah suatu perbendaharaan/kekayaan kata yang dimiliki oleh suatu Bahasa. Dapat kita ketahui bahwa Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima sudah dimuat 127.036 kosakata. (Soedjito & Saryono, 2011:01).

 Dengan menguasi kosakata, kalimat yang akan disampaikan akan lebih tertata dan rapih. Kosakata sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, karena seluruh manusia didunia ini menggunakan kosakata sebagai penunjang agar terjalinnya suatu komunikasi yang baik sehingga pesan yang disampaikan dapat tersampaikan dengan baik dan jelas. Kosakata dapat dipelajari salah satunya dengan membaca kamus yang terfokus dengan kosakata.

 

Dalam semua kata yang termuat dalam kamus dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang mana digunakan untuk berinteraksi atau berkomunikasi. Kata dalam kamus merupakan salah satu wujud kekayaan Bahasa Indonesia. Ada beberapa pengertian kosakata sebagai berikut.

a.   Semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa. Kosakata dalam Bahasa Indoensia berarti semua kata yang ada dalam Bahasa Indonesia.

b.      Kekayaan kata yang dimiliki seseorang atau penulis.

c.  Kata-kata yang digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu, misalnya ekonomi sosial, matematika, kimia, atau fisika.

d.   Daftar kata yang disusun seperti kamus. Kata-kata tersebut disertai penjelasan secara singkat (Artati, 2014:03)

Dengan selalu menggunkan kosakata yang telah dibaca secara perlahan orang tersebut akan menguasi kosakata. Dalam kehidupan ini jenjang penididkan selalu memperhatikan tuturkata yang disampaikan, semua itu berkat hadirnya kamus kosakata yang secara perlahan membuat orang dapat mengetahui kosakata dan tutur kalimat yang disampaikan lebih tertata

Perlu kita ketahui bahwa kosakata merupakan perkembangan konseptual, merupakan suatu tujuan pendidikan dasar bagi setiap sekolah ataupun perguruan (Tarigan, 2021: 02)

Semakin banyaknya kosakata yang kita miliki maka komunikasi yang dilakukan juga akan semakin baik dan terarah. Dalam kosakata memilik pembagian sebagaimana yang dikatakn ahli berikut:

Penguasaan kosakata dibagi menjadi dua jenis, yaitu Pertama, penguasaan kosakata bersifat pasif-reseptif merupakan pemahaman artı kata tanpa disertai kemampuan untuk menggunakan atas prakarsa sendiri atau hanya mengetahui arti sebuah kata ketika digunakan orang lain atau disediakan untuk sekedar dipilih, keduapenguasaan kosakata bersifat aktıf-produktif merupakan pemahaman terhadap arti kata yang didengar atau dibaca melainkan secara nyata dan atas prakarsa serta penguasaannya sendirn mampu menggunakan dalam wacana untuk mengungkapkan pikirannya (Djiwandono, 2011: 126).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahawa kosakata merupakan sebuah kata yang terkumpul menjadi sebuah kalimat yang tersusun seperti kamus yang digunakan untuk komunikasi dan digunakan untuk perkembangan konseptual. Dengan adanya kosakata menusia dapat berinteraksi dengan orang lain, bahkan dapat membuat suatu karya ilmiah dan sebuah novel.

2. Bentuk-bentuk Kosakata

Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita butuh akan namanya kosakata,

dan didalam kosakata juga tentu memiliki berbagai macam bentuk yang mana didalam bentuk tersebut memiliki fungsi tersendiri.

Perlu kita ketahui bahwa kosakata Bahasa Indonesia dibagi menjadi dua, kosakata aktif dan kosakata pasif. Kosakata aktif adalah kosakata yang dipergunakan dalam komunikası sehari-hari baik komunikasi secara lisan maupun tertulis. Sedangkan kosakata pasif adalah kosakata yang jarang atau hampir tidak pernah dipergunakan dalam komunikasi (Artati, 2014: 1- 2).

Seseorang dalam menggunakan kotasaka sedikit yang dapat mengetahui mana kosakata yang aktif dan pasif, mereka cenderung menggunakan kosa kata dengan apa yang akan mereka ucapkan saat sedang terjadinya suatu komunikasi

 3. Jenis-jenis Kata

Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita menggunakan macam-macam kata, dimana kata yang digunakan sesuai dengan kegunaannya.

Jenis-jenis kata dibagi menjadi empat macam yakni

a. Kata Benda

Kata benda adalah kata yang mengandung morfem terikat atau imbuhan ke-an, pe-an, pe, an, dan ke Misalnya perumahan, perbuatan, kecantikan, pelari, jembatan, kehendak, dan lain-lain. Disamping itu, ada sejumlah kata yang tidak dapat ditentukan masuk kata benda berdasarkan bentuknya, walaupun kata itu adalah kata benda, seperti meja, kursi, rumah, pohon, kayu, dan lain-lain. Keraf menjelaskan lebih lanjut mengenai kedua macam kata benda, baik yang berimbuhan maupun yang tidak berimbuhan dapat mengandung cirri struktural yang sama dapat diperluas dengan yang + kata sıfat Misalnya: perumahan yang baruyang mengandung

 b. Kata Kerja

Segala kata yang mengandung imbuhan me-, ber-, -kan, di, 1, dicalonkan menjadi kata kerja. Tetapi disamping itu ada pula sejumlah kata kerja yang tidak mengandung unsur-unsur itu, tetapi secara tradisional termasuk ke dalam kata kerja. Misalnya tidur, bangun, pergi, datang, terbang, turun, naik, mandi, makan, minum, dan lain- lain. Dalam pemberian nama kepada kata kerja ini ada yang menamakannya dengan kata kerja aus, ada pula yang menamakannya dengan kata kerja tanggap, itu tidak menjadi persoalan. Yang paling penting adalah kita mencari ciri-ciri bagi kedua golongan kata kerja ini. Di samping ciri-ciri bentuknya yang telah dikemukakan di atas, kedua macam kata kerja itu mempunyai kesamaan struktur dalam kelompok kata.

 

c. Kata Sifat

Kata sifat adalah segala kata yang dapat mengambil bentuk se + reduplikasinya, serta dapat diperluas dengan menambah kata paling, lebih, sekali, adalah kata sifat Dari segi kelompok kata, kata- kata sifat dapat diterangkan oleh kata paling, lebih, sekali, misalnya besar sekali, paling besar, lebih besar. Dengan jelas tampak di sini bahwa kedua prosedur ini harus bekerja sama untuk menentukan jenis suatu kata, baik pada kata difat, maupun kata benda dan kata kerja. Keraf menambahkan juga beberapa kelas kata sebagai sub-golongan kata sifat Kata keterangan sebagiannya termasuk ke dalam kata sifat,seperti dengan nyaring, dengan cepat, dan sebagainya. Kata bilangan digolongkan dalam kata sifat sebagai sub-golongan.

 

d. Kata Tugas

Dari segi bentuk, umumnya kata tugas sukar sekali mengalami perubahan bentuk. Kata-kata sepertidengan, telah, dan, tetapi, dan sebagainya tidak bisa mengalami perubahan. Tetapi di samping itu ada segolongan kata yang jumlahnya sangat terbatas, walaupun termasuk kata tugas, dapat mengalami perubahan bentuk, misalnya tidak, sudah dapat berubah menjadi menidakkan, menyudahkan (Aswara, Rosidın, dan Tisnasari, 2018: 75-76)

 4.Pengertian Berpidato

Dalam kegiatan sehari-hari kita pasti selalu berbicara baik dengan satu orang mauapun dengan banyak orang. Berbicara didepan banyak orang atau khalayak depat dikatakan sebagai berpidato, dengan berpidato kita dapat menyampaikan informasi yang kita ketahui kepada khalayak 

Kita perlu mengetahui bahwa berpidato merupakan kegiatan berbicara di depan banyak orang. Pidato bertujuan untuk menyampaikan pikiran dengan maksud tertentu. Tujuan tersebut akan menentukan cara dan materi yang disampaikan. Oleh karena itu, pastikan tujuan tersebut telah dipahami sebelum berpidato (Triningsih, 2013: 02). 

Dengan berpidato kita dapat melatih berbicara, sehingga semakin sering kita berpidato atau berbicara didepan khalayak, maka akan semakin mahir dan lancar setiap kata dan kalimat yang kita ungkapan. Dengan berpidato juga kita dapat memberikan suatu gambaran terkait dengan suatu halKemudian Pidato adalah sebuah kegitan berbicara didepan umum atau berorasi guna menyatakan pendapat atau guna memberikan gambaran tentang suatu hal. Pidato biasanya dibawakan oleh satu orang, lalu memberikan orasi-orasi dan pernyataan tentang suatu hal atau peristiwa yang penting dan patut dibincangkan (Hardini, 2009, 06). 

Dengan kita sering melakukan pidato maka keterampilan berbicara kıtapun akan semakin baik dan penguasaan kosakata akan semakin banyak, dan dengan demikina kita dapat dikatakan sebagai orang yang mahir berpidato. Dalam dunia Pendidikan kemampuan pidato sangatlah dibutuhkan selain kita mengajar kıta juga sebagai pendidik akan selalu memberikan motivasi kepada peserta didik. Dari situlah keterampilan berbicara kita akan terlihat dari setiap kata dan kalimat yang diucapkan dan apakah kelimat yang kita ucapkan penuh dengan makna apa terkesan biasa saja Pidato biasanya dilakukan oleh satu orang dengan memberikan pemahaman yang kita miliki dan disampaikan kepada khalayak 

5. Jenis-jenis Berpidato

Mempersiapkan pidato tidak terbatas pada pembuatan naskah dan gagasan yang hendak disampaikan Justru, penyampaian pidato yang baik juga perlu memperhatikan salah satunya jenis-jenis pidato yang akan dibawakan. Dengan memperhatikan hal tersebut kita akan mengetahui jenis pidato apa yang akan digunakan sehingga tujuan pidato dapat disampaikan dengan baik dan khalayak dapat memahami isi dan pidato tersebut, maka dengan ini jenis-jenis pidato dapat dibedakan dengan beberapa hal 

Dari empat jenis pidato tersebut yaitu, impromtu, manuskrips, memoriter, dan ekstemporan adalah sebagai berikut

a. Impromtu

Pidato ini biasanya disampaikan pada acara resmi (pesta dan lain-lain) Pidato impromtu disampaikan tanpa persiapan dan tidak menggunakan naskah

 

b. Manuskrip

Pidato ini biasanya menggunakan naskah. Juru pidato membacakan naskah dari awal sampai akhir

 

Memoriter

Pidato jenis ini biasanya juga ditulis kemudian dalam penyampaian diingat kata demi kata. Langkah-langkah persiapan yang diperlukan lebih banyak terarah kepada usaha mengingat isi pesan pidato, di persiapan pidato, langkah persiapan fisik, persiapan materi, persiapan naskah dengan baik

 

d. Ekstemporan

Pidato ini yang dikatakan pidato paling baik (dari sudut teori kamunikasi). Pidato ekstemporan sering digunakan oleh juru pidato/pembicara yang mahir. Dalam penyampaian, juru pidato tidak menggunakan naskah (teks). Oleh karena itu langkah-langkah persiapan harus dilakukan dengan baik dan matang (Sabila, 2015: 30-31).

 

B. Kajian Yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah

1.      Berdasarkan journal dari Zaky Mubarok dari Fakultas Sastra, Universitas Pamulung yang berjudul "PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO SURVEY PADA SISWA MAN DI JAKARTA"

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kosakata memiliki paran untuk melatih membaca dan berpidato

Perbedaan pada penelitian yang terdahulu dengan yang saya teliti adalah terletak pada Variabel X. Penelitian sebelumnya menggunakan dua Variabel X, yaitu XI Minat Membaca dan X2 Penguasan Kosakata, sedangkan peneliti hanya menggunakan satu Variabel X yaitu Penguasaan Kosakata.

2.      Berdasarkan journal darı Endang Sulistryaniningsih Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI yang berjudul "PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA

 

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka Berpikir hipotesisnya adalah terdapat pengaruh muhadharah pada kemampuan berpidato santri Dengan hipotesis penulis dapat menentukan arah pemecahan masalah dengan menggunakan dugaan sementara.

Rumusan tersebut untuk mnguji hipotesa sebagai berikut:

a.       Ho (Hipotesis nol) yaitu hipotesis yang dirumuskan dalam bentuk negatif Tidak terdapat pengaruh antara Penguasaan Kosakta dengan Kemampuan Berpidato Santri Darul Falah Bandar Lampung

b.   Ha (Hipotesis alternatif) yaitu hipotesis yang menggunakan kalimat positif Terdapat pengaruh antara Penguasaan Kosakta dengan Kemampuan Berpidato Santri Darul Falah Bandar Lampung

 

 

 

 

BAB III

METODE PENELITIAN

 

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspost facto yang ditujukan untuk menemukan penyebab yang memungkinkan perubahan perilaku, gejala atau fenomena yang disebabkan oleh suatu peristiwa, perilaku atau hal-hal yang menyebabkan perubahan pada variable bebas yang secara keseluruhan sudah terjadi dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam penggunaan kosakata terhadap kemampuan berpidato santri Pondok Pesantren Darul Falah Bandar Lampung

 

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Darul Falah yang bertempat di JI. WA Rahman, Kampung Baru, Batu Putuk, Kecamatan Teluk Betung Barat, Bandar Lampung Tempat ini dipilih karena untuk mencari dan mengetahui pengaruh penguasaan kosakata terhadap kemampuan berpidato santri Pondok Pesantren Darul Falah Bandar Lampung

 

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Darul Falah Bandar pada tanggal 23 april 2025

 

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2017: 117) adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya 

Berdasarkan pengertian populasi tersebut maka yang menjadi populası pada penelitian ini adalah santri kelas IX yang mendapaptkan nilai rendah terhadap berpidato yaitu berjumlah 30 santri 

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2017: 131) dari Rosceo memberrikan saran tentang ukuran sampel penelitian bahwa sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai 500. maka seluruh anggota populasi dijadikan sampel, maka sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 santri. 

3. Teknik Sampling

Dalam proses pengembilan sampel pada peneltian ini yaitu menggunakan sampel nonprobability sampling jenis sampel jenuh yang mana merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2017 122). Sehingga dapat diartikan bahwa jumlah santri yang dijadikan sampel berjumlah 30 santri

 

D. Definisi Operasional Variabel

Kegiatan akan diawali dengan peneliti memberikan tes yaitu dengan memberikan tek pilihan ganda untuk mengetahui penguasaan kosakata pada santri Setelah itu santri berpidato didepan kelas mengenai topik/tema yang telah ditentukan.

 

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2017: 308) Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang diambil oleh peneliti adalah dengan Tes, Observasi dan dokumentasi. 

Sesuai dengan kebutuhan dalam teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan beberapa cara yaitu 

a. Tes

Tes pada penelitian ini digunakan agar peneliti memperoleh data mengenai penguasaan kosakata pada santri Darul Falah Bandar Lampung 

b. Observasi (Pengamatan)

Menurut Sugiyono (2017: 314) yang dikemukakan oleh Patton dalam Nasution melalui pengamatan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situaasi social yang diteliti Dalam hal ini dilakukan peneliti untuk memperoleh data mengenai kemampuan berpidato santri Darul Falah Bandar Lampung 

c. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan profil sekolah, dan data siswa, serta gambar peserta didik 

2. Instrumen Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2017: 147) Intrumen penelitian prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan tiga instrument pengumpulan data yaitu

a. Lembar Soal Test Kosakata.

Tes penguasaan kosakata dalam penelitian ini disusun berdasarkan indikator menurut Soenardi Djiwandono (2011) dalam bukunya yang berjudul Tes Bahasa Pegangan Bagi Pengajar Bahasa. Tes penguasaan kosakata terdiri dari tes penguasaan kosakata yang bersifat pasif- reseptif dan tes penguasaan kosakata yang bersifat aktif-produktif.

Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan tes penguasaan kosakata yang bersifat pasif- reseptif karena hanya digunakan untuk mengetahui penguasaan kosakata. 

Instrumen penguasaan kosakata dalam penelitian ini berupa tes berbentuk objektif (pilihan ganda) dengan ketentuan jawaban mutlak, yaitu pemberian skor I untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Tes objektif ini digunakan karena lebih praktis baik dalam pelaksanaan maupun pemeriksaan, dan lebih objektif sistem penilaiannya. Instrumen penguasaan kosakata berikut hanya dibatasi pada penguasaan kosakata yang bersifat pasif-reseptif yang diambil dari tes bahasa yang diuraikan oleh Djiwandono dalam buku Tes Bahasa Pegangan bagi Pengajar Bahasa (2011). 

b. Lembar Penilaian Berpidato.

Lembar penilaian berpidato ini untuk mengetahui kemampuan berpidato santri Pondok Pesantren Darul Falah Bandar Lampung mengenai tema Malaikat Zabaniah pada buku karya Al-Imam Asy- Syeikh Abdurrahman Bin Ahmad Al-Qadli, dengan cara santri membuat kerangka berpidato setelah itu menyampaikan kembali hasil pidato yang telah dibuat depan kelas. 

Tabel.

Pedoman Penilaian Kemampuan Berpidato

No

Aspek

 

 

 

1

 

 

 

2

 

 

 

3

 

 

 

4

 

 

 

 Tabel.

Kisi kisi instrumen test kemampuan berpidato

VARIABEL

SUB VARIABEL

INDIKATOR

Skor

Pelafalan dani intonasi kemampuan berpidato

Struktur /sistematika penukisan pidato

  1. Apabila sama sekali tidak terdapat kesalahan dalam naskah pidato seperti pendahuluan, isi, dan penutup

5

  1. Apabila terdapat satu sampai dua kesalahan dalam naskah pidato seperti pendahuluan, isi, dan penutup

4

  1. Apabila terdapat tiga sampai empat kesalahan dalam naskah pidato seperti pendahuluan, isi, dan penutup

3

  1. Apabila terdapat sebanyak sampai lima dalam naskah pidato seperti pendahuluan, isi, dan penutup

2

1

Durasi waktu

Apabila Berpidato Selama 7 Menit

5

Apabila Berpidato Selama 6 Menit

4

Apabila Berpidato Selama 5 Menit

3

 Apabila Berpidato Selama 4 Menit

2

2

Penguasaan materi

  1. Apabila dapat menguasai materi dengan topik/tema yang sudah ditentukan dengan mendalam, mudah dipahami, dan informasi yang disampaikan lengkap

5

  1. Apabila dapat menguasai materi dengan topik/tema yang sudah ditentukan dengan kurang mendalam, cukup mudah dipahami, dan informasi yang disampaikan cukup lengkap

4

  1. Apabila dapat menguasai materi dengan topik/tema yang sudah ditentukan dengan, kurang mendalam, cukup mudah dipahami, dan informasi yang disampaikan kurang lengkap

3

  1. Apabila kurang dapat menguasai materi dengan topik/tema yang sudah ditentukan dengan, tidak mendalam, sulit dipahami, dan informasi yang disampaikan tidak lengkap.

2

3

Gerak gerik dan mimik

  1. Apabila gerak gerik anggota badan mendukukng pembicaraan dan mimik pembicara sesuai dengan informasi yang disampaikan

5

  1. Apabila gerak gerik anggota badan mendukung pembicaraan dan mimik pembicara kurang sesuai dengan informasi yang disampaikan

4

  1. Apabila gerak gerik anggota badan tidak mendukukng pembicaraan dan mimik pembicara kurang sesuai dengan informasi yang disampaikan

3

  1. Aapabila sama sekali tidak terdapat gerak gerik anggota badan dan mimik yang mendukukng pembicaraan

2

 

F. Validitas dan reabilitas instrumen

1.Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2017: 363) Validitas merupakan derajad ketetapan anatara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti

 

Menurut Sugiyono (2017: 363) Validitas merupakan derajad ketetapan anatara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti.

 

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah valıdıtas konstruk (Construct Falidny). Validitas konstruk merupakan yang terluas cakupannya dibanding dengan validitas lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk validitas ini dan validitas kriteria. Uji Validitas menggunakan rumus korelasi Product dengan bantuan SPSS 16.0

 

2. Uji Reliabilitasi

Menurut Sugiyono (2017: 364) Reabilitas berkenaan dengan derajad konsistensi dan stabililitas data atau temuan. Dalam menguji reliabilitas digunakan uji konsitensi internal menggunakan Alpha Cronbach dengan bantuan SPSS 16.0.

Pada pemberian interprestasi koefisien reliabilitas tes umumnya menggunakan aturan berikut ini

a)      Bilamana tang lebih besar atau dengan dari re maka uji reliabilitasnya memiliki reliabilitas yang tinggi (reliable)

b)      Apabilang kurang dari rubel maka uji reliabilitasnya dapat dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi (un-reliabel).

 

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Menurut Himawanto (2017: 67) Ujı normalitas adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi berdistribusi normal atau berada dalam sebaran normal. Populasi yang menyebar secara merata, ada yang bernilai tinggi, sedang, dan rendah atau tidak ada nilai rendah semua atau tidak ada nilai tinggi semua disebut berdistribusi normal. Data dikatakan normal apabila p-value (Sig.) lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima begitu juga sebaliknya (Rinaldi, Novalia, dan Syazali, 2020: 42) Uji normalitas dengan menggunakan kolmogorof smirnov pada program SPSS 16.0 dengam taraf yang signifikan 5% atau 0,05.

 b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas adalah pengujian mengenai varian dan digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel mempunyai varian yang sama atau tidak. Dalam uji homogenitas digunakan untuk mengetahui varian dari beberapa populasi sama atau tidak (Bahrudın, 2014 119). Pada uji homogenitas ini peneliti menggunakan uji homogeneity of variances dengan program SPSS 16.0 pada taraf signifikan 5% atau 0.05.

 

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan yaitu menggunakan Uji Regresi Linear Sederhana dengan menggunakan SPSS 16.0, yang mana Uji Regresi merupakan analisis yang bertujuan untuk menentukan model yang paling sesuai untuk pasangan data serta dapat digunakan untuk membuat model dan menyelidiki hubungan antar dua variable atau lebih (Wahyono, 2009: 134).

No comments:

Post a Comment

REFORMULASI PENDIDIKAN ISLAM DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN ZAMAN : ANALISIS TERHADAP KEKURANGAN DAN KEKUATAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

  REFORMULASI PENDIDIKAN ISLAM DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN ZAMAN : ANALISIS TERHADAP KEKURANGAN DAN KEKUATAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA ...