Thursday, September 29, 2016

MAKALAH RANGKUMAN SILABUS BK KARIR


iii
 





MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING KARIR
                                     




Disusun Oleh:
NAMA                 :   RESTA SEFTIANA
NPM                    :   15110083



                                   
                                   







JURUSAN  BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP PGRI BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2015/2016









KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan segala  nikmat  dan karunia  Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis  dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling Karir dengan tanpa banyak kesulitan. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mernbawa risalah agama islam yang mengeluarkan umat dari zaman jahiliyah menuju zaman yang  islamiyah.
Tugas ini disusun untuk memenuhi  tugas mata  kuliah Bimbingan dan Konseling Karir,  kami menyadari sepenuhnya bahwa Tugas ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan semua pihak, untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu demi terselesaikannya penyusunan makalah ini. Dengan selesainya Tugas ini, kami berharap membawa manfaat bagi pembaca dan kami sendiri khususnya. Mengingat kemampuan penulis dalam menyelesaikan  tugas  ini masih dalam tingkat belajar, maka  diharapkan  kritik dan saran bagi kesempurnaan tugas ini. Menyadari  bahwa pembuatan Tugas ini masih banyak kekurangannya,  maka penulis mohon maaf yang  sebesar-besarnya.


Bandar Lampung, 02 Juni  2016


Penulis













ii
 
 


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................   i
KATA PENGANTAR..............................................................................   ii
DAFTAR ISI..............................................................................................   iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................   1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................   1
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................   2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Konseling Karir.................................................   3
2.2 Perkembangan dan Kematangan Karir Anak-anak................................   18
2.3 Perkembangan dan Kematangan Karir Remaja.....................................   24
2.4 Perkembangan dan Kematangan Karir Dewasa.....................................   29
2.5 Pendekatan Trait and Factor Career Counseling...................................   36
2.6 Pendekatan Konseling Karir Berpusat Pada Klien................................   47
2.8 Pendekatan Konseling Karir Perkembangan..........................................   50
2.9 Pendekatan Konseling Karir Psikodinamik...........................................   52
2.10 Pendekatan Konseling Karir Komprehensif........................................   53

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................   73

DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman dengan munculnya berbagai teknologi yang canggih, belum lagi dengan adanya berbagai macam pekerjaan yang sadar tidak disadari ini menjadi sebuah tantangan hidup sebuah insan di dunia yang memerlukan pemahaman dan kesadaran akan adanya hal tersebut. Dengan  ini perlu adanya sebuah pemahaman, pengarahan dan menumbuhkan kesadaran pada peserta didik di SD/MI yang harus dilakukan oleh seorang guru karena betapa pentingnya kesadaran akan kemajuan zaman dan berbagai macam kegiatan atau pekerjaan disekitar lingkungan peserta didik yang nantinya akan memicu pada sebuah karir yang paling tidak menjadi sebuah cita dari peserta didik. Pemikiran inilah menjadi latar belakang betapa pentingnya seorang guru mampu memahami dari  bimbingan karir yang kemudian dapat dijadikan sebuah transformasi kepada peserta didik di SD/MI untuk memunculkan kesadaran akan pentingnya hal tersebut. Bimbingan dan penyuluhan ini timbul dari masalah pekerjaan atau jabatan. Untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan apa yang ada dalam diri individu diperlukan bimbingan yang sebaik-baiknya. 

1.2.     Rumusan Masalah
Dalam makalah “Bimbingan Karier” akan membahas:
  1. Sejarah  dan konsep  Bimbingan Karir
  2. Perkembangan dan kematangan karir anak
  3. Perkembangan dan kematangan karir remaja
  4. Perkembangan dan kematangan Karir dewasa
  5. Pendekatan trait dan factor career conseling
  6. Pendekatan client-centerea career conseling
  7. Delopmental career conseling
  8. Pendekatan psychodynamic career conseling
  9. Pendekatan comprehensive career conseling
  10. masalah karir,bentuk bimbingan dan konseling karir melalui berbagai pendekatan                     
1.3     Tujuan
Pembuatan makalah “Bimbingan Karier” ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah bimbingan karir:
1.      pengertian bimbingan karier.
2.      tujauan diadakannya bimbingan karier
3.      Konsep dasar bibimbingan karir yang meliputi sejarah, makna dan problem dan jalur bimbingan karir
4.      Apa saja tujuan dan prinsip – prinsip dari bibmbingan karir
5.      Bagaimana strategi dan teknik dalam bimbingan karir.

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Sejarah dan Pengertian Bimbingan Karier
1.   SejarahBimbinganKarir
       Tahun 1908 dimana awal mula dikenal bimbingan karir yang sebelumnya dikenal dengan bimbingan jabatan atau vocational guidance yang kemudian berganti menjadi bimbingan karir atau carrer guidance oleh Frank Parson. Dimaksudkan untuk membentuk sebuah wadah ataupun lembaga yang membantu para pemuda untuk memperoleh pekerjaan dan mulai meniti karirnya. Frank Parson juga pernah menerbitkan sebuah buku tepatnya tahun 1909 terkait identifikasi variable dasar dalam pengambilan keputusan karir yaitu individu, pekerjaan dan hubungan atau keterkaitan diantara keduanya. Dalam bukunya dikatakan bahwasannya bimbingan karir itu dipandang sebagai suatu proses untuk mendapatkan pekerjaan dengan langkah menyamakan dan mencocokkan cirri-ciri dan faktor individu dengan cirri-ciri dan faktor pekerjaan yang ada di sekitar atau di lingkungan. Dalam kurun waktu itu Frank Parson terkenal sebagai tokoh yang menulis dan merintis mengenai bimbingan karir meski jauh sebelum beliau sudah ada banyak para tokoh pemikir islam klasik yang membahas ataupun juga menggagas terkait bimbingan karir, hanya saja pada saat itu belum terkenal dengan sebutan bimbingan karir, dengan sebutan lain seperti bimbingan jabatan dan lainnya akan tetapi masih bernuansa bimbingan karir atau terkait dengan bimbingan karir. Selanjutnya setelah dikenal dengan sebutan bimbingan karir yang kemudian juga mengalami berbagai perkembangan salah satu diantaranya adalah tahun 1911 dibentuknya Biro Jabatan dengan menerbitkan vocational guidance news letter sebagai jurnal pertama kali yang kemudian berganti nama dengan vocational guidance magazine, kemudian occupation guidance dan berubah lagi menjadi personal and guidance journal.      
        
Pandangan ke depan maupun ke belakang berorientasi kepada penempatan bimbingan karir dalam konteks kehidupan pribadi yang lebih luas, yang akan memperjelas pentingnya bimbingan karir sebagai suatu modus operandi (cara kerja) dalam membantu individu untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan karir yang akan dimasikinya di dalam kehidupan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWt7S-hqAgwE6oLxcY3_l0IYut2YidsPhod8I7xrc6uaEK3-BweC-DH-q-R3-n36enEWOAEFoxASb2aUXFsQk7uKJ9e68fMYa8v7VGtMEV6qUcqwOfTzrbbfSPWB67lZasEFntKFKyJce3/s1600/ParsonsPhoto.jpg
Frank Parson
Pada tahun 1909, Frank Parson menerbitkan bukunya yang berjudul Choosing a Vocational, dan dia mengidentifikasikan tiga variabel dasar dalam proses pengambilan keputusan karir, yaitu (1) individu, (2) pekerjaan, dan (3) hubungan diantaranya keduanya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRWfqFfR_-q7CAQ7Ttob2-hb4lEhNCOSmRNILkSz-0c6ZEyyTCnMycao-zcXTf5YWdmMpEXJiJ8BZxOQTEb2XQLJcTYZ3S7BC2vRgTj7vueLSvYdPXRB9pK58p4gPCjQUCk24BsFkzWk7P/s200/ibnu-khaldun-0k1.jpgDiantara beberapa tokoh yang menorehkan sejarah bimbingan karir, Frank Parson selama ini diyakini sebagai tokoh terbesar dalam merintis bimbingan karir. Namun demikian dalam penelitian terakhir, ditemukan bahwa 1000 tahun sebelum Parson, di daerah Basra telah ada tokoh-tokoh Islam Klasik yang merintis kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan tiga variabel dalam pengambilan keputusan karir.
Tahun 1969 Crites mengadakan kaji ulang dan kritik terhadap teori dan penelitian pemilihan dan penyesuaian karir dengan menyajikan taksonomi obyektif tentang klasifikasi masalah dalam pengambilan keputusan karir. Taksonomi ini disajikan dalam tulisannya yang berjudul “Vocational Phschology”, yang dalam bimbingan karir dipandang sebagai bimbingan karir yang komprehensif.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhN35_XT3TxcAj2kKiPg_z5NalsNmf_2Z40bMGKr47rAnblidbYGheXa0z68FOC8wt0rBp3FVHIPKkz_HEU2vM7tvdD7DWz32-u0eWfWyMtXNzOj16KBcQ-oPT8fvJHIJn32MgPczRJKfvK/s200/%7B6C5232DF-ABD1-4F5E-9DF9-03415002412F%7DImg100.jpgAda beberapa kecenderungan yang dirasakan sampai saat ini dalam membantu individu memilih dan melakukan penyesuaian karir. Pendekatan, yang paling dominan ialah Parsonian yang memusatkan diri pada individu, pekerjaan dan hubungan diantara keduanya. Model ini disebut model “Trait dan faktor” yang menekankan kepada penggunaan tes dan informasi jabatan. Pandangan lain menganggap bahwa masalah pemilihan dan penyesuaian karir adalah masalah kepribadian, baik itu disebut konsep diri maupun kebutuhan. Prinsip ini banyak dianut oleh pendekatan bimbingan yang terpusat pada klien (client centered) dan psikodinamik. Kecenderungan lain memandang bahwa pemilihan karir adalah suatu proses perkembangan terbuka sepanjang hidup individu dan hal ini merupakan kebalikan dari pendekatan perilaku (behaviouristik) yang menekankan pada intervensi dalam proses pilihan dan tidak memperhatikan karir mana yang dipilih individu (isi).
Istilah karir mungkin sering dikaitkan dengan pekerjaan atau jabatan. Untuk itu ada baiknya dikenali beberapa istilah khusus yang berkaitan dengan bimbingan karir, yaitu :
a. Karir : keseluruhan pekerjaan yang dialami seseorang dalam keseluruhan hidupnya. Secara lebih terbatas karir diartikan sebagai pengalaman kerja di dalam suatu bidang pekerjaan tertentu.
b. Jabatan (occupation, Vocational); suatu pekerjaan khusus atau kegiatan kerja tertentu.
c. Perkembangan karir : keseluruhan perkembangan individu yang menekankan kepada proses persiapan, memasuki dan kemajuan dalam dunia pekerjaan.
d. Pendidikan karir : kegiatan yang direncanakan untuk memberikan pengalaman pendidikan kepada individu yang akan memberikan kemudahan perkembangan karir.
Istilah bimbingan karir tidak hanya merujuk kepada program orientasi pekerjaan tetapi juga menyangkut :
a. Keterlibatan antara konselor dengan klien.
b. Keterlibatan partisipasi aktif klien dalam mengambil keputusan karir dan bersifat pasif-resepsif terhadap informasi.
c. Proses penyesuaian pribadi bahkan lebih jauh merupakan proses psikoterapi.

KONSEP DASAR BK KARIR
1.     Pengertian BK Karir
Ditinjau dari sisi sejarah, istilah bimbingan dan konseling karir berakar pada istilah vocational guidance yang pertama kali dipopulerkan oleh Frank Parson dalam buku Choosing a Vocation (1909) dan dikutip oleh Wikipedia (2012). Pada awalnya penggunaan istilah ini lebih merujuk pada usaha membantu individu dalam memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan, termasuk didalamnya berupaya mempersiapkan kemampuan yang diperlukan untuk memasuki suatu pekerjaan. Namun selanjutnya terjadi perubahan pendekatan dari model okupasional (occupational) ke model karir (career). Kedua model ini memiliki perbedaan, dimana pada model okupasional lebih menekankan pada kesesuaian antara bakat dengan tuntutan dan persyaratan pekerjaan, sedang pada model karir, tidak hanya sekedar memberikan penekanan tentang pilihan pekerjaan, namun mencoba pula menghubungkannya dengan konsep perkembangan dan tujuan-tujuan yang lebih jauh sehingga nilai-nilai pribadi, konsep diri, rencana-rencana pribadi dan semacamnya mulai turut dipertimbangkan.
Bimbingan dan konseling karir berhubungan erat dengan pendidikan karir (career education), seperti dikemukakan Calhoun dan Finch (1976) bahwa program pendidikan karir di memiliki tahapan berupa kesadaran karir, eksplorasi karir, dan persiapan karir.
Karir adalah pekerjaan, profesi (Hornby, 1957). Seseorang akan bekerja dengan senang hati dan penuh kegembiraan apabila apa yang dikerjakan itu memang sesuai dengan keadaan dirinya, kemampuannya dan minatnya. Sebaliknya, apabila seseorang bekerja tidak sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya maka dapat dipastikan ia akan kurang bergairah dalam bekerja, kurang senang dan kurang tekun. Dengan demikian diperlukannya bimbingan karir itu untuk mengarahkan seseorang kearah tersebut. Bimbingan karir merupakan salah satu aspek dari bimbingan dan konseling. Pada saat ini, bimbingan karir mendapatkan tekanan untuk pelaksanaannya, khususnya di sekolah-sekolah SMA dan SMP. Pada kenyataannya, masih ada para siswa tamatan SMA atau SMP yang tidak melanjutkan pendidikannya karena suatu sebab yang tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu, para siswa membutuhkan bimbingan yang baik khususnya berkaitan dengan pekerjaan atau dengan kata lain mendapatkan bimbingan karir secara bijaksana. Dengan demikian para siswa akan mengetahui apa yang akan dipilihnya, melanjutkan studi atau akan langsung terjun di dunia pekerjaan.
Donald D. Super (1975) mengartikan bimbingan karir sebagai suatu proses membantu pribadi untuk mengembangkan  penerimaan  kesatuan  dan gambaran  diri serta peranannya dalam duria kerja. Menurut batasan ini, ada dua hal penting,  pertama proses membantu  individu untuk memahami dan menerima diri sendiri, dan kedua memahami  dan menyesuaikan diri dalam dunia kerja.
Widiadmojo (2000:3) mengemukakan definisi bimbingan karier adalah kegiatan birnbingan yang bertujuan ultuk mengenal, memahami, dan mengembangkan potensi diri dalam mempersiapkan masa depan bagi dirinya. Lebih lanjut dijelaskan pelayanan bimbingan  karier diberikan agar siswa mengenal konsep diri yang berkaitan dengan minat, bakat, dan kemampuannya serta mengenal jabatan karier yang ada.
Berdasarkan  beberapa  definisi yang telah diuraikan di atas maka dapat  diperoleh pengertian  bahwa bimbingan karier adalah kegiatan birnbingan yang diberikan kepada siswa untuk memilih, menyiapkan diri, mencari, dan menyesuaikan diri terhadap  karier yang  sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya sehingga dapat mengernbangkan dirinya secara optimal sehingga dapat menemukan karier dan melaksanakan karier yang efektif  dan memberi kepuasan dan kelayakan.

2.     Tujuan BK Karir
Menurut Dewa Ketut Sukardi (1989), tujuan pelaksanaan Bimbingan Karir di Sekolah adalah agar siswa dapat:
a.     meningkatkan pengetahuannya tentang dirinya sendiri (self concept),
b.     meningkatkan pengetahuannya tentang dunia kerja,
c.     mengembangkan sikap dan nilai diri sendiri dalam menghadapi pilihan lapangan kerja dalam persiapan memasukinya,
d.     meningkatkan ketrampilan berpikir agar mampu mengambil keputusan tenntang jabatan yang sesuai dengan dirinya dan tersedia dalam dunia kerja,
e.     menguasai ketrampilan dasar yang penting dalam pekerjaan terutama kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, berprakarsa dan lain sebagainya.

International Labour Office (2010) merumuskan bahwa kegiatan layanan bimbingan dan konseling karir terkait erat dengan empat kompetensi utama bagi para siswa agar dapat menghadapi masa depan karir mereka yaitu:
a.     kesadaran diri atau pengenalan diri sendiri,
b.     kesadaran akan kesempatan bekerja,
c.     pembuatan keputusan pendidikan dan karir,
d.     pembelajaran transisional dan pengetahuan akan persyaratan kerja.

Sedangkan menurut Bimo Walgito (2010), tujuan bimbingan karir tersebut membantu para siswa agar:
a.     Dapat memahami dan menilai dirinya sendiri terutama yang berkaitan dengan potensi yang ada dalam dirinya.
b.     Memahami dan menyadari nilai-nilai yang ada pada dirinya dan dalam masyarakat.
c.     Mengetahui jenis pendidikan dan atau pekerjaan yang cocok dengan potensi yang ada pada dirinya.
d.     Menemukan hambatan yang mungkin timbul dan mencari jalan keluar untuk mengatasi hambatan tersebut.
e.     Para siswa dapat merencanakan masa depannya, dan menemukan karir dan kehidupan yang sesuai atau serasi.
Bimbingan karir merupakan usaha untuk mengetahui dan memahami diri, memahami apa yang ada dalam diri sendiri dengan baik, serta untuk mengetahui dengan baik pekerjaan apa saja yang ada dan persyaratan apa yang dituntut untuk pekerjaan itu. Selanjutnya siswa dapat memadukan apa yang dituntut oleh suatu pekerjaan atau karir dengan kemampuan atau potensi yang ada dalam dirinya.. dan apabila muncul hambatan-hambatan siswa diharapkan dapat mengatasi hambatan itu.

3.     Fungsi BK Karir
Menurut Bimo Walgito (2010) saat ini bimbingan karir memang sedang mendapatkan tempat tersendiri sehingga lebih sering dilakukan. Bimbingan karir ini perlu dan penting untuk diberikan kepada para siswa, baik SMP maupun SMA dengan alasan sebagai berikut:
a.     Para siswa ditingkat SMA pada akhir semester 2 perlu menjalani pemilihan program studi atau penjurusan. Walaupun ada kata ‘memilih’ namun sebenarnya telah adanya batas tertentu dalam pengambilan program karena ada persyaratan yang terkait dengan prestasi akademik dari siswa yang bersangkutan. Penjurusan itu jelas akan menentukan masa depan siswa diperlukan kecermatan serta perhitungan yang matang dan tepat.
b.     Kenyataan menunjukan bahwa tidak semua siswa yang tamat dari SMA akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Siswa yang akan langsung terjun ke dunia kerja tentu memerlukan bimbingan karir ini agar siswa dapat bekerja dengan senang dan baik.
c.     Siswa SMA merupakan angkatan kerja yang potensial. Merekalah yang akan menentukan bagaimana keadaan Negara yang akan datang. Mereka merupakan sumber daya manusia dalam pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan persiapan yang sebaik-baiknya untuk menghadapi masa depan dan menyiapkan pekerjaan atau jabatan yang sesuai dengan potensi mereka.
d.     Para siswa ada dalam masa remaja yang merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa. Pada umumnya, mereka belum dapat mandiri, maka dari itu mereka membutuhkan bantuan orang lain untuk menuju kemandirian termasuk bimbingan karir untuk menyiapkan kemandirian dalam hal pekerjaan.
e.     Pada siswa SMP juga memerlukan bimbingan karir, baik untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi maupun untuk mencari pekerjaan. Pada pembahasan educational guidance dan vocayional guidance, masalah pekerjaan di tingkat SMP mulai tampak sehingga perlu adanya vocational guidance, disamping educational guidance.

2.   MaknaBimbingan Karir
Secara terminology karir itu diartikan sebuah wacana tertentu saja oleh sebagai kalangan awam yang menganggap wacana tersebut hanya tertentu pada seseorang yang mempunyai suatu posisi, jabatan atau yang berkaitan dengan suatu pekerjaan.sebenarnya banyak prespektif dalam pemaknaan karir dan juga banyak tokoh pemikir yang mendefinisikan karir dalam artian yang berbeda namun tujuannya sama, tergantung satu individu tersebut dari mana mengartikannya karena hal itu memiliki arti yang sangat luas. Namun sejatinya karir itu mempunyai artian luas seperti halnya urutan okupasi, job dan posisi-posisi yang diduduki disepanjang pengalaman kerja seseorang . Sedangkan bimbingan karir itu sendiri diartikan sebagai upaya bantuan kepada individu untuk memberikan dorongan dan untuk memberikan kemudahan untuk mendapatkan pekerjaan dan kemudahan meniti karir dalam kehidupannya. Banyak berbagai definisi dari karir namun yang terpenting dapat disimpulkan dalam satu pengertian karir yaitu karir merupakan perwujudan diri yang bermakna melalui serangkaian aktivitas dan mencakup seluruh aspek kehidupan diantaranya peran hidup, lingkungan kehidupan, yang terwujud karena adanya kekuatan inner person. Perwujudan diri ini akan bermakna dikala adanya kepuasan atau kebahagiaan diri dan lingkungan. Kesuksesan individu dalam berkarir yang tampak dikarenakan adanya ketenangan, kenyamanan, kestabilan dan kepuasan dalam bekerja.

Bimbingan karir inipun juga banyak prespektif dalam pengartiannya, dikarenakan bimbingan karir ini sulit dipisahkan dari konsep vocational guidance atau bimbingan jabatan yang kemudian berubah menjadi carrer guidance atau bimbingan karir yang diartikan sebagai proses untuk membantu dalam memilih pekerjaan, mempersiapkan, memasuki dan memperoleh kemajuan di dalamnya. Namun selang beberapa tahun kemudian pengertian bimbingan karir ini direfisi sebagai suatu proses bantuan terhadap individu  untuk menerima dan mengembangkan diri serta perannya secara terpadu dalam dunia kerja, mengklarifikasikan konsepnya dengan realita dalam lingkungan yang berujung pada kepuasan diri dan masyarakat . Rochman natawidjadja menyimpulkan pengertian bimbingan karir sebagai proses untuk membantu seseorang untuk mengerti dan menerima gambaran tentang diri pribadinya dan gambaran tentang dunia atau lingkungannya, mempertemukan gambaran diri tersebut dengan dunia kerja yang kemudian atau pada akhirnya dapat memilih bidang pekerjaan, memasukinya dan membina karir dalam bidang tersebut.

3.    Problem atau Masalah dan Jalur Bimbingan Karir
Sadar tidak disadari dalam kehidupan kita pasti ada yang namanya sebuah tantangan, begitupula dalam meniti sebuah karir inipun masih tidak dapat jauh dari sebuah masalah atau sebuah tantangan. Tantangan dan masalah ini sebenarnya muncul dari diri, yang terletak dari kekurangmampuan  dalam membuat pleaning sebuah karir. Menentukan keputusan akhir dan menentukan karir ini membutuhkan suatu ketrampilan dan sebuah proses yang dilatarbelakangi pemahaman individu terhadap dirinya atau jati dirinya  dan pengenalan terhadap lingkungan pekerjaan yang ada di sekitarnya serta memadukan keduanya secara tepat. Banyak para ahli yang telah mendeskripsikan beberapa gejala dalam bimbingan karir ini, diantaranya adalah Williamson yang membagi gejala bimbingan karir menjadi empat bagian, yakni individu tidak dapat memilih atau merasa tidak ada pilihan, karena tidak mampu membedakan secara memadai atas pilihan karir dan komitmen terhadap pilihan itu (no choice), individu tidak merasa yakin atau dia merasa bimbang atas pilihan karirnya (uncertain choice), ketidakseleraan antara bakat atau minat individu dengan pilihan karirnya (unwise choice) dan ketidakseleraan minat dengan bakat individu (discrepancy). Namun sebenarnya masih banyak lagi berbagai gejala atau masalah dalam bimbingan karir yang perlu dicermati oleh seorang guru terutama dalam kaitannya upaya membantu perencanaan karir peserta didik.

Selama menempuh dunia pendidikan, individu berusaha untuk sebisa mungkin mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang nantinya pasti akan dibutuhkan ketika mulai mencari kerja, secara asumtif dari proses ini akan berlangsung biasanya sampai dengan usia 20 tahun. Dalam konteks jalur karir (carrer path) Santamaria (1991) mengemukakan kalur karir pada empat tahap yakni, steady state, linear, transitory dan spiral. Dari keempat jalur tersebut sangat erat kaitannya dengan proses seseorang atau individu dalam meniti sebuah karir. Steady state, jalur ini memerlukan jangka panjang dalam sebuah karir, linear yang ditandai oleh mobilitas yang konstan dalaam sebuah karir, transitory yang ditandai dengan adanya pencarian karir yang lebih variatif dan spiral yang ditandai dengan mobilitas karir secara lateral.
Dalam konteks lain bimbingan karir dapat ditempuh melalui jalur pendidikan, pekerjaan, jabatan, profesi, hobi dan social pribadi. Sejumlah kompetensi dan potensi individu yang memadai menjadi penentu berhasil tidaknya sebuah karir baik kompetensi ataupun juga potensi dari fisik, pribadi, social, intelektual, moral begitu juga spiritualnya

B.    Tujuan dan Prinsip-Prinsip Bimbingan Karir
1.    Tujuan Bimbingan Karir
Menumbuh dan mengembangkan kesadaran serta pemahaman mengenai berbagai ragam kegiatan dan pekerjaan di lingkungan sekitar, mengembangkan sikap positif terhadap semua jenis pekerjaan yang halalan toyyiban, mengembangkan kebiasaan hidup positif terhadap peserta didik di SD/MI adalah menjadi sebuah tujuan utama bimbingan karir.
Selain itu pula juga bertujuan untuk membantu peserta didik memahami apa yang disukai dan apa yang tidak disukai, kecakapan diri, disiplin diri, mengontrol kegiatan sendiri. Bimbingan pribadi, social maupun bimbingan belajar, ketiga bimbingan ini yang erat kaitannya dengan bimbingan karir yang sekalipun juga menjadi pendukung dalam perkembangan karir peserta didik.
Perkembangan karir ini bersifat kontinu, karenanya bibmbingan karir akan efektif jika memperhatikan kontinuitas tahapan dan aspek yang dominan dalam perkembangan individu, sebab itu merupakan elemen yang perlu dikembangkan pada saat yang tepat dalam proses perkembangan individu secara keseluruhan. Wujud dari keberlanjutan aspek-aspek yang dikembangkan ini diantaranya adalah mengembangkan kesadaran diri yang akan menghasilkan identitas diri, mengembangkan kesadaran pendidikan menghasilkan identitas pendidikan, mengembangkan kesadaran karir yang menghasilkan identitas karir dan lain sebagainya. Sedangkan keberlanjutan perkembangan karir itu seperti halnya seseorang atau individu memulai pendidikan dari pra SD/MI, kemudian dilanjutkan di SD/MI selama 6 tahun, dilanjutkan SMP 3 tahun, SMA 3 tahun dan masih ada yang melanjutkan sampai ke jenjang yang lebih tinggi.
Secara operasional tujuan bimbingan karir di SD/MI ini adalah untuk membantu peserta didik mengenali berbagai macam dan cirri-ciri dari jenis pekerjaan yang ada dan membantu kemampuan serta minat dengan jenis pekerjaan yang ada dan membantu mencapai cita-cita. Seseorang atau individu akan mampu menguasai aspek kehidupan secara tepat jika mampu membebaskan ketegangan, mengklarifikasikan prasaan, memberikan wawasan dan mengembangkan perasaan yang kompeten dalam wilayah penyesuaian jabatan.

4.     Prinsip-prinsip BK Karir
Prinsip-prinsip bimbingan karir meliputi :
a.     Pemilihan karir lebih merupakan suatu proses dari suatu peristiwa.
b.     Pemilihan dan penyesuaian karir dimulai dengan pengetahuan tentang diri. Individu harus memahami potensi ,bakat, minat dan kemampuanya.
c.     Bimbingan karir haruslah merupakan suatu pemahaman diri.
d.     Bimbingan karir membantu pemahaman dunia kerja dan pekerjaan dalam masyarakat.
e.     Dalam bimbingan karir termasuk pula pemberian informasi, keterangan mengenai latihan atau pendidikan yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, berbagai keterampilan dan pola tingkah laku yang diperlukan untuk suatu pekerjaan.
f.      Bimbingan karir merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh para konselor dalam memberikan rangsangan dan bantuan perencanaan karir, membuat keputusan dan penyesuaian karir.

Agar Bimbingan Karier di Sekolah dapat berfungsi dcngan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka beberapa pandangan tentang prinsip-prinsip Bimbingan Karier perlu diperhatikan para pembimbing khususnya dan administrator Sekolah pada umumnya terutama dalam penyusunan program Bimbingan Karier di Sekolah. Prinsip bimbingan karir di sekolah :
a.     Seluruh siswa hendaknya mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengembangkan dirinya dalam pencapaian kariernya secara tepat.
b.     Siswa hendaknya dibantu dalam mengembangkan pemahaman yang cukup memadai terhadap dirinya sendiri dan kaitannya dengan perkembangan sosial dan perencanaan karier.
c.     Siswa secara keseluruhan dibantu untuk memperoleh pemahaman tentang hubungan antara pendidikan dengan kariernya.
d.     Siswa pada setiap tahap program pendidikannya hendaknya memiliki pengalaman yang berorientasi pada karier secara berarti dan realistik.
e.     Program Bimbingan Karier hendaknya memiliki tujuan untuk merangsang pendidikan siswa.
f.      Program Bimbingan Karier di Sekolah hendaknya berpusat di kelas, dengan dikoordinasi oleh pembimbing disertai partisipasi orang tua dan kontribusi masyarakat.

2.    Prinsip-prinsip Bimbingan Karir
Bimbingan karir dalam menjalankannya membutuhkan prinsip-prinsip dasar supaya tidak melenceng dari tujuan utama yang menjadi sebuah targetan layanan bimbingan karir, salah satu diantara beberapa prinsip dalam menjalankan bimbingan karir adalah :
a.       Pemahaman bahwa bimbingan karir bukanlah sebuah proses yang terpilah satu sama lain, akan tetapi bimbingan karir merupakan sebuah proses yang berkelanjutan dalam seluruh perjalanan hidup manusia. Dengan ini dapat dipahami bahwasannya bimbingan karir adalah serangkaian perjalanan hidup manusia yang terkait dengan seluruh aspek pertumbuhan dan perkembangan yang dijalani.
b.      Bimbingan karir tidak diperuntukkan pada satu individu saja, akan tetapi bagi semua individu tanpa terkecuali.
c.       Bimbingan karir merupakan bantuan yang diberikan pada individu yang sedang dalam proses berkembang.
d.      Semua orang jelaslah memiliki hak untuk menentukan pilihan, memutuskan jalan pilihannya yang sekaligus dipertanggungjawabkan atas segala resiko dan konskwensinya. Namun dalam bimbingan karir ini tidaklah sekedar memperhatikan hak individu untuk menentukan dan memilih pilihannya tetapi juga membantu untuk mengembangkan cara-cara penentuan pilihan secara bertanggung jawab.
e.       Pemilihan dan penyesuaian karir dimulai dengan pengetahuan tentang jati diri pribadinya.
f.       Bimbingan karir membantu individu untuk memahamidunia kerja dan sejumlah pekerjaan yang ada di lingkungan masyarakat serta berbagai sisi kehidupannya.

C.    Strategi dan Teknik Bimbingan Karir
Strategi bimbingan karir pada dasarnya adalah serangkaian system yang juga merupakan pola umum perbuatan dalam wujud hubungan bantuan. Jelas hubungan bantuan tersebut dengan adanya yang dibantu dan yang membantu dalam artian kebersediaan dan berupaya menciptakan suatu cara yang tepat untuk memfasilitasi yang dibantu dalam perkembangan. Jika dikaitkan dengan peserta didik adalah sebagai pelaku karir yang kemudian terbantu dalam pembuatan dan melaksanakan atau pelaksanaan rencana, penilaian diri dan lingkungannya yang berujung pada kesuksesan perjalanan hidup yang bermakna horizontal (bagi sesamanya) dan vertical (untuk Tuhannya).
Dari pemaknaan strategi bimbingan karir tersebut diatas dapat dipahami bahwasannya setiap strategi bersifat situasional atau dalam penggunaannya bergantung pada sasaran strategi, perilaku peserta didik yang akan dikembangkan. Begitupun dengan strategi bimbingan karir yang juga mempunyai sebuah sasaran yakni sasaran diri (baik dari segi karakter maupun psiko-fisiknya) sasaran nilai-nilai, sasaran permasalahan, sasaran perencanaan dan keputusan karir.

Bimbingan karir di SD/MI dapat dilakukan dengan menggunakan strategi dan teknik bimbingan karir sebagai berikut :
1.        Terpadu dalam Kegiatan Pembelajaran
Dengan diterapkannya bimbingan karir secara terpadu dengan strategi instruksional dapat mengembangkan daripada kesadaran dan pemahaman peserta didik terkait macam-macam kegiatan atau pekerjaan yang ada disekitarnya. Dengan pendekatan terpadu ini mangacu pada keterbatasan guru pembimbing sebagai konsetor secara khusus. Dalam kaata lain guru di SD/MI menjadi sebuah pelaku bimbingan karir yang terintegrasik dalam proses pembelajaran di kelas.
2.        Menggunakan Pola Paket Bimbingan Karir
Pada pola paket bimbingan karir ini ada empat paket terdiri dari satu topic dan sub topic pembahasan, diantaranya adalah paket satu tentang pemahaman diri (terdiri sub topic bakat, minat, keadaan fisik, keadaan social, ekonomi dan budaya serta cita-cita), paket dua tentang pemahaman lingkungan terdiri sub topic untuk klas 1 – 2 yakni kemungkinan jabatan dan informasi janatan serta informasi pekerjaan, untuk klas 3 – 4 terdapat sub topic pengantar pemahaman lingkungan, informasi jabatan dan wiraswasta, klas 5 terdapat sub topic informasi pendidikan dan pembangunan kemungkinan jabatan dan wiraswasta, peket tiga tentang hambatan dan cara mengatasinya yang terdiri sub topic prasangka, hambatan dari diri sendiri dan hambatan dari luar,  paket empat tentang perencanaan masa depani dengan sub topic informasi diri dan lingkungan, cita-cita dan gaya hidup serta rencana untuk masa depan.


3.        Bacaan
Hal ini dilakukan dengan cara membaca riwayat hidup orang-orang ternama yang berhasil dalam bidangnya. Dengan ini diharapkan peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang sukses, juga memperbanyak wawasan tentang berbagai hal.
4.        Narasumber
Mengunjungi atau mengunadang narasumber kemudian berdialog tentang dunia kerja, ini diharapkan pada peserta didik semakin luas wawasannya tentang banyak hal terutama yang berkaitan dengan pekerjaan atau profesi untuk meniti karir.
5.        Pengamatan atau Observasi
Dengan pengamatan atau observasi ini diharapkan peserta didik mengamati realita yang ada yang erat kaitannya dengan pekerjaan atau profesi dalam meniti karir
6.        Cerita
Dengan bercerita, guru dapat memberikan informasi tentang berbagai pekerjaan atau cerita tentang kerja keras yang membuahkan hasil menggembirakan.
7.        Teknik Genogram
Ini dapat juga dilakukan guru terutama untuk mengidentifikasi aspirasi karir yang berkembang pada peserta didik SD/MI. teknik ini ditempuh dalam tiga tahap yaitu konstruksi genogram, identifikasi jabatan dan eksplorasi klien. Namun dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan karakteristik perkembangan peserta didik SD/MI dan materi yang sebaiknya materi bimbingan karir yang dikuasainya.
8.        Permainan Terpadu
Dengan mengaitkan permainan dengan materi bimbingan karir yang juga memilih permainan yang mencerminkan kelima permainan kelompok terpadu, yaitu : permainan ekspresi dan proyeksi diri, permainan pilihan dan putusan ilai, eksplorasi dan identifikasi lingkungan, diskusi isu dan aturan serta analisis gaya hidup.

5.     Jenis masalah karir di SD, SMP, SMA
Bimbingan karir di sekolah diarahkan untuk menumbuhkan kesadaran dan pemahaman peserta didik akan ragam kegiatan dan pekerjaan di dunia sekitarnya, pengembangan sikap positif terhadap semua jenis pekerjaan dan orang lain, dan mengembangkan kebiasaan hidup yang positif. Bimbingan karir di sekolah dasar juga terkait erat dengan upaya membantu peserta didik memahami apa yang disukai dan tak disukai, kecakapan diri, disiplin, mengontrol kegiatan sendiri. Masalah karir yang terjadi pada siswa sekolah biasanya adalah:
a.     Siswa SD selalu berpikir untuk masa depan (membayangkan dirinya akan menjadi apa) namun belum mencapai tahap yang realistis.
b.     Siswa SD mempunyai cita-cita yang tinggi namun belum mengerti apakah itu sesuai denga kemampuan para siswa.
c.     Sedangkan pada siswa SMP cara berpikir mereka telah realistis namun, akan ada sedikit berkurangnya motivasi, karena bingung untuk menentukan dia akan menjadi apa nantinya.
d.     Dan pada masa SMP dia akan mulai mencoba mencari jati dirinya. Siswa akan terus melakukan semua hal sampai menemukan jati dirinya, dan jika dia tidak diarahkan dengan benar akan terjadi kebingungan identitas.
e.     Dan kebingungan lainnya (biasanya terjadi pada siswa SMP dan SMA)  adalah ketika dia memtuskan untuk tidak melanjutkan ke jenjang selanjutnya (terpaksa tidak bisa lanjut karena suatu hal) apa yang akan dia kerjakan.
2.2 Perkembangan dan Kematangan Karir Anak- Anak SD
A.   Perkembangan dan kematangan karir anak- anak SD
Perkembangan anak manusia merupakan sesuatu yang kompleks. Artinya banyak faktor yang turut berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya proses perkembangan anak. Baik unsur-unsur bawaan maupun unsur-unsur pengalaman yang diperoleh dalam berinteraksi dengan lingkungan sama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap arah dan laju perkembangan ank tersebut.


1)    Perkembangan anak Sekolah Dasar
    Anak usia dasar sekolah atau sering disebut late childhood berlangsung
Dari usia enam tahun sampai tiba saatnya anak matang secara seksual(Hurlock,1993:146).pada umum nya usia anak berkisar antara 6-12 tahun. Akhir masa kanak-kanak memiliki karakteristik dengan  anak  prasekolah. Aspek psikofisik yang dimaksud meliputi berikut:
       a.      Perkembangan secara fisik
               Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI meliputi pertumbuhan tinggi dan berat badan. Perubahan proporsi atau perbandingan antar bagian tubuh yang membentuk postur tubuh, pertumbuhan tulang, gigi, otot, dan lemak. Pertumbuhan dan perkembangan fisik anak menentukan ketrampilan anak bergerak. Pertumbuhan dan perkembangan mempengaruhi cara memandang dirinya sendiri dan orang lain, yang berdampak dalam melakukan penyesuaian dengan dirinya dan orang lain.’

1.sistem syaraf
    System syaraf anak memiliki koneksi dengan sel-sel syaraf lain sehingga menjadi pusat atau sentral perkembangan dan fungsi kemanusiaan.

o   Untuk perkembangan tulang gigi, otot dan lemak
1.      Pertumbuhan tulang (jumlah dan komposis) pada peserta didik usia SD/MI cenderung lambat dibandingkan anak awal dan remaja.
2.      Pengerasan tulang dan tulang rawan menjadi tulang keras berlangsung terus sampai akhir masa remaja.
3.      Pertumbuhan tulang terjadi tidak serempak dan kecepatannya berbeda, tergantung pada hormone, gizi dan zat mineral yang dikonsumsi.
4.      Pada dua tahun terakhir masa anak akhir dimana terjadi periode lemak, terjadi  pembengkokkan tulang karena tulang belum/tidak cukup keras menompang berat badan.
5.      Pergantian gigi susu menjadi gigi tetap terjadi pada peserta didik usia SD/MI menjadi  peristiwa  penting karena dapat mempengaruhi perilaku anak.
6.      Perkembangan susunan syaraf pada otak dan tulang belakang mempengaruhi perkembangan indra dan berpikir anak yang berdampak pada kemampuan anak dalam belajar.
7.      Sebagian peserta usia SD/MI juga berbeda pada masa awal remaja/puber.
·      Masa ini terjadi perubahan fisik yang sangat pesat dalam ukuran tinggi, berat badan, proporsi tubuh.
·      Kematangan kelenjar dan hormone yang berkaitan engan pertumbuhan seksual.
·      Mengalami ketidakseimbangan, terlalu memperhatikan perubahan fisik, menarik diri dari  pergaulan, perubahan minat/aktivitas bermain, bersikap negative/menentang, kurang PD, dsb.
  
o   Untuk pertumbuhan badan
a.   Pertumbuhan tinggi badan setiap anak berbeda-beda, tapi mengikuti pola yang sama. (Anak usia 5 tahun : tinggi tubuh 2x dari tinggi/panjang tubuh saat  lahir. )
b.    Setelah itu melambat 7 cm setiap tahun. (Anak usia 12/13 thn : tinggi anak 150    cm, masih bertambah sampai usia18 tahun ketika mengakhiri masa remaja.)

Pada akhir usia SD dan anak masuk masa puber, pertumbuhan anak laki-laki lebih lambat dari anak perempuan. Namun setelah itu, pertumbuhan laki-laki lebih cepat.

o   Untuk perkembangan berat tubuh peserta didik
1.    Anak usia 5 tahun          : berat 5x setelah dilahirkan.
2.    Anak masa anak            : berat 35-40 kg.
3.    Anak usia 10-12 tahun (permulaan masa remaja):
  Anak mengalami periode lemak.
  Mengalami pematangan kelamin yang berasal dari hormone.
  Nafsu makan anak semakin besar.
  Pertumbuhan tubuh yang cepat.
  Penumpukan lemak pada perut, pinggul,pangkal paha, dada, sekitar rahang, leher dan pipi.

Berdasarkan tipologi Sheldon (Hurlock, 1980) ada tiga kemungkinan bentuk primer anak SD, yaitu:
1.      Bentuk tubuh endomorph: yang tampak dari luar berbentuk gemuk dan berbadan besar.
2.      Bentuk tubuh mesomorf: kelihatannya kokoh, kuat, dan lebih kekar.
3.      Berat tubuh ektomorf: tampak jangkung, dada pipih, lemah dan seperti tak berotot.

o   Faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik
·         Pengaruh keluarga
a.       Faktor keturunan
Membuat anak menjadi gemuk dari pada anak lainnya. Perbedaan ras suku bangsa (orang Amerika,Eropa, dan  Australia cenderung lebih tinggi dari pada orang Asia).
b.      Faktor lingkungan
Akan membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan anak tersebut. Lingkungan lebih banyak pengaruhnya terhadap berat tubuh daripada tinggi tubuh.

   Jenis kelamin
Anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dibandingkan dengan anak perempuan, kecuali pada usia 12-15 tahun.


   Gizi dan kesehatan
       Anak yang memperoleh gizi cukup biasanya lebih tinggitubuhnya dan relatif lebih cepat mencapai masa puber dibandingkan dengan anak yang bergizi kurang.
       Anak yang sehat dan jarang sakit biasanya mempunyai tubuh sehat dan lebih berat dibanding dengan anak yang sering sakit.

   Status social dan ekonomi
       Fisik anak dari kelompok ekonomi rendah cenderung lebih kecil dibandingkan dengan keluarga ekonomi cukup atau tinggi.
       Keadaan status ekonomi mempengaruhi peran keluarga dalam memberi makan, gizi dan pemeliharan kesehatan serta kegiatan pekerjaan yang dilakukan anak.

   Ganguan emosional
     Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenalin yang berlebihan. Hal ini menyebabkan berkurangnya hormon pertumbuhan pada kelenjar pituitary, akibatnya anak mengalami keterlambatan perkembangan memasuki masa puber.
Bagi anak usia SD atau MI, reaksi yang diperlihatkan orang lain terutama oleh teman-teman sebayanya terhadap ukuran dan proporsi tubuhnya mempunyai makna penting. Apabila ukuran-ukuran dan proporsi tubuh anak berbeda jauh dengan teman sebayanya anak akan merasa kelainan, tidak mampu dan rendah diri.

      b.      Perkembangan intelek
   Struktur pengetahuan
        Pengertian kognitif meliputi aspek struktur intelek yang dipergunakan untuk mengetahui sesuatu, dan dalamnya terdapat aspek: persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan persoalan. Perkembangan kognitif merupakan proses dan hasil individu dengan lingkungannya.
Selain itu, struktur pengetahuan juga menjelaskan tentang tingkat kecerdasan peserta didik pada usia SD. Dengan adanya beberapa kecerdasan tiap individu, maka memungkinkan terjadinya kecerdasan ganda (multiple intelligence),  sehingga perlu diadakannya semacam tes untuk mengetahui tingkat intelegensi tiap individu yang biasa disebut dengan IQ (Intelligence Quotient). IQ merupakan hasil bagi usia mental dengan usia kronologis atau kalender dikalikan seratus. Dengan berpegang pada satuan ukuran IQ, maka kecerdasan dikategorikan dalam tabel berikut (Sukmadinata, 2003):

2.perkembangan emosi
     memasuki usia sekolah dasar kelas tinggi,anak melalui menyadari ungkapan emosi yang kurang baik akan berakibat pada tidak diterimanya anak di masyarakat.anak mulai mengontrol dan mengendaalikan emosi.

3.perkembangan bahasa
      perkembangan bahasa anak sekolah dasar kelas tinggi berlangsung dengan sangat pesat,terutama kemampuan anak dalam mengenal dan menguasi pembendaharaan kata(vocabulary) (yusuf,2002:179).

4. perkembangan sosial
     masa sekolah dasar adalah masa berkelompok dan mulai membentuk ikatan dengan teman sebaya baik disekolah maupun di rumah.

5. perkembangan moral
Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan yang dinilai baik oleh orang lain. Keberagaman tingkat moral anak-anak disebabkan karena faktor penentuannya yang beragam juga. Salah satu yang mempengaruhi adalah orangtua.

6.perkembangan religi
membentuk nilai agama sebagai pendidik,pengajaran yang lebih baik terhadap anak.

c.indikator –indikator kematangan karir anak  SD(kesadaran karir)
1.pentingnya pengetahuan dan konsep diri yang positif tentang perkembangan karir
2.keterampilan berinteraksi dengan orang lain
3.kesadaran pentingya perkembangan emosi dan fisik pembuatan keputusan karir

2.3 Karakteristik Perkembangan Peserta Didik Masa Remaja
A.   Makna Remaja
              Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock,1991). Pandangan tersebut didukung oleh Piaget (Hurlock,1991) yang menyatakan bahwa secara psilologis remaja adalah suatu usia di mana anak tidak merasa berada di bawah tingkat yang lebih tua, melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar.
              Selain itu, remaja memiliki keunikan-keunikan yang terletak pada individu-individunya. Tampak jelas bahwa para remaja dari keluarga sama memperlihatkan perbedaan-perbedaan dalam besar badan, intelegensi, minat dan sifat sosial. Para remaja dari kelas sosial yang satu berbeda dengan para remaja dari kelas yang lain dalam sikap dan cita-citanya. Pendeknya, beberapa keunikan para remaja terletak dalam individualitasnya, bukan pada masa remajanya.
Adapun ciri-ciri atau karakteriskik remaja antara lain :
         Perkembangan seksual
         Emosi yang meluap-luap
         Mulai tertarik kepada lawan jenis
         Kegelisahan
         Pertentangan
         Aktifitas kelompok
         Keinginan mencoba segala sesuatu

B.Karakteristik  Perkembangan Pada Remaja
a.       Perkembangan fisik
Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa rentang kehidupan individu dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Masa pertama terjadi pada fase prenatal dan bayi. Bagian-bagian tubuh tertentu pada tahun-tahun permulaan kehidupan secara proporsional terlalu kecil, namun pada masa remaja proporsionalnya menjadi terlalu besar, karena terlebih dahulu mencapai kematangan dari pada bagian-bagian yang lain. Hal yang paling jelas terlihat pada hidung, kaki dan tangan. Pada masa remaja akhir proporsi tubuh individu mencapai proporsi tubuh orang dewasa dalam semua bagiannya.
Dalam perkembangan seksualitas remaja ,ditandai dengan dua ciri yaitu sebagai berikut:
a)            Ciri-ciri seks primer
  Pada remaja pria ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan testis. Setelah testis mulai tumbuh dan penis menjadi panjang ,pembuluh mani dan kelenjar prostat semakin membesar. Matangnya organ-organ seks tersebut ,memungkinkan remaja pria (sekitar usia 14-15 tahun ) mengalami “mimpi basah”.
  Pada remaja wanita kematangan organ seksualnya ditandai dengan tumbuhnya rahim ,vagina dan ovarium(indung telur). Ovarium menghasilkan telur dan mengeluarkan hormon-hormon yang dikeluarkan untuk kehamilan ,menstruasi. Pada masa ini sekitar usia 11-15 tahun remaja wanita mengalami menstruasi pertama.
b)            Ciri-ciri seks sekunder
  Wanita     :Tumbuh rambut atau bulu disekitar kemaluan dan ketiak , bertambah besar buah dada , bertambah besarnya pinggul.
   Pria           :Tumbuh rambut atau bulu disekitar kemaluan dan ketiak, terjadi perubahan suara, tumbuh kumis , tumbuh jakun.

b.      Perkembangan kognitif (intelektual)
Pada usia 12-20 tahun proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Pada usia 16 tahun berat otak sudah menyamai orang dewasa. Pada masa remaja terjadi reorganisasi lingkaran syaraf Lobe frontal yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau mengambil keputusan. Lobe frontal ini berkembang sampai usia 20 tahun lebih dan sangat berpengaruh pada kemampuan intelektual remaja,seperti halnya anak usia 12 tahun  walaupun secara intelektual remaja tersebut berbakat namun belum bijaksana.
c.       Perkembangan emosi
Pada masa remaja merupakan puncak emosionalitas yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik serta organ-organ seksual yang mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya seperti perasaan cinta ,rindu dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada remaja awal perkembangan emosinya menunjukan sifat sensitive dan reaktif terhadap peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negative dan temperamental. Sedang remaja akhir sudah bias mengendalikan emosinya.
d.      Perkembangan Sosial
              Pada masa remaja berkembang “social cognition” yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik ,baik menyangkut sifat-sifat pribadi minat nilai-nilai maupun perasaannya. Pemahamannya , mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan teman sebaya, baik melalui persahabatan maupun percintaan. Dalam hubungan persahabatan , remaja memilih teman yang memiliki kualitas psikologisnya relative sama dengan dirinya, baik menyangkut interes, sikap, nilai maupun kepribadian. Pada masa ini juga remaja cenderung mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, hobby dan juga keinginan orang lain.
e.       Perkembangan Moral
Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan yang dinilai baik oleh orang lain. Keberagaman tingkat moral remaja disebabkan karena faktor penentuannya yang beragam juga. Salah satu yang mempengaruhi adalah orangtua.
f.       Perkembangan kepribadian
              Sifat-sifat kepribadian mencerminkan perkembangan fisik, seksual,  emosional, sosial, kognitif dan nilai-nilai. Pada masa remaja paling penting bagi pengembangan dan integrasi kepribadian. Faktor-faktor dan pengalaman baru yang tampak terjadinya perubahan kepribadian pada masa meliputi remaja:
a) .  Perolehan pertumbuhan fisik yang menyerupai masa dewasa.
b) . Kematangan seksual yang disertai dengan dorongan-dorongan dan emosi baru.
c). Kesadaran terhadap diri sendiri, keinginan untuk mengarahkan diri dan mengevaluasi diri kembali tentang standar (norma), tujuan dan cita-cita.
d). Kebutuhan akan persahabatan yang bersifat heteroseksual ,berteman dengan pria maupun wanita.
Masa remaja merupakan saat berkembangnya identity (jati diri). Perkembangan “identity” merupakan isu sentral pada masa remaja yang memberikan dasar bagi masa dewasa. Erikson meyakini bahwa perkembangan identity pada masa remaja berkaitan erat dengan komitmen terhadap okupasi masa depan.
Dalam mengolaborasi teori Erikson tentang identity remaja , James Marcia dkk. Mengemukan bahwa ada empat alternative bagi remaja dalam menguji diri dan pilihan-pilihannya yaitu sebagai berikut.
a)    Identity Achievement, yang berarti bahwa setelah remaja memahami pilihan yang realistik , maka dia harus membuat pilihan dan berprilaku sesuai dengan pilihannya.
b)    Identity Foreclosure, menerima pilihan orangtua tanpa mempertimbangkan pilihannya.
c)      Identity Diffusion yang berarti kebingungan tentang siapa dirinya dan mau apa dalam hidupnya.
d)     Moratorium, penundaan dalam komitmen remaja terhadap pilihan-pilihan aspek pribadi atau okupasi. Dalam hal ini Erikson menyadari bahwa remaja dalam masyarakat yang kompleks mengalami krisis identitas atau periode moratorium dan kebingungan yang temporer.

g.      Perkembangan kesadaran beragama
Untuk memperoleh kejelasan tentang kesadaran beragama remaja dapat disimak sebagai berikut:
a)      Masa remaja awal (sekitar usia 13-16 tahun)
Pada masa ini kepercayaan kepada tuhan kadang-kadang sangat kuat ,akan tetapi kadang sangat berkurang. Hal ini dapat terlihat pada cara beribadah kadang rajin kadang juga malas. Kegoncangan dalam keberagamaan ini muncul karena disebabkan faktor internal maupun eksternal.
Faktor internal seperti matangnya organ seks yang mendorong untuk memenuhi kebutuhan tersebut, namun disisi lain dilarang oleh agama. Yang lain adalah bersifat psikologis yaitu sikap independen, keinginan untuk bebas , tidak mau terikat oleh norma keluarga. Edang berkaitan dengan perkembangan budaya dalam masyarakat, yang tidak jarang bertentangan dengan nilai-nilai agama seperti beredarnya film-film dan foto-foto porno, miras, ganja atau obat-obat terlarang.
Apabila kurang mendapat bimbingan keagamaan dalam keluarga maka dapat menjadi pemicu berkembangnya sikap  dan perilaku remaja yang kurang baik seperti pergaulan bebas( free sex), minum-minuman keras ,menghisap ganja dan menjadi trouble maker dalam masyarakat.
b)        Masa remaja akhir (17-21 tahun)
Secara psikologis , masa ini merupakan permulaan masa dewasa , emosinya mulai stabil dan pemikirannya kritis. Dalam kehidupan beragama, remaja sudah mulai melibatkan diri kedalam kegiatan-kegiata keberagamaan dan dapat membedakan agama sebagai ajaran dengan manusia sebagai penganutnya diantaranya ada yang shalih dan tidak
Indikator kematangan karir remaja
1.aspek perencanaan karir(career planning)
2.aspek eksplorasi karir(career exploration)
3.aspek keputusan karir(decision making)
2.4 Perkembangan Dan Kematangan Karir Orang Dewasa
Karakteristik Perkembangan Dewasa
Secara kronologis, masa dewasa dapat dibagi kedalam tiga fase, yaitu; 1) dewasa muda (early adulthood, sekitar usia  18-40 tahun), 2) dewasa madya (middle adulthood, sekitar usia 40-60 tahun), dan 3) dewasa lanjut (old age, sekitar usia 60 tahun keatas) (Hurlock, 1988).
Untuk memahami karakteristik orang dewasa dapat disimak dari beberapa aspek perkembangan berikut.

a)          Perkembangan Fisik Biologis
Secara biologis masa dewasa dapat diartikan sebagai suatu priode dalam kehidupan individu yang ditandai dengan pencapaian kematangan fisik dan kesiapan untuk bereproduksi (berketurunan).
Masa dewasa muda merupakan puncak pertumbuhan fisik yang prima, sehinggga dipandang sebagai usia yang tersehat dari populasi manusia secara keseluruhan (healthiest people in population).

b)          Perkembangan Psikologi
Dari sisi psikologis, masa dewasa dapat diartikan sebagai suatu periode  dalam kehidupan individu yang ditandai dengan kematangan dalam aspek intelektual dan sosio-emosional, seperti: a) memiliki kemampuan berfikir yang logis dan realistis, b) dapat memecahkan masalah atau mengambil keputusan, c) memiliki kesetabilan emosi (emotional stability) yaitu; tidak lekas marah, sedih, cemas, atau mudah tersinggung, d) memiliki sense of reality –kesadaran-realitas –yang cukup tinggi,yaitu; tidak mudah melamun apabila mengalami kesulitan  dan tidak mudah frustasi atau menyalahkan orang lain apabila menghadapi kegagalan, dan e) bersikap optimis dalam menghadapi kehidupan.

c)           Aspek Sosio-Religius
Masa dewasa ini ditandai dengan ciri-ciri: a) rasa bertanggung jawab –sense of responsibility-terhadap semua perbuatannya dan kepeduliannya memelihara kesejahteraan hidup dirinya sendiri dan juga orang lain, b) berperilaku sesuai tuntutan atau norma agama c) memiliki pekerjaan yang dapat menghidupi diri dan keluarganya, dan d) berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

Karakteristik Perkembangan Karir Dewasa

Dalam teori rentang hidup (life-span) dari super, perkembangan karir masa dewasa menggunakan dua konsep utama: peranan dan tahapan kehidupan. Beberapa peranan penting seorang individu adalah belajar (studying), bekerja (working), pelayanan masyarakat (community service), aktivitas di rumah dan keluarga (home and family), dan aktivitas di waktu luang (leisure activities).Penting (salience) peran-peran ini dapat dilihat pada partisipasi seseorang dalam suatu aktivitas, komitmennya terhadap aktivitas atau seberapa banyak aktivitas itu bernilai. Nilai-nilai juga begitu penting di dalam teori super,dapat dilihat dalam perkembanganbeberapa inventori nilai-nilai.

Di dalam teori super, bentuk peranan berhubungan dengan pandangan terhadap tahapan dasar perkembangan karir: eksplorasi (exploration), penetapan (establislument), pemeliharaan (maintenance), dan ketidak terikatan (disengagement).
Tahap eksplorasi, mencakup sub-tahap kristalisasi, spesifikasi, dan implementasi.
Tahap penetapan, mencakup tugas-tugas stabilisasi, konsolidasi dan kelanjutannya.
Subtahap-subtahap dari pemilikan, pembaharuan, dan inovasi termasuk tahap pemeliharaan.
Tahap ketidak terikatan mencakup pelambatan, perencanaan pensiun dan kehidupan pension.
Aspek kunci dari teori super adalah tahap-tahap ini sama sekali tidak terkait dengan usia. Individu dapat mengulang atau mengalami kembali siklus atau tahap-tahap ini diberbagai waktu dalam kehidupan.

Super (Sharf, 1992:175) percaya bahwa setiap orang berbeda memaknai pentingnya bekerja di dalam kehidupannya.Pekerjaan dapat mempunyai arti dan kepentinganya yang berbeda untuk setiap individu. Menurut data normative dari salience inventory (Nevill dan super dalam sharf, 1992:175) menjukan bahwa orang-orang pada usia yang berbeda, budaya yang berbeda, menilai pekerjaan secara berbeda.

Nevill dan super (sharf, 1992:15-176) dalam salience inventory mengukur tiga aspek peran hidup: komitmenn, partisipasi dan ekspektasi nilai-nilai. Aspek penting lain dari kerja salience adalah mengukur peran pengetahuan. Peran-peran hidup tersebut diaplikasikan ke dalam beberapa aktivitas.

Pertama belajar (studying), meliputi sejumlah aktivitas yang mungkin berlangsung sepanjang rentang kehidupan.

Kedua bekerja (working), dapat dimulai sejak masa kanak-kanak ketika anak menolon orang tua mereka di rumah, menjadi penjaja Koran atau mngasuh anak (adiknya atau dari keluarga lain).

Ketiga pelayanan masyarakat (community service), meliputi aktivitas sebagai sukarelawan dibidang social, politik atau keagamaan.

Keempat aktivitas di rumah dan keluarga (home and family), peran ini bervariasi tergantung usia individu.

Kelima aktivitas diwaktu luang (leisure activity), umumnya aktivitas ini sangat bermakna pada usia kanak-kanak atau remaja, seperti aktivitas bermain, mengikuti kegiatan olah raga, menonton televisi, membaca komik atau novel.

Sharf (1992:176-179) mengemukakan bahwa tidak hanya pentingnya selama perubahan selama seumur hidup seseorang, tetapi juga sifat alamiah dari perubahan keterlibatan itu. Keterlibatan inidapat diukur melalui partisipasi, komiten, pengetahuan, dan harapan-harapan nilai-nilai.aspek-aspek tersebut dijabarkan ke dalam indicator-indikator salience dari peran-peran hidup, yaitu sebagai berikut:

Pertama partisipsi (participation), partisipasi dalam menjalankan suatu peran dapat berbeda-beda, termasuk menghabiskan waktu terhadap sesuatu, meningkatkan kinerja, memenuhi sesuatu, atau aktif dalam aktivitas organisasi.

Kedua komitmen (commitment), komitmen sering sekali berhubungan dengan rencana-rencana masa depan. Komitmen dapat berhubungan dengan keinginan untuk terlibat aktif dalam suatu aktivitas.

Ketiga pengetahuan (knowledge), penemuan informasi tentang suatu peran dengan pengalaman peran lain secara langsung atau dengan oservasiyang menyempurnakan pengetahuan, merupakan aspek kognitif yang mempunyai peran penting dalam kehidupan.

Keempat harapan-harapan nilai (value expectations), secara teoritis sama dengan konsep komiten, harapan-harapan nilai –nilai berhubungan dengan peluang berbagai peran untuk menemukan bermacam-macam kebutuhan nilai.  Ada banyak nilai-nilai yang berhubungan dengan persoalan karir.

Kelima pemanfaatan kemampuan (ability utilization), kemampuan yang digunakan adalah berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang.Hal ini dapat berarti melakukan pekerjaan atau belajar untuk mengembangkan kemampuannya.

Keenam prestasi (achievement), prestasi menunjukan perasaan bahw seseorang telah menghasilkan sesuatu yang baik.Individu dengan nilai ini menetapkan standar tinggi untuk pekerjaan atau studi mereka.

Ketujuh estetika (aesthetics), nilai ini berhubungan dengan keindahan di dalam peran yang dipilih seseorang.

Kedelapan altruism (altruism), mengacu pada membantu orang lain yang mengalami permasalahan, kebutuhan akan altruism dengan jelas ditemukan di dalam beberapa peran.

Kesembilan otonomi (autonomy), beberapa individu menghargai peluang kebebasan dan bekerja untuk diri mereka sendiri.

Kesepuluh kreativitas (creativity), untuk dapat menemukan atau merancang berbagai hal baru dapat menjadi penting di dalam bermacam-macam situasi.

Kesebelas hadiah ekonomis (economic rewards), untuk memiliki standar hidup yang tinggi dan berbagai hal yang berkaitan dengan material yang memerlukan pendapatan yang berasal dari peran bekerja secara aktif.

Keduabelas gaya hidup (lifestyle), untuk merencanakan aktivitas diri sendiri, hidup sesuai keinginan, dapat menjadi suatu penolakan untuk sebagian orang. Belajar adalah aktivitas tunggal, mempelajari sesuai yang diingikan kadang-kadang dapat dilaksanakan dengan lebih mudah.

Ketigabelas aktivitas fisik (physical activity),meskipun secara fisik aktif di dalam studi itu sungguh menyulitkan, peran-peran yang lain memberikan peluang untuk aktivitas fisik.

Keempatbelas prestise (prestige), beberapa peran menyediakan peluang bagi individu untuk mendapatkan pengakuan dari yang lain.

Kelimabelas resiko (risk), sebagian orang menyukai tantangan dan hal-hal yang menyenangkan.Kesenangan dapat menyediakan peluang itu. Aktivitas-aktivitas seperti climbing, wind surfing, dan parachute jumping menyediakan kesempatan itu.

Keenambelas intraksi social (social interaction), dengan orang lain dan bekerja disuatu kelompok dapat tercapai di dalam semua peran.

Ketujuhbelas variasi (variety), mampu mengubah aktivitas pekerjaan sangat menyenangkan bagi semua orang.

Kedelapanbelas kondisi kerja (work conditions), pencahayaan yang cukup untuk belajar; rumah yang menyenangkan, atau peralatan yang benar untuk aktivitas olahraga dapat menjadi penting bagi sebagian orang.

Konselor kadang dapat menyediakan salience inventori bagi konseli. Mampu menilai peran-peran yang penting bagi konseli dan harapan-harapan nilai (value expectations) yang dijumpai oleh  peran-peran itu sangat membantu. Untuk melakukan hal ini, konselor dapat menggunakan skala penilaian (Value Scale).

Schein (Manrihu, 1992) menyebutkan siklus kehidupan karir menjadi empat tahap: entry, socialization, midcareer, dan late career. Orang dewasa  berada pada siklus midcareer dan latecareer.
Tahap midcareer ditandai dengan ditemukannya karir anchors (“career anchor”) adalah suatu konsep diri okupasional sebagai hasil dari persepsi diri dalam hal bakat-bakat dan kemampuan-kemampuan, persepsi diri dalam hal motif-motif, dan kebutuhan-kebutuhan, dan persepsi diri dalam hal sikap-sikap dan nilai-nilai untuk memandu, mendesak, menstabilkan, dan menintgrasikan karir orang itu. Lima career anchors telah diidentifikasi; yang lainnya dihipotesiskan.
Kompetensi yang diharapkan adalah: 1) kompetensi teknis/fungsional, 2) kompetensi manajerial, 3) keamanan dan stabilitas, 4) otonomi, 5) kreativitas, 6)identitas dasar, 7)layanan terhadap orang-orang lain, 8) kekuasaan, pengaruh, dan kontrol, 9) keragaman, dan 10) spesialisasi dan generalisasi.
Tahap late career adalah: 1) menjadi mentor, 2) pencapaian keseimbangan yang tepat dari keterlibatan dalam pekerjaan, keluarga dan perkembangan diri, dan 3) mengundurkan diri dan pensiun.

Indikator Kematangan Dan Masalah Karir Orang Dewasa
Kematangan karir pada masa dewasa ditandai dengan: 1) stabilitasdalam pekerjaan, 2) kemajuan dalam pekerjaan, 3) inovasi dalam pekerjaan, dan 4) perbaikan dalam pekerjaan (Super dalam Sharf,1992).
Masalah karir yang dianggap memberatkan bagi orang dewasa adalah masa pension tiba.Menurut Super (Sharf, 1992), munculnya post power syndrome dan disengagement merupakan ketakutan orang dewasasaat datangnya masa pension.

Disengagement, di dalam tahap pemeliharaan, jika individu tidak memperbaharui pengetahuan mereka dan membuat beberapa usaha inovasi, mereka dalam bahaya kehilangan pekerjaan.
Super (Sharf, 1992) menunjukan tahap ini sebagai “kemunduran” (decline), tetapi mengubah labelnya karna konotasi negatifnya untuk banyak orang.Meskipun orang bisa mengalami kemunduran kemampuan fisik dan memori, tetapi juga berhubungan dengan kearifan (wisdom).Orang-orang dapat terus menggunakan kapasitas mental untuk melepaskan diri dari berbagai aktivitas. Subtahap disengagement-decelerating,retirement planning, dan  retirement living-dapat dilihat sebagai tugas-tugas orang dewasa akhir, tetapi tidak selalu harus dipertimbangkan

Decelerating, yaitu pelambatan tanggung jawab kerja seseorang. Untuk sebagian orang ini bisa berarti menemukan cara yang lebih mudah melakukan pekerjaan atau menghabiskan lebih sedikit waktu dalam melakukan pekerjaan. Yang lain dapat menemukan bahwa sulit untuk konsentrasi pada berbagai hal, tidak seperti ketika masih muda. Gambaran dari permasalahan yang sulit pada pekerjaan dan keinginan untuk menghindari tekanan batas waktu adalah tanda-tanda dari decelerating.

Retirement planning, meskipun banyak individu akan memulai perencanaan pensiun (retirement planning) sejak dini, kebanyakan individu harus berhubungan langsung dengan persoalan ini. Tugas ini termasuk aktivitas-aktivitas seperti perencanaan finansial dan kegiatan-kegiatan perencanaan pensiun beberapa individu dapat memilih pekerjaan sambilan baru atau sebagai sukarelawan.Dalam beberapa hal, ketika meraka melakukan ini, individu kembali kepada tahap kristalisasi dan menilai kembali minat, kapasitas (fisik dan mental), dan lain-lain.

Retirement living, tahap ini umumnya untuk orang-orang usia akhir 60-an, yang seringkali mengalami perubahan dalam peran kehidupan. Penggunaan waktu luang, aktivitas di rumah dan keluarga, dan pelayanan masyarakat menjadi lebih penting, sedangkan pekerjaan akan menjadi kurang penting. Aspek penting retirement livingadalah tempat dimana seseorang tinggaldan penggunaan waktu luang.

2.5 Pendekatan Trait and Factor
A.  Konsep Dasar
Menurut teori ini, kepribadian merupakan suatu system atau factor yang saling berkaitan satu dengan lainnya seperti kecakapan, minat, sikap, dan temperament. Hal yang mendasar bagi konseling sifat dan faktor (triait and faktor) adalah asumsi bahwa individu berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya. Pencapaian penemuan diri menghasilkan kepuasan intrinsik dan memperkuat usaha untuk mewujudkan diri. (Surya, Mohamad. 2003 : 3)

Dalam Pendekatan Trait and Factor, memandang bahwa ada delapan dangan tentang manusia yang bisa disimpulkan dari pendapat Williamson (Lutfi Fauzan, 2004:79) yaitu sebagai berikut:
1.      Manusia dilahirkan dengan membawa potensi baik dan buruk.
Williamson berbeda dengan Rouseau yang menganggap manusia pada dasarnya baik dan masyarakat atau lingkungan lah yang membentuknya menjadi jahat. Menurut Williamson, kedua potensi itu, baik dan buruk, ada pada setiap manusia. Tidak ada individu yang lahir membawa potensi baik semata dan sebaliknya juga tidak ada individu yang lahir semata-mata penuh dengan muatan yang buruk. Kedua sifat itu dimiliki oleh manusia, tetapi sifat mana yang akan berkembang tergantung pada interaksinya dengan manusia lain atau lingkungannya.
2. Manusia bergantung dan hanya akan berkembang secara optimal ditengah-tengah masyarakat.
Manusia memerlukan orang lain dalam mengembangkan potensi dirinya. Aktualisasi diri hanya akan dapat dicapai dalam hubungannya dan atau dengan bantuan orang lain, manusia tidak dapat hidup sepenuhnya dengan melepaskan diri dari masyarakat.
3. Manusia ingin mencapai kehidupan yang baik (good live)
Memperoleh kehidupan yang baik dan lebih baik lagi merupakan kepedulian setiap orang. Salah satu dimensi kebaikan adalah “arête”. Manusia berjuang mencapai arête yang menghasilkan kekayaan atau kebesaran diri. Konsep arête diambil dari bahasa Yunani yang dapat diartikan kecemerlangan (axcelent)
4. Manusia banyak berhadapan dengan “pengintroduksi” konsep hidup yang baik, yang menghadapkannya pada pilihan-pilihan.
Dalam keluarga, individu berkenalan dengan konsep hidup yang baik dari orang tuanya. Disekolah dia memperolehnya dari guru, selain itu dari teman dan anggota masyarakat yang lain.
5. Hubungan manusia berkait dengan konsep alam semesta (The Universe), Williamson menyatakan bahwa konsep alam semesta dan hubungan manusia terhadapnya sering terjadi salah satu dari: 1. Manusia menyendiri, ketidakramahan alam semesta. 2. Alam semesta bersahabat dan menyenangkan atau menguntungkan bagi manusia dan perkembangannya.
Selain konsepsi pokok tentang manusia sebaimana dikemukakan Williamson, terdapat cakupan penting untuk dikemukakan karakteristik atau hakiki yang lain tentang manusia, yaitu:
1.      Manusia merupakan individu yang unik.
2.      Manusia memiliki sifat-sifat yang umum.
3.      Manusia bukan penerima pasif bawaan dan lingkungannya.

Asumsi Perilaku Bermasalah
Asumsi perilaku bermasalah / malasuai adalah individu yang tidak mampu memahami kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya sehingga individu tersebut tidak dapat mengaktualisasikan dirinya secara optimal. (Gudnanto. 2012. FKIP UMK).
PRIBADI SEHAT menurut (Fauzan, Lutfi dan Suliono 1991 / 1992 Konseling Individu Trait and Factor DEPDIKBUD Malang) :
·         Mampu berfikir rasional untuk memecahkan masalah secara bijaksana
·         Memahami kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri
·         Mampu mengembangkan segala potensi secara penuh
·         Memiliki motivasi untuk meningkatkan/ menyempurnakan diri
·         Dapat menyesuaikan diri di masyarakat

PRIBADI MALASUAI menurut kategori Bordin (Fauzan, Lutfi.2004. 83):
·         Depcelence (ketergantungan)
·         Lach of information (kurang informasi)
·         Self conflict (konflik diri)
·         Chose anxicty (cemas memilih)
·         No Problem (bukan permasalah selain diatas)

Kategori Pepinsky
·         Lack of assurance (kurang percaya diri)
·         Lack of skill (kurang keterampilan)
·         Depcelence (ketergantungan)
·         Lach of information (kurang informasi)
·         Self conflict (konflik diri)
·         Chose anxicty (cemas memilih)

B.  Pengertian dan Tujuan Konseling Trait and Factor (TF)
Pengertian Pendekatan Trait and Factor
Yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berprilaku, seperti intelegensi (berpikir), iba hati (berperasaan), dan agresif (berprilaku). Ciri itu dianggap sebagai suatu dimensi kepribadian, yang masing-masing membentuk suatu kontinum atau skala yang terentang dari sangat tinggi sampai sangat rendah.
Teori Trait-Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan jumlah ciri, sejauh tampak dari hasil testing psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian itu. Konseling Trait-Factor berpegang pada pandangan yang sama dan menggunakan tes-tes psikologis untuk menanalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai ciri-ciri dimensi/aspek kepribadian tertentu, yang diketahui mempunyai relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam jabatan dan mengikuti suatu program studi.

Dan juga Istilah konseling trait-factor dapat dideskripsikan adalah corak konseling yang menekankan pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan beraneka problem yang dihadapi, terutama yang menyangkut pilihan program studi/bidang pekerjaan.

1.      Tujuan Pendekatan Trait and Factor
Secara ringkas tujuan konseling menurut ancangan Trait and Factor (Lutfi Fauzan 2004:91) , dapat disebutkan yaitu:
1.      Self-clarification (kejelasan diri)
2.      Self-understanding (pemahaman diri)
3.      Self-accelptance (penerimaan diri)
4.      Self-direction (pengarahan diri)
5.      Self-actualization (perwujudan diri)

C.  Model Operasional / Strategi Konseling
Tahap-Tahap Konseling
Konseling Trait and Factor memiliki enam tahap dalam prosesnya, yaitu: analisis, sistesis,, diagnosis, prognosis, konseling (treatment) dan follow-up (Lutfi Fauzan,  2004:92)
1.      Analisis
Analisis merupakan langkah mengumpulkan informasi tentang diri klien beserta latar belakangnya. Data yang dikumpulkan mencakup segala aspek kepribadian klien, seperti kemempuan, minat, motif, kesehatan fisik, dan karakteristik lainnya yang dapat mempermudah atau mempersulit penyesuaian diri pada umumnya.
Data yang dikumpulkan diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1. Data Vertikal (mencakup diri klien) yang dapat dibagi lebih lanjut atas:
  • Data Fisik: kesehatan, cirri-ciri fisik, penampakan atau penampilan fisik dsb.
  • Data Psikis: bakat, minat, sikap, cita-cita, hobi, kebiasaan dsb.
2. Data Horizontal (berkenaan dengan lingkungan klien yang berpengaruh terhadapnya): keluarga klien, hubungan dengan familinya, teman-temannya, orang-orang terdekatnya, lingkungan tempat tinggalnya, sekolahnya dsb.

2. Sintesis
Sintesis adalah usaha merangkum, mengolong-golongkan dan menghubungkan data yang telah terkumpul pada tahap analisis, yang disusun sedemikian sehingga dapat menunjukkan keseluruhan gambaran tentang diri klien. Rumusan diri klien dalam sistesis ini bersifat ringkas dan padat. Ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam merangkum data pada tahap sistesis tersebut: cara pertama dibuat oleh konselor, kedua dilakukan klien, ketiga adalah cara kolaborasi.

3. Diagnosis
Diagnosis merupakan tahap menginterpretasikan data dalam bentuk (dari sudut) problema yang ditunjukkan. Rumusan diagnosis dilakukan melalui proses pengambilan atau penarikan simpulan yang logis.

Dalam tahap ini terdapat tiga kegiatan yang dilakukan, yaitu :
·         Identiffikasi masalah, Berdasar pada data yang diperoleh, dapat merumuskan dan menarik kesimpulan permasalahan klien.
·         Etiologi (Merumuskan sumber-sumber penyebab masalah internal dan eksternal). Dilakukan dengan cara mencari hubungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.


4. Prognosis (tahap ke-4 dalam konseling)
Menurut Williamson prognosis ini bersangkutan dengan upaya memprediksikan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data yang ada sekarang. Misalnya: bila seorang klien berdasarkan data sekarang dia malas, maka kemungkinan nilainya akan rendah, jika intelegensinya rendah, kemungkinan nanti tdak dapat diterima dalam sipenmaru.

5. Konseling (Treatment)
Dalam konseling, konselor membantu klien untuk menemukan sumber-sumber pada dirinya sendiri, sumber-sumber lembaga dalam masyarakat guna membantu klien dalam penyesuaian yang optimum sejauh dia bisa. Bantuan dalam konseling ini mencakup lima jenis bantuan yaitu:
  • Hubungan konseling yang mengacu pada belajar yang terbimbing kearah pemahaman diri.
  • Konseling jenis edukasi atau belajar kembali yang individu butuhkan sebagai alat untuk mencapai penyesuaian hidup dan tujuan personalnya.
  • Konseling dalam bentuk bantuan yang dipersonalisasikan untuk klien dalam memahami dan trampil untuk mngaplikasikan pinsip dan teknik-teknik dalam kehidupan sehari-hari.
  • Konseling yang mencakup bimbingan dan teknik yang mempunyai pengaruh terapiutik atau kuratif.
  • Konseling bentuk redukasi bagi diperolehnya kataris secara terapiutik.

6. Follow Up
Tindak lanjut merujuk pada segala kegiatan membantu siswa setela mereka memperoleh layanan konseling, tetapi kemudian menemui masalah-masalah baru atau munculnya masalah yang lampau. Tindak lanjut ini juga mencakup penentuan keefektifan konseling yang telah dilaksanakan.
Stategi Implementasi
Sebagai pedoman dalam mengimlementasikan pemecahan masalah, Williamson mengemukakan 5 macam stategi atau teknik umum, dalam (Fauzan. Lutfi. 2004. 95) yaitu:
1.      Forcing Conformity (memaksa penyesuaian), dipilih apabila lingkungan memang tidak dapat diubah. Seperti: siswa harus mau mengikuti atau menerima pelajaran dari guru matematika yang judes yang sebenarnya tidak disenangi siswa.
2.      Changing the environment (mengubah lingkungan), dipilih bila memang tidak memungkinkan, klien memiliki kekuatan atau kemampuan melakukannya. Lingkungan ini mencakup apa dan siapa. Contoh: ruang belajar yang semula menghadap jendela dan jalan raya dibalik menjadi membelakangi, tidak dapat konsentrasi belajar karena tiap belajar ada anak ramai diluar, maka anak-anak itu disuruh pindah atau diusir.
3.      Selecting the appropriate environment (memilih lingkungan yang cocok), contoh: ada beberapa tempat belajat yang dapat dimanfaatkan yaitu, di perpustakaan, di rumah sendiri, dan di rumah teman.
4.      Learning neded skills (belajar keterampilan-keterampilan yang diperlukan), contoh: belajar keterampilan bergaul, membuat paper, dan sebagainya.
5.      Changing attitute (mengubah sikap), sikap merupakan kecenderungan seseorang dalam menanggapi sesuatu, dan arahnya juga pada siapa dan pada apa. Beberapa sikap diri perlu diubah kalau memang tidak menguntungkan, misalnya: sikap segan untuk bertanya.

D.  Model Pola Hubungan Konselor dan Konseli
Situasi hubungan dalam konseling Trait and Factor (Lutfi Fauzan, 2004 : 88) sebagai berikut:
1.      Konseling merupakan suatu thinking relationship yang lebih mementingkan peranan berfikir rasional, tetapi tidak meninggalkan sama sekali aspek emosional seseorang.
2.      Konseling berlangsung dalam situasi hubungan kyang bersifat pribadi, bersahabat, akrab, dan empatik
3.      Konseling yang berlangsung dapat bersifat remediatif maupun developmental
4.      Setiap pihak (konselor-klien) melakukan perannya secara proporsional.


E.  Model Penampilan
Model penampilan konselor (Lutfi Fauzan, 2004:88), terbagi menjadi:
Sikap konselor
  • Dapat menempatkan diri sebagai seorang guru
  • Menerima sebagian tanggung jawab atas keselamatan klien
  • Bersedia mengarahkan klien kearah yang lebih baik
  • Tidak netral, sepenuhnya terhadap nilai (value)
  • Yakin terhadap asumsi-asumsi konseling yang efektif.
Keterampilan konselor
  • Memiliki pengalaman, keahlian dalam teori perkembangan manusia dan pemecahan masalah
  • Dapat memanfaatkan teknik-teknik pemecahan individu baik teknik testing maupun teknik non testing
  • Dapat melaksanakan proses konseling secara fleksibel
  • Dapat menerapkan strategi pengubahan tingkah laku beserta teknik-tekniknya
  • Menjalankan peranan utamanya secara terpadu

F.   Model Analisis dan Diagnosis
Model analisis
Model analisis dalam konseling Trait and Factor (Lutfi Fauzan, 2004:92) dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat seperti : catatan kumulatif, wawancara, catatan anekdot, tes psikologis, dan sebagainya. Selain itu juga study kasus. Dalam study kasus juga dapat digunakan sebagai analisis maupun metode untuk memadukan semua data yang terdiri dari catatan komprehensif yang mencakup keluarga, perkembangan kesehatan, pendidikan dan pekerjaan, serta minat dan kebiasaan-kebiasaan lain.

G. Model Diagnosis
Model diagnosis dalam konseling Trait and Factor (Surya , Mohamad. 2003 : 6) merupakan tahap pertama menginterprtrasikan data melalui proses penarikan kesimpulan permasalahan dari klien secara logis berupa identifikasi masalah. Dalam identifikasi masalah ada dua kaegori yang sifatnya deskriptif menurut Bordin dan Pepinsky yaitu:
Kategori diagnostik dari  Bordin ialah :
  1. Dependence (ketergantungan)
  2. Lack of Information (kurangnya informasi)
  3. Self – Conflict (konflik diri)
  4. Choice – anxiety (kecemasan dalam membuat pilihan)
Kategori diagnosis dari Pepinsky ialah :
  1. Lack of Assurance (kurang dukungan)
  2. Lack of Information (kurangnya informasi)
  3. Lack of Skill (memiliki keterampilan)
  4. Dependence (ketergantungan)
  5. Self – Conflict (konflik diri)

H.  Model Peran Konselor.
Peranan yang dapat dan seharusnya dilakukan oleh seorang konselor Trait and Factor (Surya, Mohamad. 2003 : 5) adalah sebagai berikut :
  1. Konselor memberitahu kepada klien tentang berbagai kemampuan yang diperoleh melalui penyelenggaraan testing psikologis, angket dan alat ukur lainnya.
  2. Konselor memberitahukan tentang bidang-bidang yang cocok sesuai dengan kemampuan serta karakteristiknya.
  3. Konselor secara aktif mempengaruhi perkembangan klien.
  4. Konselor membantu klien mencari atau menemukan sebab-sebab kesulitan atau gangguannya dengan diagnosis eksternal.
  5. Secara esensial peranan konselor adalah seperti guru, dimana “memberi informasi” dan “mengarahkan secara efektif”.

I.     Model Teknik
Teknik – teknik konseling yang dikemukakan Wiliamson (Lutfi Fauzan, 2004 : 96) ada lima macam yaitu sebagai berikut:
  1. Establishing rapport (menciptakan hubungan baru)
Untuk cepat menciptakan hubungan baru yang baik, konselor perlu menciptakan suasana hangat, bersifat ramah dan akrab dan menghilangkan kemungkinan situasi yang bersifat mengancam.
Ada beberapa hal yang terpenting, dan terkait dengan keperluan penciptaan rapport tersebut:
–          Reputasi konselor, khususnya reputasi dan kompetensi (competency repulation), konselor harus memiliki nama baik dimata siswa.
–          Penghargaan dan perhatian konselor kepada individu.
–          Kemampuan konselor dalam menyimpan rahasia (confidentiality) termasuk kerahasiaan hasil-hasil konseling atas siswa-siswa terdahulu.
Untuk memenuhi maksud di atas, maka dalam prosesnya konselor dapat melakukan tindakan-tindakan yang membuat siswa merasa aman dan dihargai sejak penyambutan. Oleh karena itu, konselor perlu: menyebut nama siswa begitu ia muncul, menjabat tangan, menghindarkan kesan segan, menolak atau tidak sabar dan muka cemberut, mempesilahkan duduk, dan mengawali pembicaraan dengan topic-topik netral.
2. Cultivatingself-understanding (mempertajam pemahaman diri)
Konselor perlu berusaha agar klien atau siswa lebih mampu memahami dirinya yang mencakup segala kelebihan maupun kekurangannya, dan dibantu untuk menggunakan kekuatan dan mengatasi kekurangannya. Untuk itu, dapat dimengerti kalau misalnya onselor dituntut untuk menginterprestasikan data klien, termasuk data hasil testing.
3. Advising or planning a program of action (membari nasehat atau membantu merencanakan program tindakan)
Dalam melaksanakan hal ini, konselor memulai dari apa yang menjadi pilihan klien, tujuannya, pandangannya, dan sikapnya: kemudian mengemukakan alternasi-alternasi untuk dibahas segi-segi positif dan negatifnya, manfaat dan kerugiannya. Oleh karena itu, klien perlu didorong untuk menyampaikan ide-idenya sendiri untuk dipertimbangkan, dan konselor memberikan saran-saran pengambilan keputusan dan pelaksanaannya.
Ada tiga cara dalam memberikan nasehat, yaitu:
–          Direct advice (nasehat langsung), secar jelas dan terbuka konselor mengemukakan pendapatnya. Cara ini dilakukan bila klien memang tidak mengetahui langsung apa yang harus diperbuat atau diinginkan.
–          Persuasive, dilakukan bila klien telah mampu menunjukkan alas an yang logis atas pilihan-pilihannya, tetapi belum mampu menentukan pilihan.
–          Explanatory (penjelasan), dilakukan apabila klien telah dapat mengajukan pilihannya termasuk pertimbangan baik buruknya. Konselor memberikn nasehat dengan menjelaskan implikasi-implikasi putusan klien.

4. Carrying out the plan (melaksanakan rencana)
Mengikuti pilihan atau keputusan klien, konselor dapat memberikan bantuan langsung bagi implementasi atau pelaksanaannya. Bantuannya, antara lain berupa rencana atau program pendidikan dan pelatihan atau usaha-usaha perbaikan lainnya yang lebih dapat menyempurnakan keberhasilan tindakan. Contoh/; apabila dalam keputusannya, klien akan menemui gurunya, maka klien diajak mendiskusikan kapan hal itu dilakukan, dimana, dengan cara apa, dengan siapa dan sebagainya.
5. Refferal (pengiriman pada ahli lain)
Pada kenyataannya tidak ada konselor yang ahli dalam memecahkan segala permasalahan siswa, yang karena itu konselor perlu menyadari keterbatasan dirinya. Apabila konselor tidak mampu, janganlah memaksakan diri atau berbuat coba-coba. Konselor perlu mengirimkan kliennya pada ahli lain yang lebih mampu.

J.    Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan dan kekurang teori trait and factor (Gudnanto. 2012. FKIP UMK), yaitu:
  1. Kelebihan Teori Trait and Factor, yaitu:
    1. Pemusatan pada klien dan bukan pada konselor
    2. Identifikasi dan hubungan konseli sebagai wahana utama dalam mengubah kepribadian
    3. Lebih menekankan pada sikap konselor daripada teknik
    4. Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuanitatif
    5. Penekanan emosi, perasaan dan afektif dalam konseling
  2. Kelemahan Teori Trait and Factor, yaitu:
    1. Konseling terpusat pada pribadi dan dianggap sederhana
    2. Terlalu menekankan aspek afektif emosional, perasaan sebagai penentu perilaku tetapi melupakan factor intelektual, kognitif dan rasional
    3. Penggunaan informasi untuk membantu klien tidak sesuai dengan teori
    4. Tujuan untuk sikap klien yaitu memaksimalkan diri dirasa terlalu luas dan umum sehingga sulit menilai individu
    5. Sulit bagi konselor untuk bersikap netral dalam situasi hubungan interpersonal.

K. Penerapan / Aplikasi
Paijo adalah siswa kelas X SMA di sebuah kota kecil. Dia merasa tidak diperhatikan lagi oleh kedua orang tuanya. Ayah ibunya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Kemudian dia mencari pelarian dengan clubbing yang otomatis minuman keras dan narkoba sudah menjadi hal biasa. Dia sendiri merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut, tapi sulit baginya untuk lepas dari kebiasaannya itu, karena menurut pendapatnya dengan seperti itu dia akan mendapatkan banyak teman dan tidak kesepian lagi. Akhirnya dia semakin tidak nyaman dan datang ke konselor untuk meminta bantuan. Dalam kasus ini, konselor menggunakan pendekatan konseling Trait and Factor.

2.6 Pendekatan Konseling Karir Berpusat Pada Klien
Pendekatan ini merupakan pertentangan terhadap pendekatan trait and factor. Teori client centered memposisikan the self tidak hanya sebagai konsep mengorganisasi yang dibatasi oleh karakteristik-karakteristik pribadi sebagai “aku”, tetapi juga sebagai kekuatan motivasi utama terhadap aktualisasi potensi-potensi diri seseorang, Rogers (dalam Suherman, 2011).
Dalam pembuatan keputusan karir, konseli seringkali menghadapi permasalhan seputar ketidaksesuaian antara diri dengan informasi atau pengalaman kerja yang dimilikinya. Konseling karir client centered membantu konseli dalam menghadapi permasalahan tersebut. Konselor bersama-sama dengan konseli, mencoba mencari dan mengatasi ketidaksesuaian antara diri dan pengalaman konseli dengan dunia kerja. Konseli berusaha mengembangkan konsep diri dan pengalamannya terhadap dunia kerja sehingga terbentuk kongruensi diantara keduanya.

1) Model
Melakukan diagnosis yang memfokuskan pada permasalahan dalam pembuatan keputusan, yakni : (a) ketidakmatangan, yaitu kekurangan informasi atau pengalaman kerja, (b) maladjustment, yaitu penolakan atau distorsi. Dengan memperhatikan proses dalam konseling karir client centered menurut Patterson dan dihubungkan dengan teori Rogers (dalam Suherman, 2011) sebagai berikut :
  1. Tahap pertama, terdapat suatu sikap dalam mengkomunikasikan diri konseli.
  2. Tahap kedua, ekspresi berlangsung secara mengalir dalam rangkan menanggapi namun tidak berdasarkan pada diri, melainkan masalah dating dari lingkungan luar yang datang ke dalam diri konseli.
  3. Tahap ketiga, perasaan rileks namun hanya sedikit perhatian pada isi pembicaraan.
  4. Tahap keempat, perasaan adalah ikatan dalam diri individu. Kesulitan masih ada dalam diri individu saat mengekspresikannya.
  5. Tahap kelima, perasaan dieskpresikan secara bebas dalam tahap ini.
  6. Tahap keenam, self sebagai objek menghilang.
  7. Tahap ketujuh, self konseli menjadi subjek yang lebih sederhana dan mencerminkan kesadaran dan pengalamannya.

Diharapkan hasil dari konseling karir client centered dapat dibatasi dalam istilah-istilah tertentu yang diterima selama proses interaksi konselor dengan konseli. 


2) Metode

(a) Teknik wawancara, konseling karir client centered akan membuat respon-respon selama wawancara. Tujuannya untuk memperkaya pengalaman konseli yang berhubungan dengan penafsiran konsep diri dalam peranannya dengan pekerjaan. Snyder (dalam Suherman, 2011) mengembangkan system klasifikasi wawancara untuk konseling karir client centered dengan mambatasi kategori dalam merespom dan memberikan gambaran untuk konselor dalam menentukan yang lebih banyak digunakan dan bagaimana menggunakannya.
(b) Interpretasi tes, untuk mencapai client centered ini dengan menggunakan tes, telah diajukan beberapa prosedur inovatif, yaitu pertama tes dilakukan atas keinginan dan permintaan dari klien. Kedua, konseli berpartisipasi dalam proses pemilihan tes. Disini konselor menggambarkan jenis-jenis informasi yang akan diperoleh dari berbagai tes yang tersediam dan konseli menentukan kebiasaan mana yang ingin dia nilai. Ketiga, setelah tes dilakukan dan diskor, konselor melaporkan hasil tes kepada konseli secara objektif dan tidak dalam bentuk memvonis, serta memberikan respon terhadap reaksi yang muncul.
(c) Informasi pekerjaan, dalam informasi pekerjaan terdapat empat prinsip, hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Patterson (dalam Suherman, 2011) yakni : pertama, informasi pekerjaan dimasukan dalam proses konseling jika diketahui ada kebutuhan ajan hal itu dari sisi konseli. Kedua, informasi pekerjaan tidak digunakan untuk mempengaruhi atau memanipulasi konseli. Ketiga, cara paling objektif dalam memberkan informasi pekerjaan dan cara yang memaksimalkan inisiatif dan tanggungjawab konseli adalah dengan mendorong konseli untuk memperoleh informasi dari sumber aslinya, misalnya dari penerbit, pekerja. Keempat, sikap dan perasaan konseli terhadap pekerjaan boleh diungkapkan dan ditangani secara terapeutik.

3) Materi 
Ketika konselor berasumsi bahwa perilaku meraih informasi yang diperlukan untuk mengumpulkan sejarah kasus baik konselo tidak dapat menahan perasaan bahwa tanggungjawab pemecahan masalahnya diambil alih oleh konselor. Informasi yang mencukupi mengenal diri dan dunia kerja mungkin secara sederhana tidak tersedia untuk konseli, tanpa pertimbangan apakah dia telah mengasimilasikannya secara akurat. Kurangnya keseuaian sebagai implementasi self concept dalam peran pekerjaan, mungkindalam pertama menjadi fungsi kurangnya informasi. Keputusan diagnosis yang mendahului bahkan dalam konseling karir client centered akan tampak atau menjadi masalah konseli merupakan penekanan dari : (1) kurangnya informasi atau (2) distorsi informasi (pengalaman).

Hasil konseling karir client centered dapat dibatasi dalam istilah-istilah tertentu yang diterima selama proses interaksi konselor dengan konseli. Patterson dan Grummon (dalam Suherman, 2011) mentakan bahwa tujuan awal konseling client centered adalah perkembangan konseli dalam proses dengan menimbang tujuan akhir yaitu mewujudkan aktulisasi diri.

a.diagnosis
      Diagnosis merupakan tahap menginterpretasikan data dalam bentuk (dari sudut) problema yang ditunjukkan. Rumusan diagnosis dilakukan melalui proses pengambilan atau penarikan simpulan yang logis.
b.hasil(dimana hubungan  pribadi pada dunia kerja digambarkan)

2.8 Pendekatan Konseling Karir Perkembangan
Konseling karir perkembangan(Delopmental career conseling) menekankan pada hubungan kematangan karir seseorang dengan masalah pembuatan keputusan suatu tindakan yang disampaikan konseli dalam konseling karir.

Konseling karir perkembangan berada pada jajaran karir perkembangan secara umum, dari permasalahan sederhana sampai pada permasalahan yang kompleks. Komunikasi dan hubungan merupakan dua bentuk perkembangan karir pada umumnya. Perkembangan karir terjalin dengan berbagai segi perkembangan, seperti personal dan social, sehingga intervensi dalam perkembangan karir konseli dapat memiliki pengaruh pada proses perkembangan keluarganya begitupun sebaliknya. Jadi, pendekatan perkembangan memberikan dimensi waktu pada konseling karir dan kemungkinan seluruh perubahan dalam perilaku termasuk vokasional, personal atau social yang dapat terjadi sepanjang dimensi waktu.

E. Pendekatan konseling karir behavioral
Dalam konseling karir behavioral ini terdapat dua orientasi, yakni pertama focus tidak langsung melalui aspek mediasi bahasa yang memberikan respon yang jelas dan terbuka, dan yang kedua adalah konsentrasi langsung pada konsekuensi sebuah respond dari pemberian sebuah penghargaan atau hukuman yang diberikan.

Diagnosis yang dilakukan terhadap konseli diawali dengan munculnya perasaan konseli yang cemas terhadap karir selanjutnya. Hal tersebut sebagai dampak dari tidak biasanya konseli dalam membuat pilihan, tidak mampu memilih salah satu pilihan secara realistis dan konsekuen. Perasaan cemas mengai ketidakpunyaaan model pekerjaan yang sesuai dengan potensinya terhadap perkembangan karir merupakan bagian dari keputusan yang memunculkan ketidakmauan untuk berkarir. Hal tersebu tercermin dari sering munculnya pertanyaan dari dirinya sendiri sering muncul seperti apa yang akan kamu lakukan setelah besar nanti atak akan menjadi apa kamu nanti.

Dalam hal proses konseling, terbagi menjadi dua tahapan, tahap pertama konselor berusaha menghilangkan kecemasan, kebimbangan yang berhubungan dengan pengambilan keputusan. Kedua, setelah konseli terbebas dari kecemasan, pembelajaran bias terjadi dan membantu menstimulasi konseli untuk mempelajari pilihan-pilihan karir. Pembelajaran disini dimaksudkan pada informasi yang nyata dan diberikan oleh konselor sebagai layanan informasi terhadap konseli.

Proses konseling karir sebagai kesimpulan utama dari teori behavioral mengemukakan dua tahapan, hal tersebut diambil bila masalah konseli meliputi kecemasan, kebimbangan, keragu-raguan, serta ketidakpastian dalam memilih karir. Tahap ini adalah counterconditioning dan instrument learning.

Proses counterconditioning disini terjadi dengan adanya stimulus yang tidak dipelajari yaitu konseli mengungkapkan tentang pengambilan keputusan baik ketika dulu ataupun pada saat sekarang yang memunculkan stimulus dan akan direspon sebagai kecemasan. Proses berikutnya adalah instrument learning, yaitu konselor berusaha mengeksplorasi titik kecemasan tersebut. Konselor memberikan informasi yang dapat   memunculkan stimulus yang baru dan pemahaman bari dan juga diperkuat dengan relationship therapist. Sehingga memunculkan respon sebagai harapan baru, jaminan dan kepercayaan.

2.9 Pendekatan Konseling Karir Psikodinamik
Merupakan suatu pendekatan yang dilakukan konselor untuk membantu konseli dalam pemilihan dan pembuatan keputusan karir dengan menggunakan metode penyembuhan yang lebih bersifat psikologis atau psikis daripada dengan cara-cara fisik. Konseli mengalami ketergantungan-ketergantungan terhadap orang lain sehingga menjadikan orang lain itu sebagai perantara kebutuhan konseli. Selain itu, hal lain yang membuat konseli mengalami kesulitan adalah konflik diri atau pertentangan dari diri konseli antara konsep diri yang ia pegang sebagai tuntunan hidup dengan harapan untuk masa depan, sehingga menimbulkan kecemasan pada konseli dan berimbas pada kemantapan dalam memilih dan memutuskan karir yang akan diambil untuk masa depannya.

Konseling karir psikodinamik berguna untuk membantu menyesuaikan dan menyeimbangkan aspek-aspek dorongan dan kebutuhan dalam diri konseli dengan tuntutan dan kebutuhan dunia kerja. Maka dari itu dalam hal ini peran konselor adalah membantu dalam pemilihan dan pembuatan keputusan karir yang dapat dilakukan dengan pendekatan psikodinamik. Peran konselor diantaranya adalah memberikan masukan-masukan kepada konseli dan lebih bersifat klinis.

Pandangan psikodinamik mengungkap bahwa pemilihan karir adalah salah satu dari sekian banyak keputusan penting yang harus dibuat seseorang didalam hidupnya. Individu yang memiliki pola piker maju, diperkirakan mampu mengidentifikasi factor-faktor pemilihan profesi yang mengarah kepada pembuatan keputusan pemilihan profesi sehingga ia mampu mengembangkan semua sumber daya yang dimilikinya guna mengimplementasikan keputusan tersebut, sehingga ia mampu bekerja sama secara efektif.

Karakteristik konseli yang ditangani oleh psikodinamik menggambarkan seseorang yang mempunyai masalah antara dinamika kepribadian dengan pembuatan keputusan karir.

2.10 Pendekatan Konseling Karir Komprehensif
Tidak ada satu model dan metode dari pendekatan-pendekatan konseling karir diatas yang dominan dalam membentuk pendekatan konseling karir komprehensif. Masing-masing pendekatan mempunyai kontribusi terhadap pendekatan konseling karir komprehensif. Sintesis dari pendekatan-pendekatan itu diharapkan bukan hanya penempelan bagian-bagian dari pendekatan karir utama yang ada secara serampangan. Tujuan dari perpaduan pendekatan ini adalah mewujudkan pendekatan konseling karir komprehensif yang benar-benar berdasar atas hubungan-hubungan rasional antar elemmen dari pendekatan-pendekatan utama tersebut dan sesuai dengan konteks interaksi antar konseli dan konselor. Garis besar pendekatan konseling karir komprehensif terbagi kepada tiga bagian yaitu pertama bagian model atau teori, kedua metode-metode atau teknik dan ketiga, penyimpulan pokok atau studi kasus yang menggambarkan konsep-konsep dan prosedur pokok dengan perhitungan dan analisis kasus konseling karir.

Dalam merumuskan model konseling karir komprehensif, konsep dan prinsip-prinsip pokok yang digunakan tidak hanya bersumber dari pendekatan-pendekatan karir utama tetapi juga bersumber dari system umum konseling dan psikoterapi. Disamping itu, model ini merupakan dari pengalaman yang diambil dari berbagai sisi presentasi dan pengawasan konferensi kasus yang membuktikan karakteristik bentuknya. Maka dari itu, konsep diagnosis, proses-proses dan hasil yang akan dihasilkan dibentuk dari pengalaman dibuat selogis tujuan yang ada untuk memadukan antara aspek teoritis dan pragmatis yang penuh makna.

Isu utama dalam mensintesiskan berbagai aspek dari model konseling karir komprehensif adalah mengenai perlu tidaknya pemakaian diagnosis dalam proses konseling. Pada dasarnya, semua pendekatan konseling kecuali client centered menyatakan perlunya diagnosis dalam proses konseling, client centered pun sebenarnya tidak konsisten terhadap penggunaan diagnosis dalam proses konseling.

Ketika konseli memerlukan konseling karir komprehensif, pertanyaan yang muncul adalah : 1) apa sebenarnya masalah konseli? Dan 2) mengapa konseli sampai mengalami masalah itu, jika disepakati bahwa diagnosis diperlukan dalam konseling komprehensif, proses diagnosis yang dilakukan adalah 1) diagnosis diferensial yang bersumber dari teori konseling karir trait and factor, 2) diagnosis dinamik dilakukan untuk mengetahui asal-usul kemunculan permasalahan, dan 3) menggunakan career maturity inventory untuk mengetahui hubungan sikap dan kompetensi karir seseorang
Comprehensive career counseling merupakan proses konseling yang mengintegrasikan teknik-teknik dari kelima pendekatan konseling, untuk membantu klien dalam menyelesaikan malsalah klien yang kompleks (lebih dari satu focus masalah karis individu).

METODE
Teknik Wawancara
Interpretasi Tes
Informasi Pekerjaan
Trait and Factor
Melibatkan metode yang berupoa:Establishing rapport(menumbuhkan hubungan baik antara konselor dengan klien,Cultivating selfunderstanding(upaya pemahaman diri klien), advising or planning a program of action(poemberian advis atau merencanakan sebuah program tindakan, carrying out the plan(membuat perencanaa tindakan nyata), danreferral.
Melibatkan konselor yang berwenang membuat interpretasi pada hasli tes, dan menggambarkan kesimpulan dan merekomendasikan dari tes untuk pertimbangan klien.
Konselor memberikan informasi hendaknya mencakup tiga fungsi yaitu : fungsiinformational, readjustive, dan motivational.
Client Centered
Konselor merespon lebih dulu, menerima, menerangkan, dan menyatakan dengan maksud untuk mencapai pemahaman diri, konselor memusatkan pada refleksi perasaan semata-mata dengan menggantikan teknik menerangkan tujuannya agar klien memperoleh gambaran, dan konselor dapat lebih efektif dalam wawancara sesuai dengan kebutuhan.
Konselor menjadikan tes sebagai alat utama yang digunakan untuk mengidentifikasi klien dan apa yang diinginkan, digunakan jika betul-betul dibutuhkan dan diminta oleh klien. Super menyebutnya “uji kecermatan”
Diperkenalkan ketika klien mmebutuhkan; konselor  harus memastikan bahwa informasi memiliki arti pribadi bagi klien, serta dipahami dan diteliti melalui konteks kebutuhan dan nilai dan kenyataan secara objektif.
Psychodynamics
Ada tiga kategori respons interpretatif konselor yang dapat digunakan dalam konseling (menurut Bordin) yaitu: 1)clarification yaitu dimaksudkan untuk melakukan wawancara dan verbalisasi bahan-bahan yang sesuai dengan permasalahan, 2)comparison, yaitu membandingkan untuk memperlihatkan persamaan dan perbedaan secara tajam, 3)interpretation of wish defence system, interpretasi pada system “harapan yang diinginkan, menunjukkan gabungan praktis pendekatan Psikodinamik, Trait dan Factor dan Client Centered.
Tiga tujuan utama menurut Bordin, yaitu: 1) bahwa klien menjadi partisipan yang aktif dalam memilih dan menentukan jenis tes yang akan dilakukan. 2) bahwa te3s memberikan informasi diagnostikbagi konselor untuk mendorong eksplorasi diri klien. 3) bahwa secara verbal konselor memberikan interpretasi tes, sebagai mana yang dibutuhkan (bandingkan dengan pendekatan trait dan factor yang menggunakan keseluruhan penafsiran  tes).
Informasi berdasarkan atas analisis kebutuhan mengenai kewajiban-kewajiban danntugas-tugas pekerjaan, mirip dengan pendekatan trait dan factor dlam menyesuaikan individu dengan pekerjaan, tapi berbeda dalam variable kebutuhan persobality dan ikondisi kerja yang memuaskan, daripada karakteristik statis individu dan pekerjaan.
Developmental
Menurut Super yang berhubungan dengan perubahan pendekatan dalam merespon secara langsung isi pernyataan oleh klien dan yang secara tidak langsung untuk mengekspresikan perasaan.
Informasi yang tepat dalam menggambarkan contoh karir dalam membedakan jabatan, menurut super ada enam pola yang menggambarkan pola karir yang dibutuhkan untuk pendekatan ini.
Tujuannya untuk memaksimalkan nilai tes dalam membuat keputusan dengan mengadministrasikannya secara berbeda, dengan melibatkan klien dalam setiap fase proses; menampilkan uji kecermatan dibandingkan dengan uji kejenuhan seperti pada pendekatan trait dan factor.
Behavioral
Goodstein mengajukan teknik psychoteraphy untuk mengurangi kecemasan. Ia sependapat dengan krumboltz dan thoresen dalam pandangan pragmatisnya merekan berpendapat bahwa konselor seharusnya menguatkan keinginan klien, mendorong terjadinya proses modeling social, dan mengajarkan pembelajaran berbeda dalam memperoleh kemahiran membuatkeputusan.
Penggunakan tes dalam setiap tesri atau pandangan secara pragmatic, hamper diabaikan sejak mereka mengukur perbedaan individual dalam hal tingkah laku, disbanding mencverminkan interaksi antara individu dan lingkungan. Yang menjadi perhatian utama konselor behavior yaitu mengumpulkan data tingkah laku individu.
Konselor behavior telah mengembangkan beragam jenis yang berguna dalam menumbuhkan semangat eksplorasi karir dan membuat keputusan daripada membuat informasi yang sederhana.




Comprehensive Career Counseling With Women
A. MODEL
Berubah dalam segi substansinya, ini dikarenakan perbedaan yang signifikan dalam proses perkembangan karir wanita dengan laki-laki (super, osipow, Fitzgerald, dan crites), dan dikarenakan sosialisasi dari peran karir wanita dan laki-laki berbeda cukup signifikan, yakni perbedaan dalam segi diagnosis, sehingga berbeda dalam proses, dan hasilnya.

Kedua perbedaan di atas disebabkan karena adanya perbedaan orientasi karir wanita dan laki-laki. Adapun perbedaan orientasi karir wanita dan laki-laki sebagai berikut:
Wanita dalam mengerjakan pekerjaannya dilakukan secara istimewa, walaupun tidak berdasarkan pada kebutuhan masa depan. Ini disebabkan karena adanya dilemma antara bekerja (working) atau menjadi ibu rumah tangga (mothering), dan karena adanya jarak tempat kerja yang menjadi pertimbangan bagi wanita dalam memilih karinya. Berdasarkan konflik itulah wanita memiliki kecenderungan kurang sukses berkarir karena wanita kurang percaya diri untuk terjun dalam dunia karir (hal ini dapat disebut juga fear of success).
Fase proses komprehensif karir kaonseling wanita:
  1. problem exploration.
  2. clarification.
  3. resolution.

Adapun tujuan komprehensif karir konseling wanita yaitu wanita mengetahui bahwa pilihan karirnya itu merupakan pilihan terbaik untuyk dirinya.

B. METODE
1. teknik wawancara.
2. tes interpretation.
3. informasi pekerjaan.


C. MATERIAL
  • menurut Schiffer, materi konseling berhubungan dnegan inventori minat pekerjaan.
  • Menurut Zytowski, konselor dapat memodifikasi teknik-teknik konseling tergantung pada instrument yang digunakan dalam konseling.
  • Menurut Stebbins, Ames, dan Rhoden, konselor dapat menggubnakan sex-fair counseling.

A.   Permasalahan Siswa di Sekolah
Menurut Prayitno dalam Badarudin (2011), masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan.
Nurihsan (2006) mengatakan bahwa terdapat empat jenis masalah yang terdapat pada individu, masalah – masalah tersebut antara lain:
1.    Masalah akademik
Adapun yang termasuk masalah – masalah akademik, yaitu pemilihan jurusan/konsentrasi, cara belajar, penyelesaian tugas – tugas dan latihan, pencarian serta penggunaan sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan, kesulitan belajar, dan lain – lain.
2.    Masalah social pribadi
Adapun yang tergolong dalam masalah – masalah social-pribadi adalah masalah hubungan dengan sesama teman, dosen serta staff, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal, serta penyelesaian konflik.
3.    Masalah karier
Adapun yang tergolong dalam permasalahan karier yaitu pemahaman terhadap jabatan dan tugas – tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karier, penyesuaian pekerjaan, dan lain – lain.



4.    Masalah keluarga

Yusuf dalam Yusuf (2014) menemukan beberapa masalah siswa dalam penelitiannya di beberapa SMK di Jawa Barat. Permasalahan – permasalahan tersebut yaitu:
1.      Masalah pribadi
Beberapa permasalahan yang dialami siswa terkait masalah pribadu antara lain:
   Kurang motivasi untuk mempelajari agama
   Kurang memahami agama sebagai pedoman hidup
   Kurang menyadari bahwa setiap perbuatan manusia diawasi oleh Tuhan
   Masih merasa malas untuk melaksanakan sholat
   Kurang memiliki kemampuan untuk bersabar dan bersyukur
   Masih memiliki kebiasaan berbohong
   Masih memiliki kebiasaan menyontek
   Kurang disiplin
   Masih kekanak – kanakan
   Belum dapat menghormati orang tua secara ikhlas
   Masih kurang mampu menghadapi situasi frustasi
   Masih kurang mampu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang matang
   Masih suka melakukan suatu perbuatan tanpa pertimbangan baik buruknya, atau untung-ruginya
   Merasa rendah diri

2.      Masalah social
Yang tergolong dalam masalah social yang dialami siswa antara lain:
   Kurang menyenangi kritikan orang lain
   Kurang memahami tata karma (etika) pergaulan
   Kurang berminat untuk berpartisipasi dalam kegiatan social
   Merasa malu untuk berteman dengan lawan jenis
   Sikap kurang positif terhadap pernikahan
   Sikap kurang positif terhadap hidup berkeluarga
3.      Masalah belajar
Beberapa permasalahan yang dialami siswa terkait masalah pribadu antara lain:
   Kurang memiliki kebiasaan belajar yang baik
   Kurang memahami cara belajar yang efektif
   Kurang memahami cara mengatasi kesulitan belajar
   Kurang memahami cara membaca buku yang efektif
   Kurang memahami cara membagi waktu belajar
   Kurang menyenangi mata pelajaran tertentu

4.      Masalah karir
Yang tergolong ke dalam permasalahan karir yaitu;
   Kurang mengetahui cara memilih program studi
   Kurang mempunyai motivasi untuk mencari informasi tentang karir
   Masih bingung memilih pekerjaan
   Merasa cemas untuk mendapat pekerjaan setelah lulus
   Belum memiliki pilihan perguruan tinggi tertentu, jika setelah lulus tidak masuk dunia kerja
Terkait dengan masalah siswa di sekolah, Badarudin (2011) berpendapat bahwa dalam interaksi belajar mengajar, siswa merupakan kunci utama keberhasilan belajar selama proses belajar yang dilakukan. Namun demikian, tidak semua murid dapat mencapai tujuan atau sasaran belajar itu dengan cepat dan tepat. Menyimpulkan dari pendapat Badarudin (2011), dapat dikatakan bahwa terdapat sesuatu yang janggal dalam proses belajar siswa, sehingga sesuatu yang janggal tersebut dapat disebut sebagai masalah belajar bagi siswa.
 Menurut Badarudin (2011), masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas. Berikut ini merupakan jenis-jenis masalah belajar yang terjadi di Sekolah Dasar:
1.       Keterlambatan akademik; yaitu keadaan murid yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkan secara optimal
2.       Kecepatan dalam belajar;  yaitu keadaan murid yang memiliki bakat akademik yang cukup tinggi atau memilki IQ 130 atau lebih, tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untukmemenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya yang amat tinggi
3.       Sangat lambat dalam belajar; yaitu keadaan murid yang memilki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
4.       Penempatan kelas; yaitu murid-murid yang umur, kemampuan,ukuran dan minat-minat sosial yang terlalu besar atau terlalu kecil untuk kelas yang ditempatinya
5.       Kurang motivasi belajar; yaitu keadaan murid yang kurang bersemangat dalam belajar, mereka seolah-olah tampak jera dan malas
6.       Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar; yaitu kondisi murid yang kegiatannya tau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan seharusnya, seperti suka menunda – nunda tugas, mengulur – ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui dan sebagainya
7.       Sering tidak sekolah; yaitu murid-murid yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kehilanggan sebagian besar kegiatan belajarnya.

B.  Pendekatan – pendekatan Umum dan Strategi yang Dilakukan dalam Bimbingan dan Konseling
Pendekatan Bimbingan dan Konseling adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang konselor untuk mendekati kliennya sehingga klien mau menceritakan masalahnya. Nurihsan (2006) merumuskan empat pendekatan sebagai pendekatan dalam bimbingan dan konseling, empat pendekatan tersebut antara lain:

1.    Pendekatan Krisis
Pendekatan krisis disebut juga pendekatan kuratif merupakan upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami krisis atau masalah. Bimbingan ini bertujuan mengatasi krisis atau masalah – masalah yang dialami individu. Dalam pendekatan krisis pembimbing menunggu individu yang datang. Selanjutnya, mereka memberikan bantuan sesuai dengan masalah yang dirasakan individu.
Terkait dengan pendekatan krisis ini, Suryana dan Suryadi (2012) mengusulkan untuk strategi yang digunakan dalam pendekatan krisis. Strategi yang digunakan dalam pendekatan ini adalah teknik-teknik yang secara “pasti” dapat mengatasi krisis itu. Contoh: Seorang peserta didik datang mengadu kepada guru sambil menangis karena didorong temannya sehingga tersungkur ke lantai. Guru yang menggunakan pendekatan krisis akan meminta peserta didik tersebut untuk membicarakan penyelesaian masalahnya dengan teman yang mendorongnya ke lantai. Bahkan mungkin guru tersebut memanggil teman peserta didik tersebut untuk datang ke ruang guru untuk membicarakan penyelesaian masalah tersebut sampai tuntas.

2.    Pendekatan Remedial
Pendekatan remedial merupakan pendekatan bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami kelemahan atau kekurangan. Tujuan bimbingan ini adalah untuk membantu memperbaiki kekurangan/kelemahan yang dialami individu. Dalam pendekatan ini, pembimbing memfokuskan tujuannya pada kelemahan – kelemahan individu dan selanjutnya berupaya untuk memperbaikinya.
Pendekatan remedial banyak dipengaruhi aleh aliran psikologi behavioristic. Psikologi behavioristic menekankan perilaku individu di sini dan saat ini. Saat ini, perilaku dipengaruhi oleh suasana lingkungan pada saat ini pula. Oleh sebab itu, untuk memperbaiki perilaku individu perlu ditata lingkungan yang mendukung perbaikan perilaku tersebut.
Terkait dengan pendekatan krisis ini, Suryana dan Suryadi (2012) mengusulkan untuk strategi yang digunakan dalam pendekatan remedial. Strategi yang digunakan, seperti mengajarkan kepada peserta didik keterampilan tertentu seperti keterampilan belajar (membaca, merangkum, menyimak, dll), keterampilan sosial dan sejenisnya yang belum dimiliki peserta didik sebelumnya. Dalam contoh kasus diatas, dengan menggunakan pendekatan remedial, guru dapat mengambil tindakan mengajarkan keterampilan berdamai sehingga peserta didik tadi memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah – masalah hubungan antarpribadi (interpersonal). Keterampilan berdamai adalah keterampilan yang selama ini belum dimiliki kedua peserta didik tersebut dan merupakan kelemahan yang bisa memunculkan masalah itu.

3.    Pendekatan preventif
Pendekatan preventif merupakan pendekatan yang diarahkan pada antisipasi masalah – masalah umum individu, mencegah jangan sampai masalah tersebut menimpa individu. Pembimbing memberikan beberapa upaya, seperti informasi dan keterampilan untuk mencegah masalah tersebut.
Suryana dan Suryadi (2012) mengatakan bahwa dalam pendekatan ini, guru mencoba mengantisipasi masalah-masalah generik dan mencegah terjadinya masalah itu. Masalah-masalah yang dimaksud seperti putus sekolah, berkelahi, kenakalan, merokok, membolos, menyontek, mengutil, bermain game on line/internet dan sejenisnya yang secara potensial masalah itu dapat terjadi pada peserta didik secara umum. Model preventif ini, didasarkan pada pemikiran bahwa jika guru dapat mendidik peserta didik untuk menyadaribahaya dariberbagaikegiatan dan menguasai metode untuk menghindari terjadinya masalah itu, maka guru akan dapat mencegah peserta didik dari perbuatan-perbuatan yang membahayakan tersebut.
Suryana dan Suryadi (200) juga mengusulkan strategi dalam pendekatan ini. Strategi yang dapat digunakan dalam pendekatan ini yaitu termasuk mengajar dan memberikan informasi. Dalam contoh kasus di atas, jika guru menggunakan pendekatan preventif dia akan mengajari peserta didik nya secara klasikal untuk bersikap toleran dan memahamiorang lain sehingga dapat mencegah munculnya perilaku agresif, tanpa menunggu munculnya krisis terlebih dahulu
4.    Pendekatan perkembangan
Pendekatan perkembangan menekankan pada pengembangan potensi dan kekuatan yang ada pada individu secara optimal. Setiap individu memiliki potensi dan kekuatan – kekuatan tertentu melalui penerapan berbagai teknik bimbingan potensi, kemudian kekuatan – kekuatan tersebut dikembangkan. Dalam pendekatan ini, layanan bimbingan diberikan kepada semua individu, bukan hanya pada individu yang menghadapi masalah. Bimbingan perkembangan dapat dilaksanakan secara individual, kelompok, bahkan klasikal melalui layanan pemberian informasi, diskusi, proses kelompok, serta penyaluran bakat dan minat.
Suryana dan Suryadi (2012) mengusulkan bahwa strategi yang dapat digunakan dalam pendekatan ini seperti mengajar, tukar informasi, bermain peran, melatih, tutorial, dan konseling. Dalam contoh tersebut, jika guru menggunakan pendekatan perkembangan, guru tersebut sebaiknya menangani peserta didik tadi sejak tahun-tahun pertama masuk sekolah, mengajari dan menyediakan pengalaman belajar bagi murid itu yang dapat mengembangkan keterampilan hubungan antarpri badiyang diperlukan untuk melakukan interaksi yang efektif dengan orang lain. Oleh karena itu, dalam pendekatan perkembangan, keterampilan dan pengalaman belajar yang menjadi kebutuhan peserta didik akan dirumuskan ke dalam suatu kurikulum bimbingan atau dirumuskan sebagai layanan dasar umum.

IMPLIKASI
Implikasi materi “masalah – masalah yang dialami siswa di sekolah serta pendekatan dan strategi bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan” kepada calon guru bidang studi yaitu dapat memberikan wawasan kepada calon guru bidang studi tentang beberapa masalah yang biasa terjadi pada siswa – siswa di sekolah (terutama masalah belajar), sehingga guru itu dapat melakukan tindakan preventif pada siswa dengan memilih pendekatan, model, dan metode pembelajaran yang sesuai dengan siswa – siswa yang memiliki latar belakang, karakteristik, dan permasalahan yang berbeda. Selain itu, jika seorang guru menemukan beberapa siswa yang terlihat kurang bersemangat dalam kelas, guru melakukan beberapa pendekatan terlebih dahulu kemudian guru mugkin dapat membantu terhadap permasalahan yang dialami beberapa siswa tersebut  dengan strategi – strategi tertentu, sebelum permasalahan tersebut ditangani oleh guru BK (hal tersebut mungkin harus dilakukan, karena guru bidang studi merupakan guru yang sehari – harinya bertatap muka/bertemu langsung dengan siswa, lebih – lebih untuk seorang wali kelas yang kedudukannya sebagai orang tua siswa dalam kelas tertentu.
Identitas Klien
1. Identitas Klien
Nama               : Yayan Cahyana
Alamat             : Desa Wanasaraya Kec. Kalimanggis
TTL                  : Kuningan 27 Oktober 1992
Pekerjaan         : Pelajar
2. Identitas Orangtua
Nama Ibu         : Nerwi
Alamat             : Desa Wanasaraya Kec. Kalimanggis
Pekerjaan         : Kompeksi
Nama Ayah      : Utar
Pekerjaan         : Pedagang Sayur
Alamat             : Desa Wanasaraya Kec. Kalimanggis
3. Riwayat Pendidikan
SD                    : SDN 1 Wanasaraya
SMP                 : SMPN 1 Kalimanggis
SMA / SMK    : SMK Plus Pertiwi Kuningan
4. Riwayat Kesehatan
Belum pernah terkena penyakit yang parah, akan tetapi pernah mengalami penyakit yang ringan saja, seperti : flu, pusing, masuk angin, gatal - gatal dan lain sebagainya

Identitas Guru Bk
Identitas Konselor :
Nama               : UU Surma, S.Pd.
Alamat            : Desa Bandorasa Kec. Cilimus Kuningan
Jabatan            : Kepala Sekolah SMK Plus Pertiwi Sukamulya Sekaligus Guru BK

Deskripsi Kasus dan Langkah BK
1. Deskripsi Kasus
Yayan merupakan siswa kelas XI SMK Plus Pertiwi Kuningan yang barusan naik kelas XII. Ia berasal dari keluarga yang terbilang cukup secara sosial ekonomi di desa Wanasaraya Kec. Kalimanggis , sebagai anak Kedua semula orang tuanya sangat ingin sekali setamat SLTP anaknya melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi; yayan dengan keinginanya sendiri akhirnya melanjutkan di SMK Swasta yang terdapat di kuningan namun dia juga sebenarnya dia merasa menyesal yang di kiranya dia daftar di SMK Pertiwi Malah di SMK Plus Pertiwi yang ada di sukamulya. Akan tetapi lama – kelamaan yayan mulai terbiasa dan akhirnya merasa betah di SMK tersebut. Sejak diterima di SMK Tersebut Yayan bangga bisa melanjutkan ke SMK, setelah yayan mulai naik ke kelas XII dia mulai bingung mengenai karir yang akan ditempuhnya setelah lulus nanti. Di dalam dirinya terjadi dua pilihan karir yaitu bergelut di bidang otomotif atau computer, memang jurusan yang di tempuhnya bergelut di bidang otomotif, namun dia juga tertarik dengan bidang komputer. Makin lama perasaan itu makin sering difikirkan yang akhrinya yayan sering melamun bahkan yang tadinya tipe anak ceria sekarang jadi pendiam.

2. Langkah Bimbingan & Konseling.
A. Bimbingan Karir bagi siswa
Menurut Ruslan Abdul gani bimbingan karir adalah “uatu proses bantuan layanan dan pendekatan terhadap individu (siswa atau remaja) agar individu yang bersangkutan dapat mengenal dirinya dan dapat mengenal dunia kerja merencanakan masa depannya, dengan bentuk kehidupan yang diharapkan yang menentukan pilihannya dan mengambil suatu keputusan” Layanan bimbingan karir merupakan layanan yang diberikan pembimbing kepada klien dalam memecahkan masalah karir yang dihadapi klien. Dibawah ini akan diuaraikan beberapa pendapat tentang bimbingan karir yaitu sebagai berikut:
1.      Bimbingan karir merupakan salah satu jenis bimbingan yang berusaha membantu individu dalam memecahkan masalah karir ( pekerjaan ) untuk memperoleh penyesuaian sebaik-baiknya dengan masa depannya.
2.      Bimbingan karir merupakan proses membantu seseorang untuk mengerti dan menerima gambaran tentang diri pribadinya dan gambaran tentang dunia kerja diluar, mempertemukan gambaran tentang diri tersebut dengan dunia kerja itu. Dan pada akhirnya dapat :
a.       Memilih bidang pekerjaan
b.      Menyiapkan diri untuk bidang pekerjaan
c.       Membina karir dalam bidang tersebut
d.      Bimbingan karir adalah program pendidikan yang merupakan layanan terhadap siswa agar siswa:
Mengenal dirinya sendiri
Mengenal dunia kerja
Dapat memutuskan apa yang diharapkan dari pekerjaan dan
Dapat memutuskan bagaimana bentuk kehidupan yang diharapkan disamping pekerjaan untuk mencari nafkah
  1. Bimbingan karir membantu siswa dalam mengambil keputusan mengenai karir atau pekerjaan utama yang mempengaruhi hidupnya dimasa mendatang
Dari keempat pendapat tersebut diatas mengenai bimbingan karir ini terdapat perbedaan perbedaan dalam penyampaiannya, namun terdapat persamaan-persamaan mengenai :
  1. Bantuan, layanan, dan cara pendekatan
  2. Individu, seseorang, siswa dan remaja
  3. Masalah karir, penyesuaian diri, persiapan pemahaman diri, dan pengenalan dunia kerja, perencanaan masa depan, bentuk kehidupan yang diharapkan, serta pemilihan keputusan yang diambil oleh individu yang bersangkutan.

B. Pentingnya Pemilihan Karir bagi siswa
Karir bagi siswa bukan hal yang mudah untuk ditentukan dan menjadi pilihan yang sesuai dengan kemampuan yang miliki namun haruslah ditentukan. Untuk membentukan hal demikian harus didasarkan pada keputusan siswa itu sendiri yang didasarkan pada pemahaman tentang kemampuan dan minat serta pengenalan karir yang ada di masyarakat. Keberhasilan siswa dalam pemilihan karir yang tepat tidaklah semudah seperti apa yang dibayangkan, agar siswa mempunyai pilihan yang tepat terhadap suatu pilihan karir atau pekerjaan, menurut Hoppock yang dikutip oleh Dewa Ketut Sukardi mengemukakan pokok-pokok pikirannya yang terdiri dari sepuluh butir yang kemudian dijadikan tulang punggung dari teorinya. 10 butir tersebut antara lain:
  1. Pekerjaan yang dipilih sesuai dengan kebutuhan atau untuk memenuhi kebutuhan
  2. Pekerjaan, jabatan atau karir yang dipilih adalah jabatan yang diyakini bahwa jabatan atau karir itu paling tidak memenuhi kebutuhannya
  3. Pekerjaan, jabatan atau karir tertentu dipilih seseorang apabila untuk pertama kali dia menyadari bahwa jabatan itu dapat membantunya dalam memenuhi kebutuhannya
  4. Kebutuhannya yang timbul, mungkin bisa diterima secara intelektual yang diarahkan untuk tujuan tetentu
  5. Pemilihan jabatan/karir akan menjadi lebih baik apabila seseorang mampu memperkirakan bagaimana sebaiknya jabatan yang akan datang itu akan memenuhi kebutuhannya
  6. Informasi mengenai jabatan/karir akan membantu dalam pemilihan jabatan/karir yang diinginkan
  7. Informasi mengenai jabatan/ karir akan membantu dalam memilih jabatan/ karir karena informasi tersebut membantunya dalam menentukan apakah pekerjaan itu dapat memenuhi kebutuhannya
  8. Kepuasan dalam pekerjaan tergantung pada tercapai tidaknya pemenuhan kebutuhan seseorang
  9. Kepuasan kerja dapat diperoleh dari suatu pekerjaan yang memenuhi kebutuhan sekarang/ masa yang akan dating
  10. Pemilihan pekerjaan selalu dapat berubah apabila seseorang yakin bahwa perubahan tersebut lebih baik untuk pemenuhan kebutuhannya.

Dari dasar teori tersebut tidaklah mungkin siswa dapat menentukan karir tanpa bantuan dan bimbingan dari konselor, karena disadari atau tidak untuk dapat memahami kemampuan diri siswa tidaklah mungkin muncul dengan sendirinya, akan tetapi diperlukan bimbingan dan arahan dari konselor.


C. Faktor Yang mempengaruhi Pemilihan Karir
Kesulitan yang dialami siswa dalam memilih dan menentukan karir tidaklah dapat dipungkiri, banyak siswa yang kurang memahami bahwa karir merupakan jalan hidup dalam usaha mengapai kehidupan yang baik dimasa mendatang.
Faktor yang menyebabkan siswa kesulitan dalam pemilihan karir antara lain:
  1. Faktor yang ada dalam diri siswa
Diantaranya adalah: tingkat intelegensi, sikap mental,Jenis kelamin, agamam dan minat terhadap suatu karir
  1. Faktor di luar siswa
Diantaranya; tingkat ekonomi keluarga, minat orang tua dan kondisi sosial masyarakat
Dari kedua faktor tersebut diatas merupakan faktor yang mendasar, namun masih banyak lagi faktor yang menyertai kesulitan siswa dalam memilih karir, salah satu faktornya adalah faktor kebutuhan, seperti apa yang disampaikan oleh A.H. Maslow yang dikutip oleh Moh. Surya menyatakan bahwa kebutuhan manusia terdapat lima macam yaitu:
  1. Kebutuhan jasmani yaitu kebutuhan yang erat kaitannya dengan kebutuhan jasmani
  2. Kebutuhan rasa aman yaitu memperoleh rasa aman, bebas dari rasa takut, ketegangan, kelaparan dan kehilangan
  3. Kebutuhan sosial yaitu kebutuhan untuk memiliki dan butuh bantuan dari orang lain misalnya, bergaul, berorganisasi, berkelompok dan saling mengenal
  4. Kebutuhan untuk memperoleh penghargaan yaitu untuk mempertahankan harga dirinya dan kebutuhan untuk dihargai, misalnya memperoleh Penghormatan
  5. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri yaitu: untuk menampakkan dirinya sebagai seorang pribadi yang khas (berbeda dari orang lain)



D. Upaya Mengatasi Masalah Pemilihan Karir Siswa
Keberhasilan siswa dalam menentukan dan memilih karir amatlah ditentukan dari kemampuan guru pembimbing memberikan gambaran dan memberikan keyakinan kepada siswa tentang kemampuan dan potensi yang dimiliki serta mampu mengarahkan siswa menuju karir yang sesuai dengan kemampuannya tersebut. Dalam memberikan keyakinan dan munculnya kepercayaan siswa terhadap guru pembimbing setidaknya guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  1. Perlakuan terhadap siswa sebagai individu yang memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri
  2. Sikap positif dan wajar
  3. Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati, menyenangkan
  4. Pemahaman siswa secara empatik
  5. Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu
  6. Penampilan diri secara asli dihadapan siswa
  7. Kekongkritan dalam menyatakan diri
  8. Penerimaan siswa secara apa adanya
  9. Perlakuan siswa secara premisive.Kepekaan terhadap parasaan yang dinyatakan oleh siswa dan membantu siswa menyadari dari perasaan itu
  10. Penyesuaian diri terhadap keadaan khusus

Kesadaran bahwa tujuan pengajaran bukan terbatas pada penguasaan siswa terhadap bahan pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan siswa menjadi individu yang lebih dewasa. Jika hal tersebut sudah dilaksanakan oleh guru pembimbing maka tidak akan kesulitan bagi guru pembimbing untuk mengarahkan siswa ketempat yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa tersebut.



Analisis
Menurut pandangan rasional emotif, manusia memiliki kemampuan inheren untuk berbuat rasional ataupun tidak rasional, manusia terlahir dengan kecenderungan yang luar biasa kuatnya berkeinginan dan mendesak agar supaya segala sesuatu terjadi demi yang terbaik bagi kehidupannya dan sama sekali menyalahkan diri sendiri, orang lain, dan dunia apabila tidak segera memperoleh apa yang diinginkannya. Akibatnya berpikir kekanak-kanakan (sebagai hal yang manunusiawi) seluruh kehidupannya, akhirnya hanya kesulitan yang luar biasa besar mampu mencapai dan memelihara tingkah laku yang realistis dan dewasa; selain itu manusia juga mempunyai kecenderungan untuk melebih-lebihkan pentingnya penerimaan orang lain yang justru menyebabkan emosinya tidak sewajarnya seringkali menyalahkan dirinya sendiri dengan cara-cara pembawaannya itu dan cara-cara merusak diri yang diperolehnya. Berpikir dan merasa itu sangat dekat dan dengan satu sama lainnya : pikiran dapat menjadi perasaan dan sebaliknya; Apa yang dipikirkan dan atau apa yang dirasakan atas sesuatu kejadian diwujudkan dalam tindakan/perilaku rasional atau irasional. Bagaimana tindakan/perilaku itu sangat mudah dipengaruhi oleh orang lain dan dorongan-doronan yang kuat untuk mempertahankan diri dan memuaskan diri sekalipun irasional.
Ciri-ciri irasional seseorang tak dapat dibuktikan kebenarannya, memainkan peranan Tuhan apa saja yang dimui harus terjadi, mengontrol dunia, dan jika tidak dapat melakukannya dianggap goblok dan tak berguna; menumbuhkan perasaan tidak nyaman (seperti kecemasan) yang sebenarnya tak perlu, tak terlalu jelek/memalukan namun dibiarkan terus berlangsung, dan menghalangi seseorang kembai ke kejadian awal dan mengubahnya. Bahkan akhirnya menimbulkan perasaan tak berdaya pada diri yang bersangkutan. Bentuk-bentuk pikiran/perasaan irasional tersebut misalnya : semua orang dilingkungan saya harus menyenangi saya, kalau ada yang tidak senang terhadap saya itu berarti malapetaka bagi saya. Itu berarti salah saya, karena saya tak berharga, tak seperti orang/teman-teman lainnya. Saya pantas menderita karena semuanya itu.
Sehubungan dengan kasus, Yayan sebetulnya terlahir dengan potensi unggul, ia menjadi bermasalah karena perilakunya dikendalikan oleh pikiran/perasaan irasional; ia telah menempatkan dirinya pada dua pilihan yang menurut dia sangat membingungkan, , sampai pada akhirnya dia menjadi seorang yang pendiam yang sebetulnya bukanlah watak aslinya dia. Ia telah berhasil membangun konsep dirinya secara tidak realistis berdasarkan anggapan dirinya sendiri mengenai pemilihan karirnya.

Penutup / Kesimpulan
1. Layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan sesuai dengan program kerja yang telah direncanakan sebelumnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan pilihannya sendiri dan menanggung segala bentuk resiko yang akan dihadapi kelak.
2. Guru bimbingan dan konseling diharapkan memberikan arahan dan informasi tentang karir yang akan diambil oleh siswa. Guru bimbingan dan konseling membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya
3. Pemberian layanan bimbingan dan konseling karir di sekolah yang efektif dan memiliki kontinuitas akan bermanfaat bagi siswa untuk memperoleh berbagai macam informasi karir, jabatan, pemahaman, diri, pengambilan keputusan sendiri, dan memecahkan masalah itu sendiri.
4. Kemampuan siswa terhadap pemahaman kemampuan dan potensi diri tersebut merupakan indikasi keberhasilan layanan bimbingan dan konseling karir. Efektif tidaknya layanan bimbingan dan konseling karir yang dilaksanankan di sekolah tergantung pada kemampuan siswa untuk mengambil keputusan tentang karir dan menanggung segala bentuk resiko yang akan dihadapinya kelak


BAB III
PENUTUP
 
3.1  Kesimpulan
Bimbingan karier adalah kegiatan  birnbingan yang diberikan kepada siswa untuk memilih, menyiapkan diri, mencari,  dan menyesuaikan diri  terhadap  karier yang  sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya sehingga dapat mengernbangkan dirinya secara optimal sehingga dapat menemukan karier dan melaksanakan karier yang efektif  dan memberi kepuasan dan kelayakan.

Secara umum tujuan diselenggarakannya Bimbingan Karier di sekolah ialah membantu siswa dalam pemahaman dirinya dan lingkungannya, dalam pengambilan keputusan, perencanaan,dan pengarahan kegiatan-kegiatan yang menuju  kepada  karier dan cara hidup yang akan memberikan rasa kepuasan karena sesuai, serasi, dan seimbang dengan dirinya dan lingkungannya.

Sedangkan, tujuan khusus dari diselenggarakannya bimbingan karier  adalah:
1.      Meningkatkan  pemahaman  diri siswa.
2.      Meningkatkan  pengetahuan siswa  tentang dunia kerja.
3.      Membina sikap yang serasi terhadap partisipasi dalam dunia kerja dan terhadap usaha dalam mempersiapkan diri dari  suatu jabatan.
4.      Meningkatkan kemahiran berpikir agar mampu mengambil keputusan tentang jabatan dan melaksanakan  keputusan  itu.
5.      Mengembangkan nilai-nilai sehuburgan dengan gaya hidup yang dicita- citakan, termasuk  jabatan. Menopang  kemampuan  berkomusikasi  dan bekerja  sarna.

Sedangkan fungsi  bimbingan  karier adalah  sebagi berikut:
1.      Fungsi persiapan
2.      Fungsi pencegahan
3.      Fungsi penempatan  dan penyaluran
4.      Fungsi penyesuaian
5.      Fungsi pengembangan
DAFTAR PUSTAKA


Karneli, Yeni. 1998. Bimbingan Karir Sebagai Upaya Membantu Kesiapan Siswa Dalam Memasuki Dunia Kerja. Tersedia di http//id. Shavoong.com// 

Siswohardjono, Aryatmi. 1990. Perspektif Bimbingan Konseling dan Penerapanya di Berbagai Institusi. Semarang: Satya Wacana

Sukardi, Dewa Ketut. 1987. Bimbingan Karir di Sekolah-Sekolah. Jakarta: Balai Pustaka

Winkel, W.S. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jkarta: PT Gramedia

Zunker, Vernon G. 1981. Career, Counseling, Applied Consept of Life Planning. Belmont: Wadsworth Inc






No comments:

Post a Comment

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD

    PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD      BAB I PENDAHULUAN   A.  ...