|
MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING KARIR
Disusun Oleh:
NAMA : RESTA SEFTIANA
NPM : 15110083
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP PGRI BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
dengan segala nikmat dan karunia
Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Bimbingan dan Konseling Karir dengan tanpa banyak kesulitan. Sholawat serta
salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mernbawa risalah
agama islam yang mengeluarkan umat dari zaman jahiliyah menuju zaman yang islamiyah.
Tugas ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling Karir, kami menyadari sepenuhnya bahwa Tugas ini
tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan semua pihak, untuk itu kami
ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu demi
terselesaikannya penyusunan makalah ini. Dengan selesainya Tugas ini, kami
berharap membawa manfaat bagi pembaca dan kami sendiri khususnya. Mengingat
kemampuan penulis dalam menyelesaikan
tugas ini masih dalam tingkat
belajar, maka diharapkan kritik dan saran bagi kesempurnaan tugas ini.
Menyadari bahwa pembuatan Tugas ini
masih banyak kekurangannya, maka penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Bandar Lampung, 02 Juni 2016
Penulis
|
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
KATA PENGANTAR.............................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah
Perkembangan Konseling Karir................................................. 3
2.2
Perkembangan dan Kematangan Karir Anak-anak................................ 18
2.3
Perkembangan dan Kematangan Karir Remaja..................................... 24
2.4
Perkembangan dan Kematangan Karir Dewasa..................................... 29
2.5
Pendekatan
Trait and Factor Career
Counseling................................... 36
2.6 Pendekatan
Konseling Karir Berpusat Pada Klien................................ 47
2.8 Pendekatan Konseling Karir
Perkembangan.......................................... 50
2.9 Pendekatan
Konseling Karir Psikodinamik........................................... 52
2.10 Pendekatan
Konseling Karir Komprehensif........................................ 53
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman dengan
munculnya berbagai teknologi yang canggih, belum lagi dengan adanya berbagai
macam pekerjaan yang sadar tidak disadari ini menjadi sebuah tantangan hidup
sebuah insan di dunia yang memerlukan pemahaman dan kesadaran akan adanya hal
tersebut. Dengan ini perlu adanya sebuah pemahaman, pengarahan dan
menumbuhkan kesadaran pada peserta didik di SD/MI yang harus dilakukan oleh
seorang guru karena betapa pentingnya kesadaran akan kemajuan zaman dan
berbagai macam kegiatan atau pekerjaan disekitar lingkungan peserta didik yang
nantinya akan memicu pada sebuah karir yang paling tidak menjadi sebuah cita
dari peserta didik. Pemikiran inilah menjadi latar belakang betapa pentingnya
seorang guru mampu memahami dari bimbingan karir yang kemudian dapat
dijadikan sebuah transformasi kepada peserta didik di SD/MI untuk memunculkan
kesadaran akan pentingnya hal tersebut. Bimbingan dan penyuluhan ini timbul
dari masalah pekerjaan atau jabatan. Untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai
dengan apa yang ada dalam diri individu diperlukan bimbingan yang
sebaik-baiknya.
1.2.
Rumusan Masalah
Dalam
makalah “Bimbingan Karier” akan membahas:
- Sejarah
dan konsep Bimbingan Karir
- Perkembangan dan kematangan karir anak
- Perkembangan dan kematangan karir remaja
- Perkembangan dan kematangan Karir dewasa
- Pendekatan trait dan factor career conseling
- Pendekatan client-centerea career conseling
- Delopmental career conseling
- Pendekatan psychodynamic career conseling
- Pendekatan
comprehensive career conseling
- masalah
karir,bentuk bimbingan dan konseling karir melalui berbagai
pendekatan
1.3
Tujuan
Pembuatan
makalah “Bimbingan Karier” ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
bimbingan karir:
1.
pengertian bimbingan karier.
2.
tujauan diadakannya bimbingan karier
3.
Konsep
dasar bibimbingan karir yang meliputi sejarah, makna dan problem dan jalur bimbingan
karir
4.
Apa
saja tujuan dan prinsip – prinsip dari bibmbingan karir
5.
Bagaimana
strategi dan teknik dalam bimbingan karir.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah dan
Pengertian Bimbingan Karier
1. SejarahBimbinganKarir
Tahun 1908 dimana awal mula dikenal bimbingan karir yang sebelumnya dikenal dengan bimbingan jabatan atau vocational guidance yang kemudian berganti menjadi bimbingan karir atau carrer guidance oleh Frank Parson. Dimaksudkan untuk membentuk sebuah wadah ataupun lembaga yang membantu para pemuda untuk memperoleh pekerjaan dan mulai meniti karirnya. Frank Parson juga pernah menerbitkan sebuah buku tepatnya tahun 1909 terkait identifikasi variable dasar dalam pengambilan keputusan karir yaitu individu, pekerjaan dan hubungan atau keterkaitan diantara keduanya. Dalam bukunya dikatakan bahwasannya bimbingan karir itu dipandang sebagai suatu proses untuk mendapatkan pekerjaan dengan langkah menyamakan dan mencocokkan cirri-ciri dan faktor individu dengan cirri-ciri dan faktor pekerjaan yang ada di sekitar atau di lingkungan. Dalam kurun waktu itu Frank Parson terkenal sebagai tokoh yang menulis dan merintis mengenai bimbingan karir meski jauh sebelum beliau sudah ada banyak para tokoh pemikir islam klasik yang membahas ataupun juga menggagas terkait bimbingan karir, hanya saja pada saat itu belum terkenal dengan sebutan bimbingan karir, dengan sebutan lain seperti bimbingan jabatan dan lainnya akan tetapi masih bernuansa bimbingan karir atau terkait dengan bimbingan karir. Selanjutnya setelah dikenal dengan sebutan bimbingan karir yang kemudian juga mengalami berbagai perkembangan salah satu diantaranya adalah tahun 1911 dibentuknya Biro Jabatan dengan menerbitkan vocational guidance news letter sebagai jurnal pertama kali yang kemudian berganti nama dengan vocational guidance magazine, kemudian occupation guidance dan berubah lagi menjadi personal and guidance journal.
Tahun 1908 dimana awal mula dikenal bimbingan karir yang sebelumnya dikenal dengan bimbingan jabatan atau vocational guidance yang kemudian berganti menjadi bimbingan karir atau carrer guidance oleh Frank Parson. Dimaksudkan untuk membentuk sebuah wadah ataupun lembaga yang membantu para pemuda untuk memperoleh pekerjaan dan mulai meniti karirnya. Frank Parson juga pernah menerbitkan sebuah buku tepatnya tahun 1909 terkait identifikasi variable dasar dalam pengambilan keputusan karir yaitu individu, pekerjaan dan hubungan atau keterkaitan diantara keduanya. Dalam bukunya dikatakan bahwasannya bimbingan karir itu dipandang sebagai suatu proses untuk mendapatkan pekerjaan dengan langkah menyamakan dan mencocokkan cirri-ciri dan faktor individu dengan cirri-ciri dan faktor pekerjaan yang ada di sekitar atau di lingkungan. Dalam kurun waktu itu Frank Parson terkenal sebagai tokoh yang menulis dan merintis mengenai bimbingan karir meski jauh sebelum beliau sudah ada banyak para tokoh pemikir islam klasik yang membahas ataupun juga menggagas terkait bimbingan karir, hanya saja pada saat itu belum terkenal dengan sebutan bimbingan karir, dengan sebutan lain seperti bimbingan jabatan dan lainnya akan tetapi masih bernuansa bimbingan karir atau terkait dengan bimbingan karir. Selanjutnya setelah dikenal dengan sebutan bimbingan karir yang kemudian juga mengalami berbagai perkembangan salah satu diantaranya adalah tahun 1911 dibentuknya Biro Jabatan dengan menerbitkan vocational guidance news letter sebagai jurnal pertama kali yang kemudian berganti nama dengan vocational guidance magazine, kemudian occupation guidance dan berubah lagi menjadi personal and guidance journal.
Pandangan ke depan maupun ke belakang berorientasi
kepada penempatan bimbingan karir dalam konteks kehidupan pribadi yang lebih
luas, yang akan memperjelas pentingnya bimbingan karir sebagai suatu modus
operandi (cara kerja) dalam membantu individu untuk mengambil keputusan yang
berkaitan dengan karir yang akan dimasikinya di dalam kehidupan.
Frank Parson
|
Pada tahun 1909, Frank Parson
menerbitkan bukunya yang berjudul Choosing a Vocational, dan dia
mengidentifikasikan tiga variabel dasar dalam proses pengambilan keputusan
karir, yaitu (1) individu, (2) pekerjaan, dan (3) hubungan diantaranya
keduanya.
Diantara
beberapa tokoh yang menorehkan sejarah bimbingan karir, Frank Parson selama ini
diyakini sebagai tokoh terbesar dalam merintis bimbingan karir. Namun demikian
dalam penelitian terakhir, ditemukan bahwa 1000 tahun sebelum Parson, di daerah
Basra telah ada tokoh-tokoh Islam Klasik yang merintis kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan tiga variabel dalam pengambilan keputusan karir.
Tahun 1969 Crites mengadakan kaji
ulang dan kritik terhadap teori dan penelitian pemilihan dan penyesuaian karir
dengan menyajikan taksonomi obyektif tentang klasifikasi masalah dalam
pengambilan keputusan karir. Taksonomi ini disajikan dalam tulisannya yang
berjudul “Vocational Phschology”, yang dalam bimbingan karir dipandang sebagai
bimbingan karir yang komprehensif.
Ada beberapa
kecenderungan yang dirasakan sampai saat ini dalam membantu individu memilih
dan melakukan penyesuaian karir. Pendekatan, yang paling dominan ialah
Parsonian yang memusatkan diri pada individu, pekerjaan dan hubungan diantara
keduanya. Model ini disebut model “Trait dan faktor” yang menekankan kepada
penggunaan tes dan informasi jabatan. Pandangan lain menganggap bahwa masalah
pemilihan dan penyesuaian karir adalah masalah kepribadian, baik itu disebut
konsep diri maupun kebutuhan. Prinsip ini banyak dianut oleh pendekatan
bimbingan yang terpusat pada klien (client centered) dan psikodinamik.
Kecenderungan lain memandang bahwa pemilihan karir adalah suatu proses
perkembangan terbuka sepanjang hidup individu dan hal ini merupakan kebalikan
dari pendekatan perilaku (behaviouristik) yang menekankan pada intervensi dalam
proses pilihan dan tidak memperhatikan karir mana yang dipilih individu (isi).
Istilah karir mungkin sering
dikaitkan dengan pekerjaan atau jabatan. Untuk itu ada baiknya dikenali
beberapa istilah khusus yang berkaitan dengan bimbingan karir, yaitu :
a. Karir : keseluruhan pekerjaan
yang dialami seseorang dalam keseluruhan hidupnya. Secara lebih terbatas karir
diartikan sebagai pengalaman kerja di dalam suatu bidang pekerjaan tertentu.
b. Jabatan (occupation, Vocational);
suatu pekerjaan khusus atau kegiatan kerja tertentu.
c. Perkembangan karir : keseluruhan
perkembangan individu yang menekankan kepada proses persiapan, memasuki dan
kemajuan dalam dunia pekerjaan.
d. Pendidikan karir : kegiatan yang
direncanakan untuk memberikan pengalaman pendidikan kepada individu yang akan
memberikan kemudahan perkembangan karir.
Istilah bimbingan karir tidak hanya
merujuk kepada program orientasi pekerjaan tetapi juga menyangkut :
a. Keterlibatan antara konselor
dengan klien.
b. Keterlibatan partisipasi aktif
klien dalam mengambil keputusan karir dan bersifat pasif-resepsif terhadap
informasi.
c. Proses penyesuaian pribadi bahkan
lebih jauh merupakan proses psikoterapi.
KONSEP DASAR BK KARIR
1. Pengertian
BK Karir
Ditinjau
dari sisi sejarah, istilah bimbingan dan konseling karir berakar pada istilah
vocational guidance yang pertama kali dipopulerkan oleh Frank Parson dalam buku
Choosing a Vocation (1909) dan dikutip oleh Wikipedia (2012). Pada awalnya
penggunaan istilah ini lebih merujuk pada usaha membantu individu dalam memilih
dan mempersiapkan suatu pekerjaan, termasuk didalamnya berupaya mempersiapkan
kemampuan yang diperlukan untuk memasuki suatu pekerjaan. Namun selanjutnya terjadi
perubahan pendekatan dari model okupasional (occupational) ke model karir
(career). Kedua model ini memiliki perbedaan, dimana pada model okupasional
lebih menekankan pada kesesuaian antara bakat dengan tuntutan dan persyaratan
pekerjaan, sedang pada model karir, tidak hanya sekedar memberikan penekanan
tentang pilihan pekerjaan, namun mencoba pula menghubungkannya dengan konsep
perkembangan dan tujuan-tujuan yang lebih jauh sehingga nilai-nilai pribadi,
konsep diri, rencana-rencana pribadi dan semacamnya mulai turut
dipertimbangkan.
Bimbingan
dan konseling karir berhubungan erat dengan pendidikan karir (career
education), seperti dikemukakan Calhoun dan Finch (1976) bahwa program
pendidikan karir di memiliki tahapan berupa kesadaran karir, eksplorasi karir,
dan persiapan karir.
Karir adalah
pekerjaan, profesi (Hornby, 1957). Seseorang akan bekerja dengan senang hati
dan penuh kegembiraan apabila apa yang dikerjakan itu memang sesuai dengan
keadaan dirinya, kemampuannya dan minatnya. Sebaliknya, apabila seseorang
bekerja tidak sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya maka dapat dipastikan ia
akan kurang bergairah dalam bekerja, kurang senang dan kurang tekun. Dengan
demikian diperlukannya bimbingan karir itu untuk mengarahkan seseorang kearah
tersebut. Bimbingan karir merupakan salah satu aspek dari bimbingan dan
konseling. Pada saat ini, bimbingan karir mendapatkan tekanan untuk
pelaksanaannya, khususnya di sekolah-sekolah SMA dan SMP. Pada kenyataannya,
masih ada para siswa tamatan SMA atau SMP yang tidak melanjutkan pendidikannya
karena suatu sebab yang tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu, para siswa
membutuhkan bimbingan yang baik khususnya berkaitan dengan pekerjaan atau
dengan kata lain mendapatkan bimbingan karir secara bijaksana. Dengan demikian
para siswa akan mengetahui apa yang akan dipilihnya, melanjutkan studi atau
akan langsung terjun di dunia pekerjaan.
Donald D.
Super (1975) mengartikan bimbingan karir sebagai suatu proses membantu pribadi
untuk mengembangkan penerimaan kesatuan
dan gambaran diri serta
peranannya dalam duria kerja. Menurut batasan ini, ada dua hal penting, pertama proses membantu individu untuk memahami dan menerima diri
sendiri, dan kedua memahami dan
menyesuaikan diri dalam dunia kerja.
Widiadmojo
(2000:3) mengemukakan definisi bimbingan karier adalah kegiatan birnbingan yang
bertujuan ultuk mengenal, memahami, dan mengembangkan potensi diri dalam
mempersiapkan masa depan bagi dirinya. Lebih lanjut dijelaskan pelayanan
bimbingan karier diberikan agar siswa
mengenal konsep diri yang berkaitan dengan minat, bakat, dan kemampuannya serta
mengenal jabatan karier yang ada.
Berdasarkan beberapa
definisi yang telah diuraikan di atas maka dapat diperoleh pengertian bahwa bimbingan karier adalah kegiatan
birnbingan yang diberikan kepada siswa untuk memilih, menyiapkan diri, mencari,
dan menyesuaikan diri terhadap karier
yang sesuai dengan minat, bakat, dan
kemampuannya sehingga dapat mengernbangkan dirinya secara optimal sehingga
dapat menemukan karier dan melaksanakan karier yang efektif dan memberi kepuasan dan kelayakan.
2. Tujuan BK
Karir
Menurut Dewa
Ketut Sukardi (1989), tujuan pelaksanaan Bimbingan Karir di Sekolah adalah agar
siswa dapat:
a.
meningkatkan
pengetahuannya tentang dirinya sendiri (self concept),
b.
meningkatkan
pengetahuannya tentang dunia kerja,
c.
mengembangkan
sikap dan nilai diri sendiri dalam menghadapi pilihan lapangan kerja dalam
persiapan memasukinya,
d.
meningkatkan
ketrampilan berpikir agar mampu mengambil keputusan tenntang jabatan yang
sesuai dengan dirinya dan tersedia dalam dunia kerja,
e.
menguasai
ketrampilan dasar yang penting dalam pekerjaan terutama kemampuan
berkomunikasi, bekerja sama, berprakarsa dan lain sebagainya.
International
Labour Office (2010) merumuskan bahwa kegiatan layanan bimbingan dan konseling
karir terkait erat dengan empat kompetensi utama bagi para siswa agar dapat
menghadapi masa depan karir mereka yaitu:
a.
kesadaran
diri atau pengenalan diri sendiri,
b.
kesadaran
akan kesempatan bekerja,
c.
pembuatan
keputusan pendidikan dan karir,
d.
pembelajaran
transisional dan pengetahuan akan persyaratan kerja.
Sedangkan
menurut Bimo Walgito (2010), tujuan bimbingan karir tersebut membantu para
siswa agar:
a.
Dapat
memahami dan menilai dirinya sendiri terutama yang berkaitan dengan potensi
yang ada dalam dirinya.
b.
Memahami dan
menyadari nilai-nilai yang ada pada dirinya dan dalam masyarakat.
c.
Mengetahui
jenis pendidikan dan atau pekerjaan yang cocok dengan potensi yang ada pada
dirinya.
d.
Menemukan
hambatan yang mungkin timbul dan mencari jalan keluar untuk mengatasi hambatan
tersebut.
e.
Para siswa
dapat merencanakan masa depannya, dan menemukan karir dan kehidupan yang sesuai
atau serasi.
Bimbingan karir merupakan usaha
untuk mengetahui dan memahami diri, memahami apa yang ada dalam diri sendiri
dengan baik, serta untuk mengetahui dengan baik pekerjaan apa saja yang ada dan
persyaratan apa yang dituntut untuk pekerjaan itu. Selanjutnya siswa dapat
memadukan apa yang dituntut oleh suatu pekerjaan atau karir dengan kemampuan
atau potensi yang ada dalam dirinya.. dan apabila muncul hambatan-hambatan
siswa diharapkan dapat mengatasi hambatan itu.
3. Fungsi BK
Karir
Menurut Bimo
Walgito (2010) saat ini bimbingan karir memang sedang mendapatkan tempat
tersendiri sehingga lebih sering dilakukan. Bimbingan karir ini perlu dan
penting untuk diberikan kepada para siswa, baik SMP maupun SMA dengan alasan
sebagai berikut:
a.
Para siswa
ditingkat SMA pada akhir semester 2 perlu menjalani pemilihan program studi
atau penjurusan. Walaupun ada kata ‘memilih’ namun sebenarnya telah adanya
batas tertentu dalam pengambilan program karena ada persyaratan yang terkait
dengan prestasi akademik dari siswa yang bersangkutan. Penjurusan itu jelas
akan menentukan masa depan siswa diperlukan kecermatan serta perhitungan yang
matang dan tepat.
b.
Kenyataan
menunjukan bahwa tidak semua siswa yang tamat dari SMA akan melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Siswa yang akan langsung terjun ke dunia
kerja tentu memerlukan bimbingan karir ini agar siswa dapat bekerja dengan
senang dan baik.
c.
Siswa SMA
merupakan angkatan kerja yang potensial. Merekalah yang akan menentukan
bagaimana keadaan Negara yang akan datang. Mereka merupakan sumber daya manusia
dalam pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan persiapan yang sebaik-baiknya
untuk menghadapi masa depan dan menyiapkan pekerjaan atau jabatan yang sesuai
dengan potensi mereka.
d.
Para siswa
ada dalam masa remaja yang merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa
dewasa. Pada umumnya, mereka belum dapat mandiri, maka dari itu mereka
membutuhkan bantuan orang lain untuk menuju kemandirian termasuk bimbingan
karir untuk menyiapkan kemandirian dalam hal pekerjaan.
e.
Pada siswa
SMP juga memerlukan bimbingan karir, baik untuk melanjutkan pendidikan yang
lebih tinggi maupun untuk mencari pekerjaan. Pada pembahasan educational guidance dan vocayional guidance, masalah pekerjaan
di tingkat SMP mulai tampak sehingga perlu adanya vocational guidance, disamping educational
guidance.
2. MaknaBimbingan
Karir
Secara
terminology karir itu diartikan sebuah wacana tertentu saja oleh sebagai
kalangan awam yang menganggap wacana tersebut hanya tertentu pada seseorang
yang mempunyai suatu posisi, jabatan atau yang berkaitan dengan suatu
pekerjaan.sebenarnya banyak prespektif dalam pemaknaan karir dan juga banyak
tokoh pemikir yang mendefinisikan karir dalam artian yang berbeda namun
tujuannya sama, tergantung satu individu tersebut dari mana mengartikannya
karena hal itu memiliki arti yang sangat luas. Namun sejatinya karir itu
mempunyai artian luas seperti halnya urutan okupasi, job dan posisi-posisi yang
diduduki disepanjang pengalaman kerja seseorang . Sedangkan bimbingan karir itu
sendiri diartikan sebagai upaya bantuan kepada individu untuk memberikan
dorongan dan untuk memberikan kemudahan untuk mendapatkan pekerjaan dan
kemudahan meniti karir dalam kehidupannya. Banyak berbagai definisi dari karir
namun yang terpenting dapat disimpulkan dalam satu pengertian karir yaitu karir
merupakan perwujudan diri yang bermakna melalui serangkaian aktivitas dan
mencakup seluruh aspek kehidupan diantaranya peran hidup, lingkungan kehidupan,
yang terwujud karena adanya kekuatan inner person. Perwujudan diri ini akan
bermakna dikala adanya kepuasan atau kebahagiaan diri dan lingkungan.
Kesuksesan individu dalam berkarir yang tampak dikarenakan adanya ketenangan,
kenyamanan, kestabilan dan kepuasan dalam bekerja.
Bimbingan karir
inipun juga banyak prespektif dalam pengartiannya, dikarenakan bimbingan karir
ini sulit dipisahkan dari konsep vocational guidance atau bimbingan jabatan
yang kemudian berubah menjadi carrer guidance atau bimbingan karir yang
diartikan sebagai proses untuk membantu dalam memilih pekerjaan, mempersiapkan,
memasuki dan memperoleh kemajuan di dalamnya. Namun selang beberapa tahun
kemudian pengertian bimbingan karir ini direfisi sebagai suatu proses bantuan
terhadap individu untuk menerima dan mengembangkan diri serta perannya
secara terpadu dalam dunia kerja, mengklarifikasikan konsepnya dengan realita
dalam lingkungan yang berujung pada kepuasan diri dan masyarakat . Rochman
natawidjadja menyimpulkan pengertian bimbingan karir sebagai proses untuk
membantu seseorang untuk mengerti dan menerima gambaran tentang diri pribadinya
dan gambaran tentang dunia atau lingkungannya, mempertemukan gambaran diri
tersebut dengan dunia kerja yang kemudian atau pada akhirnya dapat memilih
bidang pekerjaan, memasukinya dan membina karir dalam bidang tersebut.
3.
Problem atau Masalah dan Jalur Bimbingan Karir
Sadar tidak
disadari dalam kehidupan kita pasti ada yang namanya sebuah tantangan,
begitupula dalam meniti sebuah karir inipun masih tidak dapat jauh dari sebuah
masalah atau sebuah tantangan. Tantangan dan masalah ini sebenarnya muncul dari
diri, yang terletak dari kekurangmampuan dalam membuat pleaning sebuah
karir. Menentukan keputusan akhir dan menentukan karir ini membutuhkan suatu
ketrampilan dan sebuah proses yang dilatarbelakangi pemahaman individu terhadap
dirinya atau jati dirinya dan pengenalan terhadap lingkungan pekerjaan
yang ada di sekitarnya serta memadukan keduanya secara tepat. Banyak para ahli
yang telah mendeskripsikan beberapa gejala dalam bimbingan karir ini,
diantaranya adalah Williamson yang membagi gejala bimbingan karir menjadi empat
bagian, yakni individu tidak dapat memilih atau merasa tidak ada pilihan,
karena tidak mampu membedakan secara memadai atas pilihan karir dan komitmen
terhadap pilihan itu (no choice), individu tidak merasa yakin atau dia merasa
bimbang atas pilihan karirnya (uncertain choice), ketidakseleraan antara bakat
atau minat individu dengan pilihan karirnya (unwise choice) dan ketidakseleraan
minat dengan bakat individu (discrepancy). Namun sebenarnya masih banyak lagi
berbagai gejala atau masalah dalam bimbingan karir yang perlu dicermati oleh
seorang guru terutama dalam kaitannya upaya membantu perencanaan karir peserta
didik.
Selama menempuh
dunia pendidikan, individu berusaha untuk sebisa mungkin mengembangkan
pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang nantinya pasti akan dibutuhkan
ketika mulai mencari kerja, secara asumtif dari proses ini akan berlangsung
biasanya sampai dengan usia 20 tahun. Dalam konteks jalur karir (carrer path)
Santamaria (1991) mengemukakan kalur karir pada empat tahap yakni, steady
state, linear, transitory dan spiral. Dari keempat jalur tersebut sangat erat
kaitannya dengan proses seseorang atau individu dalam meniti sebuah karir.
Steady state, jalur ini memerlukan jangka panjang dalam sebuah karir, linear
yang ditandai oleh mobilitas yang konstan dalaam sebuah karir, transitory yang
ditandai dengan adanya pencarian karir yang lebih variatif dan spiral yang
ditandai dengan mobilitas karir secara lateral.
Dalam konteks
lain bimbingan karir dapat ditempuh melalui jalur pendidikan, pekerjaan,
jabatan, profesi, hobi dan social pribadi. Sejumlah kompetensi dan potensi
individu yang memadai menjadi penentu berhasil tidaknya sebuah karir baik
kompetensi ataupun juga potensi dari fisik, pribadi, social, intelektual, moral
begitu juga spiritualnya
B. Tujuan dan Prinsip-Prinsip Bimbingan Karir
1.
Tujuan Bimbingan Karir
Menumbuh dan
mengembangkan kesadaran serta pemahaman mengenai berbagai ragam kegiatan dan
pekerjaan di lingkungan sekitar, mengembangkan sikap positif terhadap semua
jenis pekerjaan yang halalan toyyiban, mengembangkan kebiasaan hidup positif
terhadap peserta didik di SD/MI adalah menjadi sebuah tujuan utama bimbingan
karir.
Selain itu pula
juga bertujuan untuk membantu peserta didik memahami apa yang disukai dan apa
yang tidak disukai, kecakapan diri, disiplin diri, mengontrol kegiatan sendiri.
Bimbingan pribadi, social maupun bimbingan belajar, ketiga bimbingan ini yang
erat kaitannya dengan bimbingan karir yang sekalipun juga menjadi pendukung
dalam perkembangan karir peserta didik.
Perkembangan karir ini bersifat kontinu, karenanya bibmbingan karir akan efektif jika memperhatikan kontinuitas tahapan dan aspek yang dominan dalam perkembangan individu, sebab itu merupakan elemen yang perlu dikembangkan pada saat yang tepat dalam proses perkembangan individu secara keseluruhan. Wujud dari keberlanjutan aspek-aspek yang dikembangkan ini diantaranya adalah mengembangkan kesadaran diri yang akan menghasilkan identitas diri, mengembangkan kesadaran pendidikan menghasilkan identitas pendidikan, mengembangkan kesadaran karir yang menghasilkan identitas karir dan lain sebagainya. Sedangkan keberlanjutan perkembangan karir itu seperti halnya seseorang atau individu memulai pendidikan dari pra SD/MI, kemudian dilanjutkan di SD/MI selama 6 tahun, dilanjutkan SMP 3 tahun, SMA 3 tahun dan masih ada yang melanjutkan sampai ke jenjang yang lebih tinggi.
Secara operasional tujuan bimbingan karir di SD/MI ini adalah untuk membantu peserta didik mengenali berbagai macam dan cirri-ciri dari jenis pekerjaan yang ada dan membantu kemampuan serta minat dengan jenis pekerjaan yang ada dan membantu mencapai cita-cita. Seseorang atau individu akan mampu menguasai aspek kehidupan secara tepat jika mampu membebaskan ketegangan, mengklarifikasikan prasaan, memberikan wawasan dan mengembangkan perasaan yang kompeten dalam wilayah penyesuaian jabatan.
Perkembangan karir ini bersifat kontinu, karenanya bibmbingan karir akan efektif jika memperhatikan kontinuitas tahapan dan aspek yang dominan dalam perkembangan individu, sebab itu merupakan elemen yang perlu dikembangkan pada saat yang tepat dalam proses perkembangan individu secara keseluruhan. Wujud dari keberlanjutan aspek-aspek yang dikembangkan ini diantaranya adalah mengembangkan kesadaran diri yang akan menghasilkan identitas diri, mengembangkan kesadaran pendidikan menghasilkan identitas pendidikan, mengembangkan kesadaran karir yang menghasilkan identitas karir dan lain sebagainya. Sedangkan keberlanjutan perkembangan karir itu seperti halnya seseorang atau individu memulai pendidikan dari pra SD/MI, kemudian dilanjutkan di SD/MI selama 6 tahun, dilanjutkan SMP 3 tahun, SMA 3 tahun dan masih ada yang melanjutkan sampai ke jenjang yang lebih tinggi.
Secara operasional tujuan bimbingan karir di SD/MI ini adalah untuk membantu peserta didik mengenali berbagai macam dan cirri-ciri dari jenis pekerjaan yang ada dan membantu kemampuan serta minat dengan jenis pekerjaan yang ada dan membantu mencapai cita-cita. Seseorang atau individu akan mampu menguasai aspek kehidupan secara tepat jika mampu membebaskan ketegangan, mengklarifikasikan prasaan, memberikan wawasan dan mengembangkan perasaan yang kompeten dalam wilayah penyesuaian jabatan.
4. Prinsip-prinsip
BK Karir
Prinsip-prinsip
bimbingan karir meliputi :
a.
Pemilihan
karir lebih merupakan suatu proses dari suatu peristiwa.
b.
Pemilihan
dan penyesuaian karir dimulai dengan pengetahuan tentang diri. Individu harus
memahami potensi ,bakat, minat dan kemampuanya.
c.
Bimbingan
karir haruslah merupakan suatu pemahaman diri.
d.
Bimbingan
karir membantu pemahaman dunia kerja dan pekerjaan dalam masyarakat.
e.
Dalam
bimbingan karir termasuk pula pemberian informasi, keterangan mengenai latihan
atau pendidikan yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, berbagai
keterampilan dan pola tingkah laku yang diperlukan untuk suatu pekerjaan.
f. Bimbingan karir merupakan suatu
kegiatan yang dilaksanakan oleh para konselor dalam memberikan rangsangan dan
bantuan perencanaan karir, membuat keputusan dan penyesuaian karir.
Agar Bimbingan Karier di Sekolah
dapat berfungsi dcngan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka
beberapa pandangan tentang prinsip-prinsip Bimbingan Karier perlu diperhatikan
para pembimbing khususnya dan administrator Sekolah pada umumnya terutama dalam
penyusunan program Bimbingan Karier di Sekolah. Prinsip bimbingan karir di
sekolah :
a. Seluruh siswa hendaknya mendapatkan
kesempatan yang sama untuk mengembangkan dirinya dalam pencapaian kariernya
secara tepat.
b. Siswa hendaknya dibantu dalam
mengembangkan pemahaman yang cukup memadai terhadap dirinya sendiri dan
kaitannya dengan perkembangan sosial dan perencanaan karier.
c. Siswa secara keseluruhan dibantu
untuk memperoleh pemahaman tentang hubungan antara pendidikan dengan kariernya.
d. Siswa pada setiap tahap program
pendidikannya hendaknya memiliki pengalaman yang berorientasi pada karier
secara berarti dan realistik.
e. Program Bimbingan Karier hendaknya
memiliki tujuan untuk merangsang pendidikan siswa.
f. Program Bimbingan Karier di Sekolah
hendaknya berpusat di kelas, dengan dikoordinasi oleh pembimbing disertai
partisipasi orang tua dan kontribusi masyarakat.
2. Prinsip-prinsip Bimbingan Karir
Bimbingan karir
dalam menjalankannya membutuhkan prinsip-prinsip dasar supaya tidak melenceng
dari tujuan utama yang menjadi sebuah targetan layanan bimbingan karir, salah
satu diantara beberapa prinsip dalam menjalankan bimbingan karir adalah :
a.
Pemahaman
bahwa bimbingan karir bukanlah sebuah proses yang terpilah satu sama lain, akan
tetapi bimbingan karir merupakan sebuah proses yang berkelanjutan dalam seluruh
perjalanan hidup manusia. Dengan ini dapat dipahami bahwasannya bimbingan karir
adalah serangkaian perjalanan hidup manusia yang terkait dengan seluruh aspek
pertumbuhan dan perkembangan yang dijalani.
b.
Bimbingan
karir tidak diperuntukkan pada satu individu saja, akan tetapi bagi semua
individu tanpa terkecuali.
c.
Bimbingan
karir merupakan bantuan yang diberikan pada individu yang sedang dalam proses
berkembang.
d.
Semua
orang jelaslah memiliki hak untuk menentukan pilihan, memutuskan jalan
pilihannya yang sekaligus dipertanggungjawabkan atas segala resiko dan
konskwensinya. Namun dalam bimbingan karir ini tidaklah sekedar memperhatikan
hak individu untuk menentukan dan memilih pilihannya tetapi juga membantu untuk
mengembangkan cara-cara penentuan pilihan secara bertanggung jawab.
e.
Pemilihan
dan penyesuaian karir dimulai dengan pengetahuan tentang jati diri pribadinya.
f.
Bimbingan
karir membantu individu untuk memahamidunia kerja dan sejumlah pekerjaan yang
ada di lingkungan masyarakat serta berbagai sisi kehidupannya.
C. Strategi dan Teknik Bimbingan Karir
Strategi
bimbingan karir pada dasarnya adalah serangkaian system yang juga merupakan pola
umum perbuatan dalam wujud hubungan bantuan. Jelas hubungan bantuan tersebut
dengan adanya yang dibantu dan yang membantu dalam artian kebersediaan dan
berupaya menciptakan suatu cara yang tepat untuk memfasilitasi yang dibantu
dalam perkembangan. Jika dikaitkan dengan peserta didik adalah sebagai pelaku
karir yang kemudian terbantu dalam pembuatan dan melaksanakan atau pelaksanaan
rencana, penilaian diri dan lingkungannya yang berujung pada kesuksesan
perjalanan hidup yang bermakna horizontal (bagi sesamanya) dan vertical (untuk
Tuhannya).
Dari pemaknaan
strategi bimbingan karir tersebut diatas dapat dipahami bahwasannya setiap
strategi bersifat situasional atau dalam penggunaannya bergantung pada sasaran
strategi, perilaku peserta didik yang akan dikembangkan. Begitupun dengan
strategi bimbingan karir yang juga mempunyai sebuah sasaran yakni sasaran diri
(baik dari segi karakter maupun psiko-fisiknya) sasaran nilai-nilai, sasaran
permasalahan, sasaran perencanaan dan keputusan karir.
Bimbingan karir di SD/MI dapat dilakukan dengan menggunakan strategi dan teknik bimbingan karir sebagai berikut :
Bimbingan karir di SD/MI dapat dilakukan dengan menggunakan strategi dan teknik bimbingan karir sebagai berikut :
1.
Terpadu
dalam Kegiatan Pembelajaran
Dengan diterapkannya bimbingan karir
secara terpadu dengan strategi instruksional dapat mengembangkan daripada
kesadaran dan pemahaman peserta didik terkait macam-macam kegiatan atau
pekerjaan yang ada disekitarnya. Dengan pendekatan terpadu ini mangacu pada
keterbatasan guru pembimbing sebagai konsetor secara khusus. Dalam kaata lain
guru di SD/MI menjadi sebuah pelaku bimbingan karir yang terintegrasik dalam
proses pembelajaran di kelas.
2.
Menggunakan
Pola Paket Bimbingan Karir
Pada pola paket bimbingan karir ini ada
empat paket terdiri dari satu topic dan sub topic pembahasan, diantaranya
adalah paket satu tentang pemahaman diri (terdiri sub topic bakat, minat,
keadaan fisik, keadaan social, ekonomi dan budaya serta cita-cita), paket dua
tentang pemahaman lingkungan terdiri sub topic untuk klas 1 – 2 yakni
kemungkinan jabatan dan informasi janatan serta informasi pekerjaan, untuk klas
3 – 4 terdapat sub topic pengantar pemahaman lingkungan, informasi jabatan dan
wiraswasta, klas 5 terdapat sub topic informasi pendidikan dan pembangunan
kemungkinan jabatan dan wiraswasta, peket tiga tentang hambatan dan cara
mengatasinya yang terdiri sub topic prasangka, hambatan dari diri sendiri dan
hambatan dari luar, paket empat tentang perencanaan masa depani dengan
sub topic informasi diri dan lingkungan, cita-cita dan gaya hidup serta rencana
untuk masa depan.
3.
Bacaan
Hal ini dilakukan dengan cara membaca
riwayat hidup orang-orang ternama yang berhasil dalam bidangnya. Dengan ini
diharapkan peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang sukses, juga
memperbanyak wawasan tentang berbagai hal.
4.
Narasumber
Mengunjungi atau mengunadang narasumber
kemudian berdialog tentang dunia kerja, ini diharapkan pada peserta didik
semakin luas wawasannya tentang banyak hal terutama yang berkaitan dengan
pekerjaan atau profesi untuk meniti karir.
5.
Pengamatan
atau Observasi
Dengan pengamatan atau observasi ini
diharapkan peserta didik mengamati realita yang ada yang erat kaitannya dengan
pekerjaan atau profesi dalam meniti karir
6.
Cerita
Dengan bercerita, guru dapat memberikan
informasi tentang berbagai pekerjaan atau cerita tentang kerja keras yang membuahkan
hasil menggembirakan.
7.
Teknik
Genogram
Ini dapat juga dilakukan guru terutama
untuk mengidentifikasi aspirasi karir yang berkembang pada peserta didik SD/MI.
teknik ini ditempuh dalam tiga tahap yaitu konstruksi genogram, identifikasi
jabatan dan eksplorasi klien. Namun dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan
karakteristik perkembangan peserta didik SD/MI dan materi yang sebaiknya materi
bimbingan karir yang dikuasainya.
8.
Permainan
Terpadu
Dengan mengaitkan permainan dengan
materi bimbingan karir yang juga memilih permainan yang mencerminkan kelima
permainan kelompok terpadu, yaitu : permainan ekspresi dan proyeksi diri,
permainan pilihan dan putusan ilai, eksplorasi dan identifikasi lingkungan,
diskusi isu dan aturan serta analisis gaya hidup.
5. Jenis masalah
karir di SD, SMP, SMA
Bimbingan karir di sekolah diarahkan untuk menumbuhkan kesadaran dan
pemahaman peserta didik akan ragam kegiatan dan pekerjaan di dunia sekitarnya,
pengembangan sikap positif terhadap semua jenis pekerjaan dan orang lain, dan
mengembangkan kebiasaan hidup yang positif. Bimbingan karir di sekolah dasar
juga terkait erat dengan upaya membantu peserta didik memahami apa yang disukai
dan tak disukai, kecakapan diri, disiplin, mengontrol kegiatan sendiri. Masalah
karir yang terjadi pada siswa sekolah biasanya adalah:
a. Siswa SD selalu berpikir untuk masa depan (membayangkan dirinya akan
menjadi apa) namun belum mencapai tahap yang realistis.
b. Siswa SD mempunyai cita-cita yang tinggi namun belum mengerti apakah itu
sesuai denga kemampuan para siswa.
c. Sedangkan pada siswa SMP cara berpikir mereka telah realistis namun, akan
ada sedikit berkurangnya motivasi, karena bingung untuk menentukan dia akan
menjadi apa nantinya.
d. Dan pada masa SMP dia akan mulai mencoba mencari jati dirinya. Siswa akan
terus melakukan semua hal sampai menemukan jati dirinya, dan jika dia tidak
diarahkan dengan benar akan terjadi kebingungan identitas.
e. Dan kebingungan lainnya (biasanya terjadi pada siswa SMP dan SMA) adalah ketika dia memtuskan untuk tidak
melanjutkan ke jenjang selanjutnya (terpaksa tidak bisa lanjut karena suatu
hal) apa yang akan dia kerjakan.
2.2 Perkembangan
dan Kematangan Karir Anak- Anak SD
A. Perkembangan dan kematangan karir anak- anak SD
Perkembangan anak manusia merupakan sesuatu yang kompleks. Artinya banyak
faktor yang turut berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya proses
perkembangan anak. Baik unsur-unsur bawaan maupun unsur-unsur pengalaman yang
diperoleh dalam berinteraksi dengan lingkungan sama-sama memberikan kontribusi
tertentu terhadap arah dan laju perkembangan ank tersebut.
1)
Perkembangan anak Sekolah Dasar
Anak usia dasar sekolah atau sering disebut
late childhood berlangsung
Dari usia
enam tahun sampai tiba saatnya anak matang secara
seksual(Hurlock,1993:146).pada umum nya usia anak berkisar antara 6-12 tahun.
Akhir masa kanak-kanak memiliki karakteristik dengan anak
prasekolah. Aspek psikofisik yang dimaksud meliputi berikut:
a. Perkembangan secara fisik
Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI meliputi pertumbuhan tinggi dan
berat badan. Perubahan proporsi atau perbandingan antar bagian tubuh yang
membentuk postur tubuh, pertumbuhan tulang, gigi, otot, dan lemak. Pertumbuhan
dan perkembangan fisik anak menentukan ketrampilan anak bergerak. Pertumbuhan
dan perkembangan mempengaruhi cara memandang dirinya sendiri dan orang lain,
yang berdampak dalam melakukan penyesuaian dengan dirinya dan orang lain.’
1.sistem syaraf
System syaraf anak memiliki
koneksi dengan sel-sel syaraf lain sehingga menjadi pusat atau sentral
perkembangan dan fungsi kemanusiaan.
o Untuk perkembangan tulang gigi, otot dan lemak
1. Pertumbuhan tulang (jumlah dan komposis) pada peserta didik usia SD/MI
cenderung lambat dibandingkan anak awal dan remaja.
2. Pengerasan tulang dan tulang rawan menjadi tulang keras berlangsung terus
sampai akhir masa remaja.
3. Pertumbuhan tulang terjadi tidak serempak dan kecepatannya berbeda,
tergantung pada hormone, gizi dan zat mineral yang dikonsumsi.
4.
Pada dua tahun terakhir masa anak akhir dimana terjadi periode lemak,
terjadi pembengkokkan tulang karena tulang belum/tidak cukup keras
menompang berat badan.
5. Pergantian gigi susu menjadi gigi tetap terjadi pada peserta didik usia
SD/MI menjadi peristiwa penting karena dapat mempengaruhi perilaku
anak.
6. Perkembangan susunan syaraf pada otak dan tulang belakang mempengaruhi
perkembangan indra dan berpikir anak yang berdampak pada kemampuan anak dalam
belajar.
7. Sebagian peserta usia SD/MI juga berbeda pada masa awal remaja/puber.
· Masa ini terjadi perubahan fisik yang sangat pesat dalam ukuran tinggi,
berat badan, proporsi tubuh.
· Kematangan kelenjar dan hormone yang berkaitan engan pertumbuhan seksual.
·
Mengalami ketidakseimbangan, terlalu memperhatikan perubahan fisik, menarik
diri dari pergaulan, perubahan minat/aktivitas bermain, bersikap
negative/menentang, kurang PD, dsb.
o
Untuk pertumbuhan badan
a. Pertumbuhan
tinggi badan setiap anak berbeda-beda, tapi mengikuti pola yang sama. (Anak usia
5 tahun : tinggi tubuh 2x dari tinggi/panjang tubuh saat lahir. )
b. Setelah itu melambat 7 cm setiap tahun. (Anak usia 12/13 thn : tinggi anak
150 cm, masih bertambah sampai usia18 tahun ketika mengakhiri
masa remaja.)
Pada akhir usia SD dan anak masuk masa puber, pertumbuhan anak laki-laki
lebih lambat dari anak perempuan. Namun setelah itu, pertumbuhan laki-laki
lebih cepat.
o
Untuk perkembangan berat tubuh peserta didik
1. Anak usia 5 tahun : berat
5x setelah dilahirkan.
2. Anak masa anak
: berat 35-40 kg.
3. Anak usia 10-12 tahun (permulaan masa remaja):
Anak
mengalami periode lemak.
Mengalami
pematangan kelamin yang berasal dari hormone.
Nafsu makan
anak semakin besar.
Pertumbuhan
tubuh yang cepat.
Penumpukan
lemak pada perut, pinggul,pangkal paha, dada, sekitar rahang, leher dan pipi.
Berdasarkan tipologi Sheldon (Hurlock, 1980) ada tiga kemungkinan bentuk
primer anak SD, yaitu:
1. Bentuk tubuh endomorph: yang tampak dari luar berbentuk gemuk dan
berbadan besar.
2. Bentuk tubuh mesomorf: kelihatannya kokoh, kuat, dan lebih kekar.
3. Berat tubuh ektomorf: tampak jangkung, dada pipih, lemah dan seperti
tak berotot.
o Faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik
·
Pengaruh keluarga
a. Faktor keturunan
Membuat anak menjadi gemuk dari pada anak lainnya. Perbedaan ras suku
bangsa (orang Amerika,Eropa, dan Australia cenderung lebih tinggi dari
pada orang Asia).
b. Faktor lingkungan
Akan membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan
anak tersebut. Lingkungan lebih banyak pengaruhnya terhadap berat tubuh
daripada tinggi tubuh.
Jenis kelamin
Anak
laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dibandingkan dengan anak
perempuan, kecuali pada usia 12-15 tahun.
Gizi dan kesehatan
Anak yang
memperoleh gizi cukup biasanya lebih tinggitubuhnya dan relatif lebih cepat
mencapai masa puber dibandingkan dengan anak yang bergizi kurang.
Anak yang
sehat dan jarang sakit biasanya mempunyai tubuh sehat dan lebih berat dibanding
dengan anak yang sering sakit.
Status social dan ekonomi
Fisik anak
dari kelompok ekonomi rendah cenderung lebih kecil dibandingkan dengan keluarga
ekonomi cukup atau tinggi.
Keadaan
status ekonomi mempengaruhi peran keluarga dalam memberi makan, gizi dan
pemeliharan kesehatan serta kegiatan pekerjaan yang dilakukan anak.
Ganguan emosional
Anak
yang sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid
adrenalin yang berlebihan. Hal ini menyebabkan berkurangnya hormon pertumbuhan
pada kelenjar pituitary, akibatnya anak mengalami keterlambatan perkembangan
memasuki masa puber.
Bagi anak usia SD atau MI, reaksi yang diperlihatkan orang lain terutama
oleh teman-teman sebayanya terhadap ukuran dan proporsi tubuhnya mempunyai
makna penting. Apabila ukuran-ukuran dan proporsi tubuh anak berbeda jauh
dengan teman sebayanya anak akan merasa kelainan, tidak mampu dan rendah diri.
b. Perkembangan intelek
Struktur pengetahuan
Pengertian kognitif meliputi aspek
struktur intelek yang dipergunakan untuk mengetahui sesuatu, dan dalamnya
terdapat aspek: persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan
persoalan. Perkembangan kognitif merupakan proses dan hasil individu dengan
lingkungannya.
Selain itu, struktur pengetahuan juga menjelaskan tentang tingkat
kecerdasan peserta didik pada usia SD. Dengan adanya beberapa kecerdasan tiap
individu, maka memungkinkan terjadinya kecerdasan ganda (multiple
intelligence), sehingga perlu diadakannya semacam tes untuk mengetahui
tingkat intelegensi tiap individu yang biasa disebut dengan IQ (Intelligence
Quotient). IQ merupakan hasil bagi usia mental dengan usia kronologis atau
kalender dikalikan seratus. Dengan berpegang pada satuan ukuran IQ, maka
kecerdasan dikategorikan dalam tabel berikut (Sukmadinata, 2003):
2.perkembangan emosi
memasuki usia sekolah dasar
kelas tinggi,anak melalui menyadari ungkapan emosi yang kurang baik akan
berakibat pada tidak diterimanya anak di masyarakat.anak mulai mengontrol dan
mengendaalikan emosi.
3.perkembangan bahasa
perkembangan bahasa anak
sekolah dasar kelas tinggi berlangsung dengan sangat pesat,terutama kemampuan
anak dalam mengenal dan menguasi pembendaharaan kata(vocabulary)
(yusuf,2002:179).
4. perkembangan sosial
masa sekolah dasar adalah masa
berkelompok dan mulai membentuk ikatan dengan teman sebaya baik disekolah
maupun di rumah.
5. perkembangan
moral
Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan yang dinilai baik
oleh orang lain. Keberagaman tingkat moral anak-anak disebabkan karena faktor penentuannya yang beragam juga. Salah satu yang mempengaruhi adalah
orangtua.
6.perkembangan
religi
membentuk nilai
agama sebagai pendidik,pengajaran yang lebih baik terhadap anak.
c.indikator
–indikator kematangan karir anak
SD(kesadaran karir)
1.pentingnya
pengetahuan dan konsep diri yang positif tentang perkembangan karir
2.keterampilan
berinteraksi dengan orang lain
3.kesadaran
pentingya perkembangan emosi dan fisik pembuatan keputusan karir
2.3 Karakteristik Perkembangan Peserta Didik Masa Remaja
A. Makna Remaja
Remaja
dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa adolescere
yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Perkembangan lebih
lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti mencakup
kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock,1991). Pandangan
tersebut didukung oleh Piaget (Hurlock,1991) yang menyatakan bahwa secara
psilologis remaja adalah suatu usia di mana anak tidak merasa berada di bawah
tingkat yang lebih tua, melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar.
Selain
itu, remaja memiliki keunikan-keunikan yang terletak pada individu-individunya.
Tampak jelas bahwa para remaja dari keluarga sama memperlihatkan
perbedaan-perbedaan dalam besar badan, intelegensi, minat dan sifat sosial.
Para remaja dari kelas sosial yang satu berbeda dengan para remaja dari kelas
yang lain dalam sikap dan cita-citanya. Pendeknya, beberapa keunikan para
remaja terletak dalam individualitasnya, bukan pada masa remajanya.
Adapun ciri-ciri atau karakteriskik
remaja antara lain :
Perkembangan seksual
Emosi yang meluap-luap
Mulai tertarik kepada lawan jenis
Kegelisahan
Pertentangan
Aktifitas kelompok
Keinginan mencoba segala sesuatu
B.Karakteristik
Perkembangan Pada Remaja
a. Perkembangan fisik
Masa remaja merupakan salah
satu diantara dua masa rentang kehidupan individu dimana terjadi pertumbuhan
fisik yang sangat pesat. Masa pertama terjadi pada fase prenatal dan bayi.
Bagian-bagian tubuh tertentu pada tahun-tahun permulaan kehidupan secara
proporsional terlalu kecil, namun pada masa remaja proporsionalnya menjadi
terlalu besar, karena terlebih dahulu mencapai kematangan dari pada
bagian-bagian yang lain. Hal yang paling jelas terlihat pada hidung, kaki dan
tangan. Pada masa remaja akhir proporsi tubuh individu mencapai proporsi tubuh
orang dewasa dalam semua bagiannya.
Dalam perkembangan seksualitas remaja ,ditandai dengan dua ciri yaitu
sebagai berikut:
a) Ciri-ciri seks primer
Pada remaja pria ditandai dengan sangat cepatnya
pertumbuhan testis. Setelah testis mulai tumbuh dan penis menjadi panjang
,pembuluh mani dan kelenjar prostat semakin membesar. Matangnya organ-organ
seks tersebut ,memungkinkan remaja pria (sekitar usia 14-15 tahun ) mengalami
“mimpi basah”.
Pada remaja wanita kematangan organ seksualnya
ditandai dengan tumbuhnya rahim ,vagina dan ovarium(indung telur). Ovarium
menghasilkan telur dan mengeluarkan hormon-hormon yang dikeluarkan untuk
kehamilan ,menstruasi. Pada masa ini sekitar usia 11-15 tahun remaja wanita
mengalami menstruasi pertama.
b) Ciri-ciri seks sekunder
Wanita :Tumbuh rambut
atau bulu disekitar kemaluan dan ketiak , bertambah besar buah dada , bertambah
besarnya pinggul.
Pria
:Tumbuh rambut atau bulu disekitar kemaluan dan ketiak, terjadi perubahan
suara, tumbuh kumis , tumbuh jakun.
b. Perkembangan kognitif (intelektual)
Pada usia 12-20 tahun proses
pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Pada usia 16 tahun berat otak sudah
menyamai orang dewasa. Pada masa remaja terjadi reorganisasi lingkaran syaraf
Lobe frontal yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu
kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau mengambil keputusan. Lobe
frontal ini berkembang sampai usia 20 tahun lebih dan sangat berpengaruh pada
kemampuan intelektual remaja,seperti halnya anak usia 12 tahun walaupun
secara intelektual remaja tersebut berbakat namun belum bijaksana.
c. Perkembangan emosi
Pada masa
remaja merupakan puncak emosionalitas yaitu perkembangan emosi yang tinggi.
Pertumbuhan fisik serta organ-organ seksual yang mempengaruhi berkembangnya
emosi atau perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya seperti
perasaan cinta ,rindu dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan
jenis. Pada remaja awal perkembangan
emosinya menunjukan sifat sensitive dan reaktif terhadap peristiwa atau situasi
sosial, emosinya bersifat negative dan temperamental. Sedang remaja akhir
sudah bias mengendalikan emosinya.
d. Perkembangan Sosial
Pada masa remaja berkembang “social cognition” yaitu kemampuan untuk
memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik
,baik menyangkut sifat-sifat pribadi minat nilai-nilai maupun perasaannya.
Pemahamannya , mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan teman sebaya, baik melalui persahabatan maupun
percintaan. Dalam hubungan persahabatan , remaja memilih teman yang memiliki
kualitas psikologisnya relative sama dengan dirinya, baik menyangkut interes, sikap,
nilai maupun kepribadian. Pada masa ini juga remaja cenderung mengikuti opini,
pendapat, nilai, kebiasaan, hobby dan juga keinginan orang lain.
e. Perkembangan Moral
Pada masa ini muncul dorongan
untuk melakukan perbuatan yang dinilai baik oleh orang lain. Keberagaman
tingkat moral remaja disebabkan karena faktor
penentuannya yang beragam juga. Salah satu yang mempengaruhi adalah orangtua.
f. Perkembangan kepribadian
Sifat-sifat kepribadian mencerminkan perkembangan fisik, seksual,
emosional, sosial, kognitif dan nilai-nilai.
Pada masa remaja paling penting bagi pengembangan dan integrasi kepribadian.
Faktor-faktor dan pengalaman baru yang tampak terjadinya perubahan kepribadian
pada masa meliputi remaja:
a) . Perolehan pertumbuhan fisik yang
menyerupai masa dewasa.
b) . Kematangan seksual yang
disertai dengan dorongan-dorongan dan emosi baru.
c). Kesadaran terhadap diri sendiri, keinginan untuk mengarahkan diri dan
mengevaluasi diri kembali tentang standar (norma), tujuan dan cita-cita.
d). Kebutuhan akan persahabatan yang bersifat heteroseksual ,berteman dengan
pria maupun wanita.
Masa remaja merupakan saat
berkembangnya identity (jati diri). Perkembangan “identity” merupakan isu
sentral pada masa remaja yang memberikan dasar bagi masa dewasa. Erikson
meyakini bahwa perkembangan identity pada masa remaja berkaitan erat dengan
komitmen terhadap okupasi masa depan.
Dalam mengolaborasi teori
Erikson tentang identity remaja , James Marcia dkk. Mengemukan bahwa ada empat
alternative bagi remaja dalam menguji diri dan pilihan-pilihannya yaitu sebagai
berikut.
a) Identity Achievement, yang berarti bahwa setelah
remaja memahami pilihan yang realistik , maka dia
harus membuat pilihan dan berprilaku sesuai dengan
pilihannya.
b) Identity Foreclosure, menerima pilihan orangtua
tanpa mempertimbangkan pilihannya.
c) Identity Diffusion yang berarti
kebingungan tentang siapa dirinya dan mau apa dalam hidupnya.
d) Moratorium, penundaan dalam komitmen remaja
terhadap pilihan-pilihan aspek pribadi atau okupasi. Dalam hal ini Erikson
menyadari bahwa remaja dalam masyarakat yang kompleks mengalami krisis identitas atau periode moratorium dan kebingungan yang temporer.
g. Perkembangan kesadaran beragama
Untuk memperoleh kejelasan tentang kesadaran beragama remaja dapat disimak
sebagai berikut:
a) Masa remaja awal (sekitar usia 13-16
tahun)
Pada masa ini kepercayaan
kepada tuhan kadang-kadang sangat kuat ,akan tetapi kadang sangat berkurang. Hal ini dapat terlihat pada cara beribadah kadang rajin kadang juga malas.
Kegoncangan dalam keberagamaan ini muncul karena disebabkan faktor internal maupun eksternal.
Faktor internal seperti
matangnya organ seks yang mendorong untuk memenuhi kebutuhan tersebut, namun
disisi lain dilarang oleh agama. Yang lain adalah bersifat psikologis yaitu
sikap independen, keinginan untuk bebas , tidak mau terikat oleh norma
keluarga. Edang berkaitan dengan perkembangan budaya dalam masyarakat, yang tidak jarang bertentangan dengan nilai-nilai agama seperti beredarnya
film-film dan foto-foto porno, miras, ganja atau obat-obat terlarang.
Apabila kurang mendapat
bimbingan keagamaan dalam keluarga maka dapat menjadi pemicu berkembangnya
sikap dan perilaku remaja yang kurang baik seperti pergaulan bebas( free
sex), minum-minuman keras ,menghisap ganja dan menjadi trouble maker dalam
masyarakat.
b) Masa remaja akhir (17-21
tahun)
Secara psikologis , masa ini
merupakan permulaan masa dewasa , emosinya mulai stabil dan pemikirannya
kritis. Dalam kehidupan beragama, remaja sudah mulai melibatkan diri kedalam
kegiatan-kegiata keberagamaan dan dapat membedakan agama sebagai ajaran dengan
manusia sebagai penganutnya diantaranya ada yang shalih dan tidak
Indikator kematangan karir
remaja
1.aspek perencanaan
karir(career planning)
2.aspek eksplorasi
karir(career exploration)
3.aspek keputusan
karir(decision making)
2.4 Perkembangan Dan Kematangan Karir Orang Dewasa
Karakteristik Perkembangan Dewasa
Secara kronologis, masa dewasa dapat dibagi kedalam
tiga fase, yaitu; 1) dewasa muda (early adulthood, sekitar usia
18-40 tahun), 2) dewasa madya (middle adulthood, sekitar usia 40-60
tahun), dan 3) dewasa lanjut (old age, sekitar usia 60 tahun keatas)
(Hurlock, 1988).
Untuk memahami karakteristik orang dewasa dapat
disimak dari beberapa aspek perkembangan berikut.
a)
Perkembangan Fisik Biologis
Secara biologis masa dewasa dapat diartikan sebagai
suatu priode dalam kehidupan individu yang ditandai dengan pencapaian
kematangan fisik dan kesiapan untuk bereproduksi (berketurunan).
Masa dewasa muda merupakan puncak pertumbuhan fisik
yang prima, sehinggga dipandang sebagai usia yang tersehat dari populasi
manusia secara keseluruhan (healthiest people in population).
b)
Perkembangan Psikologi
Dari sisi psikologis, masa dewasa dapat diartikan
sebagai suatu periode dalam kehidupan individu yang ditandai dengan
kematangan dalam aspek intelektual dan sosio-emosional, seperti: a) memiliki
kemampuan berfikir yang logis dan realistis, b) dapat memecahkan masalah atau
mengambil keputusan, c) memiliki kesetabilan emosi (emotional stability)
yaitu; tidak lekas marah, sedih, cemas, atau mudah tersinggung, d) memiliki
sense of reality –kesadaran-realitas –yang cukup tinggi,yaitu; tidak mudah
melamun apabila mengalami kesulitan dan tidak mudah frustasi atau
menyalahkan orang lain apabila menghadapi kegagalan, dan e) bersikap optimis
dalam menghadapi kehidupan.
c)
Aspek Sosio-Religius
Masa dewasa ini ditandai dengan ciri-ciri: a) rasa
bertanggung jawab –sense of responsibility-terhadap semua perbuatannya
dan kepeduliannya memelihara kesejahteraan hidup dirinya sendiri dan juga orang
lain, b) berperilaku sesuai tuntutan atau norma agama c) memiliki pekerjaan
yang dapat menghidupi diri dan keluarganya, dan d) berpartisipasi aktif dalam
kehidupan bermasyarakat.
Karakteristik Perkembangan Karir Dewasa
Dalam teori rentang hidup (life-span) dari
super, perkembangan karir masa dewasa menggunakan dua konsep utama: peranan dan
tahapan kehidupan. Beberapa peranan penting seorang individu adalah belajar (studying),
bekerja (working), pelayanan masyarakat (community service),
aktivitas di rumah dan keluarga (home and family), dan aktivitas di
waktu luang (leisure activities).Penting (salience) peran-peran
ini dapat dilihat pada partisipasi seseorang dalam suatu aktivitas, komitmennya
terhadap aktivitas atau seberapa banyak aktivitas itu bernilai. Nilai-nilai
juga begitu penting di dalam teori super,dapat dilihat dalam
perkembanganbeberapa inventori nilai-nilai.
Di dalam teori super, bentuk peranan berhubungan
dengan pandangan terhadap tahapan dasar perkembangan karir: eksplorasi (exploration),
penetapan (establislument), pemeliharaan (maintenance), dan
ketidak terikatan (disengagement).
Tahap eksplorasi, mencakup sub-tahap kristalisasi,
spesifikasi, dan implementasi.
Tahap penetapan, mencakup tugas-tugas
stabilisasi, konsolidasi dan kelanjutannya.
Subtahap-subtahap dari pemilikan, pembaharuan, dan
inovasi termasuk tahap pemeliharaan.
Tahap ketidak terikatan mencakup pelambatan,
perencanaan pensiun dan kehidupan pension.
Aspek kunci dari teori super adalah tahap-tahap ini
sama sekali tidak terkait dengan usia. Individu dapat mengulang atau mengalami
kembali siklus atau tahap-tahap ini diberbagai waktu dalam kehidupan.
Super (Sharf, 1992:175) percaya bahwa setiap orang
berbeda memaknai pentingnya bekerja di dalam kehidupannya.Pekerjaan dapat
mempunyai arti dan kepentinganya yang berbeda untuk setiap individu. Menurut
data normative dari salience inventory (Nevill dan super dalam sharf, 1992:175)
menjukan bahwa orang-orang pada usia yang berbeda, budaya yang berbeda, menilai
pekerjaan secara berbeda.
Nevill dan super (sharf, 1992:15-176) dalam salience
inventory mengukur tiga aspek peran hidup: komitmenn, partisipasi dan
ekspektasi nilai-nilai. Aspek penting lain dari kerja salience adalah mengukur
peran pengetahuan. Peran-peran hidup tersebut diaplikasikan ke dalam beberapa
aktivitas.
Pertama belajar (studying), meliputi
sejumlah aktivitas yang mungkin berlangsung sepanjang rentang kehidupan.
Kedua bekerja (working), dapat
dimulai sejak masa kanak-kanak ketika anak menolon orang tua mereka di rumah,
menjadi penjaja Koran atau mngasuh anak (adiknya atau dari keluarga lain).
Ketiga pelayanan masyarakat (community service), meliputi
aktivitas sebagai sukarelawan dibidang social, politik atau keagamaan.
Keempat aktivitas di rumah dan keluarga (home and
family), peran ini bervariasi tergantung usia individu.
Kelima aktivitas diwaktu luang (leisure activity), umumnya
aktivitas ini sangat bermakna pada usia kanak-kanak atau remaja, seperti
aktivitas bermain, mengikuti kegiatan olah raga, menonton televisi, membaca
komik atau novel.
Sharf (1992:176-179) mengemukakan bahwa tidak hanya
pentingnya selama perubahan selama seumur hidup seseorang, tetapi juga sifat
alamiah dari perubahan keterlibatan itu. Keterlibatan inidapat diukur melalui
partisipasi, komiten, pengetahuan, dan harapan-harapan nilai-nilai.aspek-aspek
tersebut dijabarkan ke dalam indicator-indikator salience dari
peran-peran hidup, yaitu sebagai berikut:
Pertama partisipsi (participation), partisipasi
dalam menjalankan suatu peran dapat berbeda-beda, termasuk menghabiskan waktu
terhadap sesuatu, meningkatkan kinerja, memenuhi sesuatu, atau aktif dalam
aktivitas organisasi.
Kedua komitmen (commitment), komitmen
sering sekali berhubungan dengan rencana-rencana masa depan. Komitmen dapat
berhubungan dengan keinginan untuk terlibat aktif dalam suatu aktivitas.
Ketiga pengetahuan (knowledge), penemuan
informasi tentang suatu peran dengan pengalaman peran lain secara langsung atau
dengan oservasiyang menyempurnakan pengetahuan, merupakan aspek kognitif yang
mempunyai peran penting dalam kehidupan.
Keempat harapan-harapan nilai (value expectations), secara
teoritis sama dengan konsep komiten, harapan-harapan nilai –nilai berhubungan
dengan peluang berbagai peran untuk menemukan bermacam-macam kebutuhan
nilai. Ada banyak nilai-nilai yang berhubungan dengan persoalan karir.
Kelima pemanfaatan kemampuan (ability utilization), kemampuan
yang digunakan adalah berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
seseorang.Hal ini dapat berarti melakukan pekerjaan atau belajar untuk
mengembangkan kemampuannya.
Keenam prestasi (achievement), prestasi
menunjukan perasaan bahw seseorang telah menghasilkan sesuatu yang
baik.Individu dengan nilai ini menetapkan standar tinggi untuk pekerjaan atau
studi mereka.
Ketujuh estetika (aesthetics), nilai ini
berhubungan dengan keindahan di dalam peran yang dipilih seseorang.
Kedelapan altruism (altruism), mengacu
pada membantu orang lain yang mengalami permasalahan, kebutuhan akan altruism
dengan jelas ditemukan di dalam beberapa peran.
Kesembilan otonomi (autonomy), beberapa
individu menghargai peluang kebebasan dan bekerja untuk diri mereka sendiri.
Kesepuluh kreativitas (creativity), untuk dapat
menemukan atau merancang berbagai hal baru dapat menjadi penting di dalam
bermacam-macam situasi.
Kesebelas hadiah ekonomis (economic rewards), untuk
memiliki standar hidup yang tinggi dan berbagai hal yang berkaitan dengan
material yang memerlukan pendapatan yang berasal dari peran bekerja secara
aktif.
Keduabelas gaya hidup (lifestyle), untuk
merencanakan aktivitas diri sendiri, hidup sesuai keinginan, dapat menjadi
suatu penolakan untuk sebagian orang. Belajar adalah aktivitas tunggal,
mempelajari sesuai yang diingikan kadang-kadang dapat dilaksanakan dengan lebih
mudah.
Ketigabelas aktivitas fisik (physical activity),meskipun
secara fisik aktif di dalam studi itu sungguh menyulitkan, peran-peran yang
lain memberikan peluang untuk aktivitas fisik.
Keempatbelas prestise (prestige), beberapa
peran menyediakan peluang bagi individu untuk mendapatkan pengakuan dari yang
lain.
Kelimabelas resiko (risk), sebagian
orang menyukai tantangan dan hal-hal yang menyenangkan.Kesenangan dapat
menyediakan peluang itu. Aktivitas-aktivitas seperti climbing, wind surfing,
dan parachute jumping menyediakan kesempatan itu.
Keenambelas intraksi social (social interaction), dengan
orang lain dan bekerja disuatu kelompok dapat tercapai di dalam semua peran.
Ketujuhbelas variasi (variety), mampu
mengubah aktivitas pekerjaan sangat menyenangkan bagi semua orang.
Kedelapanbelas kondisi kerja (work conditions), pencahayaan
yang cukup untuk belajar; rumah yang menyenangkan, atau peralatan yang benar
untuk aktivitas olahraga dapat menjadi penting bagi sebagian orang.
Konselor kadang dapat menyediakan salience
inventori bagi konseli. Mampu menilai peran-peran yang penting bagi konseli
dan harapan-harapan nilai (value expectations) yang dijumpai oleh
peran-peran itu sangat membantu. Untuk melakukan hal ini, konselor dapat
menggunakan skala penilaian (Value Scale).
Schein (Manrihu, 1992) menyebutkan siklus kehidupan
karir menjadi empat tahap: entry, socialization, midcareer, dan late career.
Orang dewasa berada pada siklus midcareer dan latecareer.
Tahap midcareer ditandai dengan ditemukannya
karir anchors (“career anchor”) adalah suatu konsep diri okupasional
sebagai hasil dari persepsi diri dalam hal bakat-bakat dan kemampuan-kemampuan,
persepsi diri dalam hal motif-motif, dan kebutuhan-kebutuhan, dan persepsi diri
dalam hal sikap-sikap dan nilai-nilai untuk memandu, mendesak, menstabilkan,
dan menintgrasikan karir orang itu. Lima career anchors telah
diidentifikasi; yang lainnya dihipotesiskan.
Kompetensi yang diharapkan adalah: 1) kompetensi
teknis/fungsional, 2) kompetensi manajerial, 3) keamanan dan stabilitas, 4)
otonomi, 5) kreativitas, 6)identitas dasar, 7)layanan terhadap orang-orang
lain, 8) kekuasaan, pengaruh, dan kontrol, 9) keragaman, dan 10) spesialisasi
dan generalisasi.
Tahap late career adalah: 1) menjadi mentor, 2)
pencapaian keseimbangan yang tepat dari keterlibatan dalam pekerjaan, keluarga
dan perkembangan diri, dan 3) mengundurkan diri dan pensiun.
Indikator Kematangan Dan Masalah Karir Orang Dewasa
Kematangan karir pada masa dewasa ditandai dengan: 1)
stabilitasdalam pekerjaan, 2) kemajuan dalam pekerjaan, 3) inovasi dalam
pekerjaan, dan 4) perbaikan dalam pekerjaan (Super dalam Sharf,1992).
Masalah karir yang dianggap memberatkan bagi orang
dewasa adalah masa pension tiba.Menurut Super (Sharf, 1992), munculnya post
power syndrome dan disengagement merupakan ketakutan orang
dewasasaat datangnya masa pension.
Disengagement, di dalam
tahap pemeliharaan, jika individu tidak memperbaharui pengetahuan mereka dan
membuat beberapa usaha inovasi, mereka dalam bahaya kehilangan pekerjaan.
Super (Sharf, 1992) menunjukan tahap ini sebagai
“kemunduran” (decline), tetapi mengubah labelnya karna konotasi
negatifnya untuk banyak orang.Meskipun orang bisa mengalami kemunduran
kemampuan fisik dan memori, tetapi juga berhubungan dengan kearifan (wisdom).Orang-orang
dapat terus menggunakan kapasitas mental untuk melepaskan diri dari berbagai
aktivitas. Subtahap disengagement-decelerating,retirement planning,
dan retirement living-dapat dilihat sebagai tugas-tugas orang
dewasa akhir, tetapi tidak selalu harus dipertimbangkan
Decelerating, yaitu
pelambatan tanggung jawab kerja seseorang. Untuk sebagian orang ini bisa
berarti menemukan cara yang lebih mudah melakukan pekerjaan atau menghabiskan
lebih sedikit waktu dalam melakukan pekerjaan. Yang lain dapat menemukan bahwa
sulit untuk konsentrasi pada berbagai hal, tidak seperti ketika masih muda.
Gambaran dari permasalahan yang sulit pada pekerjaan dan keinginan untuk
menghindari tekanan batas waktu adalah tanda-tanda dari decelerating.
Retirement planning, meskipun
banyak individu akan memulai perencanaan pensiun (retirement planning)
sejak dini, kebanyakan individu harus berhubungan langsung dengan persoalan
ini. Tugas ini termasuk aktivitas-aktivitas seperti perencanaan finansial dan
kegiatan-kegiatan perencanaan pensiun beberapa individu dapat memilih pekerjaan
sambilan baru atau sebagai sukarelawan.Dalam beberapa hal, ketika meraka melakukan
ini, individu kembali kepada tahap kristalisasi dan menilai kembali minat,
kapasitas (fisik dan mental), dan lain-lain.
Retirement living, tahap ini
umumnya untuk orang-orang usia akhir 60-an, yang seringkali mengalami perubahan
dalam peran kehidupan. Penggunaan waktu luang, aktivitas di rumah dan keluarga,
dan pelayanan masyarakat menjadi lebih penting, sedangkan pekerjaan akan
menjadi kurang penting. Aspek penting retirement livingadalah tempat dimana
seseorang tinggaldan penggunaan waktu luang.
2.5 Pendekatan
Trait and Factor
A. Konsep Dasar
Menurut teori ini, kepribadian merupakan suatu system
atau factor yang saling berkaitan satu dengan lainnya seperti kecakapan, minat,
sikap, dan temperament. Hal yang mendasar bagi konseling sifat dan faktor
(triait and faktor) adalah asumsi bahwa individu berusaha untuk menggunakan
pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi
pengembangan potensinya. Pencapaian penemuan diri menghasilkan kepuasan
intrinsik dan memperkuat usaha untuk mewujudkan diri. (Surya, Mohamad. 2003 :
3)
Dalam Pendekatan Trait and Factor, memandang bahwa ada
delapan dangan tentang manusia yang bisa disimpulkan dari pendapat Williamson
(Lutfi Fauzan, 2004:79) yaitu sebagai berikut:
1.
Manusia dilahirkan dengan membawa
potensi baik dan buruk.
Williamson berbeda dengan Rouseau yang menganggap
manusia pada dasarnya baik dan masyarakat atau lingkungan lah yang membentuknya
menjadi jahat. Menurut Williamson, kedua potensi itu, baik dan buruk, ada pada
setiap manusia. Tidak ada individu yang lahir membawa potensi baik semata dan
sebaliknya juga tidak ada individu yang lahir semata-mata penuh dengan muatan
yang buruk. Kedua sifat itu dimiliki oleh manusia, tetapi sifat mana yang akan
berkembang tergantung pada interaksinya dengan manusia lain atau lingkungannya.
2. Manusia bergantung dan hanya akan berkembang secara
optimal ditengah-tengah masyarakat.
Manusia memerlukan orang lain dalam mengembangkan
potensi dirinya. Aktualisasi diri hanya akan dapat dicapai dalam hubungannya dan
atau dengan bantuan orang lain, manusia tidak dapat hidup sepenuhnya dengan
melepaskan diri dari masyarakat.
3. Manusia ingin mencapai kehidupan yang baik (good
live)
Memperoleh kehidupan yang baik dan lebih baik lagi
merupakan kepedulian setiap orang. Salah satu dimensi kebaikan adalah “arête”.
Manusia berjuang mencapai arête yang menghasilkan kekayaan atau
kebesaran diri. Konsep arête diambil dari bahasa Yunani yang dapat diartikan
kecemerlangan (axcelent)
4. Manusia banyak berhadapan dengan “pengintroduksi”
konsep hidup yang baik, yang menghadapkannya pada pilihan-pilihan.
Dalam keluarga, individu berkenalan dengan konsep
hidup yang baik dari orang tuanya. Disekolah dia memperolehnya dari guru,
selain itu dari teman dan anggota masyarakat yang lain.
5. Hubungan manusia berkait dengan konsep alam semesta
(The Universe), Williamson menyatakan bahwa konsep alam semesta dan hubungan
manusia terhadapnya sering terjadi salah satu dari: 1. Manusia menyendiri,
ketidakramahan alam semesta. 2. Alam semesta bersahabat dan menyenangkan atau
menguntungkan bagi manusia dan perkembangannya.
Selain konsepsi pokok tentang manusia sebaimana
dikemukakan Williamson, terdapat cakupan penting untuk dikemukakan
karakteristik atau hakiki yang lain tentang manusia, yaitu:
1.
Manusia merupakan individu yang
unik.
2.
Manusia memiliki sifat-sifat yang
umum.
3.
Manusia bukan penerima pasif bawaan
dan lingkungannya.
Asumsi Perilaku Bermasalah
Asumsi perilaku bermasalah / malasuai adalah individu
yang tidak mampu memahami kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya sehingga
individu tersebut tidak dapat mengaktualisasikan dirinya secara optimal.
(Gudnanto. 2012. FKIP UMK).
PRIBADI SEHAT menurut (Fauzan, Lutfi dan Suliono 1991
/ 1992 Konseling Individu Trait and Factor DEPDIKBUD Malang) :
·
Mampu berfikir rasional untuk
memecahkan masalah secara bijaksana
·
Memahami kekuatan dan kelemahan
dirinya sendiri
·
Mampu mengembangkan segala potensi
secara penuh
·
Memiliki motivasi untuk
meningkatkan/ menyempurnakan diri
·
Dapat menyesuaikan diri di
masyarakat
PRIBADI MALASUAI menurut kategori Bordin (Fauzan,
Lutfi.2004. 83):
·
Depcelence (ketergantungan)
·
Lach of information (kurang
informasi)
·
Self conflict (konflik diri)
·
Chose anxicty (cemas memilih)
·
No Problem (bukan permasalah selain
diatas)
Kategori Pepinsky
·
Lack of assurance (kurang percaya
diri)
·
Lack of skill (kurang keterampilan)
·
Depcelence (ketergantungan)
·
Lach of information (kurang
informasi)
·
Self conflict (konflik diri)
·
Chose anxicty (cemas memilih)
B. Pengertian dan Tujuan Konseling Trait and
Factor (TF)
Pengertian Pendekatan Trait and Factor
Yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas
bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berprilaku, seperti intelegensi
(berpikir), iba hati (berperasaan), dan agresif (berprilaku). Ciri itu dianggap
sebagai suatu dimensi kepribadian, yang masing-masing membentuk suatu kontinum
atau skala yang terentang dari sangat tinggi sampai sangat rendah.
Teori Trait-Factor adalah pandangan yang mengatakan
bahwa kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan jumlah
ciri, sejauh tampak dari hasil testing psikologis yang mengukur masing-masing
dimensi kepribadian itu. Konseling Trait-Factor berpegang pada pandangan yang
sama dan menggunakan tes-tes psikologis untuk menanalisis atau mendiagnosis seseorang
mengenai ciri-ciri dimensi/aspek kepribadian tertentu, yang diketahui mempunyai
relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam jabatan dan
mengikuti suatu program studi.
Dan juga Istilah konseling trait-factor dapat
dideskripsikan adalah corak konseling yang menekankan pemahaman diri melalui
testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan beraneka
problem yang dihadapi, terutama yang menyangkut pilihan program studi/bidang
pekerjaan.
1.
Tujuan Pendekatan Trait and Factor
Secara ringkas tujuan konseling menurut ancangan Trait
and Factor (Lutfi Fauzan 2004:91) , dapat disebutkan yaitu:
1.
Self-clarification (kejelasan diri)
2.
Self-understanding (pemahaman diri)
3.
Self-accelptance (penerimaan diri)
4.
Self-direction (pengarahan diri)
5.
Self-actualization (perwujudan diri)
C. Model Operasional / Strategi Konseling
Tahap-Tahap Konseling
Konseling Trait and Factor memiliki enam tahap dalam
prosesnya, yaitu: analisis, sistesis,, diagnosis, prognosis, konseling
(treatment) dan follow-up (Lutfi Fauzan, 2004:92)
1.
Analisis
Analisis merupakan langkah mengumpulkan informasi
tentang diri klien beserta latar belakangnya. Data yang dikumpulkan mencakup
segala aspek kepribadian klien, seperti kemempuan, minat, motif, kesehatan
fisik, dan karakteristik lainnya yang dapat mempermudah atau mempersulit
penyesuaian diri pada umumnya.
Data yang dikumpulkan diklasifikasikan menjadi dua
yaitu:
1. Data Vertikal (mencakup diri klien) yang dapat
dibagi lebih lanjut atas:
- Data
Fisik: kesehatan, cirri-ciri fisik, penampakan atau penampilan fisik dsb.
- Data
Psikis: bakat, minat, sikap, cita-cita, hobi, kebiasaan dsb.
2. Data Horizontal (berkenaan dengan lingkungan klien
yang berpengaruh terhadapnya): keluarga klien, hubungan dengan familinya,
teman-temannya, orang-orang terdekatnya, lingkungan tempat tinggalnya,
sekolahnya dsb.
2. Sintesis
Sintesis adalah usaha merangkum, mengolong-golongkan
dan menghubungkan data yang telah terkumpul pada tahap analisis, yang disusun
sedemikian sehingga dapat menunjukkan keseluruhan gambaran tentang diri klien.
Rumusan diri klien dalam sistesis ini bersifat ringkas dan padat. Ada tiga cara
yang dapat dilakukan dalam merangkum data pada tahap sistesis tersebut: cara
pertama dibuat oleh konselor, kedua dilakukan klien, ketiga adalah cara
kolaborasi.
3. Diagnosis
Diagnosis merupakan tahap menginterpretasikan data
dalam bentuk (dari sudut) problema yang ditunjukkan. Rumusan diagnosis
dilakukan melalui proses pengambilan atau penarikan simpulan yang logis.
Dalam tahap ini terdapat tiga kegiatan yang dilakukan,
yaitu :
·
Identiffikasi masalah, Berdasar pada
data yang diperoleh, dapat merumuskan dan menarik kesimpulan permasalahan
klien.
·
Etiologi (Merumuskan sumber-sumber
penyebab masalah internal dan eksternal). Dilakukan dengan cara mencari
hubungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.
4. Prognosis (tahap ke-4 dalam konseling)
Menurut Williamson prognosis ini bersangkutan dengan
upaya memprediksikan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data
yang ada sekarang. Misalnya: bila seorang klien berdasarkan data sekarang dia
malas, maka kemungkinan nilainya akan rendah, jika intelegensinya rendah,
kemungkinan nanti tdak dapat diterima dalam sipenmaru.
5. Konseling (Treatment)
Dalam konseling, konselor membantu klien untuk
menemukan sumber-sumber pada dirinya sendiri, sumber-sumber lembaga dalam
masyarakat guna membantu klien dalam penyesuaian yang optimum sejauh dia bisa.
Bantuan dalam konseling ini mencakup lima jenis bantuan yaitu:
- Hubungan
konseling yang mengacu pada belajar yang terbimbing kearah pemahaman diri.
- Konseling
jenis edukasi atau belajar kembali yang individu butuhkan sebagai alat
untuk mencapai penyesuaian hidup dan tujuan personalnya.
- Konseling
dalam bentuk bantuan yang dipersonalisasikan untuk klien dalam memahami
dan trampil untuk mngaplikasikan pinsip dan teknik-teknik dalam kehidupan
sehari-hari.
- Konseling
yang mencakup bimbingan dan teknik yang mempunyai pengaruh terapiutik atau
kuratif.
- Konseling
bentuk redukasi bagi diperolehnya kataris secara terapiutik.
6. Follow Up
Tindak lanjut merujuk pada segala kegiatan membantu
siswa setela mereka memperoleh layanan konseling, tetapi kemudian menemui
masalah-masalah baru atau munculnya masalah yang lampau. Tindak lanjut ini juga
mencakup penentuan keefektifan konseling yang telah dilaksanakan.
Stategi Implementasi
Sebagai pedoman dalam mengimlementasikan pemecahan
masalah, Williamson mengemukakan 5 macam stategi atau teknik umum, dalam
(Fauzan. Lutfi. 2004. 95) yaitu:
1.
Forcing Conformity (memaksa
penyesuaian), dipilih apabila lingkungan memang tidak dapat diubah. Seperti:
siswa harus mau mengikuti atau menerima pelajaran dari guru matematika yang
judes yang sebenarnya tidak disenangi siswa.
2.
Changing the environment (mengubah
lingkungan), dipilih bila memang tidak memungkinkan, klien memiliki kekuatan
atau kemampuan melakukannya. Lingkungan ini mencakup apa dan siapa. Contoh:
ruang belajar yang semula menghadap jendela dan jalan raya dibalik menjadi
membelakangi, tidak dapat konsentrasi belajar karena tiap belajar ada anak
ramai diluar, maka anak-anak itu disuruh pindah atau diusir.
3.
Selecting the appropriate
environment (memilih lingkungan yang cocok), contoh: ada beberapa tempat
belajat yang dapat dimanfaatkan yaitu, di perpustakaan, di rumah sendiri, dan
di rumah teman.
4.
Learning neded skills (belajar
keterampilan-keterampilan yang diperlukan), contoh: belajar keterampilan
bergaul, membuat paper, dan sebagainya.
5.
Changing attitute (mengubah sikap),
sikap merupakan kecenderungan seseorang dalam menanggapi sesuatu, dan arahnya
juga pada siapa dan pada apa. Beberapa sikap diri perlu diubah kalau memang
tidak menguntungkan, misalnya: sikap segan untuk bertanya.
D. Model Pola Hubungan Konselor dan Konseli
Situasi hubungan dalam konseling Trait and Factor
(Lutfi Fauzan, 2004 : 88) sebagai berikut:
1.
Konseling merupakan suatu thinking
relationship yang lebih mementingkan peranan berfikir rasional, tetapi tidak
meninggalkan sama sekali aspek emosional seseorang.
2.
Konseling berlangsung dalam situasi
hubungan kyang bersifat pribadi, bersahabat, akrab, dan empatik
3.
Konseling yang berlangsung dapat
bersifat remediatif maupun developmental
4.
Setiap pihak (konselor-klien)
melakukan perannya secara proporsional.
E. Model Penampilan
Model penampilan konselor (Lutfi Fauzan, 2004:88), terbagi
menjadi:
Sikap konselor
- Dapat
menempatkan diri sebagai seorang guru
- Menerima
sebagian tanggung jawab atas keselamatan klien
- Bersedia
mengarahkan klien kearah yang lebih baik
- Tidak
netral, sepenuhnya terhadap nilai (value)
- Yakin
terhadap asumsi-asumsi konseling yang efektif.
Keterampilan konselor
- Memiliki
pengalaman, keahlian dalam teori perkembangan manusia dan pemecahan
masalah
- Dapat
memanfaatkan teknik-teknik pemecahan individu baik teknik testing maupun
teknik non testing
- Dapat
melaksanakan proses konseling secara fleksibel
- Dapat
menerapkan strategi pengubahan tingkah laku beserta teknik-tekniknya
- Menjalankan
peranan utamanya secara terpadu
F. Model Analisis dan Diagnosis
Model analisis
Model analisis dalam konseling Trait and Factor (Lutfi
Fauzan, 2004:92) dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat seperti : catatan
kumulatif, wawancara, catatan anekdot, tes psikologis, dan sebagainya. Selain
itu juga study kasus. Dalam study kasus juga dapat digunakan sebagai analisis
maupun metode untuk memadukan semua data yang terdiri dari catatan komprehensif
yang mencakup keluarga, perkembangan kesehatan, pendidikan dan pekerjaan, serta
minat dan kebiasaan-kebiasaan lain.
G. Model Diagnosis
Model diagnosis dalam konseling Trait and Factor
(Surya , Mohamad. 2003 : 6) merupakan tahap pertama menginterprtrasikan data
melalui proses penarikan kesimpulan permasalahan dari klien secara logis berupa
identifikasi masalah. Dalam identifikasi masalah ada dua kaegori yang sifatnya
deskriptif menurut Bordin dan Pepinsky yaitu:
Kategori diagnostik dari Bordin ialah :
- Dependence
(ketergantungan)
- Lack of
Information (kurangnya informasi)
- Self –
Conflict (konflik diri)
- Choice
– anxiety (kecemasan dalam membuat pilihan)
Kategori diagnosis dari Pepinsky ialah :
- Lack of
Assurance (kurang dukungan)
- Lack of
Information (kurangnya informasi)
- Lack of
Skill (memiliki keterampilan)
- Dependence
(ketergantungan)
- Self –
Conflict (konflik diri)
H. Model Peran Konselor.
Peranan yang dapat dan seharusnya dilakukan oleh
seorang konselor Trait and Factor (Surya, Mohamad. 2003 : 5) adalah sebagai
berikut :
- Konselor
memberitahu kepada klien tentang berbagai kemampuan yang diperoleh melalui
penyelenggaraan testing psikologis, angket dan alat ukur lainnya.
- Konselor
memberitahukan tentang bidang-bidang yang cocok sesuai dengan kemampuan
serta karakteristiknya.
- Konselor
secara aktif mempengaruhi perkembangan klien.
- Konselor
membantu klien mencari atau menemukan sebab-sebab kesulitan atau
gangguannya dengan diagnosis eksternal.
- Secara
esensial peranan konselor adalah seperti guru, dimana “memberi informasi”
dan “mengarahkan secara efektif”.
I. Model Teknik
Teknik – teknik konseling yang dikemukakan Wiliamson
(Lutfi Fauzan, 2004 : 96) ada lima macam yaitu sebagai berikut:
- Establishing
rapport (menciptakan hubungan baru)
Untuk cepat menciptakan hubungan baru yang baik,
konselor perlu menciptakan suasana hangat, bersifat ramah dan akrab dan
menghilangkan kemungkinan situasi yang bersifat mengancam.
Ada beberapa hal yang terpenting, dan terkait dengan
keperluan penciptaan rapport tersebut:
–
Reputasi konselor, khususnya reputasi dan kompetensi (competency repulation),
konselor harus memiliki nama baik dimata siswa.
–
Penghargaan dan perhatian konselor kepada individu.
–
Kemampuan konselor dalam menyimpan rahasia (confidentiality) termasuk
kerahasiaan hasil-hasil konseling atas siswa-siswa terdahulu.
Untuk memenuhi maksud di atas, maka dalam prosesnya
konselor dapat melakukan tindakan-tindakan yang membuat siswa merasa aman dan
dihargai sejak penyambutan. Oleh karena itu, konselor perlu: menyebut nama
siswa begitu ia muncul, menjabat tangan, menghindarkan kesan segan, menolak
atau tidak sabar dan muka cemberut, mempesilahkan duduk, dan mengawali
pembicaraan dengan topic-topik netral.
2. Cultivatingself-understanding (mempertajam
pemahaman diri)
Konselor perlu berusaha agar klien atau siswa lebih
mampu memahami dirinya yang mencakup segala kelebihan maupun kekurangannya, dan
dibantu untuk menggunakan kekuatan dan mengatasi kekurangannya. Untuk itu,
dapat dimengerti kalau misalnya onselor dituntut untuk menginterprestasikan
data klien, termasuk data hasil testing.
3. Advising or planning a program of action (membari
nasehat atau membantu merencanakan program tindakan)
Dalam melaksanakan hal ini, konselor memulai dari apa
yang menjadi pilihan klien, tujuannya, pandangannya, dan sikapnya: kemudian
mengemukakan alternasi-alternasi untuk dibahas segi-segi positif dan
negatifnya, manfaat dan kerugiannya. Oleh karena itu, klien perlu didorong
untuk menyampaikan ide-idenya sendiri untuk dipertimbangkan, dan konselor
memberikan saran-saran pengambilan keputusan dan pelaksanaannya.
Ada tiga cara dalam memberikan nasehat, yaitu:
–
Direct advice (nasehat langsung), secar jelas dan terbuka konselor mengemukakan
pendapatnya. Cara ini dilakukan bila klien memang tidak mengetahui langsung apa
yang harus diperbuat atau diinginkan.
–
Persuasive, dilakukan bila klien telah mampu menunjukkan alas an yang logis
atas pilihan-pilihannya, tetapi belum mampu menentukan pilihan.
–
Explanatory (penjelasan), dilakukan apabila klien telah dapat mengajukan
pilihannya termasuk pertimbangan baik buruknya. Konselor memberikn nasehat
dengan menjelaskan implikasi-implikasi putusan klien.
4. Carrying out the plan (melaksanakan rencana)
Mengikuti pilihan atau keputusan klien, konselor dapat
memberikan bantuan langsung bagi implementasi atau pelaksanaannya. Bantuannya,
antara lain berupa rencana atau program pendidikan dan pelatihan atau usaha-usaha
perbaikan lainnya yang lebih dapat menyempurnakan keberhasilan tindakan.
Contoh/; apabila dalam keputusannya, klien akan menemui gurunya, maka klien
diajak mendiskusikan kapan hal itu dilakukan, dimana, dengan cara apa, dengan
siapa dan sebagainya.
5. Refferal (pengiriman pada ahli lain)
Pada kenyataannya tidak ada konselor yang ahli dalam
memecahkan segala permasalahan siswa, yang karena itu konselor perlu menyadari
keterbatasan dirinya. Apabila konselor tidak mampu, janganlah memaksakan diri
atau berbuat coba-coba. Konselor perlu mengirimkan kliennya pada ahli lain yang
lebih mampu.
J. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan dan kekurang teori trait and factor
(Gudnanto. 2012. FKIP UMK), yaitu:
- Kelebihan
Teori Trait and Factor, yaitu:
- Pemusatan pada klien dan bukan pada konselor
- Identifikasi dan hubungan konseli sebagai wahana
utama dalam mengubah kepribadian
- Lebih menekankan pada sikap konselor daripada
teknik
- Memberikan kemungkinan untuk melakukan
penelitian dan penemuan kuanitatif
- Penekanan emosi, perasaan dan afektif dalam
konseling
- Kelemahan
Teori Trait and Factor, yaitu:
- Konseling terpusat pada pribadi dan dianggap
sederhana
- Terlalu menekankan aspek afektif emosional,
perasaan sebagai penentu perilaku tetapi melupakan factor intelektual,
kognitif dan rasional
- Penggunaan informasi untuk membantu klien tidak
sesuai dengan teori
- Tujuan untuk sikap klien yaitu memaksimalkan
diri dirasa terlalu luas dan umum sehingga sulit menilai individu
- Sulit bagi konselor untuk bersikap netral dalam
situasi hubungan interpersonal.
K. Penerapan / Aplikasi
Paijo adalah siswa kelas X SMA di sebuah kota kecil.
Dia merasa tidak diperhatikan lagi oleh kedua orang tuanya. Ayah ibunya sibuk
dengan pekerjaannya masing-masing. Kemudian dia mencari pelarian dengan clubbing
yang otomatis minuman keras dan narkoba sudah menjadi hal biasa. Dia sendiri
merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut, tapi sulit baginya untuk lepas
dari kebiasaannya itu, karena menurut pendapatnya dengan seperti itu dia akan
mendapatkan banyak teman dan tidak kesepian lagi. Akhirnya dia semakin tidak
nyaman dan datang ke konselor untuk meminta bantuan. Dalam kasus ini, konselor
menggunakan pendekatan konseling Trait and Factor.
2.6 Pendekatan Konseling
Karir Berpusat Pada Klien
Pendekatan ini merupakan pertentangan terhadap
pendekatan trait and factor. Teori
client centered memposisikan the self tidak hanya sebagai konsep
mengorganisasi yang dibatasi oleh karakteristik-karakteristik pribadi sebagai
“aku”, tetapi juga sebagai kekuatan motivasi utama terhadap aktualisasi
potensi-potensi diri seseorang, Rogers (dalam Suherman, 2011).
Dalam pembuatan keputusan karir, konseli seringkali
menghadapi permasalhan seputar ketidaksesuaian antara diri dengan informasi
atau pengalaman kerja yang dimilikinya. Konseling karir client centered
membantu konseli dalam menghadapi permasalahan tersebut. Konselor bersama-sama
dengan konseli, mencoba mencari dan mengatasi ketidaksesuaian antara diri dan
pengalaman konseli dengan dunia kerja. Konseli berusaha mengembangkan konsep
diri dan pengalamannya terhadap dunia kerja sehingga terbentuk kongruensi
diantara keduanya.
1) Model
Melakukan diagnosis yang memfokuskan pada permasalahan
dalam pembuatan keputusan, yakni : (a) ketidakmatangan, yaitu kekurangan
informasi atau pengalaman kerja, (b) maladjustment, yaitu penolakan atau
distorsi. Dengan memperhatikan proses dalam konseling karir client centered
menurut Patterson dan dihubungkan dengan teori Rogers (dalam Suherman, 2011)
sebagai berikut :
- Tahap
pertama, terdapat suatu sikap dalam mengkomunikasikan diri konseli.
- Tahap
kedua, ekspresi berlangsung secara mengalir dalam rangkan menanggapi namun
tidak berdasarkan pada diri, melainkan masalah dating dari lingkungan luar
yang datang ke dalam diri konseli.
- Tahap
ketiga, perasaan rileks namun hanya sedikit perhatian pada isi
pembicaraan.
- Tahap
keempat, perasaan adalah ikatan dalam diri individu. Kesulitan masih ada
dalam diri individu saat mengekspresikannya.
- Tahap
kelima, perasaan dieskpresikan secara bebas dalam tahap ini.
- Tahap
keenam, self sebagai objek menghilang.
- Tahap
ketujuh, self konseli menjadi subjek yang lebih sederhana dan mencerminkan
kesadaran dan pengalamannya.
Diharapkan hasil dari konseling karir client centered
dapat dibatasi dalam istilah-istilah tertentu yang diterima selama proses
interaksi konselor dengan konseli.
2) Metode
(a) Teknik wawancara, konseling karir client centered
akan membuat respon-respon selama wawancara. Tujuannya untuk memperkaya
pengalaman konseli yang berhubungan dengan penafsiran konsep diri dalam
peranannya dengan pekerjaan. Snyder (dalam Suherman, 2011) mengembangkan system
klasifikasi wawancara untuk konseling karir client centered dengan mambatasi
kategori dalam merespom dan memberikan gambaran untuk konselor dalam menentukan
yang lebih banyak digunakan dan bagaimana menggunakannya.
(b) Interpretasi tes, untuk mencapai client centered
ini dengan menggunakan tes, telah diajukan beberapa prosedur inovatif, yaitu
pertama tes dilakukan atas keinginan dan permintaan dari klien. Kedua, konseli
berpartisipasi dalam proses pemilihan tes. Disini konselor menggambarkan
jenis-jenis informasi yang akan diperoleh dari berbagai tes yang tersediam dan
konseli menentukan kebiasaan mana yang ingin dia nilai. Ketiga, setelah tes
dilakukan dan diskor, konselor melaporkan hasil tes kepada konseli secara
objektif dan tidak dalam bentuk memvonis, serta memberikan respon terhadap
reaksi yang muncul.
(c) Informasi pekerjaan, dalam informasi pekerjaan
terdapat empat prinsip, hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Patterson (dalam
Suherman, 2011) yakni : pertama, informasi pekerjaan dimasukan dalam proses
konseling jika diketahui ada kebutuhan ajan hal itu dari sisi konseli. Kedua,
informasi pekerjaan tidak digunakan untuk mempengaruhi atau memanipulasi konseli.
Ketiga, cara paling objektif dalam memberkan informasi pekerjaan dan cara yang
memaksimalkan inisiatif dan tanggungjawab konseli adalah dengan mendorong
konseli untuk memperoleh informasi dari sumber aslinya, misalnya dari penerbit,
pekerja. Keempat, sikap dan perasaan konseli terhadap pekerjaan boleh
diungkapkan dan ditangani secara terapeutik.
3) Materi
Ketika konselor berasumsi bahwa perilaku meraih
informasi yang diperlukan untuk mengumpulkan sejarah kasus baik konselo tidak
dapat menahan perasaan bahwa tanggungjawab pemecahan masalahnya diambil alih
oleh konselor. Informasi yang mencukupi mengenal diri dan dunia kerja mungkin
secara sederhana tidak tersedia untuk konseli, tanpa pertimbangan apakah dia
telah mengasimilasikannya secara akurat. Kurangnya keseuaian sebagai
implementasi self concept dalam peran pekerjaan, mungkindalam pertama menjadi
fungsi kurangnya informasi. Keputusan diagnosis yang mendahului bahkan dalam
konseling karir client centered akan tampak atau menjadi masalah konseli merupakan
penekanan dari : (1) kurangnya informasi atau (2) distorsi informasi
(pengalaman).
Hasil konseling karir client centered dapat dibatasi
dalam istilah-istilah tertentu yang diterima selama proses interaksi konselor
dengan konseli. Patterson dan Grummon (dalam Suherman, 2011) mentakan bahwa
tujuan awal konseling client centered adalah perkembangan konseli dalam proses
dengan menimbang tujuan akhir yaitu mewujudkan aktulisasi diri.
a.diagnosis
Diagnosis merupakan tahap
menginterpretasikan data dalam bentuk (dari sudut) problema yang ditunjukkan.
Rumusan diagnosis dilakukan melalui proses pengambilan atau penarikan simpulan
yang logis.
b.hasil(dimana
hubungan pribadi pada dunia kerja
digambarkan)
2.8 Pendekatan Konseling
Karir Perkembangan
Konseling karir perkembangan(Delopmental career
conseling) menekankan pada hubungan kematangan karir seseorang dengan masalah
pembuatan keputusan suatu tindakan yang disampaikan konseli dalam konseling
karir.
Konseling karir perkembangan berada pada jajaran karir
perkembangan secara umum, dari permasalahan sederhana sampai pada permasalahan
yang kompleks. Komunikasi dan hubungan merupakan dua bentuk perkembangan karir
pada umumnya. Perkembangan karir terjalin dengan berbagai segi perkembangan,
seperti personal dan social, sehingga intervensi dalam perkembangan karir
konseli dapat memiliki pengaruh pada proses perkembangan keluarganya begitupun
sebaliknya. Jadi, pendekatan perkembangan memberikan dimensi waktu pada
konseling karir dan kemungkinan seluruh perubahan dalam perilaku termasuk
vokasional, personal atau social yang dapat terjadi sepanjang dimensi waktu.
E. Pendekatan konseling karir behavioral
Dalam konseling karir behavioral ini terdapat dua
orientasi, yakni pertama focus tidak langsung melalui aspek mediasi bahasa yang
memberikan respon yang jelas dan terbuka, dan yang kedua adalah konsentrasi
langsung pada konsekuensi sebuah respond dari pemberian sebuah penghargaan atau
hukuman yang diberikan.
Diagnosis yang dilakukan terhadap konseli diawali
dengan munculnya perasaan konseli yang cemas terhadap karir selanjutnya. Hal
tersebut sebagai dampak dari tidak biasanya konseli dalam membuat pilihan,
tidak mampu memilih salah satu pilihan secara realistis dan konsekuen. Perasaan
cemas mengai ketidakpunyaaan model pekerjaan yang sesuai dengan potensinya
terhadap perkembangan karir merupakan bagian dari keputusan yang memunculkan
ketidakmauan untuk berkarir. Hal tersebu tercermin dari sering munculnya
pertanyaan dari dirinya sendiri sering muncul seperti apa yang akan kamu
lakukan setelah besar nanti atak akan menjadi apa kamu nanti.
Dalam hal proses konseling, terbagi menjadi dua
tahapan, tahap pertama konselor berusaha menghilangkan kecemasan, kebimbangan
yang berhubungan dengan pengambilan keputusan. Kedua, setelah konseli terbebas
dari kecemasan, pembelajaran bias terjadi dan membantu menstimulasi konseli
untuk mempelajari pilihan-pilihan karir. Pembelajaran disini dimaksudkan pada
informasi yang nyata dan diberikan oleh konselor sebagai layanan informasi
terhadap konseli.
Proses konseling karir sebagai kesimpulan utama dari
teori behavioral mengemukakan dua tahapan, hal tersebut diambil bila masalah
konseli meliputi kecemasan, kebimbangan, keragu-raguan, serta ketidakpastian
dalam memilih karir. Tahap ini adalah counterconditioning dan instrument
learning.
Proses counterconditioning disini terjadi dengan
adanya stimulus yang tidak dipelajari yaitu konseli mengungkapkan tentang
pengambilan keputusan baik ketika dulu ataupun pada saat sekarang yang
memunculkan stimulus dan akan direspon sebagai kecemasan. Proses berikutnya
adalah instrument learning, yaitu konselor berusaha mengeksplorasi titik
kecemasan tersebut. Konselor memberikan informasi yang dapat memunculkan
stimulus yang baru dan pemahaman bari dan juga diperkuat dengan relationship
therapist. Sehingga memunculkan respon sebagai harapan baru, jaminan dan
kepercayaan.
2.9 Pendekatan Konseling
Karir Psikodinamik
Merupakan suatu pendekatan yang dilakukan konselor
untuk membantu konseli dalam pemilihan dan pembuatan keputusan karir dengan
menggunakan metode penyembuhan yang lebih bersifat psikologis atau psikis
daripada dengan cara-cara fisik. Konseli mengalami
ketergantungan-ketergantungan terhadap orang lain sehingga menjadikan orang
lain itu sebagai perantara kebutuhan konseli. Selain itu, hal lain yang membuat
konseli mengalami kesulitan adalah konflik diri atau pertentangan dari diri
konseli antara konsep diri yang ia pegang sebagai tuntunan hidup dengan harapan
untuk masa depan, sehingga menimbulkan kecemasan pada konseli dan berimbas pada
kemantapan dalam memilih dan memutuskan karir yang akan diambil untuk masa
depannya.
Konseling karir psikodinamik berguna untuk membantu
menyesuaikan dan menyeimbangkan aspek-aspek dorongan dan kebutuhan dalam diri
konseli dengan tuntutan dan kebutuhan dunia kerja. Maka dari itu dalam hal ini
peran konselor adalah membantu dalam pemilihan dan pembuatan keputusan karir
yang dapat dilakukan dengan pendekatan psikodinamik. Peran konselor diantaranya
adalah memberikan masukan-masukan kepada konseli dan lebih bersifat klinis.
Pandangan psikodinamik mengungkap bahwa pemilihan
karir adalah salah satu dari sekian banyak keputusan penting yang harus dibuat
seseorang didalam hidupnya. Individu yang memiliki pola piker maju, diperkirakan
mampu mengidentifikasi factor-faktor pemilihan profesi yang mengarah kepada
pembuatan keputusan pemilihan profesi sehingga ia mampu mengembangkan semua
sumber daya yang dimilikinya guna mengimplementasikan keputusan tersebut,
sehingga ia mampu bekerja sama secara efektif.
Karakteristik konseli yang ditangani oleh psikodinamik
menggambarkan seseorang yang mempunyai masalah antara dinamika kepribadian
dengan pembuatan keputusan karir.
2.10 Pendekatan Konseling
Karir Komprehensif
Tidak ada satu model dan metode dari
pendekatan-pendekatan konseling karir diatas yang dominan dalam membentuk
pendekatan konseling karir komprehensif. Masing-masing pendekatan mempunyai
kontribusi terhadap pendekatan konseling karir komprehensif. Sintesis dari
pendekatan-pendekatan itu diharapkan bukan hanya penempelan bagian-bagian dari
pendekatan karir utama yang ada secara serampangan. Tujuan dari perpaduan
pendekatan ini adalah mewujudkan pendekatan konseling karir komprehensif yang
benar-benar berdasar atas hubungan-hubungan rasional antar elemmen dari
pendekatan-pendekatan utama tersebut dan sesuai dengan konteks interaksi antar
konseli dan konselor. Garis besar pendekatan konseling karir komprehensif
terbagi kepada tiga bagian yaitu pertama bagian model atau teori, kedua
metode-metode atau teknik dan ketiga, penyimpulan pokok atau studi kasus yang
menggambarkan konsep-konsep dan prosedur pokok dengan perhitungan dan analisis
kasus konseling karir.
Dalam merumuskan model konseling karir komprehensif,
konsep dan prinsip-prinsip pokok yang digunakan tidak hanya bersumber dari
pendekatan-pendekatan karir utama tetapi juga bersumber dari system umum
konseling dan psikoterapi. Disamping itu, model ini merupakan dari pengalaman
yang diambil dari berbagai sisi presentasi dan pengawasan konferensi kasus yang
membuktikan karakteristik bentuknya. Maka dari itu, konsep diagnosis,
proses-proses dan hasil yang akan dihasilkan dibentuk dari pengalaman dibuat
selogis tujuan yang ada untuk memadukan antara aspek teoritis dan pragmatis yang
penuh makna.
Isu utama dalam mensintesiskan berbagai aspek dari
model konseling karir komprehensif adalah mengenai perlu tidaknya pemakaian
diagnosis dalam proses konseling. Pada dasarnya, semua pendekatan konseling
kecuali client centered menyatakan perlunya diagnosis dalam proses konseling,
client centered pun sebenarnya tidak konsisten terhadap penggunaan diagnosis
dalam proses konseling.
Ketika konseli memerlukan konseling karir
komprehensif, pertanyaan yang muncul adalah : 1) apa sebenarnya masalah konseli?
Dan 2) mengapa konseli sampai mengalami masalah itu, jika disepakati bahwa
diagnosis diperlukan dalam konseling komprehensif, proses diagnosis yang
dilakukan adalah 1) diagnosis diferensial yang bersumber dari teori konseling
karir trait and factor, 2) diagnosis dinamik dilakukan untuk mengetahui
asal-usul kemunculan permasalahan, dan 3) menggunakan career maturity inventory
untuk mengetahui hubungan sikap dan kompetensi karir seseorang
Comprehensive career counseling merupakan
proses konseling yang mengintegrasikan teknik-teknik dari kelima pendekatan
konseling, untuk membantu klien dalam menyelesaikan malsalah klien yang
kompleks (lebih dari satu focus masalah karis individu).
METODE
Teknik
Wawancara
|
Interpretasi
Tes
|
Informasi
Pekerjaan
|
|
Trait and
Factor
|
Melibatkan
metode yang berupoa:Establishing rapport(menumbuhkan hubungan baik
antara konselor dengan klien,Cultivating selfunderstanding(upaya
pemahaman diri klien), advising or planning a program of action(poemberian
advis atau merencanakan sebuah program tindakan, carrying out the
plan(membuat perencanaa tindakan nyata), danreferral.
|
Melibatkan
konselor yang berwenang membuat interpretasi pada hasli tes, dan
menggambarkan kesimpulan dan merekomendasikan dari tes untuk pertimbangan
klien.
|
Konselor
memberikan informasi hendaknya mencakup tiga fungsi yaitu : fungsiinformational,
readjustive, dan motivational.
|
Client
Centered
|
Konselor
merespon lebih dulu, menerima, menerangkan, dan menyatakan dengan maksud
untuk mencapai pemahaman diri, konselor memusatkan pada refleksi perasaan
semata-mata dengan menggantikan teknik menerangkan tujuannya agar klien
memperoleh gambaran, dan konselor dapat lebih efektif dalam wawancara sesuai
dengan kebutuhan.
|
Konselor
menjadikan tes sebagai alat utama yang digunakan untuk mengidentifikasi klien
dan apa yang diinginkan, digunakan jika betul-betul dibutuhkan dan diminta
oleh klien. Super menyebutnya “uji kecermatan”
|
Diperkenalkan
ketika klien mmebutuhkan; konselor harus memastikan bahwa informasi
memiliki arti pribadi bagi klien, serta dipahami dan diteliti melalui konteks
kebutuhan dan nilai dan kenyataan secara objektif.
|
Psychodynamics
|
Ada tiga
kategori respons interpretatif konselor yang dapat digunakan dalam konseling
(menurut Bordin) yaitu: 1)clarification yaitu dimaksudkan untuk
melakukan wawancara dan verbalisasi bahan-bahan yang sesuai dengan
permasalahan, 2)comparison, yaitu membandingkan untuk memperlihatkan
persamaan dan perbedaan secara tajam, 3)interpretation of wish defence
system, interpretasi pada system “harapan yang diinginkan, menunjukkan
gabungan praktis pendekatan Psikodinamik, Trait dan Factor dan Client
Centered.
|
Tiga
tujuan utama menurut Bordin, yaitu: 1) bahwa klien menjadi partisipan yang
aktif dalam memilih dan menentukan jenis tes yang akan dilakukan. 2) bahwa
te3s memberikan informasi diagnostikbagi konselor untuk mendorong eksplorasi
diri klien. 3) bahwa secara verbal konselor memberikan interpretasi tes,
sebagai mana yang dibutuhkan (bandingkan dengan pendekatan trait dan factor
yang menggunakan keseluruhan penafsiran tes).
|
Informasi
berdasarkan atas analisis kebutuhan mengenai kewajiban-kewajiban
danntugas-tugas pekerjaan, mirip dengan pendekatan trait dan factor dlam
menyesuaikan individu dengan pekerjaan, tapi berbeda dalam variable kebutuhan
persobality dan ikondisi kerja yang memuaskan, daripada karakteristik statis
individu dan pekerjaan.
|
Developmental
|
Menurut
Super yang berhubungan dengan perubahan pendekatan dalam merespon secara
langsung isi pernyataan oleh klien dan yang secara tidak langsung untuk
mengekspresikan perasaan.
|
Informasi
yang tepat dalam menggambarkan contoh karir dalam membedakan jabatan, menurut
super ada enam pola yang menggambarkan pola karir yang dibutuhkan untuk
pendekatan ini.
|
Tujuannya
untuk memaksimalkan nilai tes dalam membuat keputusan dengan
mengadministrasikannya secara berbeda, dengan melibatkan klien dalam setiap
fase proses; menampilkan uji kecermatan dibandingkan dengan uji kejenuhan
seperti pada pendekatan trait dan factor.
|
Behavioral
|
Goodstein
mengajukan teknik psychoteraphy untuk mengurangi kecemasan. Ia sependapat
dengan krumboltz dan thoresen dalam pandangan pragmatisnya merekan
berpendapat bahwa konselor seharusnya menguatkan keinginan klien, mendorong
terjadinya proses modeling social, dan mengajarkan pembelajaran berbeda dalam
memperoleh kemahiran membuatkeputusan.
|
Penggunakan
tes dalam setiap tesri atau pandangan secara pragmatic, hamper diabaikan
sejak mereka mengukur perbedaan individual dalam hal tingkah laku, disbanding
mencverminkan interaksi antara individu dan lingkungan. Yang menjadi
perhatian utama konselor behavior yaitu mengumpulkan data tingkah laku
individu.
|
Konselor
behavior telah mengembangkan beragam jenis yang berguna dalam menumbuhkan
semangat eksplorasi karir dan membuat keputusan daripada membuat informasi
yang sederhana.
|
Comprehensive Career Counseling With Women
A. MODEL
Berubah dalam segi substansinya, ini dikarenakan
perbedaan yang signifikan dalam proses perkembangan karir wanita dengan
laki-laki (super, osipow, Fitzgerald, dan crites), dan dikarenakan sosialisasi
dari peran karir wanita dan laki-laki berbeda cukup signifikan, yakni perbedaan
dalam segi diagnosis, sehingga berbeda dalam proses, dan hasilnya.
Kedua perbedaan di atas disebabkan karena adanya
perbedaan orientasi karir wanita dan laki-laki. Adapun perbedaan orientasi
karir wanita dan laki-laki sebagai berikut:
Wanita dalam mengerjakan pekerjaannya dilakukan secara
istimewa, walaupun tidak berdasarkan pada kebutuhan masa depan. Ini disebabkan
karena adanya dilemma antara bekerja (working) atau menjadi ibu rumah tangga
(mothering), dan karena adanya jarak tempat kerja yang menjadi pertimbangan
bagi wanita dalam memilih karinya. Berdasarkan konflik itulah wanita memiliki
kecenderungan kurang sukses berkarir karena wanita kurang percaya diri untuk
terjun dalam dunia karir (hal ini dapat disebut juga fear of success).
Fase proses komprehensif karir kaonseling wanita:
- problem
exploration.
- clarification.
- resolution.
Adapun tujuan komprehensif karir konseling wanita
yaitu wanita mengetahui bahwa pilihan karirnya itu merupakan pilihan terbaik
untuyk dirinya.
B. METODE
1. teknik wawancara.
2. tes interpretation.
3. informasi pekerjaan.
C. MATERIAL
- menurut
Schiffer, materi konseling berhubungan dnegan inventori minat pekerjaan.
- Menurut
Zytowski, konselor dapat memodifikasi teknik-teknik konseling tergantung
pada instrument yang digunakan dalam konseling.
- Menurut
Stebbins, Ames, dan Rhoden, konselor dapat menggubnakan sex-fair
counseling.
A. Permasalahan
Siswa di Sekolah
Menurut
Prayitno dalam Badarudin (2011), masalah adalah sesuatu yang tidak disukai
adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau
perlu dihilangkan.
Nurihsan
(2006) mengatakan bahwa terdapat empat jenis masalah yang terdapat pada
individu, masalah – masalah tersebut antara lain:
1. Masalah
akademik
Adapun yang
termasuk masalah – masalah akademik, yaitu pemilihan jurusan/konsentrasi, cara
belajar, penyelesaian tugas – tugas dan latihan, pencarian serta penggunaan sumber
belajar, perencanaan pendidikan lanjutan, kesulitan belajar, dan lain – lain.
2. Masalah
social pribadi
Adapun yang
tergolong dalam masalah – masalah social-pribadi adalah masalah hubungan dengan
sesama teman, dosen serta staff, pemahaman sifat dan kemampuan diri,
penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka
tinggal, serta penyelesaian konflik.
3. Masalah
karier
Adapun yang
tergolong dalam permasalahan karier yaitu pemahaman terhadap jabatan dan tugas
– tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi
lingkungan, perencanaan dan pengembangan karier, penyesuaian pekerjaan, dan
lain – lain.
4. Masalah
keluarga
Yusuf dalam
Yusuf (2014) menemukan beberapa masalah siswa dalam penelitiannya di beberapa
SMK di Jawa Barat. Permasalahan – permasalahan tersebut yaitu:
1. Masalah
pribadi
Beberapa permasalahan yang dialami siswa terkait
masalah pribadu antara lain:
Kurang
motivasi untuk mempelajari agama
Kurang
memahami agama sebagai pedoman hidup
Kurang
menyadari bahwa setiap perbuatan manusia diawasi oleh Tuhan
Masih merasa
malas untuk melaksanakan sholat
Kurang
memiliki kemampuan untuk bersabar dan bersyukur
Masih
memiliki kebiasaan berbohong
Masih
memiliki kebiasaan menyontek
Kurang
disiplin
Masih
kekanak – kanakan
Belum dapat
menghormati orang tua secara ikhlas
Masih kurang
mampu menghadapi situasi frustasi
Masih kurang
mampu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang matang
Masih suka
melakukan suatu perbuatan tanpa pertimbangan baik buruknya, atau untung-ruginya
Merasa
rendah diri
2. Masalah
social
Yang tergolong dalam masalah social yang dialami siswa
antara lain:
Kurang
menyenangi kritikan orang lain
Kurang
memahami tata karma (etika) pergaulan
Kurang
berminat untuk berpartisipasi dalam kegiatan social
Merasa malu
untuk berteman dengan lawan jenis
Sikap kurang
positif terhadap pernikahan
Sikap kurang
positif terhadap hidup berkeluarga
3. Masalah
belajar
Beberapa permasalahan yang dialami siswa terkait
masalah pribadu antara lain:
Kurang
memiliki kebiasaan belajar yang baik
Kurang
memahami cara belajar yang efektif
Kurang
memahami cara mengatasi kesulitan belajar
Kurang
memahami cara membaca buku yang efektif
Kurang
memahami cara membagi waktu belajar
Kurang
menyenangi mata pelajaran tertentu
4. Masalah
karir
Yang tergolong ke dalam permasalahan karir yaitu;
Kurang
mengetahui cara memilih program studi
Kurang
mempunyai motivasi untuk mencari informasi tentang karir
Masih
bingung memilih pekerjaan
Merasa cemas
untuk mendapat pekerjaan setelah lulus
Belum
memiliki pilihan perguruan tinggi tertentu, jika setelah lulus tidak masuk
dunia kerja
Terkait dengan masalah siswa di
sekolah, Badarudin (2011) berpendapat bahwa dalam interaksi belajar mengajar,
siswa merupakan kunci utama keberhasilan belajar selama proses belajar yang
dilakukan. Namun demikian, tidak semua murid dapat mencapai tujuan atau sasaran
belajar itu dengan cepat dan tepat. Menyimpulkan dari pendapat Badarudin
(2011), dapat dikatakan bahwa terdapat sesuatu yang janggal dalam proses
belajar siswa, sehingga sesuatu yang janggal tersebut dapat disebut sebagai
masalah belajar bagi siswa.
Menurut Badarudin (2011),
masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat
saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau
cerdas. Berikut ini merupakan jenis-jenis masalah belajar yang terjadi di
Sekolah Dasar:
1. Keterlambatan
akademik; yaitu keadaan murid yang diperkirakan memiliki
intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkan secara optimal
2. Kecepatan
dalam belajar; yaitu keadaan murid yang memiliki bakat
akademik yang cukup tinggi atau memilki IQ 130 atau lebih, tetapi masih
memerlukan tugas-tugas khusus untukmemenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya
yang amat tinggi
3. Sangat lambat
dalam belajar; yaitu keadaan murid yang memilki bakat akademik yang
kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau
pengajaran khusus.
4. Penempatan
kelas; yaitu murid-murid yang umur, kemampuan,ukuran dan
minat-minat sosial yang terlalu besar atau terlalu kecil untuk kelas yang
ditempatinya
5. Kurang
motivasi belajar; yaitu keadaan murid yang kurang bersemangat dalam
belajar, mereka seolah-olah tampak jera dan malas
6. Bersikap dan
kebiasaan buruk dalam belajar; yaitu kondisi murid yang
kegiatannya tau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan
seharusnya, seperti suka menunda – nunda tugas, mengulur – ulur waktu, membenci
guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui dan sebagainya
7. Sering tidak
sekolah; yaitu murid-murid yang sering tidak hadir atau
menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kehilanggan
sebagian besar kegiatan belajarnya.
Pendekatan
Bimbingan dan Konseling adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang konselor
untuk mendekati kliennya sehingga klien mau menceritakan masalahnya. Nurihsan
(2006) merumuskan empat pendekatan sebagai pendekatan dalam bimbingan dan
konseling, empat pendekatan tersebut antara lain:
1. Pendekatan
Krisis
Pendekatan krisis disebut juga
pendekatan kuratif merupakan upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu
yang mengalami krisis atau masalah. Bimbingan ini bertujuan mengatasi krisis
atau masalah – masalah yang dialami individu. Dalam pendekatan krisis
pembimbing menunggu individu yang datang. Selanjutnya, mereka memberikan
bantuan sesuai dengan masalah yang dirasakan individu.
Terkait dengan pendekatan krisis
ini, Suryana dan Suryadi (2012) mengusulkan untuk strategi yang digunakan dalam
pendekatan krisis. Strategi yang digunakan dalam pendekatan ini adalah
teknik-teknik yang secara “pasti” dapat mengatasi krisis itu. Contoh: Seorang
peserta didik datang mengadu kepada guru sambil menangis karena didorong
temannya sehingga tersungkur ke lantai. Guru yang menggunakan pendekatan krisis
akan meminta peserta didik tersebut untuk membicarakan penyelesaian masalahnya
dengan teman yang mendorongnya ke lantai. Bahkan mungkin guru tersebut
memanggil teman peserta didik tersebut untuk datang ke ruang guru untuk
membicarakan penyelesaian masalah tersebut sampai tuntas.
2. Pendekatan
Remedial
Pendekatan
remedial merupakan pendekatan bimbingan yang diarahkan kepada individu yang
mengalami kelemahan atau kekurangan. Tujuan bimbingan ini adalah untuk membantu
memperbaiki kekurangan/kelemahan yang dialami individu. Dalam pendekatan ini,
pembimbing memfokuskan tujuannya pada kelemahan – kelemahan individu dan
selanjutnya berupaya untuk memperbaikinya.
Pendekatan
remedial banyak dipengaruhi aleh aliran psikologi behavioristic. Psikologi
behavioristic menekankan perilaku individu di sini dan saat ini. Saat ini,
perilaku dipengaruhi oleh suasana lingkungan pada saat ini pula. Oleh sebab
itu, untuk memperbaiki perilaku individu perlu ditata lingkungan yang mendukung
perbaikan perilaku tersebut.
Terkait
dengan pendekatan krisis ini, Suryana dan Suryadi (2012) mengusulkan untuk
strategi yang digunakan dalam pendekatan remedial. Strategi yang digunakan,
seperti mengajarkan kepada peserta didik keterampilan tertentu seperti
keterampilan belajar (membaca, merangkum, menyimak, dll), keterampilan sosial
dan sejenisnya yang belum dimiliki peserta didik sebelumnya. Dalam contoh kasus
diatas, dengan menggunakan pendekatan remedial, guru dapat mengambil tindakan
mengajarkan keterampilan berdamai sehingga peserta didik tadi memiliki
keterampilan untuk mengatasi masalah – masalah hubungan antarpribadi
(interpersonal). Keterampilan berdamai adalah keterampilan yang selama ini
belum dimiliki kedua peserta didik tersebut dan merupakan kelemahan yang bisa
memunculkan masalah itu.
3. Pendekatan
preventif
Pendekatan
preventif merupakan pendekatan yang diarahkan pada antisipasi masalah – masalah
umum individu, mencegah jangan sampai masalah tersebut menimpa individu.
Pembimbing memberikan beberapa upaya, seperti informasi dan keterampilan untuk
mencegah masalah tersebut.
Suryana dan
Suryadi (2012) mengatakan bahwa dalam pendekatan ini, guru mencoba
mengantisipasi masalah-masalah generik dan mencegah terjadinya masalah itu.
Masalah-masalah yang dimaksud seperti putus sekolah, berkelahi, kenakalan,
merokok, membolos, menyontek, mengutil, bermain game on line/internet dan
sejenisnya yang secara potensial masalah itu dapat terjadi pada peserta didik
secara umum. Model preventif ini, didasarkan pada pemikiran bahwa jika guru
dapat mendidik peserta didik untuk menyadaribahaya dariberbagaikegiatan dan
menguasai metode untuk menghindari terjadinya masalah itu, maka guru akan dapat
mencegah peserta didik dari perbuatan-perbuatan yang membahayakan tersebut.
Suryana dan
Suryadi (200) juga mengusulkan strategi dalam pendekatan ini. Strategi yang
dapat digunakan dalam pendekatan ini yaitu termasuk mengajar dan memberikan
informasi. Dalam contoh kasus di atas, jika guru menggunakan pendekatan
preventif dia akan mengajari peserta didik nya secara klasikal untuk bersikap
toleran dan memahamiorang lain sehingga dapat mencegah munculnya perilaku
agresif, tanpa menunggu munculnya krisis terlebih dahulu
4. Pendekatan
perkembangan
Pendekatan
perkembangan menekankan pada pengembangan potensi dan kekuatan yang ada pada
individu secara optimal. Setiap individu memiliki potensi dan kekuatan –
kekuatan tertentu melalui penerapan berbagai teknik bimbingan potensi, kemudian
kekuatan – kekuatan tersebut dikembangkan. Dalam pendekatan ini, layanan
bimbingan diberikan kepada semua individu, bukan hanya pada individu yang
menghadapi masalah. Bimbingan perkembangan dapat dilaksanakan secara individual,
kelompok, bahkan klasikal melalui layanan pemberian informasi, diskusi, proses
kelompok, serta penyaluran bakat dan minat.
Suryana dan
Suryadi (2012) mengusulkan bahwa strategi yang dapat digunakan dalam pendekatan
ini seperti mengajar, tukar informasi, bermain peran, melatih, tutorial, dan
konseling. Dalam contoh tersebut, jika guru menggunakan pendekatan
perkembangan, guru tersebut sebaiknya menangani peserta didik tadi sejak
tahun-tahun pertama masuk sekolah, mengajari dan menyediakan pengalaman belajar
bagi murid itu yang dapat mengembangkan keterampilan hubungan antarpri badiyang
diperlukan untuk melakukan interaksi yang efektif dengan orang lain. Oleh
karena itu, dalam pendekatan perkembangan, keterampilan dan pengalaman belajar
yang menjadi kebutuhan peserta didik akan dirumuskan ke dalam suatu kurikulum
bimbingan atau dirumuskan sebagai layanan dasar umum.
IMPLIKASI
Implikasi materi “masalah – masalah
yang dialami siswa di sekolah serta pendekatan dan strategi bimbingan dan
konseling yang akan dilaksanakan” kepada calon guru bidang studi yaitu dapat
memberikan wawasan kepada calon guru bidang studi tentang beberapa masalah yang
biasa terjadi pada siswa – siswa di sekolah (terutama masalah belajar),
sehingga guru itu dapat melakukan tindakan preventif pada siswa dengan memilih
pendekatan, model, dan metode pembelajaran yang sesuai dengan siswa – siswa
yang memiliki latar belakang, karakteristik, dan permasalahan yang berbeda.
Selain itu, jika seorang guru menemukan beberapa siswa yang terlihat kurang bersemangat
dalam kelas, guru melakukan beberapa pendekatan terlebih dahulu kemudian guru
mugkin dapat membantu terhadap permasalahan yang dialami beberapa siswa
tersebut dengan strategi – strategi tertentu, sebelum permasalahan
tersebut ditangani oleh guru BK (hal tersebut mungkin harus dilakukan, karena
guru bidang studi merupakan guru yang sehari – harinya bertatap muka/bertemu
langsung dengan siswa, lebih – lebih untuk seorang wali kelas yang kedudukannya
sebagai orang tua siswa dalam kelas tertentu.
Identitas Klien
1. Identitas Klien
Nama :
Yayan Cahyana
Alamat :
Desa Wanasaraya Kec. Kalimanggis
TTL :
Kuningan 27 Oktober 1992
Pekerjaan :
Pelajar
2. Identitas
Orangtua
Nama Ibu :
Nerwi
Alamat :
Desa Wanasaraya Kec. Kalimanggis
Pekerjaan :
Kompeksi
Nama Ayah :
Utar
Pekerjaan :
Pedagang Sayur
Alamat :
Desa Wanasaraya Kec. Kalimanggis
3. Riwayat
Pendidikan
SD :
SDN 1 Wanasaraya
SMP :
SMPN 1 Kalimanggis
SMA / SMK :
SMK Plus Pertiwi Kuningan
4. Riwayat Kesehatan
Belum pernah terkena penyakit yang parah, akan tetapi pernah mengalami
penyakit yang ringan saja, seperti : flu, pusing, masuk angin, gatal - gatal
dan lain sebagainya
Identitas Guru Bk
Identitas Konselor :
Nama : UU Surma, S.Pd.
Alamat : Desa Bandorasa Kec. Cilimus Kuningan
Jabatan : Kepala Sekolah
SMK Plus Pertiwi Sukamulya Sekaligus Guru BK
Deskripsi Kasus dan Langkah BK
1. Deskripsi Kasus
Yayan
merupakan siswa kelas XI SMK Plus Pertiwi Kuningan yang barusan naik kelas XII.
Ia berasal dari keluarga yang terbilang cukup secara sosial ekonomi di desa
Wanasaraya Kec. Kalimanggis , sebagai anak Kedua semula orang tuanya sangat
ingin sekali setamat SLTP anaknya melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi;
yayan dengan keinginanya sendiri akhirnya melanjutkan di SMK Swasta yang
terdapat di kuningan namun dia juga sebenarnya dia merasa menyesal yang di
kiranya dia daftar di SMK Pertiwi Malah di SMK Plus Pertiwi yang ada di
sukamulya. Akan tetapi lama – kelamaan yayan mulai terbiasa dan akhirnya merasa
betah di SMK tersebut. Sejak diterima di SMK Tersebut Yayan bangga bisa
melanjutkan ke SMK, setelah yayan mulai naik ke kelas XII dia mulai bingung
mengenai karir yang akan ditempuhnya setelah lulus nanti. Di dalam dirinya
terjadi dua pilihan karir yaitu bergelut di bidang otomotif atau computer, memang
jurusan yang di tempuhnya bergelut di bidang otomotif, namun dia juga tertarik
dengan bidang komputer. Makin lama perasaan itu makin sering difikirkan yang
akhrinya yayan sering melamun bahkan yang tadinya tipe anak ceria sekarang jadi
pendiam.
2. Langkah Bimbingan &
Konseling.
A. Bimbingan Karir bagi siswa
Menurut Ruslan Abdul gani
bimbingan karir adalah “uatu proses bantuan layanan dan pendekatan terhadap
individu (siswa atau remaja) agar individu yang bersangkutan dapat mengenal
dirinya dan dapat mengenal dunia kerja merencanakan masa depannya, dengan
bentuk kehidupan yang diharapkan yang menentukan pilihannya dan mengambil suatu
keputusan” Layanan bimbingan karir merupakan layanan yang diberikan pembimbing
kepada klien dalam memecahkan masalah karir yang dihadapi klien. Dibawah ini
akan diuaraikan beberapa pendapat tentang bimbingan karir yaitu sebagai
berikut:
1.
Bimbingan
karir merupakan salah satu jenis bimbingan yang berusaha membantu individu
dalam memecahkan masalah karir ( pekerjaan ) untuk memperoleh penyesuaian
sebaik-baiknya dengan masa depannya.
2.
Bimbingan
karir merupakan proses membantu seseorang untuk mengerti dan menerima gambaran
tentang diri pribadinya dan gambaran tentang dunia kerja diluar, mempertemukan
gambaran tentang diri tersebut dengan dunia kerja itu. Dan pada akhirnya dapat
:
a.
Memilih
bidang pekerjaan
b.
Menyiapkan
diri untuk bidang pekerjaan
c.
Membina
karir dalam bidang tersebut
d.
Bimbingan
karir adalah program pendidikan yang merupakan layanan terhadap siswa agar
siswa:
Mengenal dirinya
sendiri
Mengenal
dunia kerja
Dapat
memutuskan apa yang diharapkan dari pekerjaan dan
Dapat
memutuskan bagaimana bentuk kehidupan yang diharapkan disamping pekerjaan untuk
mencari nafkah
- Bimbingan karir membantu siswa dalam mengambil
keputusan mengenai karir atau pekerjaan utama yang mempengaruhi hidupnya
dimasa mendatang
Dari keempat pendapat tersebut
diatas mengenai bimbingan karir ini terdapat perbedaan perbedaan dalam
penyampaiannya, namun terdapat persamaan-persamaan mengenai :
- Bantuan, layanan, dan cara pendekatan
- Individu, seseorang, siswa dan remaja
- Masalah karir, penyesuaian diri, persiapan
pemahaman diri, dan pengenalan dunia kerja, perencanaan masa depan, bentuk
kehidupan yang diharapkan, serta pemilihan keputusan yang diambil oleh individu
yang bersangkutan.
B. Pentingnya Pemilihan Karir
bagi siswa
Karir bagi
siswa bukan hal yang mudah untuk ditentukan dan menjadi pilihan yang sesuai
dengan kemampuan yang miliki namun haruslah ditentukan. Untuk membentukan hal
demikian harus didasarkan pada keputusan siswa itu sendiri yang didasarkan pada
pemahaman tentang kemampuan dan minat serta pengenalan karir yang ada di
masyarakat. Keberhasilan siswa dalam pemilihan karir yang tepat tidaklah
semudah seperti apa yang dibayangkan, agar siswa mempunyai pilihan yang tepat
terhadap suatu pilihan karir atau pekerjaan, menurut Hoppock yang dikutip oleh
Dewa Ketut Sukardi mengemukakan pokok-pokok pikirannya yang terdiri dari
sepuluh butir yang kemudian dijadikan tulang punggung dari teorinya. 10 butir tersebut
antara lain:
- Pekerjaan yang dipilih sesuai dengan kebutuhan
atau untuk memenuhi kebutuhan
- Pekerjaan, jabatan atau karir yang dipilih adalah
jabatan yang diyakini bahwa jabatan atau karir itu paling tidak memenuhi
kebutuhannya
- Pekerjaan, jabatan atau karir tertentu dipilih
seseorang apabila untuk pertama kali dia menyadari bahwa jabatan itu dapat
membantunya dalam memenuhi kebutuhannya
- Kebutuhannya yang timbul, mungkin bisa diterima
secara intelektual yang diarahkan untuk tujuan tetentu
- Pemilihan jabatan/karir akan menjadi lebih baik
apabila seseorang mampu memperkirakan bagaimana sebaiknya jabatan yang
akan datang itu akan memenuhi kebutuhannya
- Informasi mengenai jabatan/karir akan membantu
dalam pemilihan jabatan/karir yang diinginkan
- Informasi mengenai jabatan/ karir akan membantu
dalam memilih jabatan/ karir karena informasi tersebut membantunya dalam
menentukan apakah pekerjaan itu dapat memenuhi kebutuhannya
- Kepuasan dalam pekerjaan tergantung pada tercapai
tidaknya pemenuhan kebutuhan seseorang
- Kepuasan kerja dapat diperoleh dari suatu
pekerjaan yang memenuhi kebutuhan sekarang/ masa yang akan dating
- Pemilihan pekerjaan selalu dapat berubah apabila
seseorang yakin bahwa perubahan tersebut lebih baik untuk pemenuhan
kebutuhannya.
Dari dasar teori tersebut
tidaklah mungkin siswa dapat menentukan karir tanpa bantuan dan bimbingan dari
konselor, karena disadari atau tidak untuk dapat memahami kemampuan diri siswa
tidaklah mungkin muncul dengan sendirinya, akan tetapi diperlukan bimbingan dan
arahan dari konselor.
C. Faktor Yang mempengaruhi
Pemilihan Karir
Kesulitan
yang dialami siswa dalam memilih dan menentukan karir tidaklah dapat
dipungkiri, banyak siswa yang kurang memahami bahwa karir merupakan jalan hidup
dalam usaha mengapai kehidupan yang baik dimasa mendatang.
Faktor yang menyebabkan siswa
kesulitan dalam pemilihan karir antara lain:
- Faktor yang ada dalam diri siswa
Diantaranya adalah: tingkat
intelegensi, sikap mental,Jenis kelamin, agamam dan minat terhadap suatu karir
- Faktor di luar siswa
Diantaranya; tingkat ekonomi keluarga, minat orang tua dan kondisi sosial
masyarakat
Dari kedua faktor tersebut
diatas merupakan faktor yang mendasar, namun masih banyak lagi faktor yang
menyertai kesulitan siswa dalam memilih karir, salah satu faktornya adalah
faktor kebutuhan, seperti apa yang disampaikan oleh A.H. Maslow yang dikutip
oleh Moh. Surya menyatakan bahwa kebutuhan manusia terdapat lima macam yaitu:
- Kebutuhan jasmani yaitu kebutuhan yang erat
kaitannya dengan kebutuhan jasmani
- Kebutuhan rasa aman yaitu memperoleh rasa aman,
bebas dari rasa takut, ketegangan, kelaparan dan kehilangan
- Kebutuhan sosial yaitu kebutuhan untuk memiliki
dan butuh bantuan dari orang lain misalnya, bergaul, berorganisasi,
berkelompok dan saling mengenal
- Kebutuhan untuk memperoleh penghargaan yaitu
untuk mempertahankan harga dirinya dan kebutuhan untuk dihargai, misalnya
memperoleh Penghormatan
- Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri yaitu:
untuk menampakkan dirinya sebagai seorang pribadi yang khas (berbeda dari
orang lain)
D. Upaya Mengatasi Masalah
Pemilihan Karir Siswa
Keberhasilan
siswa dalam menentukan dan memilih karir amatlah ditentukan dari kemampuan guru
pembimbing memberikan gambaran dan memberikan keyakinan kepada siswa tentang
kemampuan dan potensi yang dimiliki serta mampu mengarahkan siswa menuju karir
yang sesuai dengan kemampuannya tersebut. Dalam memberikan keyakinan dan
munculnya kepercayaan siswa terhadap guru pembimbing setidaknya guru harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Perlakuan terhadap siswa sebagai individu yang
memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mampu mengarahkan dirinya
sendiri untuk mandiri
- Sikap positif dan wajar
- Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah,
rendah hati, menyenangkan
- Pemahaman siswa secara empatik
- Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai
individu
- Penampilan diri secara asli dihadapan siswa
- Kekongkritan dalam menyatakan diri
- Penerimaan siswa secara apa adanya
- Perlakuan siswa secara premisive.Kepekaan
terhadap parasaan yang dinyatakan oleh siswa dan membantu siswa menyadari
dari perasaan itu
- Penyesuaian diri terhadap keadaan khusus
Kesadaran bahwa tujuan
pengajaran bukan terbatas pada penguasaan siswa terhadap bahan pengajaran saja,
melainkan menyangkut pengembangan siswa menjadi individu yang lebih dewasa.
Jika hal tersebut sudah dilaksanakan oleh guru pembimbing maka tidak akan
kesulitan bagi guru pembimbing untuk mengarahkan siswa ketempat yang sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki siswa tersebut.
Analisis
Menurut
pandangan rasional emotif, manusia memiliki kemampuan inheren untuk berbuat
rasional ataupun tidak rasional, manusia terlahir dengan kecenderungan yang
luar biasa kuatnya berkeinginan dan mendesak agar supaya segala sesuatu terjadi
demi yang terbaik bagi kehidupannya dan sama sekali menyalahkan diri sendiri,
orang lain, dan dunia apabila tidak segera memperoleh apa yang diinginkannya.
Akibatnya berpikir kekanak-kanakan (sebagai hal yang manunusiawi) seluruh
kehidupannya, akhirnya hanya kesulitan yang luar biasa besar mampu mencapai dan
memelihara tingkah laku yang realistis dan dewasa; selain itu manusia juga
mempunyai kecenderungan untuk melebih-lebihkan pentingnya penerimaan orang lain
yang justru menyebabkan emosinya tidak sewajarnya seringkali menyalahkan
dirinya sendiri dengan cara-cara pembawaannya itu dan cara-cara merusak diri
yang diperolehnya. Berpikir dan merasa itu sangat dekat dan dengan satu sama
lainnya : pikiran dapat menjadi perasaan dan sebaliknya; Apa yang dipikirkan
dan atau apa yang dirasakan atas sesuatu kejadian diwujudkan dalam
tindakan/perilaku rasional atau irasional. Bagaimana tindakan/perilaku itu
sangat mudah dipengaruhi oleh orang lain dan dorongan-doronan yang kuat untuk
mempertahankan diri dan memuaskan diri sekalipun irasional.
Ciri-ciri
irasional seseorang tak dapat dibuktikan kebenarannya, memainkan peranan Tuhan
apa saja yang dimui harus terjadi, mengontrol dunia, dan jika tidak dapat
melakukannya dianggap goblok dan tak berguna; menumbuhkan perasaan tidak nyaman
(seperti kecemasan) yang sebenarnya tak perlu, tak terlalu jelek/memalukan
namun dibiarkan terus berlangsung, dan menghalangi seseorang kembai ke kejadian
awal dan mengubahnya. Bahkan akhirnya menimbulkan perasaan tak berdaya pada
diri yang bersangkutan. Bentuk-bentuk pikiran/perasaan irasional tersebut
misalnya : semua orang dilingkungan saya harus menyenangi saya, kalau ada yang
tidak senang terhadap saya itu berarti malapetaka bagi saya. Itu berarti salah
saya, karena saya tak berharga, tak seperti orang/teman-teman lainnya. Saya
pantas menderita karena semuanya itu.
Sehubungan
dengan kasus, Yayan sebetulnya terlahir dengan potensi unggul, ia menjadi
bermasalah karena perilakunya dikendalikan oleh pikiran/perasaan irasional; ia
telah menempatkan dirinya pada dua pilihan yang menurut dia sangat membingungkan,
, sampai pada akhirnya dia menjadi seorang yang pendiam yang sebetulnya
bukanlah watak aslinya dia. Ia telah berhasil membangun konsep dirinya secara
tidak realistis berdasarkan anggapan dirinya sendiri mengenai pemilihan
karirnya.
Penutup / Kesimpulan
1. Layanan
bimbingan dan konseling yang dilaksanakan sesuai dengan program kerja yang
telah direncanakan sebelumnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menentukan pilihannya sendiri dan menanggung segala bentuk resiko yang akan
dihadapi kelak.
2. Guru
bimbingan dan konseling diharapkan memberikan arahan dan informasi tentang
karir yang akan diambil oleh siswa. Guru bimbingan dan konseling membantu siswa
dalam memecahkan masalah yang dihadapinya
3. Pemberian
layanan bimbingan dan konseling karir di sekolah yang efektif dan memiliki
kontinuitas akan bermanfaat bagi siswa untuk memperoleh berbagai macam
informasi karir, jabatan, pemahaman, diri, pengambilan keputusan sendiri, dan
memecahkan masalah itu sendiri.
4. Kemampuan
siswa terhadap pemahaman kemampuan dan potensi diri tersebut merupakan indikasi
keberhasilan layanan bimbingan dan konseling karir. Efektif tidaknya layanan
bimbingan dan konseling karir yang dilaksanankan di sekolah tergantung pada
kemampuan siswa untuk mengambil keputusan tentang karir dan menanggung segala
bentuk resiko yang akan dihadapinya kelak
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bimbingan karier adalah kegiatan birnbingan
yang diberikan kepada siswa untuk memilih, menyiapkan diri,
mencari, dan menyesuaikan diri terhadap karier
yang sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya sehingga dapat
mengernbangkan dirinya secara optimal sehingga dapat menemukan karier dan
melaksanakan karier yang efektif dan memberi kepuasan dan kelayakan.
Secara umum tujuan diselenggarakannya Bimbingan Karier
di sekolah ialah membantu siswa dalam pemahaman dirinya dan lingkungannya,
dalam pengambilan keputusan, perencanaan,dan pengarahan kegiatan-kegiatan yang
menuju kepada karier dan cara hidup yang akan memberikan
rasa kepuasan karena sesuai, serasi, dan seimbang dengan dirinya dan
lingkungannya.
Sedangkan, tujuan khusus dari
diselenggarakannya bimbingan karier adalah:
1.
Meningkatkan pemahaman diri
siswa.
2.
Meningkatkan pengetahuan
siswa tentang dunia kerja.
3.
Membina sikap yang serasi terhadap
partisipasi dalam dunia kerja dan terhadap usaha dalam mempersiapkan diri
dari suatu jabatan.
4.
Meningkatkan kemahiran berpikir agar
mampu mengambil keputusan tentang jabatan dan
melaksanakan keputusan itu.
5.
Mengembangkan nilai-nilai sehuburgan
dengan gaya hidup yang dicita- citakan, termasuk jabatan.
Menopang kemampuan berkomusikasi dan
bekerja sarna.
Sedangkan
fungsi bimbingan karier adalah sebagi berikut:
1.
Fungsi persiapan
2.
Fungsi pencegahan
3.
Fungsi penempatan dan
penyaluran
4.
Fungsi penyesuaian
5.
Fungsi pengembangan
DAFTAR PUSTAKA
Karneli,
Yeni. 1998. Bimbingan Karir Sebagai Upaya Membantu Kesiapan Siswa Dalam Memasuki
Dunia Kerja. Tersedia
di http//id. Shavoong.com//
Siswohardjono,
Aryatmi. 1990. Perspektif Bimbingan Konseling dan Penerapanya di Berbagai
Institusi. Semarang:
Satya Wacana
Sukardi,
Dewa Ketut. 1987. Bimbingan Karir di Sekolah-Sekolah. Jakarta:
Balai Pustaka
Winkel, W.S.
1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jkarta: PT
Gramedia
Zunker,
Vernon G. 1981. Career, Counseling, Applied Consept of Life Planning.
Belmont: Wadsworth
Inc
No comments:
Post a Comment